Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

FRAMBUSIA
Disusun oleh:
Refidani Munawar
2014730082
Pembimbing:
dr. Heriyanto , SpKK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
DEFINISI
Frambusia merupaka penyakit infeksi bakteri yang tergolong dalam
endemic non-venereal treponematoses. Penyakit ini bersifat menahun
dan dapat mengenai kulit, dan tulang rawan. Frambusia dalam bahasa
inggris disebut yaws, berasal dari kata karibia “yaya” yang berarti luka,
sedangkan dalam bahasa yaw berarti buah berry. Di beberapa daerah
penyakit ini disebut dengan berbagai sinonim antara lain : pian
(perancis), Framboesia (jerman, Belanda). Di indonesia Frambusia
dikenal juga dengan sebutan “patek” atau “puru”.
EPIDEMIOLOGI

• Banyak di temukan di daerah tropis


dengan kelembapan yang tinggi di
afrika, amerika tengh dan selatan,
kepulauan karibia, dan asia
tenggara.
• Penularan melalui kontak langsung
non seksual dengan eksudat pada lesi
kulit
• Anak-anak merupakan populasi
yang paling rentan terinfeksi,
diperkirakan 75% kasus baru terjadi
pada anak kurang dari 15 tahun.
ETIOLOGI
Frambusia disebabkan oleh bakteri Gram negatif
Treponema pallidum subspesies pertenue. Bakteri
tersebut berbentuk spiral dan termasuk dalam famili
Spirochaetaceae. T. pallidum pertenue

panjang berkisar 10-15 μm dan diameter 0,2 μm, yang menyebabkan organisme ini
tidak terlihat pada mikroskop cahaya kecuali dengan latar lapangan pandang gelap
(dark-field microscope).
PATOGENESIS
Lesi pada kulit penderita yang biasanya muncul pada stadium awal penyakit
mengandung banyak spirochetes yang dapat ditransmisikan secara langsung

Mikroorganisme memasuki kulit dengan lecet


kecil.

Setelah menembus epidermis, mencapai


matriks ekstraseluler

menempel pada permukaan yang dilapisi


fibronektin.

spirochetes mencapai kelenjar getah bening


dan.

Nodus limfa membesar dan penuh dengan


treponema beberapa minggu.
PENULARAN
• Sumber penularan penyakit frambusia sampai saat ini
hanyalah manusia. Lesi pada stadium awal (primer
dan sekunder)
• Faktor-faktor yang dapat memengaruhi penularan
adalah sebagai berikut :

Kebersihan
Bertukar
Jarang perorangan Tinggal di
pakaian
berganti dan daerah yang
dengan
pakaian lingkungan kumuh
penderita
yang buruk
GEJALA KLINIS (Stadium Primer)
• Muncul setelah masa inkubasi
10-90 hari (rata-rata 21 hari).
• pertama berupa papul eritem
(mother yaws, buba madre)
yang muncul pada lokasi
masuknya kuman.
• Predileksi : biasanya kaki dan
pergelangan kaki, namun lesi
juga dapat timbul pada wajah,
bokong, lengan, dan tangan.
• biasanya gatal,tidak nyeri, dan
dapat tumbuh menjadi
papiloma. Permukaan
papiloma dapat berbenjol kecil
menyerupai bunga kol. Mother Yaws
• umumnya soliter, dapat diikuti
dengan munculnya lesi satelit
berupa papul. dapat membesar
sampai diameter 5 cm dan kadang-
kadang menyatu dengan lesi satelit
membentuk plak.
• dapat mengalami ulserasi,
membentuk “chancre of yaws”
yang mengandung kuman. Dasar
ulkus menyerupai buah rasberry
dan tertutup oleh krusta kuning
kecoklatan.
• pada stadium ini dapat diikuti
demam, limfadenopati regional,
dan arthalgia. Lesi awal sembuh chancre of yaws
dalam 3-6 bulan namun dapat
menetap menjadi stadium II.
GEJALA KLINIS (Stadium Sekunder)
• Lesi sekunder (daughter yaws,
pianoma) muncul dalam 10 minggu
sampai 2 tahun pasca onset lesi primer.
• Pada stadium ini sering disertai gejala
konstitusi : demam, malaise, dan
limfadenopati.
• Lesi meyerupai lesi awal dengan ukuran
lebih kecil (diameter mencapai 2 cm),
lebih tersebar luas, hampir simetris,
nyeri, dan tidak gatal.
• mengalami ulserasi dan tertutup
eksudat fibrin yang sangat menular, dan
mengering membentuk krusta.
• Lokasi lesi sekunder biasanya pada
Lesi sekunder awal
daerah orofasial, seperti sekitar mulut (daughter yaws) : papul yang
dan hidung. pecah dan krusta serta plak
• Lesi sekunder lain berupa plak hiperkeratotik
di telapak tangan dan kaki, yang dapat terjadi
fisura dan ulserasi dan terasa sangat nyeri
(crab yaws). Dapat pula terjadi
• osteoperiostitis pada lengan, kaki, dan falang
proksimal kaki dan tangan.
• Pembengkakan pada falang disebut “ghoul papilloma pada lesi sekunder
(monster) hands”.
• sering sembuh spontan tanpa menimbulkan
bekas dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
• Setelah fase ini, pasien akan memasuki fase
laten
• Pada fase laten dapat terjadi kekambuhan
yang diikuti eliminasi organisme atau fase
laten yang berkepanjangan.
Papiloma yang telah pecah
dan ditutupi eksudat fibrin.
Lesi keratoderma plantar hiperkeratik dengan Papiloma plantar dengan
fisur (frambusia sekunder). macula hiperkeratotik plantar
GEJALA KLINIS (Stadium Tersier)
• Frambusia biasanya akan berakhir pada stadium II,
namun sekitar 10% penderita berlanjut menjadi
stadium III dalam 5-10 tahun setelah awal infeksi.
• Lesi khas pada stadium ini berupa gumma yang
tidak nyeri. cenderung menyatu dan membentuk
konfigurasi dengan batas bergelombang.
• Bagian tengahnya mengalami nekrosis, yang dapat
berlanjut dengan terbentuknya ulkus, skar dan
kontraktur. Hipertrofi periosteum dapat
menimbulkan eksostosis maksila paranasal
(gondou).
• Destruksi yang disebabkan osteitis akan
mengakibatkan ulserasi palatum dan nasofaring
(gangosa), atau tibia yang melengkung (sabre shin,
sabre tibia). Saber Shin
• Pada sendi dapat terbentuk nodus juxta-articular.
Meskipun sangat jarang, atrofi diskus optikus,
myeloneuropati, dan aneurisma pernah
dilaporkan terjadi pada fase III frambusia
DIAGNOSIS
(Anamnesis)

Riwayat tinggal di daerah endemis,

Riwayat kontak dengan penderita, atau

Riwayat terdapat benjolan, luka, atau koreng, yang menyembuh


dengan sendirinya dalam beberapa bulan.

Data pendukung lain seperti tinggal di daerah padat penduduk


dan sanitasi buruk turut membantu dalam penegakan diagnosis.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil sesuai
dengan bentuk dan sifat kelainan yang ada.

Beberapa kondisi dibawah ini dapat membantu


menetapkan diagnosis klinis frambusia :

Riwayat penderita
Ciri dan lokasi lesi
berada di desa Gejala klinis berupa
Umur penderita tertentu. Lesi
endemis frambusia lesi pada
(frambusia banyak terjadi di tungkai,
(desa yang kulit/tulang sesuai
terjadi pada anak kaki, pergelangan
terdapat atau dengan stadium
berumur kurang kaki, bisa juga
pernah terdapat perkembangan
dari 15 tahun). terjadi di lengan
penderita frambusia.
dan muka.
frambusia)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
LAPANGAN Diambil dari (luka/borok) dibuat apusan (smear), difiksasi dengan
GELAP NaCl kemudian dilihat langsung dibawah mikroskop lapangan gelap
untuk melihat adanya agen treponema. Sediaan dapat diwarnai
degan Giemsa atau Wright untuk menyingkirkan kemungkinan
parasit lain.

SEROLOGIS Untuk memastikan penyebab penyakit adalah Treponema dan


untuk menemukan pasien dalam masa laten yang tidak
menunjukkan gejala klinis tetapi ternyata seropositif, Pasien pasien
seperti ini merupakan reservoir frambusia.

• Tes non-treponemal terdiri dari Venereal Disease Research


Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR).
• Tes Treponemal : Pemeriksaan TPHA mendeteksi antibodi
terhadap T. pallidum. Jika terdapat antibodi pada serum pasien
maka eritrosit akan mengalami aglutinasi membentuk pola
berupa cincin pada sumur uji.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Histologi Stadium awal frambusia ditandai dengan hiperplasia epidermis dan
papilomatosis, sering juga ditemukan spongiosis fokal. Neutrofil
terakumulasi di epidermis sehingga menyebabkan mikroabses. Tahap ini
disertai dengan infiltrasi sel radang perivaskular di dermis yang terutama
terdiri atas sel plasma.

Radiologi Studi radiografi sangat penting dalam kasus-kasus periostitis dan


keterlibatan tulang; reaksi periosteal Onion layering, tibia melengkung dan
hilangnya kejelasan korteks terlihat pada foto polos , osteitis destruktif
tulang wajah (seperti terlihat pada gangosa), dan periostitis hipertrofik dan
eksostosis yang terlihat pada gondou cukup jelas pada studi radiologi.
DIAGNOSIS BANDING

Impetigo: infeksi kulit


Sifilis: penyakit yang juga Ektima: penyakit kulit superfisial yang sering
disebabkan oleh Treponema. dengan ulkus superfisial ditemukan pada anak.
Keduanya dibedakan berkrusta yang disebabkan Terdapat dua bentuk klinis,
berdasarkan cara penularan, oleh bakteri Streptococcus. 2 yaitu: impetigo bulosa dan
distribusi geografik, usia krustosa.
perolehan, dan manifestasi
klinik. 2
Ulkus tropikum: luka yang sangat nyeri, biasanya terdapat
pada tungkai bawah. Berbeda dengan frambusia, luka ini
berbatas tegas, bernanah, dan dapat masuk lebih ke
dalam, yaitu daerah tendon maupun tulang.
TATALAKSANA NON MEDIKA MENTOSA
Pemberian edukasi agar hindari faktor resiko
penularan penyakit seperti :

• Sering mengganti pakaian


• Tidak bertukar pakaian dengan penderita
• Menjaga Kebersihan perorangan dan lingkungan
• Menggunakan air bersih,

Anak-anak merupakan populasi yang paling rentan


terinfeksi.
MEDIKAMENTOSA
• Azitromisin diberikan secara oral. Dosis yang
direkomendasikan adalah 30 mg/kg berat badan (maksimum
2 g) dalam dosis tunggal dan terbukti sama manjurnya dengan
penisilin pada frambusia stadium primer dan sekunder
dengan tingkat kesembuhan 95%
MEDIKAMENTOSA

• Benzatin penisilin merupakan pilihan pengobatan


bagi pasien yang tidak dapat diterapi dengan
azitromisin, gagal pengobatan, atau pada daerah
yang tidak memiliki ketersediaan azitromisin.
• Dosis standar adalah 0,6 juta unit untuk anak usia <
10 tahun dan 1,2 juta unit untuk usia > 10 tahun
MEDIKAMENTOSA
Jika tidak dapat diberikan azitromisin atau Benzatin penilisi, dapat diberikan
pilihan alternatif
KESIMPULAN

• Frambusia adalah penyakit yang menyerang kulit, tulang,


dan kartilago yang disebabkan oleh organisme
Treponema pallidum subspesies pertenue.
• Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit ini
dan merupakan penyumbang terbesar kasus di Asia
Tenggara.
• Penularan terjadi secara kontak langsung pada kulit yang
luka. Kepadatan penduduk, iklim, dan sanitasi diri dan
lingkungan menjadi faktor resiko penyakit frambusia.
KESIMPULAN
• Perjalanan penyakit frambusia dibagi menjadi 3 stadium,
yaitu stadium primer, sekunder, dan tersier.
• Hanya lesi pada stadium primer dan sekunder saja yang
dapat menular, yaitu papul, ulkus, nodus, plak, dan
papiloma. Diagnosis pada daerah endemik berdasarkan
klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang dapat digunakan
untuk memastikan T. pallidum adalah organisme penyebab
penyakit.
• Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan mikroskop
lapang gelap, histopatologi, dan pemeriksaan serologis
(VDRL, RPR, FTA-abs, TPHA, dan TP-PA). Tatalaksana
frambusia dengan menggunakan obat oral azitromisin dan
Injeksi benzatin penisilin.

Anda mungkin juga menyukai