Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Gagal ginjal akut (acute kidney injury) adalah penyakit ginjal yang ditandai
dengan peningkatan kreatinin atau penurunan keluaran urin secara akut sesuai
Outcomes (KDIGO) sebagai penyakit yang memenuhi setidaknya satu dari hal-hal
ini:
Peningkatan kreatinin serum ≥ 0.3 mg/dL dalam kurun waktu 48 jam, atau
Peningkatan kreatinin serum ≥ 1.5 kali dari nilai dasar yang diperkirakan
Keluaran urin kurang dari 0.5 mL/kgBB/jam dalam kurun waktu 6 jam
(KDIGO, 2012)
Terdapat 2 klasifikasi besar untuk gagal ginjal akut, yaitu kriteria RIFLE dan
Tabel 1. Klasifikasi gagal ginjal akut dari KDIGO Clinical Practice Guideline for
Acute Kidney Injury (2012)
Stadium Kreatinin Serum Keluaran urin
1.5 – 1.9 kali nilai dasar, atau peningkatan ≥ < 0.5 mL/kgBB/jam
1
0.3 mg/Dl selama 6 – 12 jam
< 0.5 mL/kgBB/jam
2 2.0 – 2.9 kali nilai dasar
selama ≥ 12 jam
3.0 kali nilai dasar, atauPeningkatan < 0.3 mL/kgBB/jam
3 kreatinin serum ≥ 4.0 mg/dL, atau selama ≥ 24 jam, atau
Permulaan dimulai terapi pengganti ginjal, anuria selama ≥ 12 jam
Stadium Kreatinin Serum atau LFG Keluaran urin
Kreatinin 1.5 kali nilai dasar, atau > < 0.5 mL/kgBB/jam
Risk
25% penurunan LFG selama 6 jam
Kreatinin 2.0 kali nilai dasar, atau > < 0.5 mL/kgBB/jam
Injury
50% penurunan LFG selama 12 jam
Kreatinin 3.0 kali nilai dasar, atau >
< 0.3 mL/kgBB/jam
75% penurunan LFG, atau kreatinin >
Failure selama 24 jam, atau
4.0 mg/dL dengan peningkatan akut
anuria selama 12 jam
0.5 mg/Dl
Loss Kehilangan fungsi ginjal selama > 4 minggu
End stage kidney disease (penyakit ginjal tahap akhir) selama >
ESKD
3 bulan
LFG: laju filtrasi glomerulus; ESKD: end stage kidney disease
Renal, akibat gangguan yang terjadi dalam ginjal seperti tubulus, glomerulus,
Pasca renal, akibat dari adanya obstruksi pada traktus urinarius dimulai dari
Patofisiologi gagal ginjal akut (acute kidney injury) adalah ketika terjadi
gangguan perfusi oksigen dan nutrisi dari nefron baik karena pasokan yang
menurun maupun permintaan yang meningkat. Patofisiologi dari gagal ginjal akut
menerima 25% dari curah jantung (cardiac output). Sistem pembuluh darah di
ginjal dapat mempertahankan perfusi hingga tekanan darah sistemik dengan mean
diperlukan untuk menghindari gagal ginjal akut pada pasien syok sepsis dan bila
Renal
pembuluh darah intrarenal. Nekrosis tubular akut (Acute Tubular Necrosis / ATN)
merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan gagal ginjal akut. Kerusakan
dan kematian sel tubulus dapat disebabkan karena iskemik maupun toksik.
“Sampah” hancuran sel akibat ATN ini kemudian dapat menumpuk dan
Pada gagal ginjal akut akibat gangguan renal, dapat terjadi isothenuria
(kegagalan mengatur osmolalitas urin), osmolalitas urin dapat kurang dari 300
mOsm/kgBB.
Pasca Renal
Adanya obstruksi pada traktus urinarius dimulai dari tubulus ginjal hingga
uretra dimana terjadi peningkatan tekanan intratubular. Obstruksi ini juga dapat
memicu gangguan tekanan darah pada ginjal dan reaksi inflamasi yang
mengakibatkan penurunan LFG (Markis dkk, 2016; Emedicine, 2017; Macedo dkk,
Etiologi gagal ginjal akut (acute kidney injury) terbagi menjadi prerenal,
renal dan pasca renal. Penyebab dari gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 kelompok
besar, yaitu:
Prerenal
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Etiologi gagal ginjal akut
Hipovolemia
Gagal ginjal akut prerenal dapat terjadi karena hipovolemia akibat kondisi-
kondisi berikut:
Pendarahan
Pankreatitis
Gangguan fungsi jantung berikut juga dapat menyebabkan gagal ginjal akut:
Emboli paru
Vasodilatasi Sistemik
anafilaksis, atau sepsis, merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal akut
prerenal.
resistensi vaskular renal juga dapat diakibatkan oleh penggunaan obat anestesi,
Renal
Gagal ginjal akut renal terjadi akibat gangguan yang terjadi dalam ginjal
Tubulus
nefrotoksik.
Iskemik:
Syok
Pembedahan
Trauma
Pankreatitis
Kehamilan
Bakteremia
Nefrotoksik:
radiografi
Glomerulus
primer
cytoplasmic antibody)
Endokarditis infektif
Interstisial
Infeksi: pyelonefritis
Pembuluh Darah
Gagal ginjal akut renal juga dapat diakibatkan oleh gangguan pembuluh
darah
Gangguan arteri dan vena ginjal seperti akibat trombosis, emboli, diseksi dan
peradangan (vaskulitis)
Hipertensi maligna
Pasca Renal
Gagal ginjal akut pasca renal terjadi akibat obstruksi pada traktus urinarius,
dimulai dari tubulus distal ginjal hingga uretra sehingga terjadi peningkatan tekanan
bladder
Bekuan darah
Obstruksi di uretra akibat striktur, tumor dan fimosis (Markis dkk, 2016;
Emedicine, 2017).
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya gagal ginjal akut dibedakan antara faktor risiko
Hipertensi
Syok kardiogenik
Aterosklerosis
Diabetes mellitus
Sirosis hepatis
Sepsis
Terdapat juga faktor risiko yang berhubungan dengan tindakan medis sebagai
berikut:
Hemodilusi
Diagnosis gagal ginjal akut (acute kidney injury) dapat ditentukan oleh
keluaran urin (urine output) dan/atau kreatinin darah. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang lain juga diperlukan untuk melihat penyebab,
Anamnesis
mengenai tanda dan gejala, serta menggali kemungkinan penyebab dan faktor risiko.
Cepat lelah
Gatal
Anoreksia
Gangguan tidur
NCGC, 2013).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada gagal ginjal akut mencakup
pemeriksaan tanda vital, mata, dada, abdomen, serta kulit dan ekstremitas.
Tanda Vital
Pada gagal ginjal akut, dapat ditemui kelainan tanda vital sebagai berikut:
Hipertensi
Hipotensi ortostatik
Takikardia
Mata
mata kering. Pada funduskopi, dapat ditemukan retinopati yang dapat disebabkan
karena diabetes mellitus atau hipertensi. Kemungkinan penyebab lain dapat dilihat
Dada
Pada inspeksi, lihat ada tidaknya spider angioma atau dilatasi vena jugular.
Pada auskultasi, bisa terdapat bunyi jantung S3 atau ronki basah yang mengarah ke
edema paru.
Abdomen
examination) untuk melihat ada tidaknya pembesaran prostat, baik yang mengarah
Pada inspeksi, bisa didapatkan livedo reticularis, edema perifer, atau ruam-
ruam di kulit dan ekstremitas pasien (Emedicine, 2017; Rahman dkk, 2012).
Diagnosis Banding
Gangguan metabolik:
Azotemia
Ketoasidosis diabeticum
Asidosis metabolik
Gangguan elektrolit
Glomerulonefritis akut
Gangguan jantung
Henoch-Schonlein Purpura
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi
pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, biomarker, dan sediaan apus darah tepi.
bagian dari kriteria diagnosis gagal ginjal akut. Pada sediaan apus darah tepi, dapat
dan liver fatty acid-binding protein (L-FAB): ketiga biomarker ini juga
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi yang dapat dilakukan untuk diagnosis gagal ginjal akut:
Level komplemen
ASO (Antistreptolysin)
Urinalisis
Hematuria
Sedimen urin
intrarenal. Walau demikian, hasil ini tidak akurat pada pasien yang sedang
Pencitraan
scan atau MRI untuk evaluasi lebih lanjut. Angiografi aortorenal dapat dilakukan
jika terdapat kecurigaan gangguan vaskular ginjal seperti contohnya pada stenosis
Biopsi
Biopsi dapat dilakukan pada kecurigaan gagal ginjal akut renal. Untuk itu,
singkirkan terlebih dahulu kemungkinan penyebab prerenal dan pasca renal dari
yaitu perbaikan cairan, tekanan darah, elektrolit dan terapi pengganti ginjal.
Dalam pengobatan gagal ginjal akut, penyebab harus dicari dan dilakukan
tata laksana terhadap penyebab tersebut. Pengobatan bersifat suportif dan sampai
gagal ginjal akut tanpa terapi pengganti ginjal adalah hidrasi, perbaikan tekanan
darah, perbaikan kadar elektrolit, diet dan kontrol gula darah (KDIGO, 2012;
Emedicine, 2017).
Bila terdapat kekurangan cairan pada pasien dengan risiko atau sudah
kristaloid isotonik seperti cairan salin normal dan ringer laktat. Pengobatan dengan
diuretik tidak disarankan untuk mencegah gagal ginjal akut, kecuali bila terbukti
pada saat ginjal masih berespon dengan obat ini. Respon ginjal terhadap furosemid
gelombang T tinggi) dapat diberikan 5-10 unit insulin dengan dextrose agar terjadi
pergerakan kalium ke intrasel. Kalsium glukonas (10 mL pada konsentrasi 10%)
diberikan dalam 5 menit secara intravena, digunakan untuk stabilisasi membran sel
Gagal ginjal akut juga dapat menyebabkan asidosis yang perlu dikoreksi
Pasien harus merestriksi asupan kalori dan protein. Total energi yang
1.0 – 1.5 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan atau memerlukan
dialisis
Maksimum 1.7 gr/kgBB/hari pada gagal ginjal akut dengan continous renal
Pasien juga harus membatasi asupan garam dan cairan. Pada pasien yang
Hemodialisis
Terapi pengganti ginjal seperti cuci darah pada gagal ginjal akut dilakukan
secara segera (cito) apabila terdapat kondisi gagal ginjal akut yang mengancam
nyawa, seperti:
alkohol
dihentikan bila sudah tidak diperlukan lagi (KDIGO, 2012; Emedicine, 2017).
Pada pasien neonatus dengan asfiksia perinatal yang berat dan risiko tinggi
Pasien dengan risiko tinggi gagal ginjal akut, terutama pasien dengan riwayat gagal
Aminoglikosida
Radiokontras
Gagal ginjal akut akibat kontras dapat dicegah menggunakan statin. 1 dari
28 pasien yang diberikan profilaksis dengan statin akan terhindar dari gagal ginjal
Komplikasi
gangguan platelet
Gangguan dari kelebihan cairan: gagal napas karena edema paru akibat
kelebihan cairan
Syndrome / SIRS) dan sepsis: kedua kondisi ini terjadi akibat pengeluaran
sitokin waktu terjadi gagal ginjal akut. SIRS dan sepsis dapat menimbulkan
Sindrom kardiorenal
Prognosis
Pasien dengan riwayat gagal ginjal akut memiliki risiko gagal ginjal akut
ulangan yang lebih besar sehingga harus menghindari obat yang bersifat
Diperlukan edukasi dan promosi kesehatan mengenai tanda dan gejala gagal
ginjal akut (acute kidney injury) agar pasien dapat segera mencari tenaga kesehatan,
Pasien, terutama yang berisiko tinggi mengalami gagal ginjal akut harus diedukasi
Pembengkakan
Pasien harus segera menemui tenaga kesehatan bila mengalami tanda atau
Dalam proses pemulihan pasca gagal ginjal akut dan dengan melihat kondisi
dari klinis dan hasil laboratorium, ada kemungkinan diperlukan diet rendah kalium,
melakukan kunjungan kembali sesuai dengan advis dari dokter spesialis, dan
dan profil lipid. Pasien tidak perlu melakukan pengawasan klinis untuk
gagal ginjal akut bila dalam jangka waktu 1 tahun tidak terdapat kejadian
gagal ginjal akut dan komorbid telah diatasi (Silver dkk, 2015).
BAB II
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Gagal ginjal kronik
biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (KDIGO,
2012).
Kelainan struktur dan fungsi dari ginjal tersebut terjadi lebih dari tiga bulan
dengan implikasi kesehatan. Keadaan ini terjadi karena penurunan fungsi ginjal
secara progresif secara perlahan hingga mencapai 60% dan dapat ditandai dengan
serta elektrolit yang dapat menyebabkan uremia. Kriteria penyakit ginjal kronik
dapat dilihat pada Gambar 1. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih
dari 3 bulan dan LFG sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73m², maka tidak
termasuk kriteria penyakit ginjal kronik (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).
Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh
terhadap laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju
filtrasi glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada
Berikut ini progresi gangguan ginjal dari awal sampai terjadi kerusakan
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan
terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus. Proses adaptasi ini diikuti oleh proses pertama adaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa, dan akhimya diikuti dengan penurunan fungsi
hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Beberapa hal yang juga berperan
Dalam, 2009).
Etiologi dari Penyakit Ginjal Kronik, terbagi menjadi beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor suspektibilitas
contohnya usia, berat badan saat lahir yang rendah, riwayat keluarga, dan
dislipidemia.
2. Faktor inisiasi
Faktor ini dapat secara langsung berakibat ke kerusakan ginjal, namun dapat
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai keadaan atau
penyakit.
3. Faktor progresi
Faktor ini mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah faktor inisiasi tidak
gagal jantung kongestif dan edema pulmoner sedangkan gejala dermatologi yang
sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah dan gejala gastrointestinal juga sering
1. Jumlah urin (kemih) berkurang atau tidak ada urin. Jumlah urin < 500 ml per 24
jam atau <20 ml/KgBB/jam pada orang dewasa dan <1 ml/KgBB4 pada anak-anak,
4. Nafas berat, mudah sesak bila banyak minum atau melakukan kerja berat.
8. Pemeriksaan laboratorium yang penting: ureum darah sangat tinggi (nilai normal
ureum < 40 mg/dl), kreatinin darah juga tinggi (nilai normal kreatinin < 1,5 mg/dl),
Hb sangat rendah (nilai normal Hb 12-15 g/dl pada perempuan dan 13-17,5 g/dl
pada laki-laki).
sebagai berikut:
- Meramalkan prognosis
pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
1) Gambaran Klinis
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus
klorida).
2) Gambaran Laboratoris
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum,
Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi
ginjal.
kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia,
Kreatinin
kreatin otot, zat endogen yang difiltrasi bebas, tidak mengalami reabsorbsi
ditubulus ginjal, tetapi sejumlah kecil kreatinin disekresi oleh sel tubulus ginjal.
Kadarnya di plasma relatif konstan dan klirensnya dapat diukur sebagai indikator
Nilai kreatinin serum normal: 0,6 – 1,3 mg/dL. Kreatinin serum > 1,5
72 x Pcr x A
(1,210)
Klirens
Klirens dari suatu zat adalah volume dari plasma yang dibersihkan dari
Cystatin-C (Cys C)
tipe II terdiri dari 122 asam amino. Nilai batas yang menunjukkan adanya
- Urea
- Elektrolit
adaptasi nefron serta kondisi pH darah yang cenderung asidosis. Nilai K normal
= 3,5 – 5 meq/L.
- Asam Urat
Sebagian kecil asam urat disekresi oleh tubulus distal dan 70%
ginjal dan ekskresi asam urat melalui urine yang menurun. Nilai rujukan
Nilai normal pH dalam darah sekitar 7,36 – 7,44. Bila pH darah berada
- Pemeriksaan Urine
Albuminuria
Sedimen Urine
Sedimen urine adalah partikel di dalam urine yang dapat berasal dari
3) Gambaran Radiologis
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran
ginjal yang masih mendekati normal, dimana didiagnosis secara non invasive tidak
menetapkan terapi, prognosis dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan.
Biopsi ginjal indikasi kontra dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang
terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas dan obesitas
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal, yaitu atas dasar
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Pembagian penyakit
ginjal kronik atas dasar derajat penyakit atau laju filtrasi glomerulus dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
- Stadium 1
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya
ginjal (renal reserve), namun LFG masih normal bahkan meningkat, LFG
fungsi nefron yang progresif dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
kreatinin serum.
2,2 gram per hari, diketahui selama 18 bulan dengan konsentrasi kreatinin
- Stadium 2
Jika sudah mencapai tahap ini, maka gejala-gejala klinis awal PGK baru
muncul pada stadium ini. Pada stadium 3 ini juga mulai terdapat gejala
untuk terjadi infeksi dan neuropati. Penurunan fungsi ginjal ini terbagi
menjadi 2 tahap yaitu tahapan IIIA (LFG 45-59) dan tahapan IIIB (LFG 30-
44). Kondisi fungsi dari ginjal pasien menurun sedang, pada tahap ini pasien
- Stadium 4
Pada tahap ini, terjadi penurunan LFG berat sekitar 15-29 ml/min/1,73 m2.
Pasien mengalami anemia yang dapat dilihat dari kelelahan dan kelesuan
yang dialami. Pada stadium ini juga terjadi penurunan kemampuan dalam
menyerap zat besi, karena itu pasien harus menerima suplemen berupa zat
besi (parenteral), vitamin B12 dan asam folat (oral), atau terapi pengganti
- Stadium 5
Stadium ini disebut juga Gagal ginjal, LFG < 15 ml/min/1,73 m2. Kondisi
penurunan fungsi ginjal dari pasien sangat berat. Ketika telah mencapai
tahap ini, akan timbul uremia. Gejala-gejala yang paling utama, yaitu mual,
KDIGO, 2012).
Pengobatan Gagal ginjal kronis terdiri dari 2 strategi, yang pertama yaitu usaha
dapat dilihat pada Tabel 2 (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009).
penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran
ginjal yang masih normal (yang diperiksa melalui USG, biopsi dan pemeriksaan
histopatologi) dapat ditentukan terapi yang tepat sesuai indikasi. Sebaliknya, bila
LFG sudah menurun 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada
pasien Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid
komorbid ini antara lain, gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak
pada Gambar 4.
Pembatasan Asupan Protein. Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG
<60 ml/mnt, sedangkan di atas nilai tersebut, pembatasan asupan protein tidak
antaranya merupakan protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan
status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein dapat
ditingkatkan. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak dapat
disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain, yang
terutama diekskresikan melalui ginjal. Selain itu, makanan tinggi protein yang
mengandung ion hidrogen, posfat, sulfat, dan ion unorganik lain juga diekskresikan
melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein pada pasien Penyakit
Ginjal Kronik akan mengakibatkan supan protein berlebih (protein overload) akan
juga berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat, karena protein dan fosfat selalu
berasal dari sumber yang sama. Pembatasan asupan protein dan fosfat dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Pembatasan Asupan Protein dan Fosfat pada Penyakit Ginjal Kronis
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan
Beberapa di antara komplikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 (Buku Ajar Ilmu
Hipertensi sering terkait dengan gagal ginjal kronik. Ini terjadi lebih dari 75%
pasien dengan penyakit ginjal kronik pada stadium manapun dan merupakan
penyebab serta akibat dari penyakit ginjal kronik. Tekanan darah yang ditargetkan
yaitu kurang dari 130/80 mmHg. Tatalaksana hipertensi pada pasien PGK menurut
Ginjal Kronis, yaitu Golongan ACEi atau ARB. Terapi lini kedua (jika pemberian
ACEi atau ARB tidak memberikan efek yang signifikan) dapat digunakan Obat
sekresi aldosteron. Selain itu, degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar
renalis sehingga meningkatkan aliran darah ginjal dan secara umum akan
memperbaiki laju filtrasi glomerulus. Pada sirkulasi glomerulus, ACE-Inhibitor
Efek Samping ACEi: hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual (terkadang
muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering yang persisten (PIO
Nas, 2015).
vasokonstriksi. Oleh karena itu, tekanan darah dapat diturunkan. Contoh obat
golongan ini adalah Valsartan, Candesartan, Losartan, dan Irbesartan. ARB sangat
efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang
tinggi tapi kurang efektif pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang rendah.
Efek Samping: kelelahan, jarang diare, sakit kepala, nyeri sendi (PIO Nas, 2015).
sehari.
mg 3 kali sehari.
Efek Samping: muka merah, letargi; takikardi, palpitasi; juga edema kaki (PIO Nas,
2015).
ginjal karena risiko hiperkalemia. Loop diuretik (furosemide, asam ethacrynic, atau
bumetanide) dan metozalone adalah satu-satunya diuretik yang efektif pada pasien
dengan gagal ginjal yang signifikan, tetapi dosis obat ini perlu ditingkatkan pada
peningkatan aliran darah. Loop diuretik sangat berguna ketika mengobati edema
Efek Samping: Vertigo, mulut terasa kering, dan aritmia (PIO Nas, 2015).
dengan gagal ginjal kronik stadium 1 sampai 3 yang memiliki fungsi renal stabil
yang tidak berubah selama 3 bulan terakhir. Dosis awal 500 mg 1x sehari selama 1
sehari. Dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis terbagi setelah makan. Efek
samping: nyeri perut, diare, penurunan penyerapan vitamin B12 (PIO Nas, 2015;
mengobati hipoglikemia.
(KDIGO, 2012).
Gambar 5. Skema tatalaksana DM pada Penyakit Ginjal Kronis
3)iiPengobatan Anemia
Penatalaksanaan terapi anemia pada pasien gagal ginjal kronik dapat dilihat
dibawah ini:
4) Pengobatan Hiperlipidemia
direkomendasikan yaitu:
perifer.
Statin dan fibrat seharusnya tidak diberikan bersamaan pada pasien dengan
5) Terapi Hiperposfatemia
yang sering terjadi. Penggunaan tes kepadatan mineral tulang dilakukan pada
pasien dengan GFR ≤ 45 mL/menit/1,73 m2 (KDIGO, 2012; Buku Ajar Ilmu
Tabel 8.
Obat Catatan Penting
1. Antihipertensi
Antagonis sistem RAA Hindari pada pasien yang diduga gangguan fungsional stenosis
(ACEI, ARB, antagonis arteri ginjal
aldosteron, inhibitor renin Dimulai dengan dosis yang lebih rendah pada pasien dengan
langsung) GFR<45mL/menit/1,73m2
Menilai GFR dan mengukur serum kalium dalam waktu 1 minggu
dari awal pemberian atau mengikuti setiap eskalasi dosis
Dihentikan sementara selama adanya penyakit penyerta,
persiapkan radiocontrast secara IV, persiapan untuk colonscopy
atau sebelum operasi besar
Jangan rutin menghentikan pengobatan pada pasien dengan
GFR<30mL/menit/1,73m2 selama mereka tetap nephroprotective
Turunkan dosis hingga 50% pada pasien dengan
Beta-blocker GFR<30mL/menit/1,73m2
Digoxin Turunkan dosis berdasarkan konsentrasi plasmanya
2. Analgetik
NSAID Hindarkan pada pasien dengan GFR<30mL/menit/1,73m2
Terapi jangka panjang tidak direkomendasikan pada pasien
dengan GFR<60mL/menit/1,73m2
Dianjurkan tidak digunakan pada pasien yang menggunakan
lithium
Hindarkan pada pasien yang menggunakan RAAS blocking agent
CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes, meskipun efek yang dihasilkan relatif
kecil (Dipiro, 2009). Sedangkan untuk pasien yang menerima dialisis menjaga
C - Cek Kesehatan secara Berkala: Cek tekanan darah, Cek kadar gula darah yang
D - Diet seimbang
I - Istirahat cukup
K - Kelola stress.
Edukasi pasien untuk meminum obat sesuai regimen terapi, dan pada waktu yang
sama setiap harinya, serta mengenai efek samping yang mungkin terjadi. Berikan
- Lakukan aktivitas olahraga dan istirahat yang cukup. Tidak boleh mengangkat
- Hindari meminum air putih secara berlebihan. Untuk pasien stadium 1-4 bisa
meminum air maksimal kurang dari 2L dalam sehari, dan untuk pasien pada
- Batasi makanan yang memiliki protein tinggi, seperti daging sapi, ayam, ikan,
- Batasi makanan yang tinggi kadar fosfor, seperti selai kacang, minuman bersoda
- Batasi makanan yang tinggi kadar garam, seperti daging olahan dan kalengan.
- Batasi makanan yang tinggi kadar kalium, seperti bayam, pisang, alpukat, kiwi.
DAFTAR PUSTAKA