Anda di halaman 1dari 11

E-ISSN - 2477-6521

Vol 4(3) Oktober 2019 (496-505)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes


Pada Ibu Menopause

Evi hasnita*, Neila Sulung, Nanda Novradayanti


STIKes Fort De Kock Bukittinggi
*
Email Korespondensi : evihasnita@fdk.ac.id

Submitted :18-09-2019, Reviewed:28-09-2019, Accepted:02-10-2019


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i3.4581

ABSTRAK
Menopause merupakan tahap normal dalam kehidupan wanita dengan berhentinya menstruasi, tanda
dan gejalanya seperti hot flashes (rasa panas). Menurut data observasi pada beberapa responden
mengalami keluhan pada masa menopause terutama gejala hot flashes yang ditandai dengan
kemerahan pada kulit, palpitasi, kelemahan, dan kecemasan bahkan gangguan tidur. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh pemberian olahan tempe kukus terhadap gejala hot flashes pada ibu
menopause. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi-Eksperimen (One-Group Pretest -
Posttest Design) yang di aplikasikan dengan rancangan pretest – posttest. Teknik pengambilan sampel
diambil dengan metode Purposive Sampling dengan jumlah sampel 10 orang responden. Analisis data
yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T
test. Penelitian dilakukan selama 14 hari pada bulan April 2019 di wilayah Puskesmas Guguk Panjang
Kota Bukittinggi.
Hasil penelitian didapatkan rata – rata gejala hot flashes pada responden sebelum (Pretest) pemberian
olahan tempe kukus adalah 4,00 (SD 0,635)dan sesudah (Posttest) adalah 2,49(SD 0,421) dengan P-
value 0,000. Hasil di atas didapatkan hubungan signifikan antara gejala hot flashes yang dirasakan
responden sebelum dan sesudah pemberian olahan tempe kukus.

Kata Kunci : Hot Flashes, Menopause, Tempe Kukus

ABSTRACT
Menopause is a normal stage in a woman's life. The sign and symptom is hot flashes. According to
observational data on some respondents, they had complaints during menopause, especially hot flashes
symptoms. It is characterized by redness of the skin, palpitations, weakness, and anxiety and sleep
disorders. The purpose of this study was to determine The Effectiveness of Steamed Tempe toward
Potassium Flashes Symptoms of Menopause in Guguk Panjang Community Health Center Bukittinggi
2019. This study used Quasi-Experiment (One-Group Pretest - Posttest Design). It was conducted in 14
days on April 2019 in Guguk Panjang Health Center Bukittinggi. By using purposive sampling, 10
respondents were chosen as the samples. The data were analyzed by univariate and bivariate analysis
by using T test. The results of this study showed that the average symptoms of hot flashes on the
respondents before (pretest) steamed tempe was 4.00 (SD 0.635) and after (Posttest) was 2.49 (SD
0.421) with P-value = 0,000. Then, there was a significant relationship between hot flashes felt by
respondents before and after steamed tempe.

Keywords : Hot Flashes, Menopause, Steamed Tempe


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)

LLDIKTI Wilayah X 496


PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari 7 Puskesmas
Istilah menopause berasal dari kata Bukittinggi tersebut, penulis mendapatkan
latin Meno (Bulan) dan Pausia (Berhenti). data dimana jumlah wanita usia pra – senalis
Menopause pada dasarnya menandai akhir dimasing – masing puskesmas adalah
dari periode kesuburan alami wanita. Sebagai Puskesmas Guguk Panjang (1.874) jiwa,
seorang wanita mendekati menopause, jumlah Puskesmas Rasimah Ahmad (1.188) jiwa,
folikel ovarium menurun, memproduksi Puskesmas Mandiangin (1.336) jiwa,
sedikit estrogen dan menyebabkan menstruasi Puskesmas Nilam Sari (1.080) jiwa,
tidak teratur. Akhirnya, jumlah estrogen yang Puskesmas Gulai Bancah (472) jiwa,
dihasilkan terlalu rendah untuk Puskesmas Tigo Baleh (1.825) jiwa,
mempertahankan siklus menstruasi bulanan Puskesmas Mandiangin Plus (1.070). Dari 7
(Patil, 2016). puskesmas yang ada di Bukittinggi peneliti
Berdasarkan data dari World Health hanya memilih satu puskesmas yaitu
Organization (WHO) menunjukan Puskesmas Guguk Panjang Bukittinggi
pertambahan jumlah wanita yang memasuki dikarenakan jumlah ibu Menopause diwilayah
fase klimakterium yang diperkirakan puskesmas tersebut lebih banyak
meningkat hingga lebih satu miliar di tahun dibandingkan dengan puskesmas yang
2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan lainnya.
mengalami peningkatan dari 107 juta menjadi Menurut Fawwaz (2017) Menopause
373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut merupakan tahap normal dalam kehidupan.
Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah Secara fungsional, menopause dapat dianggap
setiap tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari sebagai “sindrom menghilangnya estrogen”.
jumlah total penduduk perempuan Indonesia Keadaan ini diketahui dengan berhentinya
yang berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat menstruasi dan pada mayoritas wanita, timbul
data dan Informasi Kesehatan RI, 2013). tanda dan gejala seperti hot flashes (rasa
Berdasarkan data dari Badan Pusat panas), insomnia, atrofi vagina, pengecilan
Statistic Sumatera Barat tahun 2016, jumlah payudara, dan penurunan elastisitas kulit.
wanita menopause di Sumatera Barat Hot flashes adalah perasaan kehangatan
meningkat dari tahun 2014 yang berjumlah yang intens. Kemerahan atau pembilasan
283.049 jiwa pada tahun 2015. Dibukittinggi kulit, berkeringat, dan detak jantung yang
sendiri jumlah wanita usia pra-senalis (usia 45 meningkat juga bisa terjadi. Gejala hot flashes
– 59 tahun) berjumlah 8.844 jiwa yang terdata berkisar dari ringan hingga berat dan mungkin
di 7 puskesmas induk yang ada di Kota juga datang dengan kecemasan, gangguan
Bukittinggi (Dinkes Kota Bukittinggi, 2019). tidur, perubahan mood dan iritabilitas, merasa

LLDIKTI Wilayah X 497


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
tidak terkendali. Sekitar 85% dari semua minggu mengalami penurunan hot flashes
wanita akan mengalami hot flashes saat masa (57%) dan penurunan berkeringat dimalam
menopause, hot flashes sangat bervariasi hari (43%).
antara satu wanita ke wanita lain. Hot flashes Tempe adalah makanan tradisional
ini bisa lebih parah pada wanita yang telah Indonesia yang terbuat dari kedelai. Kedelai
menjalani operasi, kemoterapi, atau terapi sebagai bahan utama pembuatan kaya akan
radiasi yang telah menyebabkan berakhirnya isoflavon. Isoflavon ditemukan dalam jumlah
siklus menstruasi bulanan atau “periode”. yang signifikan pada kedelai. Genistein,
Wanita yang sebelumnya telah diobati dengan daidzein, dan glycitein adalah isoflavon
terapi penggantian hormon (untuk gejala aglikon yang terdapat dalam tempe
menopause) memiliki semburan panas yang (Setiawati, 2014). Proses fermentasi kedelai
parah untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi tempe tidak merusak kandungan
setelah pengobatan berhenti. Hot flashes isoflavon didalamnya. Isoflavon merupakan
bahkan bisa memulai lagi pada wanita yang salah satu jenis senyawa polifenol yang
lebih tua yang mengalami sudah mati haid, hot memiliki struktur yang menyerupai estrogen
flashes juga bisa mengganggu kualitus hidup sehingga mampu memberikan efek seperti
(LHSC, 2012). estrogen. Isoflavon juga sering disebut
Masalah yang sering ditemukan pada sebagai senyawa turunan fitoestrogen dengan
ibu menopause dengan hot flashes adalah ibu aktivitas estrogenic (Fawwaz, 2017).
merasakan cemas dengan keadaannya Departemen Kesehatan menganjurkan agar
sehingga ibu mengalami kegelisahan dan wanita menopause mengkonsumsi isoflavon
kesulitan untuk tidur (Astuti, 2014). 80 mg/hari, kadar tersebut dapat diperoleh
Cara mengatasi hot flashes (rasa panas) dengan asupan 112 gram tahu (satu setengah
gunakan pakaian tipis yang memudahkan potong sedang) atau 56 gram tempe / dua
anda membuka atau memakainya kembali potong sedang (Mulyati, 2006).
saat suhu tubuh tidak stabil, hindari makanan Berdasarkan survei awal yang peneliti
yang panas, pedas, minuman berkafein dan lakukan terhadap 8 orang responden, 3 orang
berakohol, karena akan memicu hot flashes diantaranya mengalami keluhan-keluhan pada
dan keringat, bawalah tisu untuk mengusap masa menopause terutama gejala hot flashes
wajah dan tubuh ketika berkeringat, gunakan yaitu rasa panas pada tubuh yang di alami oleh
pakaian tidur dan penutup alas tidur berbahan ibu menopause. Dari gejala tersebut membuat
katun karena akan memberi rasa lebih dingin ibu menopause tiba-tiba merasa tidak nyaman
dan nyaman dibandingkan bahan yang lain dari panas yang ekstrim dan akan menyebar
(Fox-Spencer, 2007). keatas dari dada, belakang leher dan wajah,
Menurut penelitian Cheng (2007) dalam hal ini memicu timbulnya keringat yang
Wayan dan Sofiyanti (2015) desain penelitian banyak serta kemerahan dan beberapa ibu
yang digunakan prospective study pada menopause juga merasakan palpitasi,
wanita menopause 49 – 69 tahun. Dibagi kelemahan, dan kecemasan bahkan gangguan
kedalam dua kelompok, kelompok pertama tidur. Ketika rasa panas itu menghilang maka
diberikan isoflavone 60 mg dan kelompok ibu menopause akan mengalami kedinginan
kedua diberikan placebo selama 12 minggu. karena adanya mekanisme berkeringat yang
Hasil penelitiannya menunjukkan 51 orang menurunkan suhu tubuh. Hot flashes dapat
yang mengkonsumsi isoflavon selama 12 berlangsung dari beberapa detik sampai

LLDIKTI Wilayah X 498


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
sepuluh menit dan biasanya rata-rata terjadi analisa univariat dan analisa bivariat dengan
empat menit. menggunakan uji T test.
Berdasarkan latar belakang inilah
peneliti ingin melakukan penelitian Pengaruh METODOLOGI PENELITIAN
Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Jenis penelitian yang digunakan adalah
Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause Di dengan desain penelitian Quasi-Eksperimen
Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang (One - Group Pretest - Posttest Design) yang
Kota Bukittinggi Tahun 2019. Berdasarkan diaplikasikan dengan rancangan pretest –
uraian diatas tersebut maka rumusan masalah posttest untuk megetahui “Pengaruh
dalam penelitian ini adalah bagaimana Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap
Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause Di
Terhadap Gejala Hot Flashes Pada Ibu Wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota
Menopause Di Wilayah Puskesmas Guguk Bukittinggi Tahun 2019” (Sugiyono, 2013).
Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2019. Tujuan Penelitian ini dilakukan di Wilayah
Penelitian Untuk mengetahui Pengaruh Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap pada tanggal 15 - 28 April 2019. Populasi
Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause Di adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
Wilayah Puskesmas Guguk Panjang, Kota obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan
Bukittinggi Tahun 2019. Dalam penelitian karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
ini, peneliti membatasi penelitian hanya peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
untuk mengetahui Pengaruh Pemberian kesimpulannya
Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot (Sugiyono, 2013). Untuk populasi penelitian
Flashes Pada Ibu Menopause. Dengan ini adalah seluruh wanita usia pre-senalis
variabel independennya perlakuan sebelum (4559 tahun) dengan jumlah 1.874 orang di
dan sesudah pemberian olahan tempe Kukus. Wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota
Sedangkan variabel dependen yaitu untuk Bukittinggi Tahun 2019. Sampel adalah
mengetahui adanya perubahan gejala hot Menurut (Sugiyono, 2013) Sampel adalah
flashes pada ibu menopause. Populasi pada bagian dari jumlah dan karakteristik yang
penelitian ini adalah seluruh wanita usia dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
presenalis (45-59 tahun) yang ada Di besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
Wilayah Puskesmas Guguk Panjang semua yang ada pada populasi, misalnya
sebanyak 1.874 orang. Sampel yang diambil karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
pada penelitian ini sebanyak 10 orang ibu maka peneliti dapat menggunakan sampel
menopause yang memenuhi kriteria inklusi yang diambil dari populasi harus betul – betul
dengan teknik pengambilan sampel representatif (mewakili). Sampel yang
Purposive Sampling. Penelitian dilakukan diambil sebagai responden sebanyak 10 orang
dalam waktu selama dua minggu pada bulan ibu menopause yang berada di Wilayah
April. Adapun jenis penelitian yang akan Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian Tahun 2019 yang memenuhi syarat kriteria
Quasi-Eksperimen (OneGroup Pretest - inklusi dengan pemilihan sampel purposive
Posttest Design) yang di aplikasikan dengan sampling, Sampel hanya terdiri dari 1
rancangan pretest – posttest. Analisa data kelompok, dimana pada kelompok tersebut
yang digunakan pada penelitian ini yaitu akan diberikan olahan tempe kukus kemudian

LLDIKTI Wilayah X 499


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
dilihat perubahan / pengaruhnya antara pretest masing variabel penelitian. Pada penelitian
dengan posttest. analisis univariat di lakukan untuk
Adapun kriteria sampel penelitian: mengambarkan karakteristik pengaruh
Kriteria inklusi: Ibu menopause Di wilayah pemberian olahan tempe kukus terhadap
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota gejala hot flashes pada ibu menopause di
Bukittinggi. Ibu dengan rentang usia 45-59 Wilayah Puskesmas Guguk Panjang
tahun yang baru 1 tahun mengalami sebelum (Pretest) dan sesudah (Postest)
menopause dengan gejala Hot Flashes. pemberian olahan tempe kukus yang akan di
Bersedia menjadi responden. b. Kriteria sajikan dalam bentuk tabel mean, standar
eksklusi: Ibu dengan rentang usia 45-59 tahun deviasi, nilai minimum, dan nilai
> 1 tahun mengalami menopause Di Wilayah maksimum.
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota
Bukittinggi. Tidak mengalami hot flashes.
Tidak bersedia menjadi responden.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini dengan menggunakan cara: Data
yang dikumpulkan langsung oleh peneliti
melalui kunjungan langsung kerumah
responden dengan cara mengetahui gejala hot
flashes yang dialami oleh ibu menopause
menggunakan lembar observasi. Kemudian
sampel akan diberikan perlakuan. Data
sekunder adalah data yang di ambil atau yang
diperoleh dari dokumentasi. Dokumentasi
data yang ada Di Wilayah Puskesmas Guguk
Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2019.
Analisis univariat adalah analisa yang
dilakukan terhadap tiap variabel dari
penelitian pada umumnya dalam analisis
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentasi dari tiap variabel independen
(Notoadmodjo, 2012). Analisa bivariat
merupakan analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkolerasi (Notoadmodjo, 2012).
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang sudah di
lakukan terhadap responden di wilayah
Puskesmas Guguk Panjang Kota
Bukittinggi Tahun 2019 dapat dilihat
dibawah ini :
Analisis univariat di lakukan untuk
mengambarkan karakteristik masing-

LLDIKTI Wilayah X 500


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)

Tabel 1. Rata – Rata Gejala Hot Flashes Yang Dirasakan Ibu Menopause sebelum
(Pretest) Pemberian Olahan Tempe Kukus
Variabel N Mean Min Max Standar
Deviasi
Pretest 10 4,00 3,29 5,07 0,635

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui dengan gejala hot flashes terendah adalah bahwa
rata – rata gejala hot flashes yang 3,29, gejala hot flashes tertinggi adalah 5,07 dirasakan ibu
menopause sebelum (Pretest) dan Standar Deviasi 0,635.
pemberian olahan tempe kukus adalah 4,00

Tabel 2. Rata – Rata Gejala Hot Flashes Yang Dirasakan Ibu Menopause sesudah
(Posttest) Pemberian Olahan Tempe Kukus
Min Max Standar
Variabel N Mean
Deviasi
Posttest 10 2,49 1,86 2,93 0,421

Berdasarkan table. 2 diatas diketahui dan rata – rata gejala hot flashes yang
bahwa rata – rata gejala hot flashes yang dirasakan ibu menopause sesudah (Posttest)
dirasakan ibu menopause sesudah (Posttest) adalah 2,49 dengan Mean Differences 1,51.
pemberian olahan tempe kukus adalah 2,49 Dari hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue
dengan gejala hot flashes terendah adalah 0,000 lebih kecil dari α < 0,05 sehingga H0
1,86, gejala hot flashes tertinggi adalah 2,93 ditolak. Artinya ada pengaruh pemberian
dan Standar Deviasi 0,421. olahan tempe kukus terhadap gejala hot
A. Analisis Bivariat flashes pada ibu menopause Di Wilayah Kerja
Analisis bivariat dilakukan untuk Puskesmas Guguk Panjang Kota
mengetahui Pengaruh Pemberian Olahan Bukittinggi Tahun 2019.
Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes Guguk Panjang Kota Bukittinggi Tahun Pada Ibu
Menopause Di Wilayah Puskesmas 2019.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes Pada
Ibu Menopause
Mean Standar Standar P-
Variabel N Mean
Differences Deviasi Error Value
Pretest 10 4,00
1,51 0,464 0,146 0,000
Posttest 10 2,49

Berdasarkan Tabel . 3 menunjukkan


bahwa rata – rata gejala hot flashes yang
dirasakan ibu menopause sebelum (Pretest)
pemberian olahan tempe kukus adalah 4,00

LLDIKTI Wilayah X 501


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
PEMBAHASAN Analisis Hasil Penelitian senyawa kompleks menjadi senyawa
Univariat 1. Rata – rata gejala hot flashes sederhana yang mudah dicerna oleh manusia.
yang dirasakan ibu menopause sebelum Tempe kaya akan serat pangan, kalsium,
diberikan olahan tempe kukus vitamin B dan zat besi. Berbagai macam
Penelitian ini dilakukan pada ibu kandungan dalam tempe mempunyai nilai
menopause yang mengalami gejala hot flashes obat, seperti antibiotika untuk
di Wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota menyembuhkan infeksi dan antioksidan
Bukittinggi tahun 2019 dan didapatkan bahwa pencegah penyakit degeneratif. Isoflavon
rata – rata gejala hot flashes yang dirasakan yang terdapat pada tempe mempunyai potensi
ibu menopause sebelum diberikan olahan yang paling baik sebagai hormon pengganti
tempe kukus adalah 4,00 dengan standar estrogen karena mempunyai energi afinitas
deviasi 0,635. Gejala hot flashes terendah yang paling tinggi (Mulyati, 2018).
adalah 3,29 dan gejala hot flashes tertinggi Penelitian ini sejalan dengan penelitian
adalah 5.07. Marta (2014) tentang Pengaruh Pemberian
Menurut teori istilah menopause Kacang Kedelai (Tempe) Terhadap
berasal dari kata latin Meno (Bulan) dan Penurunan Gejala Hot Flashes Pada Ibu
Pausia (Berhenti). Menopause pada dasarnya Menopause Usia 45 – 59 Tahun Di Desa
menandai akhir dari periode kesuburan alami Sumur Anyir Kecamatan Air Bungkal Kota
wanita. Sebagai seorang wanita mendekati
Sungai Penuh Provinsi Jambi didapatkan rata
menopause, jumlah folikel ovarium menurun,
– rata gejala hot flashes pada ibu menopause
memproduksi sedikit estrogen dan
menyebabkan menstruasi tidak teratur. sebelum diberikan kacang kedelai (tempe)
Akhirnya, jumlah estrogen yang dihasilkan adalah 6,50.
terlalu rendah untuk mempertahankan siklus Menurut asumsi peneliti, hot flashes
menstruasi bulanan (Patil, 2016). terjadi karena penurunan kadar hormon
Hot flashes adalah rasa panas yang luar estrogen yang di produksi oleh ovarium pada
biasa pada wajah dan tubuh bagian atas seperti ibu menopause. Berbagai upaya dapat
leher dan dada. Hot flashes terjadi pada dilakukan untuk mengatasi hot flashes, salah
malam hari, dan menyebabkan keluarnya satu upaya yang dapat dilakukan untuk
keringat, terjadi selama beberapa detik hingga mengatasi hot flashes adalah dengan cara
beberapa menit, tetapi ada juga yang terapi hormon, namun terapi hormon memiliki
berlangsung selama satu jam. Hot flashes banyak efek samping, diantaranya kanker
berlangsung selama 2-5 tahun ketika payudara, stroke, dan masalah jantung. Selain
perempuan akan memasuki usia menopause terapi hormon, ada cara non farmakologis
atau pada saat menopause dan akan yang dapat dilakukan yaitu isoflavon yang
menghilang sekitar 4–5 tahun pasca merupakan senyawa fitoestrogen atau
menopause (Suhaidah, 2013). estrogen alami yang berasal dari tumbuhan.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari Salah satu bentuk tumbuhan yang
fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan mengandung isoflavon adalah kacang kedelai
lain yang menggunakan kapang rhizopus, dimana kacang kedelai dapat diolah menjadi
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. tempe.
stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Dengan adanya isoflavon dalam tempe,
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal penanganan hot flashes menjadi lebih mudah
sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh dan alami. Tempe tersebut bisa kita olah
pada kedelai menghidrolisis senyawa- menjadi berbagai macam, salah satunya

LLDIKTI Wilayah X 502


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
menjadi olahan tempe kukus. Sebelum diperoleh dengan asupan 112 gram tahu (satu
diberikan olahan tempe kukus responden setengah potong sedang) atau 56 gram tempe
masih kurang memahami tentang manfaat dari / dua potong sedang (Mulyati, 2006).
olahan tempe kukus, responden hanya Menurut penelitian Astuti, dkk (2012)
mengetahui tempe adalah makanan asli tentang pemberian kacang kedelai pada
indonesia yang mengandung gizi yang baik. wanita menopause membuktikan bahwa
Sehingga peneliti memberikan pengertian kacang kedelai jenis olahan tempe kaya
kembali tentang manfaat olahan tempe kukus dengan gizi dan sangat efektif di konsumsi
bahwa tempe kukus mengandung hormon oleh wanita menopause dalam menguranggi
estrogen (fitoestrogen) dan makanan ini baik gejala hot flashes.
di konsumsi, bukan hanya oleh wanita Penelitian yang sama dengan penelitian
menopause saja tapi semua usia boleh yang dilakukan oleh Marta (2014) tentang
mengkonsumsi tempe kukus, dan bagi wanita Pengaruh Pemberian Kacang Kedelai
menopause sangat baik mengkonsumsi 56 (Tempe) Terhadap Penurunan Gejala Hot
gram atau 2 potong tempe kukus ukuran Flashes Pada Ibu Menopause Usia 45 – 59
sedang perharinya karena dapat menggurangi Tahun Di Desa Sumur Anyir Kecamatan Air
gejala hot flashes pada wanita menopause. Bungkal Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi
2. Rata – rata gejala hot flashes didapatkan rata – rata gejala hot flashes pada
yang dirasakan ibu menopause sesudah ibu menopause setelah diberikan tempe
diberikan olahan tempe kukus adalah 6,25 dimana terjadi penurunan gejala
Penelitian ini telah dilakukan pada ibu hot flashes pada ibu menopause.
menopause yang mengalami gejala hot flashes Peneliti berasumsi bahwa setelah
di Wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota responden diberikan olahan tempe kukus,
Bukittinggi tahun 2019 dan didapatkan bahwa gejala hot flashes yang dirasakan sebelumnya
rata – rata gejala hot flashes yang dirasakan sudah berkurang seperti rasa panas pada
ibu menopause sesudah diberikan olahan wajah, leher dan dada disertai kemerahan
tempe kukus adalah 2,49 dengan standar pada kulit yang berlangsung selama beberapa
deviasi 0,421. Gejala hot flashes terendah menit hingga satu jam, berkeringat dimalam
adalah 1,86 dan gejala hot flashes tertinggi hari, detak jantung meningkat / mengencang,
adalah 2,93. susah tidur dimalam hari, buang air kecil
Tempe merupakan salah satu makanan sering dan tidak nyaman saat buang air kecil
yang dibuat dari olahan kedelai yang dan bahkan ada responden yang tidak sama
mengandung isoflavon dengan konsentrasi sekali merasakan gejala hot flashes itu lagi.
lebih tinggi dibandingkan biji-bijian lainnya. Sehingga peneliti berpendapat bahwa
Kedelai mengandung senyawa flavonoid yang mengkonsumsi olahan tempe kukus dapat
lebih dikenal sebagai isoflavon, dimana mengurangi dan mengatasi gejala hot flashes
isoflavon kedelai bermanfaat untuk kesehatan pada ibu menopause karena tempe
misalnya untuk penyakit kardiovaskuler, mengandung isoflavon yang merupakan
kanker, diabetes melitus, hipertensi, senyawa serupa dengan fitoestrogen atau
osteoporosis, obesitas dan menopause estrogen.
(fawwaz, dkk, 2017). Analisis Hasil Penelitian Bivariat
Departemen Kesehatan menganjurkan Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
agar wanita menopause mengkonsumsi P-value 0,000 lebih kecil dari α < 0,05
isoflavon 80 mg/hari, kadar tersebut dapat sehingga H0 ditolak. Artinya ada pengaruh

LLDIKTI Wilayah X 503


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
pemberian olahan tempe kukus terhadap kacang kedelai (tempe) terhadap penurunan
gejala hot flashes pada ibu menopause Di gejala hot flashes.
Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Menurut asumsi peneliti adalah
Kota Bukittinggi Tahun 2019. pemberian olahan tempe kukus sebelum dan
Hubungan pemberian tempe kukus sesudah penelitian menunjukkan hasil yang
terhadap penurunan gejala hot flashes sangat berbeda. Sebelum diberikan olahan tempe
penting karena tempe merupakan jenis kacang kukus responden merasakan gejala hot
- kacangan atau isoflavon yang mengandung flashes, dan setelah pemberian olahan tempe
fitoestrogen. Olahan tempe kukus merupakan kukus terdapat penurunan gejala hot flashes.
terapi non farmakologis yang lebih alami dan Responden mengatakan gejala hot flashes
lebih efektif untuk di konsumsi pada ibu yang dialaminya mengalami penurunan
menopause dalam penurunan gejala hot seperti rasa panas pada wajah, leher dan dada
flashes yang dialami (Marta, 2014). disertai kemerahan pada kulit yang
Menurut penelitian Cheng, dkk (2007) berlangsung selama beberapa menit hingga
dalam Wayan dan Sofiyanti (2015) tentang satu jam, berkeringat dimalam hari, detak
Penatalaksanaan Keluhan Pada Wanita jantung meningkat / mengencang, susah tidur
Menopause Secara Non Farmakologis dimalam hari, buang air kecil sering dan tidak
didapatkan 51 orang yang mengkonsumsi nyaman saat buang air kecil, sebelumnya
isoflavon selama 12 minggu mengalami responden mengalami panas pada tubuh di
penurunan hot flashes 57% dan penurunan malam hari, namun setelah diberikan selama
berkeringat dimalam hari 43%. 14 hari olahan tempe kukus pada responden,
Menurut penelitian Khulasoh (2018) gejala hot flashes nya berkurang, dan bahkan
tentang Penerapan Konsumsi Susu Kedelai ada responden yang tidak sama sekali
Untuk Mengurangi Hot Flush Pada Wanita mengalami gejala hot flashes.
Pre Menopause Di PMB Yuspoeni
Kaliwungu Kecamatan Klirong Kabupaten SIMPULAN
Kebumen didapatkan penerapan konsumsi Rata – rata gejala hot flashes yang
susu kedelai sudah dilakukan kepada 5 dirasakan ibu menopause sebelum (Pretest)
partisipan selama 14 hari. Sebelum dilakukan diberikan olahan tempe kukus adalah 4,00.
penerapan ke 5 partisipan mengalami hot Rata – rata gejala hot flashes yang dirasakan
flush, setelah mengkonsumsi susu kedelai ibu menopause sesudah (Posttest) diberikan
selama 14 hari hot flush dari ke 5 partisipan olahan tempe kukus adalah 2,49. Ada
hilang. pengaruh pemberian olahan tempe kukus
Penelitian ini sama dengan penelitian terhadap penurunan gejala hot flashes pada
yang dilakukan oleh Marta (2014) tentang ibu menopause di wilayah Puskesmas Guguk
Pengaruh Pemberian Kacang Kedelai Panjang Kota Bukittinggi 2019 dengan hasil
(Tempe) Terhadap Penurunan Gejala Hot P-value 0,000. Diharapkan penelitian ini bisa
Flashes Pada Ibu Menopause Usia 45 – 59 menjadi bahan bacaan dan referensi di
Tahun Di Desa Sumur Anyir Kecamatan Air perpustakaan institusi pendidikan sehingga
Bungkal Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi dapat memberi informasi bagi mahasiswa
didapatkan dari hasil uji statistik nilai P-value tentang Pengaruh Pemberian Olahan Tempe
0,000 α < 0,05, maka terlihat ada hubungan Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes Pada Ibu
yang bermakna antara pengaruh pemberian Menopause, dan juga dapat dijadikan dasar
bagi penelitian selanjutnya.

LLDIKTI Wilayah X 504


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Freedman, R.R. (2014). Menopausal Hot
DAFTAR PUSTAKA Flashes : Mechanisms,
Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar Kesehatan Endocrinology, Treatment. Psyciatry
Reproduksi Wanita. Edisi 2 : EGC and Behavioral Neurosciences and
Obstetrics and Gynecology. 1-14.
Ariani, Sri Retno D., & Hastuti, W. (2009).
https://doi:10.1016/j.jsbmb.2013.08.0
Analisis Isoflavon dan Uji Aktivitas 10.
Antioksidan Pada Tempe Dengan
Variasi Lama Waktu Fermentasi dan Hekhmawati, S., & Sudaryanto, A. (2016).
Metode Ekstraksi. Kimia Organik, Gambaran Perubahan Fisik
dan Psikologis Wanita Menopause, 5-
Bahan Alam, dan Biokimia, 568-580.
14.
Astuti, nurita puji. (2009). Sifat Organoleptik
Korina, N.W.W., Sofiyanti.I. (2014).
Tempe Kedelai Yang Dibungkus
Penatalaksanaan Keluhan Pada
Plastik.
Wanita Menopause Secara Non
Astuti. (2014). Asuhan Kebidanan Ibu Farmakologis. Kebidanan, 204-209.
Menopause Dengan Hot Flush Di
Posyandu Bina Bakhti Surakarta. Muchtadi, T.R, Ayustaningwarno, F dan
Sugiyono. (2010). Ilmu Pengetahuan
Astuti, Rahayu. (2012). Analisis Zat Gizi Bahan Pangan. Bandung : Alfabeta.
Tempe Fortifikasi Zat Besi
Berdasarkan Pemasakan. Mulyani, Tri, Sudaryati HP dan Eka Bagus
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Setiawan. (2013). Kajian Substitusi
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Ampas Tahu dan Penggunaan
: EGC Natrium Bikarbonat Pada Pembuatan
Tortilla. Tekhnologi Pangan. 6 (1) : 45
Centre, london health sciences. (2012). Hot
Flashes. London Health Sciences - 63.
Centre, 1–7. Mulyati, D. (2006). Konsumsi isoflavon
Departemen Kesehatan. 2008. berhubungan dengan usia mulai
menopause. Gizi Dan Makanan,
Dinas Kesehatan Kota Bukittingi. 2019.
25(4), 148–154.
Djide, D. (2014). Ekstraksi Isoflavon Kedelai
Mulyati, Budi. (2018). Tempe Sebagai
dan Penentuan Kadarnya Secara Ultra
Pengganti Hormon Estrogen Pada
Fast Liquid Chromatography ( UFLC
Reseptor Estrogen α dengan Metode
) Soybean Isoflavones Extraction and
Autodock Vina.Teknik Industri, 1(1),
Analysis Their Concentration by Ultra
7-14.
Fast Liquid Chromatography.
Sainsmat, III(2), 130–134. Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Metode
Penelitian Kesehatan, Jakarta
Fawwaz, D. (2017). Kadar Isoflavon Aglikon : Rineka Cipta.
pada Ekstrak Susu Kedelai dan Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan
Tempe. Tekhnologi Dan Managemen Metodologi Penelitian Ilmu
Agroindustri, 6(3), 152–158. Keperawatan. Jakarta :
Fox-Spancer, Rebecca. 2007. Sample Guide Salemba Medika
Menopause. Jakarta : Erlangga

LLDIKTI Wilayah X 505


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Trisyani, E. (2016). Adaptasi Gejala
Metodologi Penelitian Ilmu Perimenopause Dan Pemenuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Kebutuhan Seksual Wanita Usia 5060
Medika. Tahun. Ilmiah Ilmu-Ilmu
Patil, S. S., Sambarey, P. W., Patil, C. S., Ss, Kesehatan, 16(4), 1–9.
P., Reprod, I. J., Obstet, C., & Mar, G.
(2016). Menopausal syndrome : Utari, D.M., Rimbawan, Riyadi, H., Muhilal,
clinical presentation and management. & Purwantyastuti. (2010). Pengaruh
Reproduction, Contraception, Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe
Obstetrics and Gynecology, 5(3), dan Pemasakan Tempe Terhadap
757–761. Kadar Isoflavon. Gizi dan Makanan,
33(2), 148-153.
Pusat data dan Informasi Kesehatan RI, 2013.
Rostiana, T. (2009). Kecemasan pada wanita Wayan, K. (2015). Penatalaksanaan Keluhan
yang menghadapi menopause. Pada Wanita Menopause Secara Non
Psikologi, 3(100), 76–86. Farmakologis. Kebidanan, 204–209.
Ririn, Marta.S. (2014). Pengaruh Pemberian
Kacang Kedelai (Tempe)Terhadap
penurunan gejala hot flushes pada ibu
menopause usia 45 - 59 tahun Di Desa
Sumur Anyir Kecamatan Air Bungkal
Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi.
Skripsi.
Setiawati, D. (2014). Analisis kuantitatif
isoflavon tempe secara cepat dan
sederhana menggunakan metode
kromatografi lapis tipis- densitometri.
Farmasi Sains Dan Komunitas, 11(1),
13–17.
Suhaidah, Dedeh. (2013). Hubungan tingkat
pengetahuan dengan tingkat
kecemasan perempuan dalam
menghadapi menopause. Skripsi.
Sunil Somnath Patil, D. (2016). Menopausal
syndrome : clinical presentation and
management. Reproduction,
Contraception, Obstetrics
and Gynecology, 5(3), 757–761.

Suryo Prajogo, Nadine. (2009). Cara Indah


Menghadapi Menopause. Yogyakarta
: Locus.

LLDIKTI Wilayah X 506

Anda mungkin juga menyukai