Menagapa nyeri perut pada appendicitis akut berpindah dari epigastrium dan
menetap ke perut kanan bawah ?
2. 10 sign appendicitis ?
1) Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan
iritasiperitoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak spesifik.
2) Psoas sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut pasien
dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien
digerakkandalam arah anteroposterior. Nyeri pada manuver ini
menggambarkan kekakuanmusculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi
langsung yang berasal dari peradangan Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat
bila telah terjadi rigiditas abdomen
Gambar. Dasar anatomi terjadinya Psaos Sign
3) Obturator Sign
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada telapak kaki kanan
pasiensedangkan tangan kiri di sendi lututnya. Kemudian pemeriksa
memposisikan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam
posisi endorotasi kemudian eksorotasi. Tes ini positif jika pasien merasa nyeri di
hipogastrium saat eksorotasi.Nyeri pada manuver ini menunjukkan adanya
perforasi Appendix, abscess lokal, iritasi M. Obturatorius oleh Appendicitis letak
retrocaecal, atau adanya hernia obturatoria
5) Wahl’s sign
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan
perkusidi RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada
auskultasi.
6) Baldwin’s test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat tungkai
kanannya ditekuk.
7) Defence musculare
Defence musculare bersifat lokal sesuai letak Appendix.
9) Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral
10) Dunphy’s sign (nyeri ketika batuk)
3. Diagnosis banding appendisitis akut
2) Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan
dengan Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi akut
self limited. dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare, mual,
dan muntah. Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare.
Hasil pemeriksaan laboratorium biasanya normal.
4) Diverticulitis Mecke
Penyakit ini menimbulkan gambaran klinis yang sangat mirip Appendicitis
acuta. Perbedaan preoperatif hanyalah secara teoritis dan tidak penting karena
Diverticulitis Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang sama seperti
Appendicitis dan memerlukan terapi yang sama yaitu operasi segera
5) Intususseption
Sangat berlawanan dengan Diverticulitis Meckel, sangat penting
untuk membedakan Intususseption dari Appendicitis acuta karena terapinya sangat
berbeda. Umur pasien sangat penting, Appendicitis sangat jarang dibawah umur 2
tahun, sedangkan Intususseption idiopatik hampir semuanya terjadi di bawah umur 2
tahun.Pasien biasanya mengeluarkan tinja yang berdarah dan berlendir. Massa
berbentuk sosis dapat teraba di RLQ. Terapi yang dipilih pada intususseption bila
tidak ada tanda-tanda peritonitis adalah barium enema, sedangkan terapi pemberian
barium enema pada pasien Appendicitis acuta sangat berbahaya.
6) Chron’s enteritis
Manifestasi enteritis regional berupa demam, nyeri RLQ, perih, dan
leukositosis sering dikelirukan sebagai Appendicitis. Selain itu, terdapat diare dan
anorexia. Mual dan muntah yang jarang, dapat mengarahkan diagnosis kepada
enteritis namun tidak menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta.
8) Epiploic appendagitis
Epiploic appendagitis mungkin disebabkan oleh infark Colon sekunder dari torsi
Colon. Gejala dapat minimal atau terjadi gejala abdomen yang dapat berlangsung
hingga beberapa hari. Pasien tidak tampak sakit, jarang terjadi mual dan muntah, dan
nafsu makan tidak berubah. Terdapat nyeri tekan pada daerah yang terkena. Pada 25%
kasus, nyeri berlangsung terus menerus hingga epiploic appendage yang mengalami
infark dioperasi.