Anda di halaman 1dari 4

Nama : Uswatun Mujayana

NIM : 131711133078
Kelas : A-2/2017
Tugas Resume TM 11 - Pemahaman tentang konsep sakit dan penyakit menurut agama islam,
dan faktor-faktor yang dapat menyembuhkan penyakit

 Sakit merupakan ujian dari Alloh


 Sakit merupakan azhab dari Alloh
 Sakit merupakan bukti bahwa Alloh masih mencintai
1. Untuk menghapus dosa-dosa
2. Untuk mengangkat derajat seorang hamba
 Orang sakit bukanlah orang yang hina, tetapi orang yang mulia di sisi Alloh
“Jika orang tidak pernah sakit dan tidak pernah dicoba janganlah gembira, dan janganlah
berpikir sebagai orang yang beruntung, karena bisa jadi Alloh belum berkehendak
membersihkannya, Alloh membiarkan ia tanpa cobaan, sehingga mengambilnya sekali
waktu saat mencabut nyawanya.”
 Nasehat yang bisa diberikan
1. Perbanyak dzikir kepada Alloh
2. Sungguh-sungguh dalam berdoa
3. Sungguh-sungguh dalam beramal saleh
4. Berprasangka baik kepada Alloh
5. Mewaspadai dosa-dosa
 Tetap Beribadah Saat Sakit
1. Cara Bersuci Bagi Orang Sakit
a. Wajib bagi orang yang sakit untuk bersuci dengan air yaitu dia wajib berwudhu
ketika terkena hadats ashgor (hadats kecil). Jika terkena hadats akbar (hadats
besar), dia diwajibkan untuk mandi wajib. 
b. Jika tidak mampu bersuci dengan air karena tidak mampu atau karena khawatir
sakitnya bertambah parah, atau khawatir sakitnya bisa bertambah lama
sembuhnya, maka dia diharuskan untuk tayamum.
c. Jika orang yang sakit tersebut tidak mampu bersuci sendiri, maka orang lain
boleh membantunya untuk berwudhu atau tayamum. (Misalnya tayamum), orang
yang dimintai tolong tersebut menepuk telapak tangannya ke tanah yang suci, lalu
dia mengusap wajah orang yang sakit tadi, diteruskan dengan mengusap kedua
telapak tangannya.
d. Jika pada sebagian anggota tubuh yang harus disucikan terdapat luka, maka luka
tersebut tetap dibasuh dengan air. Apabila dibasuh dengan air berdampak sesuatu
(membuat luka bertambah parah, pen), cukup bagian yang terluka tersebut diusap
dengan satu kali usapan.
e. Jika sebagian anggota tubuh yang harus dibasuh mengalami patah, lalu dibalut
dengan kain (perban) atau gips, maka cukup anggota tubuh tadi diusap dengan air
sebagai ganti dari membasuh. Pada kondisi luka yang diperban seperti ini tidak
perlu beralih ke tayamum karena mengusap adalah pengganti dari membasuh.
f. Boleh seseorang bertayamum pada tembok yang suci atau yang lainnya, asalkan
memiliki debu. Namun apabila tembok tersebut dilapisi dengan sesuatu yang
bukan tanah -seperti cat-, maka pada saat ini tidak boleh bertayamum dari tembok
tersebut kecuali jika ada debu. 
g. Jika tidak ditemukan tanah atau tembok yang memiliki debu, maka tidak
mengapa menggunakan debu yang dikumpulkan di suatu wadah atau di sapu
tangan, kemudian setelah itu bertayamum dari debu tadi.
h. Jika kita telah bertayamum dan kita masih dalam keadaan suci (belum melakukan
pembatal) hingga masuk waktu shalat berikutnya, maka kita cukup mengerjakan
shalat dengan menggunakan tayamum yang pertama tadi, tanpa perlu mengulang
tayamum lagi karena ini masih dalam keadaan thoharoh (suci) selama belum
melakukan pembatal.
i. Wajib bagi orang yang sakit untuk membersihkan badannya dari setiap najis. Jika
dia tidak mampu untuk menghilangkannya dan dia shalat dalam keadaan seperti
ini, shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.
j. Wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat dengan pakaian yang suci. Jika
pakaian tersebut terkena najis, maka wajib dicuci atau diganti dengan pakaian
yang suci. Jika dia tidak mampu untuk melakukan hal ini dan shalat dalam
keadaan seperti ini, shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.
k. Wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat pada tempat yang suci. Apabila
tempat shalatnya (seperti alas tidur atau bantal, pen) terkena najis, wajib najis
tersebut dicuci atau diganti dengan yang suci, atau mungkin diberi alas lain yang
suci. Jika tidak mampu untuk melakukan hal ini dan tetap shalat dalam keadaan
seperti ini, shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.
l. Tidak boleh bagi orang yang sakit mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya
dengan alasan karena tidak mampu untuk bersuci. Bahkan orang yang sakit ini
tetap wajib bersuci sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga dia dapat
shalat tepat waktu; walaupun badan, pakaian, atau tempat shalatnya dalam
keadaan najis dan tidak mampu dibersihkan (disucikan)
2. Cara Sholat Bagi Orang Sakit
a. Wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat fardhu dalam keadaan berdiri,
walaupun tidak bisa berdiri tegak (berdiri miring), atau bersandar pada dinding
atau tongkat. 
b. Jika tidak mampu shalat sambil berdiri, dia diperbolehkan shalat sambil duduk.
Ketika shalat sambil duduk, yang paling utama jika ingin melakukan gerakan
berdiri (qiyam) dan ruku’ adalah dengan duduk mutarobi’an (duduk dengan kaki
bersilang di bawah paha). Sedangkan jika ingin melakukan gerakan sujud, yang
lebih utama adalah jika dilakukan dengan duduk muftarisyan (duduk seperti
ketika tasyahud awwal). 
c. Jika tidak mampu mengerjakan shalat sambil duduk, boleh shalat sambil tidur
menyamping (yang paling utama tidur menyamping pada sisi kanan) dan badan
mengarah ke arah kiblat. Jika tidak mampu diarahkan ke kiblat, boleh shalat ke
arah mana saja. Jika memang terpaksa seperti ini, shalatnya tidak perlu diulangi. 
d. Jika tidak mampu mengerjakan shalat sambil tidur menyamping, maka
dibolehkan tidur terlentang. Caranya adalah: kaki dihadapkan ke arah kiblat dan
sangat bagus jika kepala agak sedikit diangkat supaya terlihat menghadap ke
kiblat. Jika kakinya tadi tidak mampu dihadapkan ke kiblat, boleh shalat dalam
keadaan bagaimanapun. Jika memang terpaksa seperti ini, shalatnya tidak perlu
diulangi.
e. Wajib bagi orang yang sakit melakukan gerakan ruku’ dan sujud. Jika tidak
mampu, boleh dengan memberi isyarat pada dua gerakan tadi dengan kepala. Dan
sujud diusahakan lebih rendah daripada ruku’. Jika mampu ruku’, namun tidak
mampu sujud, maka dia melakukan ruku’ sebagaimana ruku’ yang biasa
dilakukan dan sujud dilakukan dengan isyarat. Jika dia mampu sujud, namun
tidak mampu ruku’, maka dia melakukan sujud sebagaimana yang biasa
dilakukan dan ruku’ dilakukan dengan isyarat. 
f. Jika tidak mampu berisyarat dengan kepala ketika ruku’ dan sujud, boleh
berisyarat dengan kedipan mata. Jika ruku’, mata dikedipkan sedikit. Namun
ketika sujud, mata lebih dikedipkan lagi. Adapun isyarat dengan jari sebagaimana
yang biasa dilakukan oleh sebagian orang yang sakit, maka ini tidaklah benar.
Aku sendiri tidak mengetahui kalau perbuatan semacam ini memiliki landasan
dari Al Kitab dan As Sunnah atau perkataan ulama.
g. Jika tidak mampu berisyarat dengan kepala atau kedipan mata, maka dibolehkan
shalat dalam hati. Dia tetap bertakbir dan membaca surat, lalu berniat melakukan
ruku’, sujud, berdiri dan duduk dengan dibayangkan dalam hati. Karena setiap
orang akan memperoleh yang dia niatkan. 
h. Wajib bagi setiap orang yang sakit untuk mengerjakan shalat di waktunya (tidak
boleh sampai keluar waktu), dia mengerjakan sesuai dengan kemampuannya
sebagaimana yang telah dijelaskan dan tidak boleh mengakhirkan satu shalat dari
waktunya. Jika memang menyulitkan bagi orang yang sakit untuk mengerjakan
shalat di waktunya, maka boleh baginya untuk menjama’ shalat (menggabungkan
shalat) yaitu menjama’ shalat Zhuhur dan Ashar atau Maghrib dan Isya. Boleh
dilakukan dengan jama’ taqdim atau pun jama’ takhir, terserah mana yang paling
mudah. Jika mau, dia boleh mengerjakan shalat Ashar di waktu Zhuhur atau
boleh juga mengerjakan shalat Zhuhur di waktu Ashar. Begitu pula boleh
mengerjakan shalat Isya’ di waktu Maghrib atau boleh juga mengakhirkan shalat
Maghrib di waktu Isya’. Adapun shalat shubuh, maka tidak perlu dijama’
(digabungkan) dengan shalat yang sebelum atau sesudahnya karena waktu shalat
shubuh terpisah dengan waktu shalat sebelum atau sesudahnya.
i. Jika orang yang sakit tersebut ingin bersafar (melakukan perjalanan jauh) karena
harus berobat di negeri lain, dia boleh menqoshor shalat yaitu shalat 4 raka’at
(Zhuhur, ‘Ashar dan Isya’) diringkas menjadi 2 raka’at. Mengqoshor shalat di sini
boleh dilakukan hingga dia kembali ke negerinya, baik safar (perjalanan) yang
dilakukan dalam waktu lama atau pun singkat.

Anda mungkin juga menyukai