Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

INDIKATOR STATUS KESEHATAN


WANITA
Oleh Gusti Ayu Tirtawati

5.1 Pendahuluan
Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus
kehidupan perempuan (life-cycle- approach) atau pelayanan
kesehatan reproduksi dilakukan sejak dari janin sampai liang
kubur (from womb to tomb) atau biasa juga disebut dengan
“Continuum of care women cycle“. Kesehatan reproduksi
menggunakan pendekatan sepanjang siklus kehidupan
perempuan hal ini disebabkan status kesehatan perempuan
semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi
kesehatan saat memasuki masa reproduksi yaitu saat hamil,
bersalin, dan masa nifas(….). Kesehatan wanita merujuk kepada
kesehatan wanita, yang berbeda dari pria dalam beberapa cara
unik.

5.2 Kesehatan Wanita


Pengertian kesehatan menurut WHO adalah keadaan sempuna,
baik fisik, mental maupun social dan tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, sehat adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Sedangkan menurut Notoadmodjo kesehatan adalah keadaan
sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
social dan ekonomi. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan.
Kesehatan wanita adalah sebuah contoh dari kesehatan
masyarakat. Seringkali berkaitan dengan kesehatan produktif
wanita, beberapa kelompok memberikan definisi yang lebih
luas terkait kesehatan wanita secara keseluruhan. Kesehatan
reproduksi perempuan adalah suatu keadaan sehat perempuan
secara fisik, mental dan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi
dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan. Masalah kesehatan reproduksi pada seorang
perempuan sangat dirasakan ketika masa kesuburannya
berakhir (menopause), meskipun sebenarnya seorang laki- laki
juga akan menghadapi hal yang sama yaitu mengalami
penurunan fungsi reproduksi (andropause) walaupun dalam
hal ini kejadiannya lebih tua dibanding pada seorang
perempuan (Depkes RI. 2016)
Setelah lahir kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa
masa yaitu konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa
remaja, masa dewasa, masa usia lanjut. Masing-masing masa itu
mempunyai kekhususan, karena itu gangguan pada setiap masa
tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan
penyimpangan dari faal yang khas pula dari masa yang
bersangkutan. Peran wanita serangkaian tingkah laku yang
diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang dimiliki
perempuan sehubungan dengan kedudukannya di masyarakat.
Peran wanita dilihat dari sisi gender yaitu peran produktif
adalah peran yang dilakukan seorang wanita menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Sering pula
disebut dengan peran di sektor publik. Peran reproduktif
adalah peran yang dijalankan oleh seorang wanita untuk
kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya
manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti
mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat
rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah dan lain-lain.
disebut juga peran di sektor domestik. Peran social adalah
peran yang dilaksanakan seorang perempuan untuk
berpatisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti
gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang
menyangkut kepentingan bersama serta peran wanita
berkaitan dengan kedudukannya di Keluarga.

5.3 Hak-Hak Kesehatan Reproduksi


Hak reproduksi perempuan sangat jarang dibicarakan, pada
kenyataanya perempuan lebih memahami dan menjalankan
kewajibanya misalnya sebagai ibu rumah tangga, mendidik
anak dan sebagai istri dari pada membicarakan tentang hak-hak
reproduksinya.
5.3.1 Definisi hak kesehatan reproduksi
Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk
melakukan atau tidak melakukan, memperoleh atau tidak
memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang hak sebagai manusia
dan sebagai perempuan merupakan kekuatan bagi perempuan
untuk melakukan berbagai aktivitas bagi kepentingan diri,
keluarga, dan masyarakat. Sedangkan Reproduksi adalah
menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk
menghasilkan keturunan secara berulang.
Hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak,
dan menentukan waktu kelahiran anak-mereka. Mempunyai
informasi dan cara untuk memperoleh anak dan hak untuk
mencapai standar tertinggi kesehatan seksual dan
reproduksinya, dan dapat membuat keputusan mengenai
reproduksi yang bebas diskriminasi, paksaan, dan kekerasan.
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap
orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri,
keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar
anak, serta penentuan waktu kelahiran anak dan akan
melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan
akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional.
5.3.2 Tujuan hak kesehatan reproduksi
Tujuan kesehatan dan hak reproduksi adalah untuk
memastikan informasi yang menyeluruh dan faktual serta
beragam tentang pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan
reproduksi, ketersediannya, keterjangkauan, dan dapat
diterima serta cocok untuk semua.
Untuk memungkinkan dan mendukung keputusan secara
sukarela tetapi bertanggung jawab dalam hal kehamilan dan
penggunaan metode keluarga berencana pilihan mereka, dan
metode lain sesuai pilihan mereka.
5.3.3 Hak-hak reproduksi
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang
melekat pada manusia sejak lahir dan dilindungi
keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak
reproduksi berarti pengekangan terhadap hak azasi manusia.
Selain itu orang tidak boleh mendapatkan perlakuan
diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena
ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi,
keyakinan/agamanya dan kebangsaannya. Dibawah ini
diuraikan hak-hak kesehatan reproduksi.
Terdapat 12 hak-hak reproduksi yang dirumuskan oleh
International Planned Parenthood Federation (IPPF) pada tahun
1996 yaitu:
5.3.3.1 Hak untuk hidup Setiap perempuan mempunyai hak
untuk bebas dari risiko kematian karena kehamilan.
5.3.3.2 Hak atas kemerdekaan dan keamanan setiap individu
berhak untuk menikmati dan mengatur kehidupan
seksual dan reproduksinya dan tak seorang pun dapat
dipaksa untuk hamil, menjalani sterilisasi dan aborsi.
5.3.3.3 Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk
diskriminasi setiap individu mempunyai hak untuk
bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk
kehidupan seksual dan reproduksinya.
5.3.3.4 Hak Hak atas kerahasiaan pribadi setiap individu
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi dengan menghormati
kerahasiaan pribadi. Setiap perempuan mempunyai hak
untuk menentukan sendiri pilihan reproduksinya.
5.3.3.5 Hak atas kebebasan berpikir setiap individu bebas dari
penafsiran ajaran agama yang sempit, kepercayaan,
filosofi dan tradisiyang membatasi kemerdekaan
berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksual.
5.3.3.6 Hak mendapatkan informasi dan Pendidikan setiap
individu mempunyai hak atas informasi
dan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi dan seksual termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan perorangan maupun keluarga.
5.3.3.7 Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk
dan merencanakan keluarga
5.3.3.8 Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan
kapan mempunyai anak
5.3.3.9 Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan setiap
individu mempunyai hak atas informasi, keterjangkauan,
pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga diri,
kenyamanan, dan kesinambungan pelayanan.
5.3.3.10 Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu
pengetahuan setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi dengan
teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.
5.3.3.11 Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam
politik setiap individu mempunyai hak untuk mendesak
pemerintah agar memprioritaskan kebijakan yang
berkaitan dengan hak-hak kesehatan seksual dan
reproduksi.
5.3.3.12 Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
termasuk hak-hak perlindungan anak dari eksploitasi dan
penganiayaan seksual. Setiap individu mempunyai hak
untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan,
dan pelecehan seksual.
Mengapa kita perlu mengenal dan memahami Hak Seksual dan Hak
Reproduksi Dengan mengenal dan memahami hak seksual dan
reproduksi kita, maka kita bisa melindungi, memperjuangkan dan
membela hak seksual dan reproduksi kita dan orang lain dari
berbagai tindak kekerasan dan serangan terhadap hak seksual dan
reproduksi kita.
5.4 Indikator Kesehatan Wanita Menurut McCharty
dan Maine (1992)
5.4.1 Definisi Indikator Kesehatan Wanita
Adalah ukuran yang menggammbarkan atau menunjukan status
kesehatan wanita dalam suatu populasi tertentu.
5.4.2 Indikator Kesehatan Wanita di Indonesia dapat dilihat dari:
5.4.2.1 Angka kematian ibu
Adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama
kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat
terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh
kehamilannya atau penanganan kehamilanya, tetapi bukan
karena kecelakaan. Data Bappenas menyebutkan Angka
Kematian Ibu Indonesia adalah 305 per 100.000 kelahiran
(sebagai base line 2019) dan target yang harus dicapai pada
Tahun 2024 adalah 183 per 100.000 kelahiran hidup.
5.4.2.2 Tingkat pendidikan ibu
Pendidikan sangat menentukan keberhasilan status
kesehatan wanita karena (pengetahuan) dapat merubah
perilaku kearah yang lebih baik.
5.4.2.3 Pekerjaan ibu
Penghasilan sebagai indikator untuk meningkatkan
kesehatan wanita yaitu faktor ekonomi dapat menentukan
gizi yang dikonsumsi seseorang.
5.4.2.4 Usia harapan ibu
Keberhasilan pembangunan sosial ekonomi dan budaya
menyebabkan usia harapan hidup makin panjang/tinggi
misalkan ekonomi baik maka pelayanan kesehatan terhadap
manula semakin baik pula.
5.4.3 Determinan Kematian Ibu
Adalah keadaan atau hal-hal yang melatarbelakangi dan menjadi
penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu.
5.4.3.1 Determinana prokdi/dekat/pendek, meliputi:
5.4.3.1.1 Kejadian kehamilan: wanita hamil memiliki risiko untuk
mengalami komplikasi, sedangkan wanita yang tidak hamil
tidak memiliki risiko.
5.4.3.1.2 Komplikasi kehamilan dan persalianan: komplikasi
obstetrik merupakan penyebab langsung kematian ibu,
seperti perdaharan, infeksi, eklamsia, abortus dll.
5.4.3.1.3 Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Komplikasi
yang dapat terjadi yaitu ketuban pecah dini, perdarahan
pervaginam, perdarahan antepartum (keguguran, plasenta
previa, solusio plasenta), intra partum/ robekan jalan lahir,
post partum (antonia uteri, retensio plasenta, plasenta
inkarserata, kelainan pembekuan darah), hipertensi dalam
kehamilan, ancaman persalinan prematur, infeksi berat
dalam kehamilan (sepsis, demam berdarah), distosia
(persalinana macet, persalinan tak maju), infeksi masa
nifas.
5.4.3.2 Determinan antara (menengah), meliputi:
5.4.3.2.1 Status kesehatan: status gizi, penyakit infeksi, penyakit
menahun (TBC, jantung, ginjal, dll)
5.4.3.2.2 Status reproduksi: ibu hamil kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun, jumlah kelahiran dan status
perkawinan.
5.4.3.2.3 Faktor risiko.
5.4.3.2.3.1 Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
5.4.3.2.3.2 Anak lebih dari empat.
5.4.3.2.3.3 Jarak persalinan terkahir dan kehamilan sekarang
kurang dari 2 tahun.
5.4.3.2.3.4 Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan
kurang dari 9kg selama masa kehamilan.
5.4.3.2.3.5 Anemia dengan hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Tinggi
badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang.
5.4.3.2.3.6 Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau
sebelum kehamilan ini.
5.4.3.2.3.7 Sedang/ pernah menderita penyakit kronis, antara lain
tiberkulosis, kelainan jantung, kelainan ginjal, kelainan
hati, kelainan endokrin (Diabetes Melitus, dll), tumor dan
keganasan.
5.4.3.2.3.8 Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang,
kehamilan ektopik terganggu, ketuban pecah dini, bayi
dengan cacat kongenital.
5.4.3.2.3.9 Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan
dengan seksio sesarea, ekstraksivakum/forseps.
5.4.3.2.3.10 Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan pasca
persalinan, infeksi masa nifas, psikosis post partum/
post partum blues.
5.4.3.2.3.11 Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis,
hipertensi dan riwayat cacat kongenital.
5.4.3.2.3.12 Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)
5.4.3.2.3.13 Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat,
janin besar.
5.4.3.2.3.14 Kelainan letak dan posisi janin. Lintang/ oblique,
sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
5.4.3.2.4 Akses terhadap pelayanan kesehatan (Yankes). Misalnya
letak/ temat yankes tidak strategis/ sulit dijangkau,
kualitas yankes masih kurang, informasi kurang.
5.4.3.2.5 Perilaku sehat. Misalnya menjadi akseptor KB, Ante Natal
Care yang teratur (K1 dan K4), tidak berobat ke dukun,
tidak melakukan aborsi.
5.4.3.2.6 Faktor-faktor lain yang tidak dapat diketahui atau tidak
terduga: Ketuban pecah dini, atonia uteri dll.
5.4.3.3 Determinan jauh (determinan sosial, ekonomi, budaya)
meliputi:
5.4.3.3.1 Status wanita dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya
wanita yang pendidikan lebih tinggi/ lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarga, pekerjaan
cepat mendapat informasi.
5.4.3.3.2 Status keluarga dalam masyarakat. Misalnya penghasilan
keluarga, pekerjaan keluarga, pendidikan keluarga dapat
berpengaruh terhadap risiko kematian ibu.
5.4.3.3.3 Status masyarakat. Misalnya kesejahteraan, ketersediaan
SDM (dokter, pelayanan kesehatan, ketersediaan dan
kemudahan transportasi). Status masyarakat umumnya
terkait pula pada tingkat kemakmuran suatu negara.
5.4.4 Intervensi untuk mencegah kematian Ibu menurut
Prawirohardjo (2010)
5.4.4.1 Intervensi terhadap yankes (khususnya obstetri esensial)
5.4.4.2 Kemampuan petugas dalam penatalaksanaan komplikasi
obstetri
5.4.4.3 Peningkatan gizi (stamina ibu kuat)
5.4.4.4 Peningkatan pendidikan (sadar akan kesehatanya)
5.4.4.5 Pemberdayaan wanita dan kemitraan pria wanita (wanita
dapat mengambil keputusan untuk menentukan alat KB)
5.4.5 Strategi untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).
Dengan memberikan perhatian dan perlakuan khusus pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan Bayi baru lahir.
5.4.5.1 Membina dan mengarahkan masyarakat.
5.4.5.1.1 Agar bersedia dan mampu mengenali masalah (deteksi
dini) risiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan Bayi baru
lahir.
5.4.5.1.2 Agar masyarakat mengetahui secara tepat dan cepat apa
yang harus diperbuat jika menghadapi kasus risiko tinggi
dan apabila terjadi komplikasi.
5.4.5.1.3 Mengetahui harus merujuk kemana.
5.4.5.2 Bekerjasama dan melakukan pembinaan kader, dalam
memantau atau melakukan pengamatan sehari-hari
terhadap kondisi ibu hamil, bersalin, nifas dan Bayi Baru
Lahir yang tinggal disekitarnya.
5.4.5.3 Memberi penyuluhan dan mengampanyekan suami siaga
5.4.5.4 Bersama masyarakat menggalang tabungan ibu bersalin.
5.4.6 McCharty dan Maine (1992) menjelaskan tanda-tanda rantai
penyebab kematian ibu dan menghubungkan dengan strategi
intervensi yang dikelompokan dalam 3 kategori:
5.4.6.1 Mencegah/ memperkecil kemungkinan wanita untuk
menjadi hamil, misalnya keikutsertaan ber KB mencegah
kematian ibu.
5.4.6.2 Mencegah/ memperkecil kemungkinan wanita hamil
mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan,
misalnya umur kehamilan kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 30 tahun dapat menjadi faktor resiko tinggi kehamilan.
5.4.6.3 Mencegah/ memperkecil kematian wanita yang mengalami
komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dengan
mempunyai akses pelayanan kegawatdaruratan obstetri.
5.4.7 Intervensi untuk mendekatkan pelayanan obstetri kepada
setiap ibu hamil didasari oleh tiga premis (dasar pemikiran), yaitu:
5.4.7.1 Bahwa sebagian ibu hamil akan mengalami komplikasi.
5.4.7.2 Sebagian besar komplikasi tersebut tidak dapat
diperkirakan/ dicegah.
5.4.7.3 Wanita mengalami komplikasi harus mendapatkan
pelayanan obstetri agar diri dan janinnya dapat
diselamatkan sekaligus tercegahnya kesakitan yang
berkepanjangan.
5.4.8 Risiko penyebab kematian ibu menurut Manuaba (2010)
dirumuskan menjadi:
5.4.8.1 Tiga Terlambat (3T) dalam merujuk:
5.4.8.1.1 Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan
5.4.8.1.2 Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
5.4.8.1.3 Terlambat mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan
5.4.8.2 Empat Terlalu:
5.4.8.2.1 Terlalu muda punya anak (umur < 20 tahun)
5.4.8.2.2 Terlalu banyak melahirkan (> 3 anak)
5.4.8.2.3 Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)
5.4.8.2.4 Terlalu tua punya anak (> 35 tahun)

Anda mungkin juga menyukai