Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Menurut Bobak (2010) Postpartum adalah suatu fase dimulai dari
bayi lahir dari dalam rahim ibu dan plasenta lepas kemudian keluar hingga
setelah melahirkan sekitar 6 minggu. Pada fase ini ibu mengalami banyak
perubahan seperti perlukaan dan juga pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan. Pada fase postpartum ini ibu biasanya
mengalami kelelahan. Kelelahan postpartum dimulai dari awal melahirkan
dan mungkin akan terus menerus menjadi parah selama beberapa waktu.
Kelelahan postpartum timbul karena perasaan kelelahan juga perasaan distress
akibat dari penyesuaian dalam perubahan peran dan fungsi keluarga pada
periode awal postpartum (Kilic et al., 2015). Kelelahan pada ibu postpartum
biasanya ditandai dengan suasana hati berubah, wajah terlihat pucat dapat
disertai dengan badan yang panas serta sulit bernafas (Smarrt et al., 2016).
Angka kejadian kelelahan pada ibu postpartum tinggi seperti dalam
penelitian di Turki yang dilakukan Meral et al. (2015) yakni sekitar 88,5%
dari perempuan melahirkan mengalami keluhan kelelahan. Kuo et al. (2012)
menjelaskan sebanyak 121 ibu postpartum di Taiwan mengalami kelelahan
pada hari pertama dan akan berangsur-angsur menurun pada postpartum hari
ke 7. Penelitian lain yang dilakukan pada 197 perempuan postpartum di
Taiwan dari trimester ke 2 hingga 1 bulan postpartum bahwa tingkat kelelahan
meningkat dari trimester kedua hingga ketiga dan tetap tidak berubah hingga 1
bulan pascakelahiran (Cheng, Chou, Wang, Tsai, & Liou, 2015). Penelitian
yang dilakukan Wijayanti (2011), dengan hasil menyatakan bahwa kelelahan
postpartum di Yogyakarta sebesar 60%. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Saragih dkk (2015) dengan hasil 31 (68,89%) responden yang
mengalami kelelahan pada ibu postpartum di Puskesmas Jetis. Dalam studi
Taylor dan Johnson (2010), mengemukakan bahwa kelelahan pada ibu
postpartum meningkat pada minggu ke 6, 12, dan 24 dan didapatkan terjadi
pada jumlah paling tinggi pada 6 minggu karena ibu mulai bekerja.

Kelelahan pada ibu postpartum tercantum dalam Q.S Al Luqman ayat


14 yang intinya bahwa ibu setelah melahirkan itu memiliki banyak kewajiban
dan juga tanggung jawab yang berubah, yang artinya “Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Kelelahan yang terjadi pada ibu postpartum diungkapkan oleh Troy
(2003) menjelaskan penyebab kelelahan pada ibu postpartum meliputi faktor
fisik seperti lama persalinan dan proses persalinan, penyembuhan luka, nyeri
dan menyusui. Selain itu menurut Cooklin (2011) faktor yang mempengaruhi
antara lain faktor sosial, rendahnya dukungan sosial juga kualitas tidur,
koping individu, faktor ekologi dan tempat tinggal ibu.
Faktor lain diantaranya primipara, proses menyusui dan muncul gejala
depresif sehingga meningkatkan kelelahan pada postpartum, bayi mudah
rewel atau temperamen bayi yang didefinisikan sebagai perbedaan individu
biologis dimana konstitusi dalam motorik, reaktivitas diri dan regulasi
berbeda sebagai respon stimulasi (Chen&Schmidt, 2015).
Dampak yang terjadi apabila kelelahan pada ibu postpartum tidak
tertangani maka akan berkembang menjadi depresi pada ibu postpartum
(Affonso et al., 1990) selain itu juga dapat menurunkan perkembangan dan
perumbuhan bayi (Parks et al., 1999), dan keterlambatan dalam status dan
fungsi pada pemberian makanan atau ASI ke bayi (Tulman et al., 1990).
Data ibu postpartum pada tahun 2018 di Kabupaten Bantul di
PUSKESMAS Kasihan I sebanyak 775. Hasil studi pendahuluan pada 15 ibu
postpartum didapatkan hasil sebanyak 73% ibu postpartum mengalami
kelelahan yang berat dan sebanyak 27% diantaranya mengalami kelelahan
sedang. Ibu postpartum yang kelelahan mengeluhkan badan terasa lelah,
kepala yang terasa berat, badan lelah, mengantuk dan ingin tidur. Berdasarkan
penjelasan diatas maka peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan
judul hubungan temperamen bayi dengan kelelahan pada ibu postpartum di
PUSKESMAS Kasihan I.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang disebutkan bahwa penyebab dari kelelahan
pada ibu postpartum itu dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi. Kelelahan pada ibu postpartum adalah faktor situasional, faktor
psikologis dan juga bayi mudah rewel juga dapat mempengaruhimya. Selain itu
juga tanda dan gejalanya yaitu wajah pucat, suasana hati yang berubah
terkadang disertai dengan badan yang panas juga susah bernafas. Dampak yang
dapat terjadi apabila tidak ditangani, ibu postpartum akan mengalami depresi,
menurunnya perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam fungsi dan status
dalam pemberian makanan atau ASI. Oleh karena itu peneliti memilih
hubungan temperamen bayi dengan kelelahan pada ibu postpartum.

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan temperamen bayi
dengan kelelahan pada ibu postpartum
b. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu postpartum berupa usia, paritas, jenis
persalinan.
b. Mengetahui kelelahan pada ibu postpartum
c. Mengetahui tempramen bayi

D. Manfaat Penelitian
a. Ilmu keperawatan : penelitian ini bermanfaat sebagai pengetahuan juga
referensi dalam hubungan antara tempramen bayi dengan kelelahan pada
ibu postpartum.
b. Pelayanan kesehatan : penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan,
mutu serta wawasan dalam proses pelayanan terhadap hubungan
tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu postpartum.
c. Ibu postpartum : penelitian ini bermanfaat memberikan gambaran tentang
hubungan tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu postpartum.
d. Perawat : penelitian ini bermanfaat agar perawat dapat mengetahui
hubungan tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu postpartum sehingga
dapat diatasi dan juga dapat ditegakkan dalam asuhan keperawatan.
e. Peneliti lain : penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai hubungan tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu
postpartum dan dari hasil yang dicapai dapat dijadikan dasar dalam
penelitian selanjutnya.

E. Penelitian Terkait
Penelitian yang telah dilakukakan oleh Ezra Ledya Sevtiana Sinaga (2018)
dengan judul Hubungan Keletihan Ibu Postpartum Dengan Motivasi Pemberian
ASI Ekslusif Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Posyandu Diwilayah Kerja
Puskesmas Muara Enim. Dengan desain penelitian menggunakan cross-
sectional dengan cluster sampling. Sampel penelitian 100 ibu yang memenuhi
kreteria. Instrument yang digunakan kuestioner Prime Focus Spectrograph.
Variable independen dari penelitian tersebut adalah keletihan ibu postpartum
dengan variable dependen adalah motivasi pemberian asi ekslusif. Persamaan
dari penelitian tersebut adalah penelitian menggunakan desain cross-sectional
dan perbedaan pada variable yang digunakan. Hasil penelitian tersebut adalah
tidak terdapat hubungan pada karakteristik ibu postpartum dengan kelelahan
pada ibu postpartum kurang dari 6 bulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dkk (2018) dengan Judul
Managemen Kelelahan Saat persalinan Menggunakan Jus Semangka. Desain
yang digunakan peneliti adalah Quasi exsperimet. Jumlah sampel yang
digunakan 68 orang dibagi 2 kelompok yaitu kelompok control dan perlakuan
dan dipilih secara concencutive sampling. Dengan memiliki persamaan pada
varibel dependent dan perbedaan pada desain penelitian. Hasil penelitian adalah
terdapat perbedaan yang significant antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan dimana memiliki perbedaan kelelahan selama 24 jam setelah
persalinan.
Penelitian yang dilakukan oleh RR Viantika dengan judul Kelelahan
Postpartum Antara Ibu Primipara Dan Multipara Di Wilayah Kerja Puskesmas
Piyungan Kabupaten Bantul : Comparative Study. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian comparative study dengan teknik pengambilan sampel
consecutive sampling dengan sampel 30 ibu postpartum, 15 primipara dan 15
multipara di wilayah kerja Puskesmas Piyungan. Instrument yang digunakan
yaitu Prime Focus Spectrograph dan analisa yang digunakan uji independent t-
test. Persamaan pada penelitian tersebut adalah variable dependent yaitu
kelelahan pada ibu postpartum dan perbedaan terletak pada desain penelitian
yang digunakan. Hasil penelitiannya adalah tidak terdapat perbedaan tingkat
kelelahan pada ibu postpartum dengan primipara maupun multipara.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Astuti, Imami Nur Rachmawati, and
Hayuni Rahma dengan judul “The Correlation Between Infant Temperament
and Sleep Quality of Postpartum Mother in Primary Health Care Prambanan
and Jogonalan Klaten Indonesia.” Penelitian ini menggunakan cross sectional
dengan responden sebanyak 168 di PUSKESMAS Prambanan dan Jogonalan,
Klaten, Jawa Tengah. Instrumen yang digunakan adalah Infant Characteristic
Questionnaire (ICQ) dan Pittsburg Indeks Kualitas Tidur (PSQI) dan Uji chi
square digunakan untuk menganalisis data. Persamaan dari penelitian ini
menggunakan cross sectional dan menggunakan instrument yang sama pada
(ICQ). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang erat dan sebesar
91,6% memiliki kualitas tidur yang buruk dan ibu postpartum yang memiliki
bayi temperamen sebanyak 90% lebih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literatur Review
2.1 Postpartum
2.2.1 Definisi
Postpartum atau yang biasa dikenal dengan masa nifas adalah
fase setelah persalinan sampai pulih kembalinya kandungan ke
keadaan sebelum hamil dan melahirkan dan lamanya sekitar 6 minggu
(Padila, 2014). Masa nifas diartikan masa dimana setelah keluarnya
plasenta sampai pulihnya kembali alat reproduksi seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung 40 hari atau 6 minggu (Mansyur et
al,. 2017).

2.2.2 Adaptasi psikologi


Menurut Reva-Rubin (1977) perubahan psikologis dibagi menjadi
3 yaitu periode taking in, periode taking hold dan periode letting go.
Periode Taking In biasanya terjadi pada hari 1-2 setelah melahirkan.
Periode Taking Hold biasanya terjadi pada hari 2-4 setelah persalinan
dan yang terakhir adalah periode Letting Go periode ini terjadi setelah
ibu pulang ke rumah dan depresi postpartum umumnya terjadi pada
periode ini.
Fase Taking In merupakan fase ketergantungan pada ibu setelah
melahirkan dimana ibu bersifat pasif dan energi masih difokuskan
untuk dirinya dan juga perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Fase ini
ibu mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi (Mansyur et al .,
2017).
Fase Taking Hold dimana fase antara tergantung dan tidak
bergantung, periode ini berlangsung selama 2-4 hari setelah
persalinan. Ibu mulai menfokuskan pada bayinya, mulai tertarik
dengan bayinya dan juga mulai terbuka dengan informasi mengenai
pendidikan kesehatan untuk dirinya dan juga bayinya (Hamilton,
1995).
Fase Letting Go ini adalah fase saling ketergantungan, maksudnya
ibu mulai mereorganisasi keluarga untuk merawat bayinya. Ibu
menerima tanggung jawab untuk merawat bayinya (Maryunani, 2015).
Pada periode postpartum sebanyak 50% wanita mengalami
kesedihan yang luar biasa (Buultjens & Liamputtong, 2007). Kejadian
ini merupakan respon dari adanya harga diri yang rendah yang
diakibatkan adanya kelelahan, perubahan fisik yang menganggu,
kurangnya dukungan dari pasangan (Pillitteri, Adel. 2010).

2.2.3 Perubahan Fisiologi


Fase postpartum, seorang ibu menghadapi banyak perubahan
salah satu perubahannya adalah perubahan fisik (Padila, 2014).
Perubahan fisiologi pada sistem pencernaan biasanya terdapat
gangguan defekasi karena penurunan tekanan otot abdomen, adanya
rupture perineum dan juga masih terdapat efek progresteron. Setelah
plasenta lahir tinggu fundus uteri berada pada pusat dengan keadaan
cervix lembut. Setelah 1 minggu tinggi fundus uteri berada di
pertengahan pusat sympisis dan keadaan cervix dapat dilalui 2 jari.
Pada minggu ke 2 tinggi fundus uteri tidak teraba dan keadaan cervix
dimasuki 1 jari setelah minggu ke 6 tinggi fundus uteri seperti hamil 2
minggu dan keadaan cervix hampir kembali normal. Dan pada minggu
ke 8 tinggi fundus uteri dan keadaan cervix kembali normal (Muchtar,
1998).
Lochia adalah cairan yang tidak diperlukan oleh tubuh akan
dikeluarkan dari uterus selama masa nifas. Lochia ini bersifat alkalis
dan jumlah pengeluarannya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
pengeluarannya. Lochia rubra/merah dengan pengeluarannya pada hari
pertama sampai hari keempat, lochia sanguinolenta atau berwarna
merah kecoklatan juga berlendir biasanya berlangsung dari hari
keempat hingga ketujuh, lochia serosa atau berwarna kuning
kecoklatan keluar dari hari ketujuh hingga hari keempat belas dan
lochia alba/putih pengeluarannya selama dua hingga enam minggu
masa postpartum (Mansyur et al ., 2017).
Selain itu perubahan juga terjadi pada vagina dan vulva.
Perubahan pada vulva dan vagina ini tidak lama karena setelah 3
minggu setelah persalinan, vagina dan vulva akan kembali pada saat
sebelum hamil. Pada masa nifas umumnya terdapat luka yang akan
sembuh secara sendirinya kecuali apabila terdapat infeksi dan infeksi
ini bisa menyebabkan selulitis kemudian menjalar menjadi sepsis
(Saifuddin, dkk, 2011).
Perubahan fisik juga terjadi pada payudara dimana pada awal
postpartum mengalami perubahan penampilan ini disebabkan karena
adanya kolostrum sedangkan 2 hari pertama buah dada belum
mengandung susu tetapi masih terdapat kolostrum kemudian pada hari
ke 3 buah dada membesar, keras dan nyeri dan mulai diprosuksi asi
(Maryunani, 2015).
Perubahan pada sistem peredaran darah yang mengalami diuresis
pada hari kedua dan kelima setelah melahirkan dan juga terjadi
pengurangan volume darah tambahan yang terakumulasi selama
kehamilan. Kehilangan darah yang terjadi saat kelahiran melalui
vagina sejumlah 300 hingga 500 mL dan saat sesar sebanyak 500
hingga 1000 mL (Pillitteri, Adel. 2010).
Perubahan juga terjadi pada sistem neurologi dimana kesemutan
saat masa kehamilan menghilang. Masa postpartum keluhan fatigue
(kelelahan) dan adanya rasa tidak nyaman sering terjadi pada masa
postpartum ini terjadi akibat afterpain, nyeri episiotomy ketegangan
otot dan juga terjadinya pembengkakan dari payudara
(Murray&McKinney,2007).

2.2 Kelelahan Postpartum


2.2.1 Definisi
Kelelahan menurut Nanda (NANDA-I), yang tercantum di Domain
4 Activity/Rest, Class 3 Energy balnce dengan define kelelahan adalah
suatu peningkatan aktivitas yang mengakibatkan kelelahan dan
menurunkan aktivitas fisik dan mental. Pada ibu postpartum kelelahan
merupakan gejala yang sering terjadi pada ibu post partum, hampir 50-
54% ibu post partum mengalami kelelahan. Menurut Varco, et al
kelelahan pada postpartum merupakan hal yang tidak dapat dihindari
dan mendefinisikan kelelahan postpartum sebagai multidimensi yang
dapat menyebabkan seorang ibu menjadi negative dan tidak nyaman
juga tidak berguna. Perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
kelelahan pada ibu postpartum yaitu hormone kortisol (Hughes et al.,
2017).
Kelelahan pada postpartum mempengaruhi berkurangnya energi,
dimana pada sepanjang 3 bulan pertama pasca postpartum
memerlukan energy sebanyak 500kkal (Mansyur et al., 2017).
Sehingga energi dalam pemulihan kesehatan sangat diperlukan untuk
ibu postpartum.

2.2.2 Tanda dan Gejala


Menurut Cunning et al., (2013) menjelaskan gejala yang
ditimbulkan dari kelelahan diantaranya lemas, adanya pusing serta
nafas terengah-egah dan pendek. Selain tersebut diatas kelelahan juga
terdapat tanda dan gejala yaitu pucat, suasana hati berubah, ibu
postpartum terkadang sering kita sebut dengan sensitive ini karena
salah satu dari tanda gejala yang terjadi (Smartt et al., 2016).
Ketidakmampuan mengembalikan energi meskipun setelah
bangun tidur, terkendalanya dalam melakukan rutinitas, kurang
konsentrasi, mengantuk dan juga merasa bersalah karena merasa tidak
bertanggung jawab (McFarland&McFarlane, 2005).

2.2.3 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan ialah dapat dengan
farmakologi maupun non farmakologi. Pada penatalaksanaan
farmakologi adalah mengkonsumsi tablet tambah darah agar
mengurangi dan mencegah adanya anemia, mengkonsumsi vitamin.
Penatalaksanaan non farmakologi bisa dengan tidur teratur, mengelola
pikiran negative, perlunya dukungan keluarga dan juga pada ibu
postpartum dapat mengatur juga mengelola kegiatan yang perlu
dilakukan sehingga pengeluaran energi bisa seimbang dan tidak
berlebihan (Volrathongchai., dkk 2013). Mengurangi kegiatan yang
menguras energi, dapat juga untuk meminta bantuan keluarga untuk
mengurangi beban kerja rumah tangga merupakan strategi yang efektif
(Bick et al., 2002; Troy dan Dalgas-Pelish, 1995, 2003).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kelelahan pada ibu postpartum adalah dengan menggunakan jus
semangka yang terdapat pada Jurnal Ipteks Terapan Research of
Applied Science and Education yang berjudul Managemen Kelelahan
Saat Persalinan Menggunakan Jus Semangka. Dalam jurnal ini
mengatakan bahwa jus semangka efektif dalam penanganan kelelahan
pada ibu bersalin.
2.2.4 Komplikasi
Kelelahan ibu postpartum tidak diatasi maka dapat mengakibatkan
terhambatnya proses fungsi dan peran pada ibu postpartum tersebut.
Ibu postpartum harus menyusui anaknya untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi karena adanya kelelahan ini maka produksi asi ibu dapat
berkurang (Kilic et al., 2015).
Kelelahan juga berdampak adanya berkurangnya kemampuan ibu
untuk berkonsentrasi dan meningkatkan stres dalam proses
pengasuhan, yang merusak fungsi sehari-hari mereka, komunikasi
dengan orang lain dan hubungan ibu-bayi (Giallo, Gartland,
Woolhouse, & Brown, 2016; Giallo, Rose, Cooklin, & McCormack,
2013; Kurth, Kennedy, Spichiger, Hösli, & Stutz, 2011). Apabila
kelelahan pada ibu postpartum tidak tertangani maka akan berkembang
menjadi depresi pada ibu postpartum (Affonso et al., 1990).

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Ibu Postpartum


Pugh dan Milligan (1993) faktor yang mempengaruhi kelelahan
pada ibu postpartum terdiri dari empat faktor diantaranya, faktor
situasional seperti demografi, gaya hidup, faktor fisiologis, faktor
kinerja contohnya kegiatan pengasuhan anak dan faktor psikologis
seperti kecemasan (Iwata et al., 2018).
Faktor penyebab kelelahan postpartum diantaranya faktor fisik.
Faktor fisik yang dimaksud adalah trauma perineum, nyeri, tipe dan
lama persalinan, menyusui dan luka atau episiotomy (Dudley, Kettle,
& Ismail, 2013). Sebanyak 92% wanita mengalami nyeri perineum
pada hari pertama persalinan (Macarthur & Macarthur, 2004).
Dunning&Giallo (2012) menyatakan selain faktor fisik juga terdapat
faktor psikologis contohnya rendahnya dukungan keluarga dan juga
psikologis pada ibu postpartum yang ia merasa negatif karena adanya
ketidaksiapan dalam perubahan peran dan fungsi, situasional seperti
tempramen pada bayi, faktor sosial ekonomi, faktor ekologi contohnya
tempat tinggal ibu (Cooklin, 2011).

Faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada ibu postpartum


adalah salah satunya primipara (Milligan, 1989; MacArthur, 1999).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelahiran seperti lama
persalinan, kelahiran dibantu atau kelahiran caesar akan meningkatkan
kelelahan pada dua minggu setelah kelahiran (Milligan, 1989; Troy,
1999). Memiliki bayi yang lebih sulit atau temperamen pada bayi
kurang tidur, dan adanya gejala depresi (Milligan, 1989; Wambach,
1998) adalah penyebab utama kelelahan setelah kelahiran.

2.3 Tempramen pada Bayi


2.3.1 Definisi
Tempramen adalah pola bawaan individu dalam merespon
lingkungan dengan perilaku dan emosi dan mempengaruhi interaksi
antara bayi dan orang tua serta anggota keluarga lainnya (Wong,
2008). Temperamen sebagai fenomena juga karakter pada sifat
emosional individu, termasuk respon dan rangsangan emosional,
kualitas suasana hati, sebagian besar turun temurun (Rothbart et al.,
2016). Temperamen saat bayi berdasarkan pada perbedaan awal dalam
aktivitas motoric, senyuman, ketakutan juga respon marah (Goldsmith
& Rothbart, 1991).

2.3.2 Klasifikasi Temperamen Bayi


Penelitian Zolten et al (2006) pola tempramen bayi dibagi
menjadi 3 antaranya easy infant, slow to warm up infant dan difficult
infant. Pola tempramen bayi easy infant merupakan bayi dengan
karakteristik tidak rewel dan berperilaku dengan positif pada selain
orang tuanya. Tipe mudah dalam aktivitas makan, minum, tidur dan
juga berhubungan dengan selain orang tuanya. Sebanyak 40% bayi
tergolong mudah.
Pola tempramen slow to warm up infant ini kategori cenderung
bayi mudah, tetapi kadang sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Penelitian selama 30 tahun yang dilakukan oleh New York
Longitudinal Study (NYLS) ditemukan bahwa sebanyak 15% bayi
tergolong tipe yang sedang.
Pola tempramen difficult infant adalah bayi yang memiliki
karakteristik negatif atau bayi kategori ini adalah tipe yang sulit untuk
menyesuaikan dengan lingkungan juga dengan orang selain orang
tuanya. Sebanyak 10% bayi tergolong sulit. Bayi mengalami kesulitan
untuk melakukan aktifitas rutin makan, minum dan tidur, sehingga hal
ini dapat membuat marah, jengkel atau kesal orang tuanya. Bayi yang
memiliki temperamen sulit cenderung mengekspresikan dengan sering
menangis (Abulizi et al., 2017). Pada penelitian mengungkapkan jika
temperament sulit didefinisikan dengan lima dari Sembilan dimensi
diantaranya enggan untuk beradaptasi, biologis tidak teratur, ekspresi
emosi yang tinggi, juga suasana hati yang negative (Thomas et al.,
1968).

2.3.3 Efek Tempramen Bayi


Pola Tempramen difficult infant menjadi sering menunjukkan
emosi yang negatif kepada orang tua maupun orang sekitar. Hal ini
akan mengakibatkan orang tua menjadi memerlukan lebih banyak
waktu juga mengurus si bayi dan selain itu juga hubungan orang tua
yaitu dari si ayah ke si ibu menjadi renggang. Orang tua bayi juga
menganggap dirinya menjadi kesulitan untuk mengasuh anaknya
(O'Brien dan Peyton, 2002).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti dkk (2017)
mengungkapkan bahwa bayi dengan temperamen sulit memiliki
kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 91% dan sebanyak 96,1% ibu
postpartum yang memiliki bayi temperamen juga memiliki kualitas
tidur yang buruk.
B. Kerangka Teori

Ibu Postpartum

Adaptasi Fisiologi Adaptasi Psikologi

Sistem pencernaan Taking In


Perineum Taking Hold
Tinggi fundus uteri Letting In
Cervix Koping individu
Lochia
Vulva dan vagina
Payudara

Faktor yang
mempengaruhi :
Faktor fisik ( lama
persalinan, jenis
Kelelahan Ibu Postpartum
persalinan)
Primipara
Faktor psikologi
(kurang dukungan,
gejala depresi)
Temperamen Dampak :
bayi/bayi sulit Menghambat fungsi dan peran ibu
Berkurangnya produksi ASI
Berkembang menjadi depresi
Referensi : (Affonso et al., 1990), (Pillitteri, Adel. 2010), (Pugh dan Milligan, 1993)
(Milligan, 1989; MacArthur, 1999), (Milligan, 1989; Wambach, 1998).

C. Kerangka konsep

Faktor fisik ( jenis persalinan)


Primipara/multipara
Faktor psikologi (kurang
dukungan, gejala depresi)
Faktor lingkungan/ demografi

Tempramen bayi Kelelahan pada ibu postpartum

: variabel penganggu
: variabel yang diteliti
: berpengaruh
: tidak berhubungan

D. Hipotesis
H0 : tidak terdapat hubungan tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu
postpartum
H1 : terdapat hubungan tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu post
partum
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode penelitian survei


analitik cross sectional yaitu pengambilan data dengan satu waktu. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kelelahan pada ibu postpartum
dengan tempramen bayi.

B. Populasi
Menurut Sugiyono (2013) populasi adalah sekelompok individu atau
subyek pada waktu dan wilayah dengan kualitas dan karakteristik tertentu
yang telah ditetapkan dalam kemudian dipelajari juga disimpulkan oleh
peneliti. Populasi yang pada penelitian ini adalah ibu postpartum setelah
melahirkan kurang dari 6 minggu di wilayah PUSKESMAS Kasihan I
sebanyak 130.

C. Sampel
Notoatmodjo (2012) mengungkapkan sampel adalah obyek yang
mewakili dari keseluruhan populasi dari yang akan diteliti. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan data yang akan
digunakan ini dengan mengambil populasi dari puskesmas kemudian akan
diambil responden yang sesuai dengan kreteria inklusi.

Kriteria inklusi partisipan dalam penelitian ini adalah:


a. Partisipan bersedia menjadi responden dalam penelitian
b. Partisipan mampu membaca serta menulis
c. Partisipan yang memiliki bayi berumur kurang dari 6 minggu.
Kriteria ekslusi partisipan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Partisipan yang tinggal sendiri dengan anak


b. Partisipan yang mempunyai riwayat status mental yang buruk

Rumus penghitungan sampel

N
n= 2 n = jumlah sampel
1+Ne

130
n= 2 N = besar populasi/jumlah populasi
1+130 x 0,05

130
n= e = batas toleransi kesalahan
1,325

n = 98,1 = 98

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah PUSKESMAS Kasihan I
Bantul Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2020.

E. Variable Penelitian
Variable dependent pada penelitian ini adalah kelelahan pada ibu
postpartum dan variable independent yang digunakan adalah tempramen bayi.
F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik


yang diteliti dari suatu penelitian (Nursalam, 2013).

Tabel 1 : Definisi Operasional

Definisi
Variable Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

Tempramen Tempramen bayi Menggunakan Hasil ukurnya Ordinal


bayi adalah respon atau kuesioner yang dikelompokkan
cara telah berdasarkan skor
pengekspresian dimodifikasi dari skala yaitu
bayi terhadap yaitu Infant nilai hasil kurang
sesuatu yang Characteristic dari 21 bayi
didapatkan. Questionnaire memiliki
dari Bates tempramen yang
tidak sulit dan lebih
dari 21 bayi
memiliki
tempramen yang
sulit

Kelelahan Kelelahan ibu Penelitian ini Intepretasi hasil Ordinal


pada ibu postpartum adalah menggunakan pengukuran PFS
postpartum perasaan lelah alat ukur PFS adalah
pada ibu atau postpartum 0-30 : ringan
postpartum yang fatigue scale 31-90 : sedang
diakibatkan karena pada (Pugh dan 91-120 : berat
mengeluarkan Milligan, 1955).
banyak energi.

G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
mengambil data (Nursalam,2013). Pada penelitian ini menggunakan
instrument berupa kuesioner.
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kelelahan pada ibu
postpartum berupa PFS (postpartum Fatigue Scale). Instrument ini berisi 10
pertanyaan yang dimana dalam pertanyaan tersebut memiliki 4 pilihan
jawaban yaitu tidak sama sekali, sedikit, sedang, sangat. Instumen ini terdapat
6 pertanyaan mengenai gejala mental dan 4 pertanyaan mengenai gejala fisik.
Hasil PFS ini memiliki nilai terendah 0 dan jumlah nilai tertinggi yaitu 40
dengan diinterpretasi dengan pengukuran yaitu 10-14 itu ringan, 15-20 berarti
sedang dan 21-40 diinterpretasikan berat. Penelitian ini sudah diuji validitas
dan reabilitas.
Sedangkan untuk mengukur tempramen bayi peneliti menggunakan alat
ukur yaitu Infant Characteristic Questionnaire yang dimana dalam kuesioner
tersebut menggunakan enam pertanyaan dari kuesioner yang dipakai dan
hanya menggunakan dimensi difficult untuk mengukur tempramen pada bayi.
Hasil intepretasi dari penggunaan kuesioner adalah <21 kategori bayi
tempramen mudah dan >21 kategori bayi tempramen sulit. Penelitian ini
sudah diuji cobakan dan dilakukan uji validitas dan reabilitas.

H. Uji Validitas dan Realibilitas


Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kelelahan pada ibu
postpartum menggunakan PFS yaitu Postpartum Fatigue scale yang
dikembangkan oleh Milligan (1997). Pada kuesioner ini Hasil uji validasi
yang telah dilakukan oleh Saragih (2015) menunjukkan hasil nilai corrected
item total > 0,53. Hasil uji reabilitasi memiliki nilai cornbach’s alpha 0,7.

Kuesioner yang digunakan untuk tempramen bayi menggunakan ICQ


yaitu Infant Characteristic Questionnaire. Pada kuesioner ini menggunakan
kuesioner yang sudah dimodifikasi dan juga sudah diuji validasi dan
reabilatasi. Hasil uji validasi yang telah dilakukan oleh Astuti (2014)
menunjukkan hasil nilai corrected item total > 0,361. Hasil uji reabilitasi
memiliki nilai cornbach’s alpha 0,851.

I. Teknik Pengumpulan Data


a. Proses pengumpulan data
Langkah awal yang akan dilakukan oleh peneliti dalam teknik
pengumpulan data adalah meminta surat perizinan dari akademik
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogykarta
yang kemudian akan ditujukan ke puskesmas wilayah Puskesmas Jetis.
Setelah mendapatkan perijinan, peneliti akan melakukan penelitian
selama bulan Desember 2019 –Januari 2020.
Langkah awal yang akan dilakukan peneliti adalah melakukan studi
pendahuluan ke Dinas Kesehatan Bantul setelah itu peneliti akan meminta
surat rekomendasi untuk melakukan proses pengambilan data. Setelah
mendapatkan surat rekomendasi yaitu ke Puskesmas Kasihan I. Peneliti
akan mengambil data dengan pergi ke Puskesmas yang tercantum dalam
surat rekomendasi.
Pengambilan data ini kemudian peneliti akan menggunakan metode
purposive sampling dengan cara peneliti akan memilih dari seluruh
populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Proses pengambilan data akan dilakukan dengan peneliti mendatangi
puskesmas kemudian mengecek jadwal responden akan kontrol pada hari
tersebut dan apabila responden tidak datang pada hari itu maka peneliti
akan meminta data alamat responden kepada Puskesmas kemudian
peneliti akan mendatangi rumah responden sehari setalah pengambilan
data di puskesmas. Selain itu pengambilan data dapat dilakukan dengan
mengunjungi responden saat acara posyandu dari daerah yang sudah
ditentukan dan yang telah diijinkan dari pihak Puskesmas.
Peneliti akan mendatangi responden kemudian menanyakan kepada
responden setuju menjadi obyek penelitian. Jika responden setuju
kemudian responden diberika inform consent untuk diisi.
Peneliti memperkenalkan diri dan juga menjelaskan tujuan dan
manfaat dari penelitian kemudian peneliti juga akan menjelaskan hak-hak
dari responden. Peneliti menjamin kerahasiaan data responden dan
menjaga kenyamanan selama jalannya penelitian.
Lembaran yang diberikan kepada responden yaitu berisi surat
persetujuan kemudian responden akan mentandatangani surat sebagai
tanda secara sukarela mau terlibat dalam penelitian setelah itu kuesioner
akan dibagikan dimana berisi kelelahan pada ibu postpartum dan
mengenai tempramen bayi serta menjelaskan teknik menjawab kuesioner
kepada responden.
Setelah kurang lebih 10 menit peneliti akan meminta lembar
kuesioner untuk dikumpulkan dan apabila responden masih belum selesai
mengisi atau masih bingung, maka peneliti akan memberikan penjelasan
ulang mengenai cara pengisian kepada responden dan akan memberikan
waktu tambahan sebanyak 5 menit.
Setelah diisi, lembar kuesioner dikumpulkan dan sebelumnya juga
peneliti mengecek kelengkapan data. Responden sudah mengisi jawaban
seluruh pertanyaan pada kuesioner atau belum. Jika terdapat kuesioner
yang belum terjawab peneliti akan menghubungi responden untuk
menambahkan data yang belum terjawab. Apabila responden kesulitan
dalam mengisi maka peneliti akan membantu menjelaskan kembali.
Setelah seluruh data dari responden sudah terkumpul selanjutnya
akan dilakukan pengumpulan data kemudian melakukan pengecekan dari
jumlah responden yang sudah diteliti dengan kertas kuesioner yang
terkumpul, kemudian akan dilakukan tahap selanjutnya yaitu pengolahan
data.

b. Pengolahan Data
1. Editing
Hal pertama dalam pengolahan data adalah melalui editting. Proses
ini dilakukan utuk memeriksaa jawaban dari responden, tujuannya
untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan dalam lembar kuesioner
yang telah diisi, sehingga peneliti dapat memeriksa kelengkapan data
untuk proses analisis
2. Coding
Selanjutnya dengan coding yaitu mengklasifikasikan jawaban
responden ke dalam kategori tertentu dengan memberikan skor pada
setiap jawaban berupa angka yang kemudian ditulis dalam lembar
jawaban. Hal ini bertujuan memepermudah dalam membaca dan
memungkinkan diolah di komputer.
3. Scoring
Proses selanjutnya yaitu memasukkan data-data hasil coding dan
scoring ke dalam program komputer untuk diolah dan di analisa atau
disebut dengan entry
4. Tabulating
Kegiatan selanjutnya yaitu tabulating ini merupakan kegiatan
memasukkan data hasil penelitin ke dalam tabel sesuai kreteria.
Sebelum data diklasifikasi, data dikelompokkan terlebih dahulu untuk
kepentingan penelitian ini. Selanjutnya data ditabulasikan sehingga
diperoleh frekuensi dari masing-masing kelompok pertanyaan dan
setiap jawaban.

5. Cleaning
Tahap terakhir yaitu cleaning. Kegiatan ini merupakan pengecekan
kembali data yang sudah di entry ke computer. Peneliti melakukan
pemeriksaan kembali data yang telah dimasukan untuk mengecek
ulang data-data yang telah dimasukan untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan selanjutnya dilakukan
pembetulan atau koreksi.

J. Analisis Data
1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjabarkan


karakteristik setiap variable dalam penelitian (Nursalam, 2013). Penyajian
data yang digunakan menggunakan jenis data numerik dan kategori. Data
numerik digunakan adalah usia ibu dengan analisis mean, median dan
standar devisiasi. Data kategorik berupa data dukungan social,
temperament bayi dan kelelahan pada ibu postpartum menggunakan
ukuran presentasi atau proporsi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mencari hubungan tempramen bayi


dengan kelelahan pada ibu postpartum menggunakan software statistik.
Teknik analisis yang digunakan adalah Spearman dengan nilai
kepercayaan atau sebesar 95% dan α sebesar 5%. Tujuan analisis uji
adalah untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu apabila nilai
P value < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan tempramen bayi
dengan kelelahan pada ibu postpartum.

K. Etika Penelitian
Penelitian ini menjadikan manusia sebagai subyek penelitian, maka harus
memahami adanya prinsip etika dalam penelitian yang melalui prosedur juga
legalitas penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini melakukan prosedur yang
berhubungan dengan etika penelitian, diantaranya:
a. Informed consent (surat persetujuan)

Subyek akan mendapatkan informasi lengkap mengenai judul


penelitian yaitu hubungan tempramen bayi dengan kelelahan pada ibu
post partum, mengenai manfaat jika ibu postpartum mau berpartisipasi
dan juga bertujuan untuk memberikan gambaran tentang tempramen bayi
dengan kelelahan pada ibu postpartum dan subyek mempunyai hak untuk
berpartisipasi maupun menolak untuk menjadi subyek penelitian. Pada
surat persetujuan ini, subyek mencantumkan nama sebagai persetujuan
dalam pengisian kuesioner ini.

b. Anonimity (tanpa nama)


Peneliti meminta subyek untuk tidak mencantumkan nama responden
penelitian pada lembar kuesioner dan responden hanya menuliskan nama
inisial maupun menggunakan kode untuk menjaga data diri subyek.
c. Confidentially (kerahasiaan)
Hasil penelitian tidak akan mencantumkan nama subyek melainkan
akan disajikan dalam bentuk data yang sudah diolah oleh peneliti. Setelah
dilakukan pengambilan data maka untuk menjaga kerahasiaan subyek,
data yang sudah diisi oleh subyek akan dimusnahkan dengan cara dibakar
dan akan dilakukan pemusnahan pada 1 minggu setelah peneliti mengolah
hasil pengambilan data.
d. Justice (keadilan)
Responden selama penelitian berhak untuk mendapatkan perlakuan
yang adil. Subyek akan mendapatkan waktu untuk pengisian dan
penjelasan pengisian data kurang lebih setengah jam. Setiap subyek
mendapatkan jumlah lembar kuesioner yang sama dan juga untuk
penulisan data juga menggunakan inisial.

Anda mungkin juga menyukai