Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEBIDANAN PADA

REMAJA DAN PERIMENOPAUSE


NAMA :
LENY VITRIA (202107012)
SULASTRI NANDA SEPTIANI (202107018)
“HAK REPRODUKSI
BERBASIS GENDER
PADA IBU BERSALIN”
1. BENTUK PENYALAHGUNAN HAK REPRODUKSI
BERBASIS GENDER YANG TERJADI PADA IBU BERSALIN.
2. DAMPAK PENYALAHGUNAAN HAK REPRODUKSI
TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI




3. HAK REPRODUKSI BERBASIS GENDER YANG
SEHARUSNYA DIDAPAT
Berdasarkan ICPDR di Kairo ada 12 hak reproduksi yang ditetapkan yaitu:[1][22]

1. “Hak untuk mendapat informasi dan pendidikan. Hak informasi dan pendidikan yang
terkait dengan masalah kesehatan reproduksi termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan seorang maupun keluarga.”[22] Suami dan istri bisa mengikuti konseling
kesehatan agar menyadari bahwa dalam proses persalinan ada risiko kematian. Hal ini
berhubungan dengan “Hak untuk hidup, setiap perempuan mempunyai hak untuk
dibebaskan dari resiko kematian karena kehamilan.”

2. “Hak untuk kebebasan berpikir termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran agama yang
sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang akan membatasi kebebasan berfikir tentang
pelayanan kesehatan reproduksi.”[22] Suami dan istri melakukan musyawarah
perencanaan tempat persalinan yang nyaman (contoh: pilihan dokter/ bidan), dan
menyiapkan kendaraan yang akan digunakan. Mereka tidak harus mengikuti kepercayaan
atau tradisi setempat yang tidak sesuai dengan kondisi mereka.
3.“Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan termasuk hak
atas informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, harga diri,
kenyamanan, kesinambungan pelayanan dan hak berpendapat”[22] Suami
dan istri perlu mengetahui tanda-tanda kelahiran (usia kandungan,
ketuban pecah, dan lainnya). Suami harus berpikir dengan jernih dan siap
mengambil keputusan yang sudah dibicarakan terlebih dahulu dengan
istri. Suami dan istri perlu mengetahui sistem rujukan persalinan.

4.“Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk hak
anak-anak agar dilindungi dari eksploitasi dan penganiayaan seksual serta
hak setiap orang untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan
dan pelecehan seksual.”[22] Suami harus memberikan dukungan moril
kepada istri, mendampingi istri saat melahirkan, serta membuat istri tetap
tenang dan nyaman ketika proses melahirkan seperti, mengusap keringat,
mengelus tangan, punggung, dahi, dan kaki istri.
5.“Hak atas kerahasiaan pribadi pelayanan reproduksi dilakukan dengan menghormati
kerahasiaan dan bagi perempuan diberi hak untuk menentukan pilihan sendiri
reproduksinya.”[1][22]

6.“Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan.Termasuk


pengakuan hak bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan Kesehatan
reproduksi dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.”[1] Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 4 menyebutkan “setiap
orang berhak atas Kesehatan” selanjutnya dalam Pasal 5 menyebutkan “Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan” Setiap orang berarti tidak memperhatikan jenis kelamin oleh
karena itu tidak boleh ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara umum.
7.“Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Setiap
individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar memprioritaskan
kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak kesehatan seksual dan
reproduksi.”[1][1] Lambatnya penurunan besaran AKI yang dapat dianggap
sebagai salah satu petunjuk kurangnya komitmen pemerintah terhadap
kesejahteraan perempuan, salah satu harapan yang dapat menurunkan
dengan cepat AKI dan meningkatkan secara nyata kesejahteraan perempuan
adalah amandemen Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan.
4.PERAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN
PENATALAKSAAAN KESEHATAN
REPRODUKSI BERBASIS GENDER IBU
BERSALIN
Pelayanan Kesehatan Reproduksi yang bersikap “Peka Gender”, yaitu :

1. Memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi kepada kebutuhan klien,


tanpa adanya perbedaan perlakuan, baik karena jenis kelamin maupun status
sosialnya.

2. Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan yang


berbeda antara laki-laki dan perempuan akibat kodrat masing-masing.

3. Memahami sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit


dan sikap masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki yang sakit.

4. Memahami perbedaan perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.


5. Menyesuaikan pelayanan agar hambatan yang dihadapi oleh laki-laki dan
perempuan sebagai akibat adanya perbedaan tersebut diatas dapat diatasi.

6. Peningkatan kondisi kesehatan perempuan dan peningkatan kesempatan kerja.


Hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan usia kawin dan melahirkan,
sehingga resiko selama kehamilan akan menurun.

7. Peningkatan partisipasi laki-laki dalam menurunkan angka kelahiran. Tidak


hanya perempuan yang dituntut untuk mencegah kehamilan, tetapi juga laki-
laki, karena pada saat ini sudah tersedia beberapa alat kontrasepsi untuk laki-
laki. Penyadaran akan kesetaraan dalam menentukan hubungan seksual
dengan laki-laki. Penyadaran bahwa perempuan berhak menolak berhubungan
seksual dengan laki-laki, meskipun laki-laki tersebut suaminya, bila hal itu
membahayakan kesehatan reproduksinya (misalnya laki-laki tersebut mengidap
HIV/AIDS).
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2023. Hak reproduksi dan
seksual. Hak reproduksi dan seksual - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas. Diakses pada 13 Maret 2023

Heni Eka Puji Lestari. 2021. KONSEP DASAR GENDER. KONSEP DASAR
GENDER (informasibidan.com). Diakses pada 14 Maret 2023

Divisi media mitra wacana. 2019. Seksual dan Reproduksi Berbasis Gender.
Yogyakarta: Indonesia. Mitra Wacana

Naimah. 2015.Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kesehatan Reproduksi


Perempuan Dari Kekerasan Berbasis Gender.
https://123dok.com/document/z3e3mg7q-perlindungan-hukum-
kesehatan-reproduksi-perempuan-kekerasan-berbasis-gender.html. Diakses
pada 13 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai