Anda di halaman 1dari 7

DOSEN : WA ODE SRI KAMBAWUNA, SST., M.

Keb

TUGAS REVIEW JURNAL INTERNASIONAL


DAN JURNAL NASIONAL

“ GENDER DAN HAK REPRODUKSI WANITA”

OLEH
ILDA NOVITA ANAWAY
NIM : Pbd21.090

S1 KONVERSI KEBIDANAN DAN PROVESI BIDAN


STIKES PELITA IBU KENDARI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

Judul Jurnal Women’s Reproductive Rights


Pengarang RJ Cook, MI Platab
Nama jurnal International Jornal Of Gynecology & Obstetric
Volume, Received 15 March 1994 ; Revision recceived 7 April 1994 ; accepted 7 April
issue, tahun, 1994, https://www.corteidh.or.cr/tablas/r18955.pdf , Volume 46 (1994) Hal :
halaman 215-220
Untuk menggambarkan kompromi politik yang dilakukan oleh para aktivis
perempuan dalam hal membujuk pemerintah untuk melindungi dan
Tujuan
mempromosikan kesehatan reproduksi perempuan termasuk mengangkat hak –
artikel
hak yang relevan dengan kesehatan reproduksi perempuan yang diatur dalam
beberapa konvensi Internasional.
Material Sumber dari Data untuk pekerjaan ini terdiri dari data primer, data sekunder
(bahan) seperti laporan dan buku serta data pribadi pengamatan oleh peneliti
Para aktivis melakukan kompromi politik dengan pemerintah untuk
mempromosikan dan melindngi hak reproduksi sehingga terbentuk Deklarasi
Universal 1948 mendapatkan legal kekuatan melalui serangkaian manusia
internasional perjanjian hak, terutama Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
dan Politik (Konvensi Politik semut) dan Kovenan Internasional tentang
Ekonomi,
Hak Sosial dan Budaya (Perjanjian Ekonomi semut). Prinsip mereka memperoleh
Prosedur ekspresi regional dalam Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi Manusia
dan Kebebasan Mendasar (the Konvensi Eropa), Konvensi Amerika
tentang Hak Asasi Manusia (Konvensi Amerika) dan Piagam Afrika tentang
Manusia dan Rakyat Hak (Piagam Afrika). Manusia yang lebih spesifik Hak Anak
(Konvensi Anak) dan, yang paling relevan, Konvensi Penghapusan bangsa dari
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Konvensi Perempuan). Pada
konvensi perempuan mengangkat tentang hak – hak yang relevan tentang
kesehatan repoduksi.
Hasil dan Kesehatan reproduksi dapat didefinisikan dalam beberapa cara, tetapi penerapan
pembahasan definisi apa pun tergantung pada hak asasi manusia yang diakui di Deklarasi
Universal dan diberlakukan melalui turunan internasional, regional dan spesifik
konvensi. Konvensi ini mengidentifikasi berbagai hak individu yang dapat
digunakan secara terpisah atau bersama-sama dengan orang lain untuk melindungi
dan mempromosikan kesehatan reproduksi kesehatan. Lebih khusus untuk
kesehatan reproduksi adalah hak untuk menikmati kebebasan dan keamanan
seseorang; untuk menikah dan membentuk keluarga; untuk menikmati swasta dan
kehidupan keluarga; untuk memberikan dan menerima informasi kesehatan dan
pendidikan; untuk mendapatkan akses ke perawatan kesehatan, dan menikmati
manfaat kemajuan ilmu pengetahuan. Pengadilan internasional dan nasional,
termasuk pengadilan hukum, legislatif dan administratif dan badan-badan
profesional, yang menyerukan untuk menerapkan hak asasi manusia atas
kesehatan reproduksi perempuan. Isi konvensi juga menyerukan hak kesetaraan
seksual, seperti Undang-undang yang mengatur tentang usia perkawinan,
misalnya untuk sering mengizinkan usia yang lebih muda untuk wanita daripada
pria, yang pada dasarnya membawa wanita ke pra- matang subur dan membatasi
mereka ke layanan peran, menyangkal mereka tahun tambahan pendidikan tion
dan pengalaman dimana laki-laki menjadi berpengaruh kontributor utama untuk
politik dan ekonomi. Selain itu hak pendidikan dan keamanan dengan atran yang
berbunyi hak untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab atas jumlah
dan jarak anak-anak mereka dan untuk memiliki akses ke informasi pendidikan,
dan sarana untuk memungkinkan mereka melaksanakannya hak. Hak menikah
dan menemukan keluarga, hak atas pribadi dan keluarga, hak atas kesehatan
reprodksi dan perawatan kesehatan dengan aturan yang berbunyi harus mencakup
hal-hal yang diperlukan untuk: (a) Ketentuan untuk pengurangan angka kelahiran
mati dan kematian bayi dan untuk tumbuh kembang anak yang sehat (Pasal 12).
Hak atas informasi dan pendidikan, hak atas manfaat kemajuan ilmu pengetahuan.
Penerapan hak – hak kesehatan reproduksi perempuan tertuang dalam konvensi
internasional yaitu konvensi perempuan yang mengatr hak – hak reproduksi
berupa hak hak kesetaraan seksual, hak pendidikan dan keamanan, hak, hak
Kesimpulan
menikah dan menemukan keluarga, hak atas pribadi dan keluarga, hak atas
kesehatan reproduksi dan perawatan kesehatan, hak atas informasi dan pendidikan
serta hak atas manfaat kemajuan ilmu pengetahuan.
Arikel ini membahas semua hak yang didapatkan dalam konvensi internasional
perempuan berupa hak – hak kesehatan reproduksi yang lebih luas dan dituangkan
Keunggulan
dalam undang – undang terkait aturannya sehinggga mimiliki ikatan hukum yang
pasti dan perempuan tiidak perlu lagi menerima diskriminasi
Artikel ini hanya membahas tentang aturan hak yang akan didaptkan setiap wanita
Kekurangan terkait kesehatan reprodksinya, namun tidak membahas secara mendetail terkait
(drawbacks) sanksi hukum yang dapat diterima oleh setiap orang jika melanggar undang –
ndang dalam konvensi tersebut.
REVIEW JURNAL NASIONAL

Judul Jurnal Perlindungan Hak Reproduksi Perempuan untuk ber KB Dihubungkan dengan
Program Jaminan Persalinan (Permenkes No.2562/Menkes/Per/XII/2011)
Pengarang Eldawaty, Agnes Widanti dan Yanti Fristikawati
Nama jurnal SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan
Volume,
https://sg.docworkspace.com/d/sIEDsoM1kofubiQY, Vol.3|No.2|Th.2017, 185-
issue, tahun,
193
halaman
Untuk mengetahui hak reproduksi perempuan apabila ingin mempergunakan
Tujuan jampersal,namun tidak mau ber KB serta untuk mengetahui kendala penerapan
penelitian PERMENKES Nomor 2562/menkes/PER/XII/2011,dalam hak Reproduksi
perempuan dalam ber‐KB.
Material Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dalam bentuk bahan pustaka, yakni
(bahan) Bahan hukum primer,sekunder dan tersier.
Penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian Deskriptif dengan
pendekatan Metode penelitian Yuridis Normatif, sehingga jenis penelitian yang
digunakan adalah studi kepustakaaan. Data yang dikumpulkan adalah
Prosedur datakualitatif dalam bentuk bahan pustaka,yakni Bahan hukum primer, sekunder
dan tersier. Sehubungan dengan data yang digunakan data Kualitatif , makaakan
dilakukan analisis kualitatif terhadap ketiga bahan hukum yang dikumpulkan, dan
akan dirumuskan jawaban sementara berbentuk hipotesis kerja.
Hasil dan Ditilik dari petunjuk teknis Jaminan Persalinan dalam PERMENKES Nomor
pembahasan 631 / MenKes /Per/III/2011 yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jaminan
kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir, pelayanan lebih diutamakan langsung pada
penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Sementara pada Permenkes
2562/Menkes/Per/XII/2011 ditambahkan dengan tujuan meningkatkan akses dan
cakupan KB paska persalinan dengan adanya kebijakan operasional pemakaian
KB paska salin dengan menanda tangani surat pernyataan. Pelayanan KB paska
salin yang tersedia langsung ditujukan pada perempuan sebagai Pemanfaat
jaminan persalinan sehingga laki‐laki atau Menggantikan posisi penggun
akontrasepsi (ber‐KB). Permenkes ini belum secara terinci menjelaskan
persoalanKB sebagai suatubentuk perlindungan terhadap hak reproduksi
perempuan. Perlindungan terhadap kesehatan reproduksi tertuang dalam Undang‐
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan kedokteran Pasal 72
menyatakan setiap orang berhak Menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan
aman, bebas menentukan sendiri kapan dan Berapa sering ingin bereproduksi
sehat secara medis dan memperoleh informasi, edukasi dan Konseling mengenai
kesehatan reproduksi yang benar. Peraturan perundang‐undangan dan hukum‐
hukum terkait dengan jela smenyatakan Perlindungan terhadap hak reproduksi
perempuan. Apabila penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong untuk
mengikuti program KB pasca persalinan (Dengan membuat surat pernyataan),
maka tidak ada sinkronisasi antara peraturan perlindungan hak reproduksi
Perempuan dengan PERMENKES Nomor 2562 / MenKes / PER / XII / 2011.
Penggunaan Jaminan persalinan tanpa ikut ber‐KB dan tanpa surat pernyataan
penolakan KB paska salin sering terjadi pada rumah sakit rujukan, dimana
pelaksanaan KB paska salin
Dikembalikan pada pelayanan tingkat pertama. Ha lini dikarenakan sistem
rujukan berjenjang Pada penatalaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil ini,
memungkinkan menjadi peluang bagi
Pemanfaat jaminan persalinan untuk menghindari pemakaian KB paska salin
dengan memilih Rujukan balik ketingkat pelayanan dasar atau bidan desa.
Disisi lain ,sistem pembayaran biaya persalinan dan KB dengan mekanisme klaim
secara terpisah menyebabkan tidak ada kerugian pada tingkat pelayanan pertama
maupun lanjutan Apabila menolong pasien persalinan baik mereka ber‐KB atau
tidak sehingga perhatian petugas untuk pelaksanaan KB paska salin menjadi
kurang. Penerapan KB paska salin dalam Permenkes Nomor 2562 / MenKes /
PER / XII / 2011 menghadapi beberapa kendala karena adanya otonomi daerah.
Kabupaten / Kota menerapkan Pelaksanaan yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah tersebut sekaligus Tenaga kesehatan yang ada
serta ragam masyarakat sebagai penerima manfaat jaminan persalinan itu sendiri.
Diantara beberapa kendala dalam penerapan Permenkes ini adalah:
Peserta Jaminan Persalinan kurang mendapat informasi dan edukasi yang tepat
mengenai KB Paska salin pada saat kehamilan terutama trimester terakhir
kehamilan. Walaupun pada saat Antenatal care atau pelayanan kehamilan terdapat
KIE mengenai KB, namun pelaksanaannya Pemanfaat jaminan persalinan baru
diminta persetujuan pemakaian KB pada saat setelah melahirkan. Keputusan
diambil pada situasi yang tidak menguntungkan, sehingga perempuan tidak dapat
memutuskan jenis KB yang akan digunakan setelah persalinan secara alamiah
sesuai dengan keinginannya.
Kesimpulan Kewajiban KB pasca persalinan dengan membuat surat pernyataan bertentangan
dengan undang‐undang. Perempuan tidak dapat menggunakan jaminan persalinan
apabila tidak ingin ber‐KB. Komunikasi, informasi dan edukasi yang kurang serta
ketersediaan alatkontrasepsi yang tidak siap paka imerupakan kendala penerapan
PERMENKES. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
PERMENKES yang mengatur KB pasca persalinan perlu direvisi dengan
mencantumkan kriteria‐kriteria perempuan yang wajib untuk ber‐KB guna
melindungi perempuan dari kematian akibat kehamilan.
Memberikan solusi langkah yang harus dilakukan pemerintah guna menjamin
Keunggulan
pelaksanaan permenkes yang telah dbuat.
Pembahasan hanya berdasarkan data yang ada di pustaka saja, tanpa melihat
Kekurangan
langsung fakta di lapangan yang ada. Banyak masyarakat tidak paham dengan
(drawbacks)
penerapan aturan dari permenkes yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai