Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada An.A


Dengan Diare Cair Akut (DCA)
Rumah Sakit Tentara Ciremai Kota Cirebon

Disusun Oleh :
Citra Anggraeni (CKR0190172)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KAMPUS 2 STIKKu
Jl. Pangeran Drajat No 40A, Drajat, Kec. Kesambi, Kota Cirebon,
Jawa Barat 45133

2022

i
DAFTAR ISI
A Konsep Penyakit.............................................................................................................1
I Definisi Penyakit..........................................................................................................1
II Etiologi.........................................................................................................................1
III Manifestasi Klinis....................................................................................................2
IV Komplikasi...............................................................................................................2
a Gangguan Elektrolit.................................................................................................2
b Demam.....................................................................................................................4
c Edema/Overhidrasi...................................................................................................4
d Asidosis Metabolik...................................................................................................5
e Ileus Paralitik...........................................................................................................5
f Kejang......................................................................................................................5
V Diagnosa Banding........................................................................................................6
VI Pathway.......................................................................................................................8
B Pengkajian......................................................................................................................9
I Wawancara...................................................................................................................9
II Pemeriksaan Fisik......................................................................................................10
III Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................10
IV Analisa Data...........................................................................................................11
C Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.........................................................12
D Rencana Asuhan Keperawatan...................................................................................12
E Daftar Pustaka..............................................................................................................15

i
A Konsep Penyakit

I Definisi Penyakit

Dikutip dari WHO (2013) diare dapat diartikan bertambahnya defekasi atau
buang air besar lebih dari normal atau lebih dari tiga kali dalam satu hari
disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah. Menurut
Depkes RI (2010) diare adalah penyakit dengan tanda adanya perubahan
konsistensi dari tinja melembek sampai cair. (Krismawati et al., 2020)

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi atau anak atau
orang dewasa yang sebelumnya sehat dan berlangsung singkat. Diare diartikan
sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair. (Janah, 2019)

II Etiologi

1. Infeksi : virus ( rotavirus ,adenavirus,enterovirus ) , bakteri ( shigela,


salmonela e.coli ), parasit ( cacing ), kandida ( candida albicons ).
2. Faktor parental: infeksi di bagian tubuh lain .
3. Faktor imunodefisiensi.
4. Faktor malabsorbsi :karbohidrat , protein, lemak.
5. Faktor makanan :makanan basi , beracun , terlalu banyak lemak, sayuran di
masak kurang matang.
6. Faktor psikologis: rasa takut. (Yudhistira, 2007)

1
III Manifestasi Klinis

1. Mula-mula anak / bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu


makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3. Warna tinja berubah-ubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek, ubun-ubun dan mata
cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
menurun, denyut jantung cepat, pasien lemas dan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang ( oliguria sampai anuria ). (Janah, 2019)

IV Komplikasi

a Gangguan Elektrolit

1. Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma150 mmol/L. memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plama yang
cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak.
Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik
dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan
menggunakan cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung
kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa
kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan dengan
rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali
natrium plasma setelah 8 jam.

2
Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan
untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCI pada setiap 500 ml cairan
infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet
normal dapat mulai diberikan, lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti
2. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia (Na130
mmol/L) Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efektif
untuk terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi Bila tidak
berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan
rehidrasi yaitu memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na
koreksi (mEq/l)=125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan
dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2
mEq/L/jam.
3. Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, korekai dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB iv pelan-pelan dalam
5-10 menit dengan monitor detak jantung.
4. Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut
kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L. diberikan peroral 75
mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5mEq/L maka diberikan secara
intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.

3
Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam)
diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar
K terukur BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x HB) Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, litik usus, gangguan fungsi ginjal dan
aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti. (Putri, 2019)

b Demam

Demam sering terjadi pada infeksi Shigella dysentriae dan rotavirus. Pada
umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam, Pengobatan yang diberikan berupa kompres atau
antipiretika dan antibiotika jika ada infeksi

c Edema/Overhidrasi

Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasanya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi
bila ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita
dehidrasi berat yang diberi larutan garam faali. Pengobatan dengan
pemberian cairan intravena dan oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang

4
d Asidosis Metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya


basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik,
yang ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat. Pemberian oralit
yang cukup mengadung bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis.

e Ileus Paralitik

Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa
perut kembung, muntah, peristaltic usus berkurang atau tidak ada.
Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang
mengandung banyak K.

f Kejang

Kejang dapat terjadi akibat hipoglikemia karena anak dipuasakan terlalu


lama. Bila penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv,
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika koma
tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan pemberian glukosa
intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali (Putri, 2019)

5
V Diagnosa Banding

Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat memberikan
pengobatan yang lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi atas diare akut
yang disertai demam atau tinja berdarah dan diare akut yang tidak disertai
demam atau tinja berdarah. (Ananda, 2016)

A. Pasien Diare Akut Disertai Demam dan Tinja Berdarah

Observasi umum: diare sebagai akibat mikroorganisme invasif, lokasi


sering di daerah kolon, diarenya berdarah sering tapi jumlah volume
sedikit, senng diawali diare air.

Patogen:

1. Shigella spp
2. Campylohacterjejimi
3. Salmonella spp, Aeromonas hydrophila, V.parahaemolyticus,
Plesiomonas shigelloides, Yersinia.

Diagnosis:

1. Diferensiasi klinik sulit, terutama membedakan dengan penyakit usus


inflamatorik idiopatik non infeksi,
2. Banyak leukosit di tinja (patogen invasif),
3. Kultur tinja untuk Salmonella, Shigella. Campylobacter, Yersinia.
4. Darah tebal untuk malaria

6
B. Diare Akut Tanpa Demam Ataupun Darah Tinja

Observasi umum: patogen non-invasif (tinja air banyak, tidak ada leukosit
tinja), sering disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering manifestasi dari
diare turis (85% kasus), pada kasus kolera, tinja seperti cucian beras, sering
disertai muntah.

Patogen:

1. Emerotoxigenie Escherichia coli (ETEC)


2. Giardia lamblia
3. Rotavirus, virus Norwalk
4. Eksotoksin Preformed dari S.aureus, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens (tipe A), diare disebabkan toksin dikarakterisasi oleh lama
inkubasi yang pendek 6 jam
5. Penyebab lain: Vibrio parahaemolyticus (ikan laut dan Shell fish yang
tidak cukup didinginkan). Vibrio cholerae (kolera), Bahan toksik pada
makanan (logam berat misal preservatif kaleng, nitrit, pestisida,
histamin pada ikan), jamur.

Diagnosis:

Tidak ada leukosit dalam tinja, kultur tinja (sangat rendah pada diare air),
tes untuk ETEC tidak biasa, tersedia pada laboratorium rutin, pemeriksaan
parasit untuk tinja segar, sering beberapa pemeriksaan ulangan dibutuhkan
untuk mendeteksi Giardia lamblia. (Ananda, 2016)

7
VI Pathway

Faktor Penyebab Diare

Infeksi Makanan Psikologis Malabsorbsi

Makanan tdk diserap


Enteral Parenteral
(Infeksi di luar sis- Racun / alergen Aktivasi saraf Tek. osmotik ↑
tem pencernaan) otonom
(Respon impuls Pergeseran air dan
Infeksi sal. cerna kolinergik) elektrolit ke dlm
Peradangan sal. cerna lumen usus

Toksin Hiperperistaltik Isi usus ↑

Frek. Defekasi ↑
- Mual / muntah
Hipersekresi mukosa saluran cerna
- Nyeri abdomen
- Cemas
Lambung Usus
- Reabsorbsi nutrien ↓ →
Kekurangan nutrisi
Muntah Diare
Area sekitar anus lecet
Kehilangan cairan & elektrolit (Ggn integritas kulit)

Anak MRS (hospitalisasi) Terapi invasif (infus)


- Protes
- Putus asa Risiko infeksi
- Pasrah

Gangguan peran (bermain)


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

8
B Pengkajian

I Wawancara

1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a Awalan serangan : awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
b Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bagian
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, mukosa bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi cair.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi
4. Riwayat psikososial keluarga
5. Kebutuhan dasar
a Pola eleminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
b Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
c Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d Pola hygiene : K ebiasaan mandi setiap harinya
e Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen. (Janah, 2019)

9
II Pemeriksaan Fisik

a Pemeriksaan psikologisKeadaan umum tampak lemah, kesadaran


komposmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
b Pemeriksaan sistematik
 Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan. merahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen
 Palpasi : turgor kulit kurang elastis
 Auskultasi : terdengarnya bising usus
c Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
d Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun,
e Pemeriksaan penunjang
f Pemeriksaan tinja, hematologi dan widal. (Janah, 2019)

III Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmentis sampai koma,
suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
2. Pemeriksaan sistematik
 Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen
 Palpasi : tugor kulit kurang elastis
 Auskultasi : terdengarnya bising usus

10
3. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
5. Pemeriksaan tinja, hematologi dan widal

IV Analisa Data
No DATA SUBJEKTI DAN Etiologi Masalah
OBJEKTIF
1. DS : : orang tua klien mengatakan klien Output Ketidak
sering buang air besar cair 5x sehari. cairan yang seimbangan
DO : klien terlihat lemah dan klien hanya berlebih cairan dan
berbaring ditempat tidur. melalui elektrolit.
-BAB 5x sehari. feses.
-mukosa mulut dan bibir kering.
-mata tidak cekung .
-turgor kulit baik dapat kembali dalam 2
detik.
2. DS :orang tua klien mengatakan klien Kurang Resiko
kurang nafsu makan. cairan nutrisi
DO :-klien terlihat lemah karena diare kurang dari
-porsi makan yang di sediakan rs tidak di intake yang kebutuhan
habiskan hanya ½ porsi yang di sediakan tidak ade tubuh.
dan klien tampak lemah 2x sehari. kuat.
-minum ASI 2X

11
C Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
dan anoreksia
3. resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dapak
sekunder dari diare .
4. resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan dengan
frekuensi bab ( diare ).
5. anslitas anak berhubungan dengan tindakan invesiv. (Yudhistira, 2007)

D Rencana Asuhan Keperawatan


N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
O Keperawatan

12
1. Kekurangan a.Tanda vital 1. Pantau tanda dan 1. Penurunan - klien
volume cairan dalam batas gejala kekurangan sisrkulasi tidak
berhubungan batas normal cairan dan elektrolit volume cairan mengeluh
dengan (N: 120-60 2. Pantau intake dan menyebabkan BAB cair
kehilangan cairan x/mnt, S; 36- output kekeringan lagi
aktif 37,5 c, 3. Timbang berat mukosa dan - kondisi
RR : < 40 badan setiap hari pemekatan klien
x/mnt ) 4. Anjurkan keluarga urin. Deteksi membaik.
b. Turgor untuk memberi dini
elastic, minum pada klien memungkinka
membran 2-3 lt/hari n terapi
mukosa bibir 5. Kolaborasi : pergantian
basah, mata a Pemeriksaan cairan segera
tidak laboratorium untuk
cowong, serum elektrolit memperbaiki
UUB tidak (Na, K, Ca, defisit.
cekung. BUN) 2. Dehidrasi
c. b Cairan dapat
Konsistensi parenteral (IV meningkatkan
BAB line) sesuai laju filtrasi
lembek, dengan umur glomerulus
frekuensi 1 c Obat-obatan : membuat
kali perhari (antisekresin, keluaran tak
antispasmolitik, adekuat untuk
antibiotik) membersihkan
sisa
metabolisme.
3. Mendeteksi
kehilangan
cairan ,
penurunan 1
kg BB sama
dengan
kehilangan
cairan 1 lt
4. Mengganti
cairan dan
elektrolit yang
hilang secara
oral
5. Kolaborasi :
a koreksi
keseimban
g cairan
dan
elektrolit,

13
BUN
untuk
mengetahu
i faal ginjal
(kompensa
si).
b mengganti
cairan dan
elektrolit
secara
adekuat
dan cepat.
c anti sekresi
untuk
menurunka
n sekresi
cairan dan
elektrolit
agar
seimbang,
antispasmo
litik untuk
proses
absorbsi
normal,
antibiotik
sebagai
anti bakteri
berspektru
m luas
untuk
menghamb
at
endotoksin
.
2. Ketidakseimbang a. Nafsu 1. Diskusikan dan 1. Serat tinggi, - nafsu
an nutrisi kurang makan jelaskan tentang lemak,air makan
dari kebutuhan meningkat pembatasan diet terlalu panas / baik.
tubuh b b. BB (makanan berserat din a gin - klien
berhubungan meningkat tinggi, berlemak dapat dapat
dengan atau dan air terlalu merangsang menghabi
ketidakmampuan normal panas atau dingin) mengiritasi skan
untuk sesuai 2. Ciptakan lambung dan makanan
mengabsorbsi umur lingkungan yang sluran usus. yang di
nutrien bersih, jauh dari 2. situasi yang sediakan.
bau yang tak sedap nyaman, - klien

14
atau sampah, rileks akan tidak
sajikan makanan merangsang lemah
dalam keadaan nafsu makan. lagi.
hangat 3. Mengurangi
3. Berikan jam pemakaian
istirahat (tidur) energi yang
serta kurangi berlebihan
kegiatan yang 4. Mengetahui
berlebihan jumlah output
4. Monitor intake dan dapat
out put dalam 24 merencenaka
jam n jumlah
5. Kolaborasi dengan makanan.
tim kesehatan lain : 5. Mengandung
a. terapi gizi : Diet zat yang
TKTP rendah diperlukan ,
serat, susu untuk proses
b b. obat-obatan pertumbuhan
atau vitamin
( A)
3. Hipertermi suhu tubuh 1. Monitor suhu tubuh 1. Deteksi dini - Suhu
berhubungan dalam batas setiap 2 jam terjadinya tubuh
dengan Dehidrasi normal (36- 2. Berikan kompres perubahan klien
37,5 C), hangat abnormal sudah
3. Kolaborasi fungsi tubuh ( turun
pemberian adanya
antipirektik infeksi)
2. merangsang
pusat
pengatur
panas untuk
menurunkan
produksi
panas tubuh
3. Merangsang
pusat
pengatur
panas di otak

E Daftar Pustaka
Ananda, B. R. (2016). Hubungan kejadian diare dengan status gizi pada balita di
rumah sakit muhammadiyah palembang. Kedokteran, Balita, Diare, Status
Gizi, 9–67.

15
Janah, M. (2019). DCA (Diare Cair Akut) Pada An.Z Di Ruang Kantil RSUD
Banyumas. Kesehatan, 1–9.
Krismawati, I., Wulansari, A. D., & Hastuti, T. P. (2020). VIVA MEDIKA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.N DENGAN DIARE CAIR
AKUT (DCA) DI RUANG SERUNI RSUD KABUPATEN MUNTILAN.
Kesehatan, Kebidanan, Dan Keperawatan, 14(Diare Cair Akut (DCA)),
84–93. http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/issue/archive
Putri, D. R. (2019). Status Epileptikus. Kesehatan, Epileptikus, 1–34.
Yudhistira, I. P. (2007). Asuhan Keperawatan An.A dengan diagnosa Diare Cair
Akut Di ruang RSU H. Damanhuri Barabai. Kesehatan, Keperawatan, 1–
18.

16

Anda mungkin juga menyukai