Disusun Oleh :
1. Amelia Putri
2. Ela Saela
3. Ferina Damayanti
4. Naza Restiandi Putri
5. Neneng Rimawati N
6. Regita Puspa LS
7. Triska Indiyani P
8. Tria Rusmiatiningsih
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
KAMPUS 2 SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
RS CIREMAI CIREBON
JL.Pangeran Drajat No. 4A, Cirebon 451337
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
MENCEDERAI DIRI SENDIRI / SELF HARM” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajaran KEPERAWATAN JIWA . Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini . Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dosen pengampu Ns. Khusnul Aeni
S.Kep.,M.Kep., sebagai Dosan bidang studi yang telah banyak memberi petunjuk dan semua
pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini , sehingga penyususan
makalah dapat dibuat dengan sebaik- baiknya.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................................
1.4 Manfaat Makalah............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Defenisi Self Harm.........................................................................................................
2. 2 Prevalensi Self Harm....................................................................................................
2.3 Jenis-jenis Self Harm....................................................................................................
2.4 Bentuk-bentuk Self Harm............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu memiliki masalah yang berbeda-beda begitu pula cara penyelesaiannya.
Sebagian individu mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik sementara beberapa dari
individu tersebut terkadang tidak mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Ketidakmampuan menyelesaikan masalah menyebabkan timbulnya distres. Distres dapat
menimbulkan emosi negatif atau afek negatif. Misalnya sedih, kecewa, putus asa, depresi,
tidak berdaya, frustasi, marah, dendam dan emosi negatif lainnya. Banyak cara untuk
seseorang menyalurkan emosinya. Penyaluran emosi bisa dilakukan dengan cara positif bisa
juga dengan cara negatif. Contoh penyaluran emosi dengan cara positif misalnya melakukan
aktivitas yang disukai seperti olah raga, nonton film, membaca buku atau kegiatan positif
lainnya. Berbeda dengan sebagian individu memilih untuk menyalurkan dengan cara negatif
misalnya mengkonsumsi narkoba, minum-minuman beralkohol atau dengan cara menyakiti
dirinya (self harm).Perilaku menyakiti diri (self harm) merupakan fenomena yang cukup
penting di bidang kesehatan mental. Perilaku ini dapat dialami siapa saja baik orang normal
maupun orang-orang dengan gangguan mental. Self harm didefinisikan sebagai perilaku
seseorang yang mengkonsumsi racun, atau melukai diri sendiri, tidak memandang tujuan dari
tindakannya tersebut, meliputi Suicidal Self Injurious (SSI) dan Nonsuicidal Self-Injurious
Behavior (NSSI), dan suicide attempt/percobaan bunuh diri yang mengacu pada perilaku self
harm tanpa keinginan untuk mati. WHO dan National Institute of Health and Care Excellence
(NICE) memasukkan semua perilaku, termasuk semua metode yang digunakan dan ada atau
tidaknya niat untuk mati dalam definisi self harm. Self harm bukan merupakan gangguan jiwa
namun merupakan perilaku yang menunjukkan kurangnya kemampuan koping. Beberapa
gangguan yang berhubungan dengan self harm misalnya borderline personality disorder,
depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia. Fenomena self harm merupakan fenomena
gunung es. Pelaku dapat mengulangi self harm dan luka yang ditimbulkan semakin parah.
Risiko infeksi akibat luka terbuka, juga angka morbiditas yang ditimbulkan berdampak
meningkatkan beban biaya layanan kesehatan. Apabila luka yang ditimbulkan serius atau
pikiran bunuh diri muncul secara intensif, maka self harm dapat berakibat pada kematian.
Data dari WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2010 terdapat 880.000 kematian yang
diakibatkan perilaku menyakiti diri. Sekitar 10% dari pasien yang masuk dan dirawat ke
rumah sakit di Inggris adalah sebagai akibat dari self harm yang mayoritas diakibatkan
overdosis narkoba. Tidak semua orang dengan riwayat perilaku self harm pasti akan berlanjut
menjadi bunuh diri. Akan tetapi, orang dengan riwayat self harm berisiko 1,68 kali lipat
untuk melakukan bunuh diri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan self harm?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya self harm pada kalangan remaja?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap pasien self harm?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apakah yang di maksud dengan self harm
2. Megetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya self harm pada kalangan
remaja
3. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang self harm
4. Mengetahui bagaiman cara mencegah perilaku self harm
5. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis terhadap pasien self harm
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penulisan ini yaitu dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman terhadap self harm pada kalangan remaja dan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari makalah ini adalah dapat menjelaskan tentang gambaran self
harm. Selain itu, penulisan ini dapat memberi pengetahuan dan informasi terkait self
harm bagi remaja dan orang tua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku self harm berasal dari latar belakang keluarga dan lingkungan berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian yang berhubungan dengan perilaku self harm yaitu kepribadian
introvert, diri yang rendah, pola pemikiran yang kaku dan sulitnya mengkomunikasikan
perasaan.
Self harm ditunjukkan oleh pelakunya bahwa mereka dapat sadar bahwa hal tersebut tidak
mematikan. Lebih lanjut, melukai diri harus disertai dengan setidaknya dua dari berikut :
perasaan atau negatif, seperti depresi, kecemasan, ketegangan, kemarahan, kesedihan umum,
atau kritik – diri, terjadi pada periode segera sebelum tindakan self harm.
c. Farmakoterapi.
Kekhawatiran tentang penggunaan antidepresan pada anak-anak dan remaja pertama kali
dibesarkan di Inggris pada tahun 2003 dan AS pada tahun 2004, dan diikuti oleh peringatan
yang dikeluarkan oleh badan pengawas bahwa mungkin ada peningkatan risiko bunuh diri
dengan antidepresan yang lebih baru. Sebagian besar perhatian difokuskan pada resep untuk
kelompok usia yang lebih muda. Namun, manfaat resep antidepresan mungkin lebih besar
daripada risiko perilaku bunuh diri yang muncul. Meskipun risiko telah dinilai tertinggi pada
fase awal pengobatan, risiko kematian pada anak-anak dan orang dewasa terbukti tidak
meningkat pada bulan pertama pengobatan dibandingkan dengan bulan-bulan berikutnya, dan
risiko percobaan bunuh diri paling tinggi pada bulan sebelum memulai pengobatan
antidepresan. Peringatan keselamatan memiliki efek yang jelas pada kebiasaan pemberian
resep, yang pada awalnya dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan bunuh diri pada anak-
anak di Amerika Serikat dan Belanda tetapi temuan ini tidak direplikasi selama periode studi
yang lebih lama di Inggris. Tidak ada uji coba farmakoterapi yang dilakukan untuk remaja-
remaja yang melukai diri sendiri. Percobaan pengobatan untuk depresi yang membandingkan
pengobatan antidepresan dengan pengobatan psikologis, bagaimanapun,telah memberikan
beberapa informasi. Dalam Multicentre Treatment of Adolescent Depression Study, terapi
perilaku kognitif, baik sendiri atau dikombinasikan dengan fluoxetine, dikaitkan dengan
pengurangan yang lebih besar dalam ide bunuh diri atau tindakan (gabungan) dari pada
fluoxetine saja. Dalam dua percobaan lain, Namun, tidak ada Perbedaan terlihat antara terapi
perilaku kognitif dan pengobatan antidepresan SSR pada hasil ini. Kesimpulan Kerusakan
diri dan bunuh diri adalah masalah kesehatan masyarakat utama pada orang muda di seluruh
dunia dan ada banyak tantangan untuk manajemen dan pencegahan mereka. Banyak yang
sekarang diketahui tentang epidemiologi dan penyebabnya tetapi upaya penelitian harus
fokus pada identifikasi lebih lanjut subtipe dari mereka yang melukai diri sendiri atau
berisiko bunuh diri. Memang, akan sangat membantu untuk memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang faktor-faktor yang terkait dengan tingkat melukai diri yang berbeda (misalnya,
para ideator vs upaya mematikan yang tinggi). Mengingat beragam motif yang mendasari
melukai diri sendiri, pemahaman yang lebih baik tentang makna tindakan dan bagaimana ini
berhubungan dengan manajemen klinis akan bermanfaat. Akan lebih informatif untug
mengetahui faktor-faktor apa saja yang terkait dengan remaja yang berhenti menyakiti diri
sendiri. Pemahaman tentang bagaimana dan kapan terpapar bahaya dan bunuh diri
meningkatkan risiko pengelompokan dan penularan sosial memiliki implikasi klinis yang
penting. Hanya kemajuan kecil telah dibuat dalam pencegahan dan ada kekurangan bukti
untuk intervensi pengobatan yang efektif. Pengembangan dan penilaian intervensi
psikososial dan farmakologis baru untuk mengurangi kerusakan diri dan bunuh diri harus
menjadi prioritas utama, dan harus mencakup intervensi berbasis internet. Peningkatan
perawatan kesehatan mental pada remaja dalam hal akses dan kualitas layanan sangat
penting, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Manajemen yang
lebih baik dari jalur perawatan orang muda yang rentan ketika mereka pindah dari layanan
anak dan remaja ke layanan orang dewasa untuk memastikan kesinambungan perawatan
harus mengurangi risiko bunuh diri. Kebijakan untuk mendorong pembatasan akses ke sarana
bunuh diri, termasuk akses ke senjata api dan penyimpanan pestisida yang lebih aman, harus
dilaksanakan.
Pengembangan dan penilaian media baru dan sumber dukungan telepon sangat penting
karena penggunaan media elektronik meningkat. Pengurangan stigma yang terkait dengan
masalah kesehatan mental dan pencarian bantuan juga merupakan tantangan besar.
Penekanan pada pencegahan menyakiti diri dan bunuh diri pada orang muda dalam pedoman
nasional adalah langkah maju yang disambut baik.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Primer
1. Air way (Bebasnya Jalan Napas)
a. Cek ada tidaknya sumbatan jalan nafas
- Total/jalan nafas tertutup= pada pasien sadar pasien memegang leher, gelisah, sianosis,
sedangkan pada pasien tidak sadar tidak terdengar suara nafas dan sianosis.
- Parsial/masih ada proses pertukaran gas= tampak kesulitan bernafas, takhipneu, bradipneu,
irregular. Juga terdengar suara nafas gargling, snoring, atau stridor.
b. Periksa ada tidaknya kemungkinan fraktur servikal.
2. Breathing (Adekuat pernapasan)
a. Look : lihat pergerakan dada simetris atau tidak, irama teratur atau tidak, kedalaman
frekuensi cepat atau tidak, kaji ada luka, jejas atau hematom.
b. Listen : dengarkan dengan telinga atau stetoskop adanya suara tambahan.
c. Feel : rasakan adanya aliran udara
3. Circulation (Adekuat jantung dan sirkulasi tubuh)
a. Periksa ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh darah besar (nadi karotis, nadi femoralis).
b. Mengenal ada tidaknya tanda-tanda syok, serta ada tidaknya perdarahan eksternal yang
aktif.
4. Disability
a.Metode AVPU (alert-verbal-pain-unresponse).
b. Penilaian GCS/Glasgow Coma Scale.
c. Lihat pupil isokor/anisokor.
B. Pengkajian sekunder
1. Fahrenheit (suhu tubuh)
Kaji :
a. Suhu tubuh.
b. Suhu lingkungan.
2. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontinyu
Kaji :
a. Tekanan darah.
b. Irama dan kekuatan nadi.
c. Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu.
d. Saturasi oksigen.
3. Head to assesment (pengkajian dari kepala sampai kaki)
Pengkajian Head to toe:
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit.
2) Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah sakit.
3) Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera.
4) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada organ tubuh yang mana,
gunakan : provoked (P), quality (Q), radian (R), severity (S) dan time (T).
5) Kapan makan terakhir.
6) Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi pembedahan/kehamilan.
7) Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus
yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
8) Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.
e. Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi :
1) Tanda-tanda injuri eksternal
2) Nyeri
3) Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
4) Sensasi keempat anggota gerak
5) Warna kulit
6) Denyut nadi perifer
f. Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi :
1. Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka pasien dimiringkan
untuk mengamati :
a) Deformitas tulang belakang
b) Tanda-tanda perdarahan
c) Laserasi
d) Jejas
e) Luka
2. Palpasi deformitas tulang belakang
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1) Radiologi dan scanning
2) Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine analisa dan lain-
lain.
C. Contoh kasus
Anak S (17 tahun) pernah mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri dengan menyuntikan
racun kedalam tubuhnya, saat itu neneknya melihat, lalu dibawanya ke rumah sakit. Ini
terjadi seminggu setelah kematian ayahnya yang meninggal akibat kecelakaan mobil di lalu
lintas saat akan menjemput anak S di sekolahnya. Sebelumnya ibu anak S juga meninggal
ketika melahirkannya. Sehingga dia merasa bahwa kedua orang tuanya meninggal akibat
kesalahannya. Anak S selalu menangis dikamar, sering menyendiri, mencoba melukai
tubuhnya dan cenderung ingin bunuh diri. Dan untuk kedua kalinya, Anak S mencoba
mencederai dirinya dengan menggores kulitnya di WC sekolah, tapi karena temannya melihat
sikap dan tingkah lakunya yang sedikit aneh jadi temannya melaporkan ke ruang guru dan hal
itu dapat dicegah. Anak S menanggung rasa malu karena teman-temannya banyak
membicarakan tentangnya.Dan saat di rumah dia tidak mau bertemu dengan orang lain dan
sering tiba-tiba menangis, .neneknya menjadi takut. Akhirnya neneknya membawa ke
Psychiatric Ward. Di awal pengkajian An.S mengatakan bahwa mengatakan bahwa dirinya
benar-benar tidak berguna dan merasa apa yang terjadi adalah kesalahannya padahal dulunya
dia termasuk siswa yang periang.
D. Pengkajian Sekunder Berdasarkan Kasus
1. Identitas Klien
Nama : Ank. S
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Informan : Pasien dan nenek ank.S
2. Alasan Masuk RS
untuk mencegah klien melakukan tindakan self injury lagi dan dari keluarga pasien, belum
ada penanganan terhadap tindakan anak S tersebut.
3. Faktor Pencetus
a. Riwayat Keluarga : -
b. Penyebab self injury : Anak S kehilangan ayahnya seminggu yang lalu dan dirinya
merasa bersalah atas kehilangan tersebut, menurut anak S, kematian orang tuanya adalah
akibat kesalahannya.
c. Perilaku Self Injury dimasa lalu : Mencoba menyuntikan racun kedalam tubuhnya dan dua
hari kemudian mencoba menggores kulitnya di WC sekolah.
4. Riwayat Pengobatan: -
5. Penyalahgunaan obat dan alcohol: -
6. Riwayat pendidikan dan pekerjaan: Pelajar SMA
7. Respon fisiologik dan emosional:
a. Respon fisiologik: tampak bekas suntikan ditangan dan goresan dikulit.
b. Respon emosional: merasa putus asa dan klien sering menangis sendiri dengan ekspresi
wajah tampak murung.
8. Faktor risiko self injury dan legalitas perilaku self injury klien
a. Tujuan klien: menghilangkan perasaan bersalahnya
b. Pasien sudah 2x melakukan percobaan untuk melukai dirinya
c. Keadaan jiwa klien: keputusasaan atas hidup yang menimpanya.
9. Sistem pendukung yang ada
Sistem pendukung keluarga: keluarga terutama neneknya tidak mengetahui apa yang
dilakukan untuk mengatasi perilaku klien sehingga keluarga mengantarkan klien ke
Psychiatric Ward.
3.1 Kesimpulan
Self harm adalah perilaku yang dengan sengaja melukai tubuh sendiri sebagai cara
mengatasi masalah emosi dan stres. Seorang pelaku self harm mempunyai perasaan emosi
negatif yaitu cemas, marah dan sedih yang cenderung ditekan oleh pelakunya. Orang-orang
yang melukai diri tidak untuk menciptakan rasa sakit fisik, tapi untuk menenangkan rasa sakit
emosional yang mendalam. Biasanya dilakukan secara berulang-ulang dalam periode yang
tidak bisa ditentukan. Self harm dilakukan apabila pelaku merasa sangat terbebani dengan
masalahnya, seperti masalah keluarga, masalah akademik dan sosial, maupun masalah
asmara. Pola asuh orangtua yang keras dan otoriter juga dapat memicu self harm. Kasus
evidensi self harm di negara-negara maju dan negara berkembang semakin meningkat.
Identifikasi dini simptom-simptom dan intervensi tepat waktu merupakan salah satu langkah
preventif yang paling baik untuk self harm dan perilaku suisidal.
Banyak strategi terapetik yang digunakan untuk self harm adalah psikoterapi yang semula
digunakan untuk gangguan-gangguan mental spesifik dan kondisi-kondisi komorbid yang
berkaitan dengan self harm, misalnya depresi, anxietas dan borderline personality disorder.
Pendekatan terapeutik yang dinilai efektif berdasarkan fakta empirik yaitu pendekatan
kognitif, psikodinamik dan kelompok.
3.2 Saran
1. Bagi pelaku self harm
Pengembangan kepribadian hendaknya dilakukan oleh pelaku self harm. Hal yang bisa
dilakukan pelaku untuk menghindari terjadinya self harm yaitu menghindari situasi sendiri
dan membangun relasi dengan lingkungan. Hendaknya pelaku self harm segera meminta
bantuan minimal pada orang terdekat untuk mengatasi perilaku abnormal tersebut agar tidak
berkembang kearah percobaan bunuh diri.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang berpendidikan dan mempunyai
wawasan yang luas sehingga mahasiswa dinilai mampu mengatasi semua permasalahan dan
mampu menyikapinya dengan bijak. Perilaku coping mahasiswa hendaknya tidak dilakukan
dengan cara yang negatif yaitu self harm sebagai coping maladaptif yang merupakan perilaku
yang abnormal.
3. Bagi Penulis
Saat ini terdapat kecenderungan semakin meningkatnya jumlah remaja dan dewasa muda
yang melakukan self harm sehingga topik ini harus dipahami dengan lebih baik. Sehingga
perlu dilaksanakan penelitian selanjutnya tentang perilaku self harm karena di Indonesia
masih sangat jarang dilakukan penelitian tentang hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lund, G., Wangby-Lund, M., & Bjarehed, J. Deliberate self-harm and psychological
problems in young adolescents: Evidence of a bidirectional relationship in girls. Scandinavian
Journal of Psychology.2011;52; 476-483.
2. Taliaferro, L.A., Muehlenkamp, J.J., Borowsky, I.W., McMorris, B.J., & Kugler,
K.C.Factors distinguishing youth who report self-inurious behavior: A population-based
sample. Academic Pediatrics.2012;12; 205- 213.
3. Estefan G, Wijaya YD. Gambaran Proses Regulasi Emosi pada Pelaku Self Injury.
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi. 2014;12(1):26-33.
4. Kurniawaty R. Dinamika Psikologis Pelaku Self-Injury. Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi.
2012;1(1):13-22
5. Klonsky, E. David, and Jennifer J. Muehlenkamp. 2007. Self-Injury: A Research Review
for the Practitioner. Journal of Clinical Psychology Vol. 63 (11), 1045–1056. Wiley
Periodicals, Inc: Stony Brook University
6. Estefan G, Wijaya YD. Gambaran Proses Regulasi Emosi Pada Pelaku Self Injury. Jurnal
Psikologu. 12;1:2014.26-33.
7. Knigge, Jennifer. 1999. Self Injury for Teacers. Article of self injury.Kettlewell
8. Nock, Matthew K and Mendes. Physiological Arousal, Distress Tolerance, and Social
Problem–Solving Deficits Among Adolescent Self-Injurers. Vol. 76. No. 1(28-38). Journal of
Consulting and Clinical Psychology. 2008
9. Sutton J. Healing the Hurt Within 3rd Edition: Understand self-injury and self-harm, and
heal the emotional wounds. Hachette UK; 2007 Nov 12.
10. Di Pierro R, Sarno I, Perego S, Gallucci M, Madeddu F. Adolescent nonsuicidal self-
injury: the effects of personality traits, family relationships and maltreatment on the presence
and severity of behaviours. European child & adolescent psychiatry. 2012 Sep 1.
11. Permatasari T, Andayani B. Empathic Love Therapy untuk Menurunkan Pikiran dan
Perilaku Self Injury. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP).;2(3):173-
85.
12. Ferret A, Hughes N, et al. The Impact of Self Harm by Young People on Parents and
Families: A Qualitative Study. BMJ Open Journal. 2015.
13. Hawton K, Saunders KEA, O’Connor RC. Self-halm and suicide in adolescents.juni
2012.
DAFTAR PUSTAKA
Townsend C. Mary. (1998. Eds 3). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada
Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC
Sinta, Dewi. (2001). Ilmu Jiwa 2. Jakarta:EGC
http://buletinkesehatan.com/penanganan-penderita-gawat-darurat-ppgd/
http://eprints.unika.ac.id/2295/1/04.40.0200_Margaretha_Wahyu_Kartika.p
df
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-retnotyasp-5169-
3-babiir-i.pdf
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4355/1/M.ILMI
%20RIZQI%20T-FPS.PDF
http://www.amazine.co/2600/tips-serotonin-pengaruh-kadar-serotonin-
pada-mood-kesehatan/
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-4-6s.pdf
http://jiwasehat.org/content/jangan-salahkan-aku-karena-depresi
http://health.kompas.com/read/2012/02/22/13354255/Melawan.Kesedihan
.dari.Dalam.Diri
http://himmatunayat.org/read/mengapa-kita-dilarang--tertawa-
berlebihan--terbahakbahak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikosis
http://indonesiaindonesia.com/f/72532-self-injury/
http://www.indomedia.com.au/innerpage.php?page=Opini&ArticleID=651
http://informasitips.com/peranan-penting-serotonin-dan-kaitannya-
dengan-stress
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/05/28/mengenal-
perilaku-self-injury-melukai-diri-sendiri-460509.html
http://kibm.or.id/memahami-autism/prilaku-melukai-diri
http://www.pondokpemulihan.com/hobi-melukai-diri-sendiri-self-injury/