Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu di Negara tetangga tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran
hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura
9 per 100.000 (Siswono, 2003).

Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan (Esti, 2009).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor-faktor reproduksi,
komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun
pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001, penyebab obstetrik langsung sebesar
90% sebagian besar perdarahan (28%) dan infeksi (11%) penyebab tidak langsung
kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang di derita misalnya kurang energi kronis
(37%) (Inayah, 2008).

Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan dan kandungan


Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325 Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada
tahun 2003 presentase ibu hamil resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarum berat yang
dirujuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi
dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah (96,53%) dan di Yogyakarta
(76,60%) sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera
Selatan (3,81%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).

Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% terjadi pada
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Sarwono,
2005).

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah masalah ini antara lain:

1. Apa Definisi dari Hiperemis Gravidarum ?


2. Apa Etiologi dari Hiperemis Gravidarum ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Hiperemis Gravidarum ?
4. Apa saja Manifestasi klinis dari Hiperemis Gravidarum ?
5. Apa saja Komplikasi dari Hiperemis Gravidarum ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Hiperemis Gravidarum ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Hiperemis Gravidarum ?
8. Bagaimana Pathway dari Hiperemis Gravidarum ?
9. Bagaimana Pengkajian dari Hiperemis Gravidarum ?
10. Apa saja Diagnosa Keperawatan dari Hiperemis Gravidarum
11. Bagaimana Rencana Keperawatan dari Hiperemis Gravidarum ?
12. Bagaimana Implementasi dari Hiperemis Gravidarum ?
13. Bagaimana Evaluasi dari Hiperemis Gravidarum ?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah ini antara lain:

1. Mengetahui Apa Definisi dari Hiperemis Gravidarum


2. Mengetahui Apa Etiologi dari Hiperemis Gravidarum
3. Mengetahui Bagaimana Patofisiologi dari Hiperemis Gravidarum
4. Mengetahui Apa saja Manifestasi klinis dari Hiperemis Gravidarum
5. Mengetahui Apa saja Komplikasi dari Hiperemis Gravidarum
6. Mengetahui Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Hiperemis Gravidarum
7. Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan dari Hiperemis Gravidarum
8. Mengetahui Bagaimana Pathway dari Hiperemis Gravidarum
9. Mengetahui Bagaimana Pengkajian dari Hiperemis Gravidarum
10. Mengetahui Apa saja Diagnose Keperawatan dari Hiperemis Gravidarum
11. Mengetahui Bagaimana Rencana Keperawatan dari Hiperemis Gravidarum
12. Mengetahui Bagaimana Implementasi dari Hiperemis Gravidarum
13. Mengetahui Bagaimana Evaluasi dari Hiperemis Gravidarum

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).

Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat bahkan
malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)

Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan
(Hellen Farrer, 1999, hal:112)

2.2 Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian


adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam
Mochtar, 1998)
o Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG
o Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan – perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon
dari jaringan ibu terhadap janin.
o Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat

3
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
o Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

2.3 Patofsiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

2.4 Manifestasi klinis

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

 Tingkatan I (ringan)
- Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
- Ibu merasa lemah
- Nafsu makan tidak ada
- Berat badan menurun
- Merasa nyeri pada epigastrium
- Nadi meningkat sekitar 100 per menit
- Tekanan darah menurun
- Turgor kulit berkurang
- Lidah mengering
- Mata cekung

4
 Tingkatan II (sendang)
- Penderita tampak lebih lemah dan apatis
- Turgor kulit mulai jelek
- Lidah mengering dan tampak kotor
- Nadi kecil dan cepat
- Suhu badan naik (dehidrasi)
- Mata mulai ikterik
- Berat badan turun dan mata cekung
- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
 Tingkatan III (berat)
- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
- Dehidrasi hebat
- Nadi kecil, cepat dan halus
- Suhu badan meningkat dan tensi turun
- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

2.5 Komplikasi
 Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan
gagal ginjal, mielinolisis pontine pusat,koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom,
hipoglikemia, sakit kuning, kekurangan
gizi,ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning, avulsionli
mpa, dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umumHG. Pada kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal
karena hiperemesis;Charlotte Bronte adalah korban diduga penyakit ini.
 Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari
7 kg(15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk usia
kehamilan, danlahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita
denganhiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul

5
miripsebagai bayi dari kehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut
penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hyperemesis dilakukan
dengan menetapkan rencana perawatan medis. Pemberian terapi intravena yang
kemudian dipantau pemberian agens farmakologi dan suplemen nutrisi dan
pemantauan wanita respon terhadap intervensi. Perawat mengopservasi wanita
untuk mendeteksi adanya komplikasi seperti aksidosis metabolik, interik atau
himoragi dan memberitahu tenaga keperawatan kesehatan begitu tanda-tanda
tersebut muncul.
B. Penatalaksanaan Medis
1) Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang
maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang
teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum
yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang
boleh masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

6
3) Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4) Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C
dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing
perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk
memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
5) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit
diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain
pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
(Wiknjosastro, 2005)

7
2.8 Pathway

Faktor predisposisi
Faktor alergi Peningkatan estrogen

8
BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat
menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan
mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat
memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis.
2. Data Objektif
3. Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor
menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi
pada bibir dan wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering
dan merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang
khas untuk ketoasidosis.
o Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada
penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala,
stupor dan koma dapat terjadi
o Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar
dapat ditemukan
o Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi
4. Kebutuhan Dasar Khusus
o Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
o Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang
kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
o Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis
: peningkatan konsentrasi urine.

9
o Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah,
Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
lidah kering.
o Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
o Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
o Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus
terapeutik.
o Interaksi social
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota
keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung
yang kurang.
5. Tes Laboratorium
o Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah: nilai hemoglobin dan
hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan
dehidrasi. Anemia yang mungkin merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.
o Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai
akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
b Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
c Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
d Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
e Nausea b.d kehamilan
f Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

10
3.3 Rencana Keperawatan
No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
peningkatan intervensi selama Observasi
kebutuhan 3x24 jam, maka - Identifikasi status nutrisi
metabolisme status nutrisi - Identifikasi alergi dan
Kategori : Fisiologis membaik, dengan intoleransi makanan
Subkategori : kriteria hasil : - Identifikasi makanan yang
Nutrisi dan Cairan - Porsi makanan disukai
D.0019 yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori
Definisi : meningkat dan jenis nutrient
Asupan nutrisi tidak - Berat badan - Identifikasi perlunya
cukup untuk membaik penggunaan selang nasogastrik
memenuhi - Indek Massa - Monitor asupan makanan
kebutuhan Tubuh membaik - Monitor berat badan
metabolisme - Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

11
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, artiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
kehilangan cairan intervensi selama Observasi
aktif 3x24 jam, maka - Periksa tanda dan gejala
Kategori : Fisiologis status cairan hipovolemia (mis. frekuensi nadi
Subkategori : membaik, dengan meningkat, nadi teraba lemah,
Nutrisi dan Cairan kriteria hasil: tekanan darah menurun, tekanan
D.0003 - Kekuatan nadi menyempit, turgor kulit
Definisi : nadi menurun, membrane mukosa
Penurunan volume meningka kering, volume urin menurun,
cairan intravascular, t hematokrit meningkat, haus,
interstisial, dan/atau - Turgor lemah)
intraselular kulit - Monitor intake dan output cairan
meningka Terapeutik
t - Hitung kebutuhan cairan
- Output - Berikan posisi modified
urine Trendelenburg
meningka - Berikan asupan cairan oral
t Edukasi
- Frekuensi - Anjurkan memperbanyak asupan
nadi cairan oral
membaik

12
- Membran - Anjurkan menghindari
mukosa perubahan posisi mendadak
membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk
darah
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
b.d kelemahan intervensi selama Observasi
Kategori : Fisiologis 3x24 jam, maka - Identifikasi gangguan fungsi
Subkategori: toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
Aktivitas/Istirahat meningkat, dengan kelelahan
D.0056 kriteria hasil : - Monitor kelelahan fisik dan
Definisi : - Frekuensi nadi emosional
Ketidakcukupan meningkat - Monitor pola dan jam tidur
energi untuk - Keluhan lelah - Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas menurun ketidaknyamanan selama
sehari-hari - Dispnea saat melakukan aktifitas
aktivitas Terapeutik
menurun - Sediakan lingkungan nyaman
- Dispnea setelah dan rendah stimulus (mis.
aktivitas Cahaya, suara, kunjungan)
menurun - Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktvitas distraksi yang
menenangkan

13
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Risiko syok d.d Setelah dilakukan Pencegahan Syok
kekurangan volume intervensi selama Observasi
cairan 3x24 jam, maka - Monitor status kardiopulmonal
Kategori : Fisiologis tingkat syok (frekuensi dan kekuatan nadi,
Subkategori : menurun, dengan frekuensi napas, TD, MAP)
Nutrisi/Cairan kriteria hasil : - Monitor status oksigenasi
D.0039 - Kekuatan (oksimetri nadi, AGD)
Definisi : nadi - Monitor status cairan (masukan
Berisiko mengalami meningka dan haluaran, turgor kulit, CRT)
ketidakcukupan t - Monitor tingkat kesadaran dan
aliran darah ke - Output respon pupil
jaringan tubuh, yang urine - Periksa riwayat alergi
dapat meningka Terapeutik
mengakibatkan t - Berikan oksigen untuk
disfungsi seluler - Tingkat mempertahankan saturasi
yang mengancam kesadara oksigen 94%
jiwa n

14
meningka - Persiapkan intubasi dan ventilasi
t mekanis, jika perlu
- Akral - Pasang jalur IV, jika perlu
dingin - Pasang kateter urine untuk
menurun menilai produksi urine, jika
- Pucat perlu
menurun - Lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/factor risiko
syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
5. Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen Mual
kehamilan intervensi selama Observasi
Kategori : Psikologis 3x24 jam, maka - Identifikasi pengalaman mual
Subkategori : Nyeri tingkat nausea - Identifikasi isyarat nonverbal
dan Kenyamanan menurun, dengan ketidaknyamanan (mis. bayi,
D.0076 kriteria hasil : anak-anak, dan mereka yang
Definisi :

15
Perasaan tidak - Keluhan tidak dapat berkomunikasi
nyaman pada bagian mual secara efektif)
belakang tenggorok menurun - Identifikasi dampak mual
atau lambung yang - Perasaan terhadap kualitas kualitas hidup
dapat ingin (mis. nafsu makan, aktivitas,
mengakibatkan muntah kinerja, tanggung jawab peran,
muntah menurun dan tidur)
- Identifikasi factor penyebab
mual (mis. pengobatan dan
prosedur)
- Identifikasi antiemetic untuk
mencegah mual (kecuali mual
pada kehamilan)
- Monitor mual (mis. frekuensi,
durasi, dan tingkat keparahan)
- Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Terapeutik
- Kendalikan factor lingkungan
penyebab mual (mis. bau tak
sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual (mis.
kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
- Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
- Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
berwarna , jika perlu
Edukasi

16
- Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
- Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
biofeedback, hypnosis, relaksasi,
terapi music, akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
6. Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
ancaman terhadap intervensi selama Observasi
kematian 3x24 jam, maka - Identifikasi saat tingkat ansietas
Kategori : tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu,
Psikologis menurun, dengan stressor)
Subkategori: kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan
Integritas Ego - Verbalisa mengambil keputusan
D.0080 si - Monitor tanda-tanda ansietas
Definisi : kebingun (verbal dan nonverbal)
Kondisi emosi dan gan Terapeutik
pengalaman menurun - Ciptakan suasana terapeutik
subyektif individu - Verbalisa untuk menumbuhkan
terhadap objek yang si kepercayaan
tidak jelas dan khawatir - Temani pasien untuk
spesifik akibat akibat mengurangi kecemasan, jika
antisipasi bahasa kondisi memungkinkan
yang memungkinkan yang - Pahami situasi yang membuat
individu melakukan ansietas

17
tindakan untuk dihadapi - Dengarkan dengan penuh
menghadapi menurun perhatian
ancaman - Perilaku - Gunakan pendekatan yang
gelisah tenang dan meyakinkan
menurun - Tempatkan barang pribadi yang
- Perilaku memberikan kenyamanan
tegang - Motivasi mengidentifikasi
menurun situasi yang memicu kecemasan
- Konsentr - Diskusikan perencanaan realistis
asi tentang peristiwa yang akan
membaik datang
- Pola tidur Edukasi
membaik - Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan untuk melakukan
kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih pengunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

18
3.4 Implementasi

Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda
lakukan atau tindakan pada pasien.

3.5 Evaluasi

Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan
yangdiberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat
dihentikan. Jikasebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan
harus mengalamiperubahan atau perbaikan

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :


a Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
b Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor predisposisinya
antara lain ; peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan faktor endokrin lainnya.
c Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat tubuh
seperti hati, jantung, otak dan ginjal
d Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun
zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan
gastrointestinal
e Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat
f Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan yaitu dengan
memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya
g Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-obatan,
terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk
terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:

1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan


khususnya dengan masalah keperawatan tentang penyakit Hiperemis Gravidarum dan juga
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.

20
2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan
penyakit Hiperemis Gravidarum harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian
mana saja dari asuhan keperawatan pada Ibu Hamil yang perlu di tekankan.

DAFTAR PUSTAKA

Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC

Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC

Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI.

Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Penerbit:
Arcan

Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC

Morgan,Geri,dkk, 2009, Obstetri&Ginekologi panduan praktik,Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer

Sastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGC

Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta :
EGC.

Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana Asuhan.Jakarta:EGC

21
Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka sarwono
prawirohardjo

22

Anda mungkin juga menyukai