Leukemia Mieloid Akut

IRZA WAHID
SUBAGIAN HEMATOLOGI-ONKOLOGI MEDIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS / RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
2017 1
LEUKEMIA NON LIMFOBLASTIK AKUT

IRZA WAHID
SUBDIVISION OF HEMATOLOGY & MEDICAL ONCOLOGY
DEPARTEMENT OF INTERNAL MEDICINE
FACULTY OF MEDICINE ANDALAS UNIVERSITY
 LEUKEMIA MIELOID AKUT (LMA)

Penyakit keganasan mieloid dari sistim hematopoetik

Transformasi neoplastik dari sel progenitor mieloid Morbiditas ↑

Mortalitas ↑

Proliferasi yang eksesif dan gangguan diferensiasi

atau hambatan maturasi seri mieloid

3
 INSIDEN LEUKEMIA di DUNIA

Rabecca et al, Cancer J Clin 2011;61:212-236. VC 2011 American Cancer Society 4

 Globocan 2012

Estimated Cancer Inciden, Mortalty And revalence Worldwide in 2012, World Healt Organization 5
Source: Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) Program (www.seer.cancer.gov).
Prevalence database: “US Estimated 38-Year L-D Prevalence Counts on 1/1/2013”.
National Cancer Institute, DCCPS, Surveillance Research Program,
Data Modeling Branch, released April 2016, based on the November 2015 SEER data submission. 6
 INSIDEN
LEUKEMIA MIELOID AKUT
• 5-8 kasus ∕ 100.000 populasi dewasa,
ESMO (2013)
• meningkat dengan bertambahnya usia

RS Kanker Darmais
• 53,3% LMA dari seluruh leukemia
(2012)

• penelitian 25 pasien LMA di RSUP dr. M. Djamil

Asputra H (2015)
Padang → usia pasien rerata 39,5 tahun

RSUP Dr. M.Djamil Padang • 92 pasien didiagnosis LMA

(sept 2016- agust 2017) • 32 pasien menjalani kemoterapi

7
 2.1. Leukemia Mieloid Akut

ETIOLOGI
Belum diketahui
secara asti

FAKTOR RISIKO
KELAINAN KELAINAN
GENETIK HEMATOLOGI

PAPARAN
PAPARAN
OBAT-
LINGKUNGAN
OBATAN

• PAPARAN • OBAT
RADIASI KEMOTERAPI

8
 Patogenesis LMA
blokade maturitas seri mieloid
terhenti pada sel-sel blast

akumulasi blast dalam

sumsum tulang

bone marrow failure

syndrome

sitopenia
(anemia dan trombositopenia)

9
 Klasifikasi LMA berdasarkan FAB

Subtipe Diagnosis
M0 Leukemia Mieloid Akut tidak terdiferensiasi
M1 Leukemia Mieloid Akut diferensiasi minimal
M2 Leukemia Mieloid Akut terdiferensiasi
M3 Leukemia Promielositik Akut
M4 Leukemia Mielomonositik Akut
M5 Leukemia Monostik Akut
M6 Leukemia Eritroid Akut
M7 Leukemia Megakariositik Akut

Kurnianda J. Leukemia mieloblastik akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Kolopaking MS, Setiati S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2009. P: 716-22.
10
Klasifikasi LMA WHO 2016 Revisi

Arber DA, et al. The 2016 revision to the World Health Organization classification
of myeloid neoplasms and acute leukemia. Blood. 2016. P: 2391-405 11
Diagnosis LMA

klinis

morfologi sel darah tepi dan

sumsum tulang

sitokimia

immunophenotyping

sitogenetik

immunophenotyping
MOLEKULER NPM1 FLT3, cKIT

12
Diagnosis
• Gejala klinis
• Pemeriksaan fisik
• Anemia
 normositer normokrom, bisa berat dan timbul cepat
• Leukosit
 meningkat, normal, menurun ( subleukemik, aleukemik )
• Thrombsit
 menurun
• Hapusan darah tepi
 blast > 5 %
• BMP
 blast > 20 %  Patognomonis  Auers rod
Sitokimia  Peroksidase +, Sudan Black +, PAS (-)
 Hipertropi gingiva pada LMA

Huan et al • Sering LMA tipe M4 & M5

(2014)

Staffor et al • Sering LMA tipe M4 & M5  65%

(2015)

Hasan et al • Infiltrasi sel leukemia di gingiva

M5 (66.7%) & M4(18.5%)
(2015) M1 & M2 (3.7%)

• Identifikasi awal hipertropi gingiva penting 

Yacoub A (2016) mengurangi morbiditas pada awal diagnosis & terapi
• Sering LMA tipe M4 & M5

14
 Marker Gen pada LMA

Analisis molekuler mutasi genetik -->

berperan penting menentukan prognostik LMA

WHO 2008 → diagnosis dan prognosis

15
 Sitogenetik & Molekuler

Zuo Z. Moleculer diagnostics of acute myeloid leukemia.

Review Diagnostic Histopathology, Elsevier, USA. 2009. P: 531-9 16
 Sitomorfologi dan Sitogenetik LMA
Subtipe Translokasi dan
FAB Nama Umum (%kasus) penyusunan kembali Gen yang terlibat
(%kasus)
M0 Leukemia mieloid akut tanpa diferensiasi inv(3q26) dan t(3;3) (1%) EV11
(5%)
M1 Leukemia mieloid akut diferensiasi minimal - -
(5%)
M2 Leukemia mieloid akut dengan maturasi t(8;21) (40%), t(6;9) (1%) AML1-ETO,DEK-CAN
(25-30%)
M3 Leukemia promielositik akut t(15;17) (98%), t(11:17) PML-RARα
(5-10%) (1%)
M4 Leukemia mielomonositik akut 11q23(20%), inv(3q26) (3%) NPM1,
(20%) FLT3, c-KIT, MLL
M5 Leukemia monositik akut 11q23 (20%), t(8,16) (2%) NPM1,
(9-15%) FLT3, cKIT
M6 Eritroleukemia - -
(3-5%)
M7 Leukemia megakariositik akut t(1,22) (5%) -
(3-12%)

Kurnianda J. leukemia mieloid akut. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi kelima, jilid II, editor Sudoyo A dkk. Interna Publihing, Jakarta. 2009. P: 1234-40 17
 IMMUNOPHENOTYPING
 penanda & lebih bersifat konfirmasi diagnosis
dari sitomorfologi

Zuo Z. Moleculer diagnostics of acute myeloid leukemia.

Review Diagnostic Histopathology, Elsevier, USA. 2009. P: 531-9 18
Penatalaksanaan
Terapi Suportif
* Anemia  transfusi PRC
* Trombositopenia ( < 40.000 / mm3 transfusi trombosit
 tranexamic acid  mengurangi fibrinolisis
* Infeksi  ruangan khusus ( isolasi )  antibiotika / antifungal
Kemoterapi
* Minimal  kombinasi 6 – MP dan prednison, maintenance 6-MP
* Ideal  Remisi induksi  Protokol 3 – 7
Daunorubisin 45 mg/m2/hari IV hari 1 – 3 (Daunoblastin Kalbe, )
Citosin arabinosa 200 mg/m2/hari IV hari 1 – 7(Cytosar, Erbabin Kalbe, Alexan)
 Konsolidasi  protokol 2 – 5
Kemoterapi alternatif
Idarubisin 12 mg/m2/hr bolus IV 3 hr + Sitarabin 200 mg/m2/hr/infus kontinu 7hr
Mitoksantron 12 mg/m2/hr/ IV 3 hr + Sitarabin 200 mg/m2/hr/infus kontinu 7 hr
Siklofospamid 600 mg/m2/hr/IV 1 hr + Etoposide 100 mg/m2/hr infus 30 mn/5hr
Kemoterapi intesifikasi
Daunorubisin 45 mg/m2/hari IV hari 1 – 3 (Daunoblastin Kalbe, )
Citosin arabinosa 2000 mg/m2/hari IV hari 1 – 7 (Cytosar, Erbabin Kalbe, Alexan)
Transplantasi Sumsum Tulang
 Algoritma Terapi
LMA

Induksi remisi
(Protokol 3-7)

Tidak remisi Remisi Parsial Remisi komplit  Relaps / Refrakter

Induksi Ulang Konsolidasi

(Regimen 2-5)

TST

Regimen lain Relaps/ Intensifikasi/ Regimen lain

Refrakter Tanpa terapi
TERIMA KASIH

21