Oleh:
NIM : 712019014
Pembimbing:
SMF
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
Referat
Oleh
712019014
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Gejala klinik IBS berupa nyeri perut atau rasa tidak nyaman di abdomen dan
perubahan pola buang air besar seperti diare, konstipasi atau diare dan konstipasi
bergantian serta rasa kembung. Didiagnosis atas dasar gejala-gejala yang khas tanpa
adanya gejala alarm seperti penurunan berat badan, perdarahan per rektal, demam
atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang sekarang tersedia tidak cukup
spesifik sekarang tersedia tidak cukup spesifik untuk menega untuk menegakkan
diagnosis IBS, sehingga kkan diagnosis IBS, sehingga diagnosis IBS ditegakkan atas
dasar diagnosis IBS ditegakkan atas dasar gejala-gejala yang khas tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Epidemiologi
Kejadian dari IBS mencapai 20 % dari penduduk Amerika, hal ini didasarkan
pada gejala yang sesuai dengan kriteria IBS. Kejadian IBS lebih banyak pada
perempuan dan mencapai 3 kali lebih besar dari laki-laki. Prevalensi IBS bisa
mencapai 3,6-21, 8 % dari jumlah penduduk dengan rata-rata 11 %. (Manan,
Chudahma dan Ari Fahrial Syam. 2008)
3. Etiologi
Sampai saat ini tidak ada teori yang menyebutkan bahwa IBS disebabkan oleh
oleh salah satu faktor saja. Banyak faktor salah satu faktor saja. Banyak faktor yang
menyebab yang menyebabkan terjadinya IBS antara lain kan terjadinya IBS antara
lain gangguan motilitas, intoleransi makanan, abnormalitas sensoris, abnormalitas
dari interaksi aksis brain-gut, hipersensitivitas viseral,dan pasca infeksi l,dan pasca
infeksi usus.
Para peneliti telah menyimpulkan bahwa penyebab dari IBS adalah gabungan dari
beberapa faktor yang akan mengakibatkan gangguan fungsional dari usus.
Faktor-faktor yang dapat mengganggu kerja dari usus adalah sebagai berikut :
a. Faktor psikologis
Stress dan emosi dapat secara kuat mempengaruhi kerja kolon. Kolon
memiliki banyak saraf yang berhubungan dengan otak. Seperti jantung dan paru,
sebagian kolon dikontol oleh SSO, yang berespon terhadap stress. Sebagai comtoh
pada saat kita takut detak jantung kita akan bertambah cepat dan tekanan darah akan
naik. Begitu pula dengan kolon, kolon dapat berkontraksi secara cepat atau
sebaliknya. Para peneliti percaya bahwa sistim limbik ikut terlibat. Pada percobaan
dengan binatang, perangsangan stress akan menyebabkan pelepasan faktor
kortikotropin.
Gambar 1. Multicomponent model of irritable bowel
syndrome (IBS).
Gejala IBS dapat ditimbulkan oleh beberapa jenis makanan seperti kafein,
coklat, produ-produk susus, makanan berlemak, alkohol, sayur-sayuran yang dapat
memproduksi gas ( kol dan dapat memproduksi gas ( kol dan brokoli) dan minuma
brokoli) dan minuman bersoda n bersoda
c. Genetik
d. Peneliti menemukan bahwa gejala IBS sering muncul pada wanita yang sedang
menstruasi, mengemukakan bahwa hormon reproduksi dapat meningkatkan gejala
dari IBS.
e. Obat obatan konvensional
4. Klasifikasi Menurut kriteria Roma III dan berdasarkan pada karakteristik feses
pasien, subklasifikasi IBS dibagi menjadi:
Berdasarkan gejala:
- IBS predominan disfungsi usus:
- IBS predominan nyeri
- IBS predominan kembung
Berdasarkan faktor pencetus:
- Post-infectious (PI-IBS)
- Food-induced
- Berhubungan dengan stress
(Quigley Eamonn, et all. 2009
5. Patofisiologi
c. Faktor psikososial
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan
kolon, baik pada orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada
pusat rujukan memiliki gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas.
Dan pasien dengan diagnosis IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau
tidaknya riwayat abuse pada masa anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya)
dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien dengan IBS. Ini telah
diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang
berlebihan.
d. Ketidakseimban neurotransmitter
g. faktor genetik
6. Manifestasi klinik
Gejala klinik dari IBS biasanya bervariasi diantaranya nyeri perut, kembung,
dan rasa tidak nyaman di perut. Gejala lain yang menyertai biasanya perubahan
kebiasaan defekasi dapat berupa diare, konstipasi atau diarea yang diikuti dengan
konstipasi. Diare terjadi dengan karakteristik feses yang lunak dengan volume yang
bervariasi. Konstipasi dapat terjadi beberapa hari sampai bulan dengan diselingi diare
atau defekasi yang normal. Selain itu pasien juga sering mengeluh perutnya terasa
kembung dengan produksi gas yang berlebihan dan melar, feses disertai mucus,
keinginan defekasi yang tidak bisa ditahan dan perasaan defekasi tidak
sempurna.Gejalanya hilang setelah beberapa bulan dan kemudian kambuh kembali
pada beberapa orang, sementara pada yang lain mengalami pemburukkan gejala.
( National National Digestive Digestive Diseases Information Cleari Diseases
Information Clearinghouse nghouse. 2007)
7. Kriteria Diagnostik
Menurut kriteria Rome III, nyeri perut atau rasa tidak nyaman setidaknya 3 hari per
bulan dalam 3 bulan terakhir dihubungkan dengan 2 atau lebih hal berikut:
Sedikitnya 12 minggu atau lebih (tidak harus berurutan) selama 12 bulan
terakhir dengan rasa nyeri atau tidak nyaman di abdomen, disertai dengan a
Nyeri hilang dengan defekasi
Awal kejadian dihubungkan dengan perubahan frekuensi defekasi
9. Diagnosa banding
10. Penatalaksanaan
a. Diet
b. Psikoterapi
c. Farmakoterapi
11. Pencegahan
Hindari stress.
Konsumsi makanan yang banyak mengandung serat.
Hindari makanan pemicu (makanan pedas).
Kurangi intake lemak.
Kurangi intake short chain carbohidrat.
Kurangi konsumsi alkohol, kafein, dan pemanis buata pemanis buatan.
Menjaga kebersihan makanan.
12. Prognosis
Penyakit IBS tidak akan meningkatkan mortalitas, gejala-gejala pasien IBS biasanya
akan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus dan hanya 5% yang akan
memburuk dan sisanya dengan gejala yang menetap. Tidak ada perkembangan
menjadi keganasan dan penyakit inflamasi ( Manan, Chudahma, dan Syam, 2008).
BAB III
KESIMPULAN
Gunn MC, Cavin AA, Mansfield JC. Management of irritable bowel syndrome.
Postgrad Med J. 2003
Manan, Chudahma & Ari Fahrial Syam. Irritable Irritable Bowel Syndrome
Syndrome (IBS). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI. 2008