Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA TN.

P DENGAN MASALAH UTAMA BAYI

KONSTIPASI DAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG UNTUK

ANAK DI DESA SIDAYU KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG

Disusun oleh:

Nama : MEFA YUSTANTI

NIM : 2004366

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Kebidanan Komunitas dengan judul Asuhan Kebidanan Keluarga Tn. P

Dengan Masalah Utama Bayi Konstipasi Dan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang

Untuk Anak Di Desa Sidayu Kecamatan Bandar Kabupaten Batang disusun untuk

melengkapi persyaratan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan dan telah disetujui

Pembimbing dan telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Pembimbing .

Batang , Februari 2022


Pembimbing

()
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Keluarga Tn. P Dengan Masalah Utama Bayi Konstipasi Dan

Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Untuk Anak Di Desa Sidayu Kecamatan

Bandar Kabupaten Batang

disusun oleh:

Nama : Mefa Yustanti

NIM : 2004366

Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji laporan praktik Komunitas

Keluarga Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Karya

Husada Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

1. Penguji I : .............................

2. Penguji II : .............................
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN

Tulisan yang tertera dalam laporan praktik Asuhan Kebidanan Keluarga ini belum

pernah disampaikan atau diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan di Universitas Karya Husada Semarang.

Berdasarkan pengetahuan dan keyakinan saya, laporan Praktik Komunitas Keluarga

ini tidak memuat tulisan-tulisan yang pernah disajikan atau dipublikasikan orang

lain secara keseluruhan, kecuali tulisan orang lain hanya digunakan sebagai rujukan.

Tanda Tangan :

Tanggal/Bulan/Tahun :
BAB I
LATAR BELAKANG

Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu

(ASI) merupakan sumber energi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang

seimbang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan, manfaat pemberian

ASI tidak hanya dirasakan oleh bayi tetapi juga oleh ibu, lingkungan bahkan negara.

Pada usia 6 bulan kebutuhan bayi akan zat gizi makinbertambah karena seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangan bayi, sedangkan produksi ASI mulai menurun,

sehingga bayi sangat memerlukan makanan tambahan sebagai pendamping ASI.

Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan

mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Proses pencernaan makanan dapat

terjadi secara normal dan dapat mengalami gangguan, hal ini dikarenakan zat makanan

yang dicerna oleh tubuh, sehingga dapat terjadi masalah dalam pencernaan seperti

konstipasi. Setelah usia 6 bulan, kebutuhan gizi bayi tidak cukup jika hanya

mengandalkan ASI, sehingga membutuhkan MP-ASI. Biasanya, bayi memiliki tanda-

tanda yang menunjukkan telah siap menerima makanan lain selain ASI. (Production,

2017).

Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka gerbang bagi masuknya

penyakit. Menurut Williams dan Wilkin (2016) hasil riset menunjukkan bahwa bayi

yang mendapat MP-ASI sebelum berusia 6 bulan lebih sering terkena diare, batuk,

pilek, panas, konstipasi/sembelit dibandingkan bayi yang mendapat MP ASI ≥ 6 bulan.

Risiko pemberian MP-ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan yang

terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam

makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat

merugikan. Asupan makanan/minuman selain ASI kepada bayi sebelum usia 6 bulan

juga dapat mengakibatkan bayi sering sakit dan memicu timbulnya alergi karena

imunitas yang menurun. Akibat-akibat tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dan


perkembangan bayi.(Usmiyati & Maulida, 2017) Lebih dari 90% bayi baru lahir akan

mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama sedangkan sisanya akan

mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi

maka hal ini harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidakteraturan

defekasi bukanlah suatu obstipasi pada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi

keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan,

yang kemudian akan mengeluarkan tinja dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi.

Hal ini masih dikatakan normal. Bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan

menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.(Sudarti, 2016).

Konstipasi pada anak dimulai dari rasa nyeri saat buang air besar. Karena nyeri

saat buang air besar biasanya anak mulai menahan-nahan tinja agar tidak dikeluarkan

untuk menghindari rasa tidak nyaman atau nyeri tersebut. Jika menahannahan buang

air besar terus berlanjut, maka keinginan buang air besar akan berangsur hilang yang

akan mengakibatkan penumpukan tinja. Proses buang air besar yang tidak lancer akan

menyebabkan tinja menumpuk hingga menjadi lebih banyak dari biasanya dan dapat

menyebabkan feses mengeras yang kemudian dapat berakibat pada spasme sfingter

anus. Distensi rectal kronik menyebabkan kehilangan sensitifitas rektal, keinginan

defekasi yang dapat berdampak pada inkontinensi afekal ( Suarsyaf1 ,2015).

Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak, dan dapat

menimbulkan masalah sosial maupun psikologis. Sering ditandai dengan cemas ketika

defekasi karena nyeri saat buang air besar. Berdasarkan kondisi patofisiologis

konstipasi diklasifikasikan menjadi konstipsi fungsional dan konstipasi akibat kelainan

struktural. Menurutthe North American Society for Pediatric Gastroenterology and

Nutrition (NASPHGAN), konstipasi adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan

defekasi selama dua minggu atau lebih dan mampu menyebabkan stress pada pasien.

Konstipasi dapat terjadi karena ibu memberikan makanan padat dan tidak memberikan

ASIsehingga bayi mengalami gangguan saluran pencernaan dan kekurangan cairan.

Apabila tidak tertangani dengan baikkonstipasi yang berat atau cukup hebat dapat
terjadi obstipasi. Obstipasi ini dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat

membahayakan bagi bayi dan balita. (Wulandari, 2016). Keluhan konstipasi sering

menjadi alasan orang tua mengajak anaknya berobat. Konstipasi tidak dipengaruhi

oleh status sosial, ekonomi, dan jumlah anak.

Penanganan konstipasi dilakukan dengan terapi farmakologi maupun non

farmakologi. Terapi farmakologi dengan pemberian obat laksatif sedangkan terapi non

farmakologi dengan diit dan perubahan perilaku. Salah satu terapi non farmakologi

pada konstipasi adalah dengan terapi pijat. (Wulandari, 2016). Pijat merupakan terapi

sentuhan yang dikenal sejak berabad-abad silam. Bahkan terapi ini sudah dikenal sejak

awal manusia ada di dunia. Laporan mengenai seni pijat untuk pengobatan tercatat di

Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran pada zaman Mesir Kuno. Di India juga

ditemukan Ayur Veda, buku kedokteran tertua (sekitar tahun 1.800 sebelum masehi)

menuliskan tentang terapi pijat, diet dan olahraga pada masa itu. Selain itu, sekitar

5.000 tahun yang lalu, para dokter di China dari dinasti Tang meyakini bahwa pijat

adalah salah satu dari empat teknik pengobatan yang penting. Terapi pijat sudah

dilakukan sejak jaman nenek moyang. Pijat bayi sendiri merupakan seni perawatan

kesehatan bayi dengan terapi sentuh dengan teknik-teknik tertentu sehingga

bermanfaat bagi kesehatan bayi. Beberapa penelitian tentang terapi pijat bayi banyak

dilakukan dan memberikan dampak yang baik bila dihubungkan dengan kondisi dan

penyakit pada anak. Salah satu manfaat dari terapi pijat antara lain melancarkan

peredaran darah, pencernaan dan pertumbuhan. Handajani menyatakan bahwa,

“Terdapat manfaat yang nyata dari pijat bayi yang dilakukan terhadap anak usia 0-12

bulan”. Serta didukung Penelitian medis yang telah membuktikan banyak manfaat dari

pijat bayi dan balita (Zeevenhooven, Koppen, and Benninga 2017).


BAB II

ANALISA DATA DAN PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

Berdasarkan pengumpulan data subyektif melalui wawancara dan data obyektif

melalui observasi pasien dan pemeriksaan fisik dari keluarga sasaran pengkajian yang

dilakukan pada hari Rabu tanggal 02 Februari 2022 jam 11.00 WIB , maka hasil

pengkajian diperoleh keluarga Tn. P umur 30 tahun, tinggal di Desa Sidayu

Kecamatan Bandar Kabupaten Batang memiliki anggota keluarga : Ny. M umur 26

tahun, anak AH umur 6 tahun dan bayi umur MI 8 bulan. Hasil wawancara dan

observasi diperoleh masalah yaitu bayi dengan konstipasi dan pengetahuan tentang

gizi seimbang untuk anak .

A. Identitas Umum

1. Identitas Kepala Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. P

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa Sidayu RT 4 RW 3, Kecamatan

Bandar, Kabupaten Batang

Nomor Telepon : 085799408117

2. Komposisi Keluarga

L/ Hub. Pendidik
No Nama Umur Imunisasi KB
P Kel an

30 Tidak
1 Tn. P L Suami SMP -
tahun lengkap

2 Ny. M P Istri 26 SMP Tidak Suntik


tahun lengkap 3 bulan

3 An. AH L Anak 6 tahun SD Kelas 1 Lengkap -

DPT III

4 An. MI L Anak 8 bulan - Polio III -

IPV

3. Genogram

Ny.H Tn. R Ny.K


Tn. F

Tn. P Tn. G Tn. J Ny.M


An. F

An. AH An.MI

Ket. Genogram :

: Laki – laki

: Perempuan

: Keluarga dengan masalah kesehatan

: Keluarga dengan masalah kesehatan

: Garis pernikahan

4. Tipe Keluarga

a. Jenis Tipe Keluarga

Keluarga Tn. P adalah tipe keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan 2

anak

b. Masalah Yang Terjadi Dengan Tipe Tersebut

Jika ada kelurga yang mengalami penyakit menular maka anggota kelurga

yang lain akan tertular.


5. Suku Bangsa ( Etnis )

a. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga

Tn. P berasal dari suku Jawa dan Ny. M juga berasal dari suku Jawa .

Bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah Bahasa Jawa. Tn. P tinggal

bersama keluarga inti di Desa Sidayu Kecamatan Bandar Kabupaten

Batang dengan sebagian besar masyarakat suku jawa dan bersifat homogen.

b. Kegiatan – kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan

Kegiatan keagamaan yang ada di ikuti oleh Tn.P dan Ny. M adalah

kegiatan Yasinan di Mushola RT. Putra Tn. P mengikuti Sekolah Pagi dan

Sekolah Madrasah Diniyah pada sore hari. Setelah Maghrib mereka

mengaji dengan guru ngaji terdekat. Kegiatan ini tetap berlangsung selama

pandemi dengan menggunakan protokol kesehatan.

c. Kebiasaan diet dan berbusana

Keluarga Tn. P tidak melakukan diet. Busana yang di gunakan adalah

busana modern yang sederhana sesuai kegiatan.

d. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern

Struktur keputusan dalam keluarga terletak pada suami tetapi sebelumnya

melaui musyawarah terlebih dahulu.

e. Bahasa yang digunakan dirumah

Seluruh anggota keluarga Tn. P menggunakan bahasa Jawa dalam

berkomunikasi sehari-hari

f. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi

Keluarga Tn. P melibatkan tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan

seperti PKD dan Puskesmas dalam perawatan kesehatan.

6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

a. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan agama mereka

Seluruh anggota keluarga Tn. P menganut agama Islam dan memiliki


pandangan yang sama dalam keyakinan beragama.

b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau

organisasi keagamaan

Keluarga Tn. P aktif terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti

Yasinan RT. Kegiatan Yasinan dilakukan dengan protokol kesehatan.

c. Agama yang dianut oleh keluarga

Agama yang dianut oleh keluarga Tn. P adalah Islam

d. Kepercayaan – kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam

kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan.

Keyakinan keluarga Tn. P tidak bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan,

beranggapan bahwa penyakit

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga

a. Pekerjaan Tn. P adalah Petani

b. Penghasilan cukup untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari

c. Jumlah pendapatan Tn. P kurang lebih Rp. 3000.000,-/ bulan

d. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk kebutuhan hidup

sehari-hari

e. Penentuan keuangan menjadi tanggungjawab istri.

8. Aktivitas Rekreasi Sehari – hari

Keluarga Tn. P tidak melakukan rekreasi secara rutin dan teratur. Kegiatan

rekreasi dilakukan jika ada kegiatan tertentu seperti Kegiatan Ziarah dan

Rekreasi yang di adakan oleh sekolah putranya. Saat pandemi ini kegiatan

tersebut tidak dilakukan, keluarga mengisi waktu luang denhan menonton

televisi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. P saat ini dalam tahap perkembangan ke 4. Tahap keluarga ini

bisa dibilang sebagai tahap perkembangan dengan aktivitas paling sibuk. Saat
ini, anak tertua akan berusia 6-12 tahun dengan aktivitas yang padat, begitu pula

orangtua yang harus bekerja atau beraktivitas dengan agendanya sendiri.

Tugas orangtua pada fase ini membantu anak beradaptasi dengan lingkungan

dan menjaga keintiman dengan pasangan. Sedangkan tugas tambahan lainnya

adalah menyiapkan kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Dari semua tugas perkembangan di atas, masih ada tugas yang belum terepenuhi

yaitu Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

C. Riwayat kesehatan keluarga inti

1. Riwayat keluarga sebelumnya

a. Keluarga Tn. P tidak mempunyai Riwayat penyakit keturuanan yaitu Hipertensi

dan DM

b. Keluarga Tn. P tidak mempunyai Riwayat penyakit menular seperti TBC,

Heapatitis, HIV/AIDS

2. Riwayat masing – masing anggota keluarga

Imunisasi
Keadaan
(BCG/Polio/ Masalah Tindakan yang
No Nama umur BB Kesehat
DPT/HB/ Kesehatan telah dilakukan
an
Campak )

30 65 Periksa ke
1 Tn. P Sehat - -
tahun kg PKD jika sakit

26 Periksa ke
2 Ny. M Sehat - -
tahun 55kg PKD jika sakit

Jika an..AH
Tidak suka
6
sakit Ny. M
3 An. AH 19kg Sehat Lengkap makan
tahun
memeriksakan
sayuran
ke PKD
Jika an. MI
DPT III
8 Mengalami sakit Ny. M
4 An. MI 7,5 Sehat POLIO III
bulan konstipasi memeriksakan
kg IPV
ke PKD

3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan

Menurut Tn. P jika dalam anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke fasilitas

kesehatan seperti PMB, PKD dan Puskesmas.

D. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik rumah ( lengkapi dengan denah rumah )

VI
IV V
II

II
III II
II

Keterngan :

I : Ruang Tamu

II : Kamar Tidur

III : Ruang Keluarga

IV : Ruang Makan

V : Dapur

VI : Kamar Mandi

2. Karakteristik Karakteristik tetangga & komunitas RW

Tetangga yang berada di dekat keluarga Tn. P memperhatikan kesehatan

lingkungan dan tetangga.

3. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn. P adalah penduduk asli tinggal di Desa Sidayu Kecamatan

Bandar Kabupaten Batang

4. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat

Ny M mengikuti kegiatan arisan ibu –ibu di lingkungan sekitar rumah.

5. Sistem pendukung keluarga

Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik karna Tn. P , istri dan

anaknya mampu berinterksi di lingkungan sekitar. Keluarga Tn. P mempunyai

jaminan kesehatan ( KIS ) sehingga tidak ada kendala dalam biaya pengobatan

apabila ada anggota keluarga yang sakit.

E. Struktur Keluarga

1. Pola Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga Tn. P sangat baik dan intensitas komunikasi sering

dilakukan serta tidak ada masalah dalm komunikasi.

2. Struktur kekuatan keluarga

Keputusan diambil dengan cara musyawarah antar anggota keluarga dengan

Tn. P sebagai kepala keluarga.

3. Struktur peran

a. Peran Formal :

Ayah : sebagai kepala keluarga. pencari nafkah

Ibu : sebagai ibu rumah tangga, merawat keluarga

b. Peran Informal :

Ayah : sebagai pelindung keluarga

Ibu : memberikan kasih sayang kepada keluarga

4. Nilai dan norma keluarga

Nilai-nilai yang di anut oleh keluarga Tn. P adalah agama islam mengajarkan

kepada anak-anaknya shalat 5 waktu dan norma budaya Jawa yang

mengajarkan budaya sopan santun dalam berinteraksi dengan keluarga dan

lingkungan sekitar.
F. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. P saling melindungi, saling menghargai dan saling menyayangi

sehingga keluarga merasa aman dan harmonis.

2. Fungsi sosialisasi

Komunikasi keluarga Tn. P sangat baik dan terjaga, menerapkan kedispilinan

untuk memenuhi semua peraturan yang berlaku di masyarakat

3. Fungsi perawatan kesehatan

a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah

b. Kemampuan keluarga dalam merawat dan memeriksakan kesehatan

keluarga apabila ada yang sakit

c. Kemampuan keluarga dalam menjaga kesehatan masing-masing anggota

dan lingkungan cukup baik

d. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan

yang tepat

4. Fungsi reproduksi

Tn. P dan Ny. M menikah pada usia 20 tahun dan 16 tahun . lama pernikahan

10 tahun. Jarak kehamilan yang pertama dengan usia pernikahan adalah 5

tahun dan dari pernikahan tersebut dapat memberikan keturunan 2 anak yaitu 2

anak laki-laki.

5. Fungsi ekonomi

Kebutuhan pangan keluarga Tn. P dapat terpenuhi dengan baik dan kebutuhan

lainnya bisa di beli jika ada pendapatan yang lebih

G. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek dan panjang


Ny. P mengatakan tidak ada masalah berat selama ini.

2. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stressor

Bila ada masalah kesehatan berespon terhadap situasi / stressor

3. Strategi koping yang digunakan

Strategi yang pada Tn. P di gunakan yaitu strategi berasaskan dengan

menggunakan musyawarah.

4. Strategi adaptasi disfungsional

Sampai saat ini belum di temukan adaptasi disfungsi

H. Harapan Keluarga

1. Terhadap masalah kesehatannya

a. Ibu berharap anaknya yang pertama suka makan sayuran

b. Ibu berharap bayinya tidak lagi mengalami konstipasi.

2. Terhadap petugas kesehatan yang ada

a. Dapat memberikan konseling kepada Ny. M supaya membiasakan anaknya

makan gizi seimbang supaya anak tidakmpilih-pilih makanan.

b. Dapat memberikan Konseling tentang pijat bayi konstipasi supaya bayinya

tidak mengalami konstipasi.

Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

1 Data Subyektif : Kebiasaan lingkungan Karena kebiasaan pilih-

a. An. AH mengatakan umur untuk jarang makan sayur pilih makanan An. H

6 tahun kadang mengalami

b. A. AH mengatakan tidak susah buang air besar.

suka dan tidak terbiasa

mengkonsumsi

sayuran
Data Obyektif :

a. KU : Baik

b. Keasdaran : Comosmentis

c. TTV :

1) TD : -

2) S : 36.5°C

3) N : 80x/mnt

4) RR : 20x/mnt

5) BB : 19 kg

6) TB : 120 cm

7) Pemeriksaan fisik

dalam batas normal

2 Data Subyektif : Bayi mengalami Kurangnya pengetahuan

a. Ny. M mengatakan umur konstipasi ibu tentang pijat

An. MI 8 bulan konstipasi

b. Ny. M mengatakan An.

MI ASI eksklusif dan

sekarang sudah mulai

MP-ASI

Data Obyektif :

a. KU : Baik

b. Keasdaran : Comosmentis

c. TTV :

8) TD : -

9) S : 36.6°C

10) N : 100x/mnt
11) RR : 30x/mnt

12) BB : 7,5 kg

13) TB : 74 cm

14) Pemeriksaan fisik

dalam batas normal

Prioritas Masalah

Diagnosa 1 : An. AH umur 6 th dengan kebiasaan jarang makan sayur

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 Sifat masalah 2 1 2/3x1=2/3 Kebiasaan jarang makan sayur akan

membuat defisiensi gizi

2 Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 Latar belakang pendidikan A. AH

masalah dapat SD Kelas 1 sehingga memudahkan

diubah untuk berkomunikasi.

3 Potensi 1 1 1/3x1=1/3 An. AH masih belum bsa menyukai

masalah untuk makan sayur karena kebiasaan

dicegah keluarga jarang makan sayur

4 Menonjolnya 0 1 0/2x1=0 Kebiasaan An. AH tidak suka sayur

masalah bukan masalah besar karena

keluarganya juga jarang

mengkonsumsi sayur.

Total Skor 3

Diagnosa 2 : A. MI umur 8 bulan dengan konstipasi

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 Sifat masalah 3 1 3/3x1=1 An. MI umur 8 bulan mengalami


konstipasi yang jika dibiarkan akan

mempengaruhi kesehatan anak.

2 Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 Latar belakang pendidikan orangtua

masalah dapat yaitu Ny. M SMP Sehingga

diubah memudahkan untuk menerima

informasi dan penjelasan yang

diberikan oleh nakes

3 Potensi 2 1 2/3x1=2/3 Memberi terapi pijat bay konstipasi

masalah untuk untuk membantu anak MI supaya

dicegah tidak mengalami konstipasi

4 Menonjolnya 2 1 2/2x1=1 AN. MI yang berusia 8 bulan sudah

masalah mengkonsumsi MP-ASI sehingga

potensi konstipasi akan terjadi

Total : 4 2/3

Diagnosa kebidanan berdasarkan prioritas :

1. An. MI dengan konstipasi

2. An. AH dengan kebiasaan tidak suka makan sayur


RENCANA ASUHAN KEBIDANAN

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

Umum Khusus Kriteria Standar

1 An. MI umur 8 Setelah orangtua Diharapkan Ny. M Ny. M mampu mengerti Keluarga mampu 1. Melakukan konseling

bulan dengan diberikan konseling mengerti dan memahami dan memahami tentang: mengerti dan tentang :

konstipasi tentang pijat bayi tentang : a. Pengertian Pijat memahami tentang a. Pengertian Pijat bayi

konstipasi diharapkan a. Pengertian Pijat bayi konstipasi pijat bayi konstipasi konstipasi

dapat mengatasi bayi konstipasi b. Cara pijat bayi dan Ny. M bersedia b. Cara pijat bayi

masalah knstipasi b. Cara pijat bayi konstipasi melakukan pijat bayi konstipasi

pada anak. konstipasi c. Manfaat pijat konstipasi c. Manfaat pijat bayi

c. Manfaat pijat bayi bayi konstipasi konstipasi

konstipasi 2. Menganjurkan Ny. M

untuk melakukan

pijat bayi konstipasi


pada An. MI

2 An. AH umur 6 Setelah diberikan Diharapkan An. AH An. AH mampu mengerti Keluarga mampu 1. Melakukan pendidikan

tahun dengan pendidikan kesehatan mengerti dan memahami dan memahami gizi mengerti dan kesehatan tentang gizi

kebiasaan jarang tentang gizi seimbang tentang Gizi Seimbang seimbang memahami tentang seimbang

makan sayur diharapkan anak mau gizi seimbang dan 2. Menganjurkan An AH

makan sayur. An. AH bersedia untuk mulai suka makan

makan makanan sayur

bergizi seimbang
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kendala yang terjadi dalam penyelesaian masalah adalah sebagai berikut :

1. Ny. M takut melakukan pijat bayi karena tidak terbiasa melakukan pijat

bayi.

2. Melakukan pijat bayi konstipasi memerlukan pemahaman yang cukup

dalam aplikasinya kepada bayi

3. Ibu dan keluarga masih tidak terlalu yakin untuk bisa melakukan pijat

sendiri

4. An. AH masih terlihat enggan untuk makan sayur

5. An. AH masih menganggap kebiasaannya tidak suka makan sayur

bukanlah suatu masalah.

B. Alternatif pemecahan masalah

1. Melakukan Konseling dan mengajari caranya pijat bayi konstipasi

2. Mengawasi ibu saat dilakukannya pijat bayi konstipasi sampai benar

langkah-langkahnya

3. Melakukan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang dan akibatnya

bila tidak mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang

4. Menganjurkan orangtua untuk membiasakan menu gizi seimbang untuk

konsumsi sehari-hari.
BAB IV

KESIMPULAN

Setelah memberikan asuhan kebidanan keluarga berupa KIE tentang

pijat bayi konstipasi dan gizi seimbang, penulis mendapat gambaran nyata

pelaksanaan Asuhan kebidanan keluarga pada keluarga Tn. P dengan

masalah utama bayi konstipasi dan kebutuhan gizi seimbang pada anak Di

Desa Sidayu Kecamatan Bandar Kabupaten Batang . Analisis diperoleh dari

pengkajian, penegakan diagnosis kebidanan, perencanaan, implementasi,

sampai dengan evaluasi. Pada kasus An. MI ditegakkan diagnosis

kebidanan dengan masalah utama konstipasi. Dengan implementasi wujud

dari perencanaan yang disusun, diagnosis tersebut dapat diatasi. Faktor

pendukung dalam asuhan kebidanan keluarga ini adalah kemauan seluruh

anggota keluarga untuk mengerti dan memahami tentang pijat bayi

konstipasi dan gizi seimbang.


DAFTAR PUSTAKA

Jurnalis YD, Sarmen S, Sayoeti Y. Konstipasi Pada Anak. CDK-200. 2013;

40(1):27-31 McClurg D, Lowe-Strong A. Does Abdominal Massage Relieve

Constipation?.

Nursing Times. 2011; Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 2, Nomor

1, Maret 2021 39 Parasita, Niluh Ayu. dkk. (2021) 107(12): 20-2.

Abdurrahman, S. M. (2015). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Di

Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Jurnal

Keperawatan, 3(1), 1–18 “

Amry RY. Analisis Faktor-Faktor Kejadian Konstipasi Pada Lanjut Usia Di Panti

Wredha Budhi Dharma Umbulharjo Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan

Volume 9. No. 2 Juli. Yogyakarta: Stikes Surya Global; 2013. –

Bennett, Cathy, Angela Underdown, and Jane Barlow. 2013. “Massage for

Promoting Mental and Physical Health in Typically Developing Infants under

the Age of Six Months.” Cochrane Database of Systematic Reviews 2013(4).

Claudina dkk. 2018. Hubungan Asupan Serat Makanan Dan Cairan Dengan

Kejadian Konstipasi Fungsional Pada Remaja Di Sma Kesatrian 1 Semarang.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 6, Nomor 1,

Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)

Iacono, G., Merolla R., D’Amico, D., Bonci, E., Cavatio, F., Di Prima. (2010).

Gastrointestinal Symptoms in Infants:A Population-Based Prospective Study.

Dig Liver Dis; 37: 432.9

Kadim, Muzal, and Bernie Endyarni. 2016. “Manfaat Terapi Pijat Pada Konstipasi

Kronis Anak.” Sari Pediatri 12(5): 342.

Mayriza Wulandari. (2016). Hubungan Antara Asupan Serat Dengan Kejadian


Konstipasi Pada Pekerja Di PT.Tiga Serangkai Surakarta.

Syuarsyafl dkk. 2015. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konstipasi. Majority Volume

4 Nomor 9 Desember 2015 Setiawan. 2017. Perbedaan Kejadian Konstipasi

Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Asi Ekslusif Dan Non Ekslusif. Oksitosin,

Kebidanan, Vol. Iv, No. 2, Agustus 2017: 78-84

Rochsitasari N, Santosa B, Puruhita N. Perbedaan Frekuensi Defekasi Dan

Konsistensi Tinja Bayi Sehat Usia 0-4 Bulan Yang Mendapat ASI Eksklusif,

Non Eksklusif, Dan Susu Formula. Sari Pediatri. 2011; 13(3): 191-9.

Suranto A. Pijat Anak. Jakarta: Penebar Swadaya Grup; 2011. Wang X, Yin J.

Complementary and Alternative Therapies for Chronic Constipation.

EvidenceBased CAM. 2015; 2015(1): 1-11.

Xu, Xiao Hu et al. 2014. “A Randomized Controlled Trial of Acupuncture to Treat

Functional Constipation: Design and Protocol.” BMC Complementary and

Alternative Medicine 14(1): 423.

http://bmccomplementalternmed.biomedcentral.com /articles/10.1186/1472-

6882-14-423 (March 12, 2021).

Zeevenhooven, Judith, Ilan J.N. Koppen, and Marc A. Benninga. 2017. “The New

Rome IV Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders in Infants and

Toddlers.” Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition 20(1): 1–13.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai