Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR

Masa nifas merupakan masa penyembuhan dan perubahan, masa untuk kembali ke
keadaan tidak hamil. Selama masa nifas, organ genital internal dan eksternal secara bertahap
akan pulih ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan saat
melahirkan, ibu nifas membutuhkan pola makan yang cukup kalori dan protein, membutuhkan
istirahat yang cukup dan sebagainya. Selama kehamilan dan persalinan, ibu mengalami banyak
perubahan fisik seperti dinding perut kendur, kendurnya hubungan seksual dan otot dasar
panggul (Bobak, 2005). Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi selama masa nifas antara lain
penyusutan rahim, yaitu suatu proses di mana rahim kembali ke keadaan sebelum hamil dengan
berat hanya 60 gram.

Uterus mengalami perubahan terbesar pada akhir kala III persalinan, uterus berukuran
kira-kira usia kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000 g, dan menyusut dengan cepat sehingga
pada akhir minggu pertama nifas beratnya kira-kira 500 g. . Involusi ini dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan abdomen yaitu pada hari ke-12 uterus sudah tidak teraba lagi, setelah itu involusi
terjadi lebih lambat (Williams, 2012). Involusi uteri atau kontraksi uterus adalah suatu proses
kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Involusi uteri juga dapat dikatakan sebagai proses
kembalinya uterus ke keadaan semula atau keadaan sebelum hamil (Varney, 2003). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi involusi uteri antara lain senam nifas, mobilisasi dini ibu
nifas, inisiasi menyusu dini, nutrisi, faktor psikologis dan usia serta faktor paritas (Sarwono,
2014). Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu akan memasuki masa pemulihan dan perlahan
kembali ke keadaan semula. Tindakan tirah baring dan latihan nifas membantu proses fisiologis
ini secara perlahan. Secara umum yang menjadi perhatian ibu pada masa nifas adalah bagaimana
mengembalikan bentuk tubuh dan dinding perut seperti semula (Mochtar, 2011).

Namun pada kenyataannya ibu nifas takut melakukan banyak gerakan, ibu khawatir
gerakan yang akan dilakukannya akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Padahal, jika
ibu memberikan ambulasi dini, dapat mempercepat terjadinya involusi uteri. Dan pada umumnya
wanita yang telah melahirkan sering mengeluhkan bagian tubuhnya yang melar, bahkan kondisi
tubuhnya yang kurang optimal karena kelelahan dan ketegangan. Sedangkan peredaran darah dan
pernafasan belum kembali normal, maka untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan
kondisi semula, kita harus melakukan senam nifas secara teratur (Jurnal Kesehatan FORIKES,
2011).
Menurut Huliana (2005), salah satu faktor yang mempercepat involusi adalah latihan
Yoga, yaitu jenis latihan yang dianjurkan bagi mereka yang ingin menenangkan diri dan
menurunkan berat badan. Yoga sering dianjurkan bagi ibu nifas yang sering mengalami
perubahan suasana hati atau sering merasa lelah, manfaat yoga bagi ibu nifas juga banyak (Yi-Li
ko dan Chi-Li Yang, 2008). Yoga adalah pendekatan holistik yang berfokus pada keterkaitan
tubuh, pikiran dan jiwa yang menggabungkan pose fisik (asana), teknik pernapasan, meditasi dan
relaksasi yang mengembalikan keseimbangan seseorang dengan alam dan menetralkan
ketidaknyamanan fisik, emosional dan mental (Sindhu, 2009). yoga postpartum adalah program
khusus yang diberikan kepada ibu nifas dengan teknik dan intensitas yang telah disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan fisik dan psikis ibu.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai involusi uteri yaitu pijat
oksitosin, pijat endorphin, pijat punggung, dan senam nifas dimana hasil yang diperoleh cukup
signifikan. Menurut penelitian Arrizqiyani (2017) ditemukan bahwa senam nifas lebih efektif
dalam mempercepat involusi uterus dibandingkan pijat oksitosin dengan p value 0,001.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Lama Bandar
Lampung diketahui bahwa pada tahun 2019 jumlah ibu nifas sebanyak 754 orang yang rata-rata
60 ibu nifas per bulan di Puskesmas Rawat Inap lama. di Bandar Lampung peneliti kemudian
melakukan wawancara tidak terstruktur dengan 10 ibu nifas, dari hasil wawancara tersebut
didapatkan bahwa 8 (80%) ibu belum pernah diajarkan senam yoga untuk mempercepat involusi
uteri. Pelayanan nifas yang diberikan hanya standar dari Kementerian Kesehatan.

Keterbatasan penelitian terkait senam yoga pada ibu nifas membuat peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh senam yoga terhadap involusi uteri di wilayah kerja rawat inap lama
Puskesmas Bandar Lampung. 30% diikuti oleh Bengkunat Belimbing 29%, Pematang Sawa
27%, Suoh 27%, Gedung Surian 26%, Belalau 26%, Rawajitu Utara 26%, Mesuji 25%, Muara
Sungkai 25%, Bandar Mataram 25% dan Panca Jaya 2% .

Proporsi kehamilan usia 10-54 tahun di Provinsi Lampung sebesar 3,9%. Di antara
populasi wanita 10-54 tahun, 2% kehamilan pada masa remaja (15-19 tahun) (Badan Pusat
Statistik, 2020). Berdasarkan data KB dan tahapan keluarga di Kabupaten Tanggamus, dari
149.242 rumah tangga yang terdaftar, 3599 adalah pasangan usia subur yang berusia di bawah 20
tahun. Dengan jumlah tertinggi di Kecamatan Ulu Belu 560 PUS, Kota Agung Barat 517 PUS ,
Pematang Sawah dengan 444 PUS dan terendah di Kabupaten Limau dengan 1 PUS di bawah 20
tahun (BKKBN Tanggamus, 2020) Pada tahun 2017 kasus kematian ibu pada tahun Ada 9 orang
di Kabupaten Tanggamus, namun pada tahun 2018 meningkat menjadi 11 orang dan tahun 2019
ada 12 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2020).
Banyak hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, menurut Teori Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO). Seseorang berperilaku dengan cara tertentu karena empat alasan utama, yaitu
pemahaman dan pertimbangan (pengetahuan, persepsi, sikap dan keyakinan serta penilaian
seseorang tentang objek (dalam hal ini objek kesehatan), orang penting sebagai referensi
(referensi pribadi), sumber daya, budaya (Notoatmodjo, 2014c).

Selama ini telah banyak penelitian dan analisis tentang kehamilan yang tidak diinginkan,
seperti analisis determinan kehamilan yang tidak diinginkan, pengaruh kehamilan yang tidak
diinginkan terhadap berat badan lahir rendah dan analisis lain yang berhubungan dengan
kehamilan yang tidak diinginkan, namun belum banyak yang meneliti tentang perilaku berisiko.
dari remaja untuk usia subur. anak. Kondisi perilaku berisiko remaja Indonesia saat ini
menunjukkan gejala yang semakin mengkhawatirkan. Dari fakta-fakta di atas, dapat disimpulkan
bahwa kesakitan dan kematian pada remaja umumnya disebabkan terutama oleh faktor
psikososial seperti kekerasan, kenakalan remaja, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit
menular seksual, HIV/AIDS, penyalahgunaan narkoba, dan merokok. Berbagai masalah perilaku
berisiko ini dapat terkait satu sama lain atau mengakibatkan masalah perilaku berisiko lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam yoga terhadap involusi uteri pada ibu
nifas di wilayah kerja rawat inap lama Puskesmas Bandar Lampung.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan kuasi eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum. Objek dalam penelitian ini adalah
Senam Yoga, subjek dalam penelitian ini adalah Involusi Rahim. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan di wilayah kerja rawat inap Puskesmas Bandar
Lampung. Analisis bivariat menggunakan uji t (t-test). Penelitian ini telah mendapatkan etik
layak etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

Tabel 1

Karakteristik responden ditinjau dari umur, paling banyak berada pada kelompok umur
19-24 tahun sebesar 40%, 25-31 tahun sebesar 28,3%, dan 32-37 tahun sebesar 31,7%. Untuk
karakteristik pendidikan terakhir terbanyak adalah tamatan SLTA yaitu sebesar 66,6% (40
responden), sedangkan untuk pendidikan tamat SMP/sederajat 33,3% (20 responden). Pekerjaan
responden terbanyak adalah IRT sebanyak 85% (51 responden), wiraswasta 5% (3 responden)
dan pegawai negeri 10% (6 responden). Paritas tertinggi yaitu ibu dengan jumlah paritas tertinggi
adalah satu 38,3% (23 responden), dua 21,7% (13 responden), tiga 35% (21 responden) dan
empat 5% (3 responden).

Tabel 2

Berdasarkan tabel 2, involusi uterus sebelum melakukan senam yoga pada ibu nifas pada
kelompok intervensi didapatkan hasil rata-rata 10,33, standar deviasi 0,661, nilai minimum 10
dan nilai maksimum 12, dan involusi uterus setelah melakukan latihan yoga rata-rata hasil 0,27,
standar deviasi 0,583 dengan nilai minimal 0 dan maksimal 1.

Tabel 3

Berdasarkan tabel 3, involusi uteri pada ibu nifas kelompok kontrol diperoleh hasil pra
kontrol dengan rata-rata 10,50 dengan standar deviasi 0,777 dengan nilai minimal 10 dan
maksimal 12, dan hasil pasca kontrol adalah diperoleh rata-rata sebesar 5,83 dengan standar
deviasi 0,747 dengan nilai minimal 5 dan nilai maksimal. 7.

Tabel 4

Rerata involusi uterus responden pada kelompok intervensi sebelum diberikan latihan
yoga adalah 10,33 dan setelah diberikan latihan yoga adalah 0,27. Hasil uji statistik
menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai p = 0,000 pada kelompok intervensi sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan involusi uteri pada ibu nifas pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah senam yoga.

Tabel 6

Pada Tabel 6, uji statistik menunjukkan bahwa involusi uterus pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol diperoleh p-value 0,000 < 0,005 yang berarti terdapat perbedaan latihan
yoga terhadap proses involusi uterus postpartum.

DISKUSI

Involusi Uteri Pada Ibu Nifas Berdasarkan tabel 2, involusi uterus sebelum melakukan
senam yoga pada ibu nifas pada kelompok intervensi didapatkan hasil rata-rata Sedangkan pada
involusi uterus pada ibu nifas pada kelompok kontrol diperoleh hasil pra kontrol dengan rata-rata
10,50 dengan standar deviasi 0,777 dengan nilai minimum 10 dan maksimum 12, dan diperoleh
hasil post control dengan rata-rata 5,83 dengan standar deviasi 0,747 dengan nilai minimum 5
dan nilai maksimum 7. Involusi uteri adalah rahim yang menyusut setelah melahirkan atau
kembali ke bentuk semula. kembalinya rahim secara bertahap berarti tidak sekaligus tetapi atas
dasar yang sama. Sehari atau 24 jam setelah melahirkan, fundus uteri sedikit terangkat karena
segmen atas rahim yang teregang, dan rahim bagian bawah terlalu lemah untuk meningkatkan
tonusnya kembali. Namun setelah tonus otot kembali, fundus uteri akan berkurang sedikit demi
sedikit (Ifafan, 2010). 10,33, standar deviasi 0,661, nilai minimum 10 dan nilai maksimum 12,
dan involusi uterus setelah melakukan latihan yoga rata-rata hasil 0,27, standar deviasi 0,583
dengan nilai minimum 0 dan maksimum 1 Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surani
(2010) di RB Harmoni Ambarawa Semarang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sebelum diberikan pembelajaran dan perlakuan senam nifas mengalami penurunan TFU lebih
lambat yaitu sebanyak 45 orang (90%), sedangkan yang mengalami penurunan TFU yang cepat
sebanyak 5 orang (10%).
Sedangkan ibu nifas yang diberikan pembelajaran dan melakukan senam nifas mengalami
penurunan TFU cepat yaitu sebanyak 38 orang (76%), dan 12 orang yang mengalami penurunan
TFU lambat (24%). Berdasarkan Tabel 4.1, usia responden termuda adalah 19 tahun dan tertua
adalah 37 tahun. Karakteristik responden ditinjau dari usia terbanyak berada pada kelompok
umur 19-24 tahun sebesar 40%, 25-31 tahun sebesar 28,3%, dan 32-37 tahun sebesar 31,7%.
Peneliti berasumsi bahwa usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uteri.
Mulai usia 20 tahun, organ reproduksi, terutama rahim dan bagian tubuh lainnya, sudah siap
menerima kehamilan. Karena saat ini adalah waktu paling aman untuk hamil. Ibu yang berusia
<20 tahun, organ reproduksinya belum berkembang sempurna sehingga menyebabkan
kemungkinan mengalami komplikasi setelah melahirkan, salah satunya adalah subinvolusi uteri.
Dalam penelitian ini tidak ada responden yang berusia >35 tahun. Sejalan dengan teori menurut
Ambarwati (2010) bahwa proses involusi uteri sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan.

Usia 20-35 tahun merupakan usia yang ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik.
Hal ini dikarenakan ibu yang berusia >35 tahun mengalami penurunan elastisitas otot.
Berdasarkan data yang diperoleh dari seluruh responden yang diteliti, peneliti mengkategorikan
responden yang diteliti dengan usia rata-rata 19-37 tahun. Ibu yang lebih tua dipengaruhi oleh
proses penuaan, dimana proses penuaan meningkatkan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot
dan penurunan penyerapan lemak, protein dan karbohidrat. Jika proses ini dikaitkan dengan
penurunan protein selama proses penuaan, maka akan menghambat involusi uterus (Nanny,
Vivian, dan Lia Dewi. 2012.). Berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir proporsi tertinggi
adalah tamatan SMA yaitu sebesar 66,6% (40 responden), sedangkan untuk pendidikan tamat
SMP/sederajat 33,3% (20 responden).

Suryani (2007) menyatakan bahwa jenjang pendidikan adalah jenjang dalam


penyelesaian proses pembelajaran formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
diharapkan semakin baik pengetahuan dan perilakunya. karena dengan pendidikan yang lebih
tinggi akan diperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak, sehingga diharapkan terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pada penelitian ini karakteristik pendidikan
responden sebagian besar lulusan SMA, sehingga pengetahuan ibu cukup. Pekerjaan responden
terbanyak adalah IRT sebanyak 85% (51 responden), wiraswasta 5% (3 responden) dan pegawai
negeri 10% (6 responden). Martini (2012) menyatakan bahwa ibu yang bekerja lebih cenderung
memiliki masa nifas yang lebih pendek dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Ibu bekerja lebih
aktif dalam melakukan aktivitas sehari-hari (mobilisasi). Pada penelitian ini sebagian besar
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT), sehingga responden lebih sering melakukan
aktivitas sehari-hari sehingga mempercepat terjadinya involusi uteri. Paritas tertinggi yaitu ibu
dengan jumlah paritas tertinggi adalah satu 38,3% (23 responden), dua 21,7% (13 responden),
tiga 35% (21 responden) dan empat 5% (3 responden).
Peneliti berasumsi bahwa parietas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
involusi uteri karena ibu multipara telah melahirkan lebih dari satu kali, sehingga rahim ibu
multipara lebih cepat kembali ke bentuk semula. Sejalan dengan teori parietas mempengaruhi
involusi uteri, otot yang terlalu sering diregangkan membutuhkan waktu yang lama. Selama
kehamilan dan persalinan, ibu mengalami banyak perubahan fisik seperti dinding perut yang
kendur, kendurnya hubungan intim dan otot-otot dasar panggul. Untuk kembali ke kondisi
normal dan menjaga kesehatan yang baik, senam nifas sangat baik untuk ibu setelah melahirkan.
Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah
beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim kembali ke bentuk semula (Mansyur, dkk,
2014). Peneliti berasumsi bahwa involusi uteri pada hasil penelitian ini adalah normal, karena
sejalan dengan teori Ambarwati (2010), bahwa involusi uteri setelah plasenta lahir adalah ukuran
uterus setinggi pusat dengan uterus. diameter 12,0-12,5 cm. Sedangkan diameter uterus 13,0 cm
berdasarkan teori dapat dipengaruhi oleh faktor usia dan parietas.

Perbedaan Involusi Rahim pada Ibu Nifas Sebelum dan Setelah Latihan Yoga pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol

Rerata involusi uterus responden pada kelompok intervensi sebelum diberikan latihan
yoga adalah 10,33 dan setelah diberikan latihan yoga adalah 0,27, Hasil uji statistik
menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai p = 0,000 pada kelompok intervensi sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan involusi uteri pada ibu nifas pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah senam yoga. Rata-rata solusi uterus responden pada kelompok
kontrol sebelum diberikan latihan yoga adalah 10,50 dan setelah diberikan latihan yoga adalah
5,833. Hasil uji statistik menggunakan uji t berpasangan diperoleh nilai p = 0,000 pada kelompok
kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan involusi uteri pada kelompok
kontrol ibu post partum sebelum dan sesudah senam yoga.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kedua kelompok mengalami penurunan tinggi
fundus uteri, hal ini sesuai dengan teori yaitu adanya perubahan retrogresif pada uterus yang
menyebabkan pengecilan ukuran uterus, involusi nifas terbatas pada rahim dan apa yang terjadi
pada organ dan struktur lain hanya dipertimbangkan. sebagai perubahan masa nifas (Varney,
2004). Umumnya yang menjadi perhatian ibu pada masa nifas adalah bagaimana mengembalikan
bentuk tubuh dan dinding perut akan kembali normal, sehingga dengan melakukan senam nifas
bentuk tubuh dan dinding perut akan kembali normal (Mochtar, 2011). Sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Masruroh di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darul Ulum
Jombang tahun 2009, ditemukan bahwa ibu nifas sebelum melakukan senam nifas mengalami
penurunan tinggi fundus uteri normal sebesar 27,3% dan setelah nifas. olahraga meningkat
menjadi 81,8%. Ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas mengalami penurunan tinggi fundus
uteri normal sebesar 36,4% dan tidak normal sebesar 64,6%.
Hasil analisis data dan pembahasan penelitian juga sama dengan yang dilakukan oleh
Andryani, dkk. Pada tahun 2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ibu nifas yang
melakukan senam nifas sebagian besar mengalami penurunan tinggi fundus uteri sebanyak 13
orang (86,7%), sedangkan pada ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas sebagian besar
mengalami penurunan. pada tinggi fundus uteri tidak sesuai sebanyak 11 orang (73,3%). Peneliti
berasumsi bahwa involusi uteri pada hasil penelitian ini menurunkan TFU lebih cepat dengan
melakukan senam yoga karena TFU normal pada hari keenam adalah 6,0 cm, sedangkan pada
hasil peneliti terdapat beberapa responden dengan penurunan TFU 4,0 cm, Responden TFU 4
cm. Senam nifas merupakan latihan gerak yang dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan,
sehingga otot-otot yang telah diregangkan selama hamil dan melahirkan dapat kembali normal
(Sukaryati dan Maryunani, 2011).

Perbedaan Involusi Rahim Ibu Nifas Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Pada Tabel 6, uji statistik menunjukkan bahwa involusi uterus pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol diperoleh p-value 0,000 < 0,005 yang berarti terdapat perbedaan antara
senam yoga dengan proses involusi uterus postpartum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maruroh (2012) terhadap 25 responden ibu nifas spontan dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara senam nifas dengan penurunan tinggi fundus uteri pada
ibu nifas.

Hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa setelah proses persalinan berakhir terjadi
proses involusi uteri yang ditandai dengan penurunan secara bertahap ketinggian fundus uteri,
rahim ibu yang baru lahir masih membesar, jika rasakan dari luar tinggi fundus sekitar 1 jari di
bawah. Tengah. Pada hari ketiga, sekitar 2 atau 3 jari tengah bawah, hari kelima, pertengahan
antara pusat dan simfisis, hari kesembilan, sekitar 1 jari di atas simfisis dan setelah hari
kesepuluh, biasanya uterus tidak lagi teraba dari luar (Maryunani, 2011).

Penelitian Surtiati dan Nawati (2010); menyatakan bahwa senam nifas yang dilakukan
pada ibu nifas berpengaruh terhadap pemulihan fisik sembilan kali lebih baik pada ibu yang
diberikan intervensi senam nifas dibandingkan dengan ibu yang tidak diberikan intervensi senam
nifas. Latihan fisik berupa senam nifas berpengaruh terhadap pemulihan fisik ibu nifas lebih
cepat. Informasi ini menunjukkan bahwa pemulihan fisik meliputi involusi uteri yang terlihat
dari penurunan tinggi fundus uteri.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ineke (2016) yang berjudul Pengaruh Latihan
Postpartum Terhadap Involusi Uterine dan Jenis Lochea pada Primipara. Hasil Penelitian Ada
pengaruh senam nifas terhadap involusi uteri dengan p = 0,000 (<0,05). Ada pengaruh senam
nifas terhadap tipe lochea pada hari ke 4 dan 7 dengan p = 0,000 (< 0,05). Ada pengaruh senam
nifas terhadap penurunan involusi uteri pada hari ke 2, 4, dan 7 dengan p = 0,000 (<0,05). Ada
pengaruh senam nifas terhadap tipe lochea pada hari ke 7 dengan nilai p = 0,001 (<0,05)
penelitian Andriyani (2013) yang berjudul Pengaruh Postpartum Exercise Terhadap Penurunan
Involusi Uterus Pada Ibu Nifas. Hasil penelitian menunjukkan, dari 15 ibu nifas yang melakukan
senam nifas, terdapat 13 orang (86,7%) yang mengalami penurunan involusi uteri yang sesuai.
Sedangkan dari 15 ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas, 4 (26,7%) mengalami penurunan
involusi uteri yang sesuai dengan nilai p 0,03≤ (0,05). Penelitian ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Maryunani dan Sukaryati (2011) bahwa melakukan senam nifas dapat
mengembalikan elastisitas dan kekakuan uterus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ni Putu, dkk. (2019) Dengan Judul Efektivitas Postpartum Yoga Terhadap
Involusi Rahim Pada Wanita Nifas Di Indonesia.

Uji ukuran efek Cohen adalah 1,63. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan
nilai p value sebesar 0,000. Hasil uji determinasi (R Square), postpartum yoga memberikan
pengaruh sebesar 40,3% terhadap kontrol involusi uteri postpartum disertai paritas, frekuensi
menyusui, dan kecemasan. Tujuan melakukan senam nifas pada ibu setelah melahirkan dapat
membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu, mempercepat proses involusi uteri dan
mengembalikan fungsi fungsi rahim, membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-
otot panggul, perut dan perineum terutama otot-otot panggul, perut dan perineum. otot yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, memfasilitasi pelepasan lochea. , membantu
mengurangi nyeri pada otot setelah melahirkan, mengendurkan otot-otot pendukung kehamilan
dan persalinan, serta meminimalkan terjadinya gangguan dan komplikasi postpartum, seperti
emboli, trombosia (Walyani dan Purwoastuti 2015).

Manfaat senam nifas secara umum dapat membantu menyembuhkan otot rahim, perut,
dan pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke
bentuk normalnya, membantu menormalkan kembali persendian yang kendor akibat kehamilan
dan persalinan serta mencegah pelemahan lebih lanjut. dan peregangan. dan menghasilkan
manfaat psikologis yaitu meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan rileks sehingga
menurunkan depresi postpartum (Sukaryati dan Maryunani 2011). Peneliti berpendapat bahwa
melakukan senam yoga akan merangsang kontraksi rahim sehingga mempercepat penurunan
tinggi fundus uteri. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian senam
yoga terhadap involusi uteri pada ibu nifas. Sehingga pada wanita yang melakukan latihan yoga,
penurunan Fundus Uterine Height (TFU) berlangsung lebih cepat dibandingkan yang tidak
berolahraga.
KESIMPULAN DAN SARAN

Ada perbedaan involusi uteri pada ibu nifas pada kelompok intervensi dan kontrol serta
ada pengaruh senam yoga terhadap proses involusi uteri pada ibu nifas di wilayah Puskesmas
lama rawat inap. Agar tetap melaksanakan penyuluhan tentang senam yoga pada ibu nifas
terhadap involusi uteri secara terus menerus dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil secara
bergiliran. Pembuatan panduan berupa Booklet Latihan Yoga Terhadap Proses Involusi Rahim
Ibu Pasca Melahirkan serta dapat menerapkan dan memotivasi ibu nifas untuk melakukan latihan
yoga yang bermanfaat bagi proses pemulihan ibu pada masa nifas.

Anda mungkin juga menyukai