Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

DENGUE HAEMORRGAGIC FEVER

LAPORAN KASUS
KONSEP KEHAMILAN
Rumah Sakit Tentara Ciremai Kota Cirebon

Disusun Oleh :
Ferina damayanti (CKR0190209)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KAMPUS 2 STIKKu
Jl. Pangeran Drajat No 40A, Drajat, Kec. Kesambi, Kota Cirebon,
Jawa Barat 45133
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN TRIMESTER III
A. Definisi

Trimester tiga adalah priode kehamilan tiga bulan terakhir atau sepertiga masa
kehamilan terakhir. Trimester tiga merupakan periode kehamilan dari bulan ketujuh sampai
sembilan bulan (28-40 minggu) (Farrer, 2001).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Prawirohardjo, 2002).
Trimester tiga adalah triwulan terakhir dari masa kehamilan, yakni usia 7 bulan sampai
9 bulan atau 28 minggu – 40 minggu. Trimester tiga adalah trimester terakhir kehamilan. Pada
periode ini pertumbuhan janin dalam rentang waktu 28-40 minggu. Janin ibu sedang berada di
dalam tahap penyempurnaan.
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penentuan. Pada periode ini wanita
menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk melihat
bayinya.

B. Perubahan Fisiologis pada Trimester III

Pada trimester ketiga terjadi beberapa perubahan pada tubuh ibu, yaitu :

1. Uterus

Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat uterus
normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama
kehamilan bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu,
uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula,
lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat
penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil
fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan sebagainya.
Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau 1
3
jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak
antara ½ jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri
terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka
tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm,
dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali
dan terletak kira-kira 3 jari dibawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala
janin yang pada primigravida turun dan masuk ke dalam rongga panggul.

2. Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat
yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit
mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga
partus serviks membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri ke atas dan tekanan
bagian bawah janin ke bawah.
Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup seperti
spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada
kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan
melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan. Kelenjar-kelenjar di
serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang
wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada
keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan fisiologik, karena peningakatan
hormon progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama pada
minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada
waktu persalinan.

3. Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah dan agak kebirubiruan
(livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat
genetalia tersebut meningkat. Apabila terjadi kecelakaan pada kehamilan atau persalinan
maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian. Pada bulan
terakhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih kental.

4. Mammae

Pada kehamilan 12 minggu ke atas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna
putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi.

5. Sirkulasi Darah

Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia kehamilan 32
minggu. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi
penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah
menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun menjadi ± 120 g/L. Pada
minggu ke-32, wanita hamil mempunyai hemoglobin total lebih besar daripada wanita yang
tidak hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih meningkat (± 10.500/ml), demikian juga
hitung trombositnya.
Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan meningkat ± 30%
pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh
meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat ± 15%. Setelah
kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah.
Sama halnya dengan pembuluh darah yang lain, vena tungkai juga mengalami
distensi. Vena tungkai terutama terpengaruhi pada kehamilan lanjut karena terjadi obstruksi
aliran balik vena (venous return) akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali dari
utrerus dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena kava. Keadaan ini menyebabkan
varises pada vena tungkai (dan kadang-kadang pada vena vulva) pada wanita yang rentan.
Aliran darah melalui kapiler kulit dan membran mukosa meningkat hingga mencapai
maksimum 500 ml/menit pada minggu ke-36. Peningkatan aliran darah pada kulit
disebabkanoleh vasodilatasi ferifer. Hal ini menerangkan mengapa wanita “merasa panas”
mudah berkeringat, sering berkeringat banyak dan mengeluh kongesti hidung.

6. Sistem Respirasi

Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan


diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan
meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran
gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan
oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pernafasan
berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar
keluar sedikit dan mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga
menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan penampilan badannya.

7. Traktus Digestifus

Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi
reguritasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn). Sekresi isi
lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-otot usus relaks
dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih
banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi, yang merupakan salah satu keluhan utama
wanita hamil.

8. Traktus Urinarius

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering berkemih
timbul karena kandung kemih mulai tertekan. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga laju
filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga
produk-produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak
yang dikeluarkan.

9. Sistem Imun

HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar IgG, IgA dan Ig
M serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar terendah
pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini, hingga aterm.

10. Kulit

A. Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperp Konsep Penyakit


I. Definisi Penyakit
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo Aru, dkk, 2009).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti
dan panyakit ini menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada
anak (Nursalam, 2005).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh
(Sudoyo Aru, dkk, 2009). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit akut demam
akut yang disebabkan oleh empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala
klinis yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat
kebocoran plasma yang menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002).
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut
terutama pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala
yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertedensi manimbulkan shock yang
dapat menimbulkan kematian (Depkes,
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue henorraghic fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aeges aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
II. Etiologi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di
tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda
akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga
menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah berturut
turut nyamuk (Soegijanto,2004).
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang dibawa oleh
nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B Arthropod borne virus
(arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus, family flaviviridae dan mempunyai
4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotype yang paling banyak sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan
melibatkan tiga factor yaitu menusia, virus dan virus perantara. Nyamuk- nyamuk tersebut
dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara langsung, yaitu setelah
menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah
mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu
4-6 hari atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam,
2005).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector
ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi orang itu mendapat infeksi
berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda.
DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat
infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2000).
III. Manifestasi Klinis
Berdasarkan derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut (Mansjoer, 2005):
1. Derajat I (Ringan) Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan
manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang positif.
2. Derajat II (Sedang) Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena
ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis
(mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena (muntah darah). Gangguan aliran
darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.
3. Derajat III (Berat) Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah.
4. Derajat IV Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur
dan nadi yang tidak dapat diraba.

Ada beberapa aktualisasi klinis dari Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) antara lain :
 Suhu tubuh di atas nilai normal yaitu >37,6°C. Demam yang sangat tinggi dan
demamnya mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih.
 Sakit kepala.
 Kulit merah
Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).
 Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak
terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi.
 Takikardia
Takikardia merupakan suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung
yangmana jantungnya lebih cepat dari pada denyut jantung normal.
 Takipnea
Takipnea adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana pernafasan yang cepat
dan dangkal.
 Kulit terasa hangat
Kulit dapat terasa hangat terjadi disebabkan oleh adanya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
IV. Penatalaksanaan
Menurut Hadinegoro (2001) dan Hendrawanto (2003), pengobatan demam berdarah dengue
bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang
berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
 Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,inguinal.
 Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
 Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
 Larutan fisiologis NaCl
 Larutan Isotonis ringer laktat
 Ringer asetat
 Glukosa 5%
V. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Ensepalopati : demam tinggi, gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
b. Disorientasi dan penurunan kesadaran
c. Perdarahan luas
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan
VI. Diagnosa Banding
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis (penekanan intra abdomen).
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
5. Resiko syok (hipovolemik)
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan
7. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Virus

Nyamuk Aedes
Aegepty

Inkubasi virus

Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem


gastrointestina eliminasi integrume kardiovaskuler respiras muskuluskeletal
l

Hepatomegal Perdarahan Infeksi virus Pengeluaran Perpindahan Viremi


y lambung dengue zat cairan dari
intravaskuler ke
Menekan extravaskuler Nyeri
diafragm Melena Termoregulasi Peningkatan otot
a permeabilita dan
s kapiler Masuk pleura
Mual, muntah HB menurun HIPERTERMI
Gangguan
Kebocora rasa
Timbunan
Anoreksi Lemah Peningkata n plasma cairan pada
nyaman,
n suhu nyeri
pleura
tubuh
Defisit Intileransi
volume aktivitas Perdarahan
Gangguan Efusi pleura
cairan ekstra vaskuler
rasa
nyaman
Nafsu Gangguan
Hipovolemi
makan pola nafas
menuru

Gangguan Kebocoran sel


sirkulasi darah merah ke HB pekat
Anoreksi
perkusi ruang ekstra
B. Pengkajian
I. wawancara
Hasil anamnese berarti tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakt dahulu-
sekarang-keluarga dan lain-lain. Sumber dari keluarga, klien dan perawat.
II. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan tindakan mengamati klien untuk memperoleh data
dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.
Khususnya observasi terhadap tanda-tanda vital :suhu, nadi, RR.
III. Pemeriksaan Diagnostik
o Jenis Pemeriksaan

IV. Analisa Data


Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting
dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data.
Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara,
pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan (SDKI PPNI, 2016) yang mungkin muncul pada DHF adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit infeksi Virus dengue ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal.
2. Gangguan keseimbangan Cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari keburuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien mengatakan cemas
dengan keadaannya, klien tampak cemas, ekspresi wajah tampak murung.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau apa obat
dan bagaimana cara menangani penyakitnya

D. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa (SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
D.0130 Hipertermia b.d L.14134 Termoregulasi I.15506 Manajemen
proses penyakit (inveksi virus Hipertermia
dengue/viremia) Definisi : pengaturan suhu
tubuh agar tetap berada pada Observasi :
Definisi : Suhu tubuh rentang normal a. Identifikasi penyebab
meningkat di atas rentang hipertermia
normal tubuh Ekspetasi : Membaik b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
Penyebab : Kriteria Hasil : d. Monitor haluaran urine
1. Dehidrasi a. Menggigil menurun e. Monitor komplikasi akibat
2. Terpapar lingkungan panas b. Kulit merah menurun hipertermia
3.Proses penyakit (mis. Infeksi, c. Pucat menurun
kanker) d. Suhu tubuh membaik Terapeutik :
4. Ketidaksesuaian pakaian e. Suhu kulit membaik a. Sediakan lingkungan yang
dengan lingkungan f. Tekanan darah membaik dingin
5. Peningkatan laju metabolisme b. Longgarkan atau lepaskan
6. Respon trauma pakaian
7. Aktivitas berlebihan c. Basahi dan kipasi permukaan
8. Penggunaan inkubator tubuh
f. Berikan cairan oral
Gejala dan Tanda Mayor : g. Ganti linen setiap hari atau
Subjektif : - lebih sering jika mengalami
Objektif : Suhu tubuh di atas hipehidrosis (keringat berlebih).
nilai normal h. Lakukan pendinginan
Gejala dan Tanda Minor : eksternal (mis. Selimut
Subjektif : - hipotermia ata kompres dingin
Objektif : pada dahi, leher, dada,
1. Kulit merah abdomen, aksila).
2. Kejang i. Hindari pemberian antipiretik
3. Takikardi atau aspirin
4. Takipnea j. Berikan oksigen, jika perlu
5. Kulit terasa hangat
Edukasi :
Kondisi Klinis Terkait : a. Anjurkan tirah baring
1. Proses infeksi b. Ajarkan cara mengompres
2. Hipertiroid yang benar
3. Stroke
4. Dehidrasi Kolaborasi :
5. Trauma a. Kolaborasi pemberian cairan
6. Prematuritas dan elektrolit intravena, jika
perlu

E. Daftar Pustaka
Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:
Depkes RI.
Hadinegoro et al. 2001. Tatalaksanan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Hendrawanto. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi ketiga.jakarta: Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Cetakan Keenam. Jakarta: Media
Aesculapius.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba
Medika.
Soegijanto, Soegeng. Demam Berdarah Dengue. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga University
Press.

Anda mungkin juga menyukai