Anda di halaman 1dari 124

PPK RAWAT INAP

NEUROLOGI

RSUP SANGLAH DENPASAR


2016
TROMBOLISIS – TROMBEKTOMI PADA STROKE

Identifikasi tanda dan gejala stroke

Penilaian klinis dan tindakan emergensi prehospital :


• Tindakan ABCs: pemberian oksigen bila dibutuhkan
NINDS • Lakukan pemeriksaan prehospital/triage
Time respon • Tetapkan waktu onset ( terakhir kali pasien ditemukan normal): tanggal, jam, dan aktivitas
saat serangan
• Periksa kadar glukosa darah dengan stik tes

Segera periksa di UGD / triage Neuro / STROKE Unit :


• Tetapkan waktu onset: tanggal, jam, dan aktivitas saat serangan
• Nilai ABCs dan tanda vital
• Berikan oksigen bila SpO2<95%
• Pemeriksaan klinis neurologi cepat
• IV line dan lakukan pemeriksaan laboratorium darah sesuai check list stroke
• Terapi bila ditemukan kelainan pada hasil stik tes kadar glukosa darah
10 menit • EKG
• Aktifkan CODE STROKE dan Panggil tim stroke (alert stroke team)
• Lakukan pemeriksaan CT scan otak tanpa kontras CITO

Penilaian neurologis oleh tim stroke:


• Riwayat penyakit
• Menentukan onset atau kapan ditemukan terakhir dalam keadaan normal
• Pemeriksaan klinis neurologis (NIHSS)

15 menit

CT scan kepala sudah dibaca oleh radiologist/tim stroke


dan hasil laboratorium sudah dianalisa

45 menit
Hemoragik
Stroke iskemik akut: pertimbangan fibrinolisis
• Periksa kriteria eksklusi & inklusi untuk
Konsul bedah saraf bila
fibrinolisis (isi check list rt-PA) diperlukan
• Informed consent
• Ulangi pemeriksaan neurologis: apakah defisit
neurologis membaik dengan cepat
BUKAN KANDIDAT
Trombolisis IA, onset< 6jam; ASA
KANDIDAT Trombektomi mekanik,
onset < 8 jam

TROMBOLISIS IV, onset < 4,5 jam


• berikan : rt-PA (Alteplase dosis sesuai BB)
-Terapi sesuai PPK dan CPW
• Tunda antikoagulan atau antiplatelet sd. 24
-Perawatan di stroke unit
jam
60 menit

Batas terakhir rt-PA IV diberikan ke pasien

Monitoring ketat :
• Tekanan darah sesuai protokol
3 jam
• Deteriorasi neurologis
LEMBAR OBSERVASI PASIEN DENGAN TERAPI r-tPA (ALTEPLASE)

Jam Menit Tekanan darah Klinis neurologis Tanda perdarahan,


ke- ke- (mmHg) nyeri kepala, mual,
muntah
0 15
30
45
60
1 15
30
45
60
2 15
30
45
60
3 30
60
4 30
60
5 30
60
6 30
60
7 30
60
8 30
60
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Lakukan CT-sken kepala sebelum pemberian


anti-trombosit atau anti-koagulan
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/8
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001

No.ICD 10 I 63.3
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut, fokal maupun global yang mendadak, disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada
parenkim otak, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah arteri, yang dibuktikan dengan pemeriksaan
imaging dan/ atau patologi
Anamnesis 1. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
2. Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa:
a. Kelumpuhan sesisi atau kedua sisi atau satu
ekstremitas, kelumpuhan otot-otot bola mata,
kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, wicara,
gangguan sensibilitas, lapang pandang, vertigo dan
sebagainya
b. Gangguan neurobehavioral yang meliputi:
gangguan atensi, gangguan memori, gangguan
bicara verbal, gangguan pengertian berbicara,
gangguan pengenalan ruang, dan gangguan fungsi
kognitif lain
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status generalis
5. Pemeriksaan neurologis:
a. Funduskopi
b. Gangguan motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Gangguan neurobehavior
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/8
Kriteria Terdapat defisit neurologis global atau salah satu/ beberapa
Diagnosis defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak dengan bukti
gambaran imaging (CT Scan) dan/ atau skor stroke (Siriraj
dan Nuartha)
Diagnosis 1. Stroke iskemik emboli
Banding 2. Stroke hemoragik
Pemeriksaan 1. CT scan kepala tanpa kontras
Penunjang 2. Darah lengkap
3. Faal hemostasis (PPT, INR, APTT)
4. Gula darah sewaktu
5. Fungsi ginjal (BUN, SC)
6. Laju Endap Darah (LED)
7. C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
8. Elektrokardiografi (EKG)
9. Rontgen toraks
10. Profil lipid (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL)
11. Asam urat
12. TCD dan sonografi karotis dupleks, bila ada kecurigaan
stenosis karotis dan cabang-cabangnya
13. Pemeriksaan penunjang tambahan:
a. Analisa gas darah, bila curiga adanya gagal napas,
aspirasi dan penurunan kesadaran
b. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida), bila disertai
dengan penurunan kesadaran, kecurigaan gangguan
elektrolit, dan akan diberikan osmoterapi
c. Fungsi hati (SGOT, SGPT), bila ada kemungkinan
gangguan fungsi hati
d. Elektroensefalografi (EEG), bila didapatkan kejang
Konsultasi 1. Rehabilitasi Medik
2. Gizi Klinik
3. Interna bila perlu, jika terdapat hiperglikemia, risiko
terjadi DVT, emboli paru, dan infeksi sekunder
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/8
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan pipa
orofaring pada pasien yang tidak sadar
- Pemberian O2 dianjurkan bila Saturasi O2< 95%
- Konsultasi Anestesi/ Intensif untuk dilakukan
intubasi dan perawatan intensif pada pasien
dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 >
50 mmHg) atau syok, atau pada pasien yang
berisiko untuk terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
Infus kristaloid dengan NaCl 0,9% intravena 1.500-
2.000 cc per hari
c. Pengendalian tekanan intrakranial, jika diperlukan
- Tinggikan posisi kepala 20-30°
- Hindari penekanan vena jugularis, pemberian
cairan glukosa atau hipotonik, dan hipertermia
- Jaga normovolemia
- Osmoterapi dengan manitol 20% 0,25-0,5
gram/kgBB intravena selama > 20 menit, diulang
setiap 4 jam pada hari pertama, 6 jam pada hari
kedua, 8 jam pada hari ketiga, 12 jam pada hari ke
empat, 24 jam pada hari ke lima dengan target ≤
310mOsm/L (osmolalitas sebaiknya diperiksa 2
kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi)
d. Pengendalian kejang, jika diperlukan
- Berikan diazepam 5-20 mg bolus lambat
intravena, kecepatan ≤ 5 mg/menit, dan/ atau
diikuti dengan
- Phenytoin loading 15-20 mg/kgBB bolus intravena
diencerkan dalam NaCl 0,9%, kecepatan ≤
50mg/menit
- Berikan obat anti epilepsi rumatan:
• Phenytoin 200-400 mg per hari setiap 8-12 jam
per oral hingga 3-5 tahun bebas kejang,
pemberian phenytoin disertai dengan asam
folat 400 mcg setiap 12 jam per oral untuk
mencegah efek samping jangka lama
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/8
• Carbamazepine 400-600 mg per hari setiap 8-
12 jam per oral hingga 3-5 tahun bebas kejang,
bila bangkitan berupa bangkitan parsial
e. Pengendalian hipertensi, jika diperlukan (sesuai
flowchart)
Turunkan tekanan darah dengan anti hipertensi
intravena:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dinaikkan 2,5 mg/ jam
tiap 15 menit, bila target TD belum tercapai
(maksimal 15 mg/ jam) selama 24 jam
Target terapi TD diturunkan 15% (10-20%) dari TD
awal, khusus untuk kandidat Alteplase diturunkan
sampai TDS <180 mmHg dan TDD < 100 mmHg
f. Manajemen gula darah, jika diperlukan konsultasi ke
Interna dengan target 80-180 mg/dL
g. Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
Parasetamol 650-1.000 mg setiap 8 jam per oral,
dosis maksimal 4 gram/ hari, bila nyeri dan/ atau
suhu ≥ 37,5°C
h. Gastroprotektor, jika diperlukan
Ranitidine 50 mg intravena setiap 12 jam atau
Pantoprazole 40 mg intravena setiap 24 jam, bila ada
perdarahan lambung
i. Manajemen nutrisi, sesuai dengan Gizi Klinik
j. Pencegahan DVT dan emboli paru, jika diperlukan
konsultasi ke Interna
k. Rehabilitasi medik, sesuai dengan Rehabilitasi Medik
2. Penatalaksanaan spesifik:
a. Trombolisis intravena: Alteplase dosis 0,6 (0,6-0,9)
mg/kgBB, onset <4,5 jam (flowchart)
b. Asetosal dosis 160-320 mg per oral diberikan 24 jam
setelah pemberian alteplase, di mana CT sken ulang
tidak ada perdarahan, dilanjutkan 75-100 mg per oral
setiap 24 jam atau asetosal diberikan sebagai dosis
awal 320 mg per oral dalam 24-48 jam setelah awitan
stroke dilanjutkan 75-100 mg setiap 24 jam per oral
bila tanpa pemberian alteplase selama minimal 2
tahun
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/8
Bila ada riwayat tidak toleran dengan asetosal, dapat
diberikan clopidogrel 300 mg per oral, dilanjutkan 75
mg per oral setiap 24 jam
3. Anti inflamasi, diberikan bila CRP ≥ 3
Simvastatin 40 mg setiap 24 jam per oral atau
atorvastatin 40-80 mg setiap 24 jam per oral selama 7
hari
4. Neuroprotektor
Citicolin 500 mg setiap 12 jam intravena selama 3 hari
dan dapat dilanjutkan dengan oral 1.000 mg setiap 12
jam per oral selama 3 minggu
5. Pencegahan stroke sekunder
- Asam asetilsalisilat (asetosal) 75-100 mg setiap 24
jam per oral selama minimal 2 tahun, atau
- Bila pasien tidak toleran dengan asetosal dapat
diberikan clopidogrel 75 mg setiap 24 jam per oral
selama minimal 2 tahun, atau
- Bila pasien tidak toleran dengan asetosal dan
clopidogrel atau pada pasien dengan infark lakunar
dapat diberikan silostazol 100 mg setiap 12 jam per
oral selama minimal 2 tahun
6. Tindakan intervensi/operasi preventif:
a. Stenting pembuluh darah karotis dan cabangnya,
sesuai indikasi
b. Carotid end-artherectomy
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
Penyulit 1. Fase akut:
a. Neurologis: stroke susulan, edema otak, infark
perdarahan, hidrosefalus
b. Non-neurologis: hipertensi, hiperglikemia reaktif,
edema paru, gangguan jantung, infeksi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, thrombosis vena
dalam, emboli paru
2. Fase lanjut:
a. Neurologis: Gangguan fungsi luhur
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
6/8
b. Non-neurologis: kontraktur, dekubitus, depresi,
infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK infeksi yang terjadi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultas
Neurovaskular dan Stroke, Dokter Spesialis Saraf Intervensi,
Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 7 hari
Masa Pemulihan Pemulihan menjadi lambat atau tidak ada lagi setelah 6
bulan
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/ kognitif setelah 1
tahun: 20-30%
Hasil Tergantung berat ringannya penyakit dan komplikasi atau
penyulit lain
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf 3 hari KRS
Tingkat Eviden & 1. Evaluasi cepat dan diagnosis (AHA/ASA Class I, Level of
Rekomendasi evidence B)
a. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA
Class I, Level of evidence B)
b. Pencitraan otak: CT scan kepala tanpa kontras (ESO
Class I)
c. Pemeriksaan laboratorium darah seperti hematologi
rutin, gula darah, fungsi ginjal, faal hemostasis
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
2. Penatalaksanaan umum
a. Pemantauan terus menerus status neurologikus, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam pada pasien dengan defisit
neurologis yang jelas (ESO Class IV, GCP)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
7/8
b. Pemasangan pipa orofaring pada penderita tidak
sadar (AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
c. Terapi oksigen pada penderita hipoksia (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C)
d. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah
awitan stroke (AHA/ASA Class I, Level of evidence
B)
e. Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
f.
g. Monitor TIK pada penderita GCS < 9 (AHA/ASA
Class V, Level of evidence C)
h. Osmoterapi dengan mannitol atas indikasi
(AHA/ASA, Class of evidence C)
i. Direkomendasi untuk memulai rehabilitasi dini
setelah kondisi medis stabil (AHA/ASA Class III,
Level of evidence C)
j. Direkomendasi untuk meningkatkan durasi dan
intensitas rehabilitasi (AHA/ASA Class II, Level of
evidence B)
3. Penatalaksanaan spesifik
a. Pemberian r-tPA (Alteplase) direkomendasikan secepat
mungkin dalam rentang 3 jam (AHA/ASA Class I, Level
of evidence A)
b. Pemberian acetosal dosis awal 320 mg dalam 24
sampai 48 jam setelah awitan stroke (AHA/ASA Class I,
Level of evidence A)
c. Pemberian obat-obatan neuroprotektan belum
dianjurkan (AHA/ASA Class III, Level of evidence A)
tetapi Citicolin masih bermanfaat pada stroke iskemik
Indikator Medis NIHSS, Barthel index
Edukasi 1. Pengertian stroke iskemik
2. Faktor risiko
3. Tanda dan gejala stroke
4. Cara merawat stroke di rumah (peran keluarga atau
pendamping, perawatan, pelatihan, pengobatan, dan
nutrisi)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO THROMBOSIS OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK THROMBOSIS)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
8/8
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Guideline Stroke, 2011
3. Modul Neurovaskular, KNI, 2008
LAMPIRAN

PENATALAKSANAAN TEKANAN DARAH PADA STROKE AKUT

Stroke Akut

TDS > 230 mmHg TDS > 220 mmHg TDS 180-220 mmHg TDS < 180 mmHg TDS < 185 mmHg
TDD > 140 mmHg TDD > 120 mmHg TDD 105-120 mmHg TDD < 105 mmHg TDD < 110 mmHg

Ukur ulang
15 menit

TDS > 220 mmHg Perdarahan intra-serebral


TDD > 120 mmHg atau
Gangguan end-organ

Ya Tidak

Obat anti hipertensi Observasi, Kandidat


parenteral Obat anti hipertensi oral r-tPA
diberikan setelah hari ke 7-10

Untuk kandidat r-tPA (Alteplase),


TD diturunkan sampai
TDS < 185 mmHg atau TDD < 110
mmHg
PROSEDUR APLIKASI PEMBERIAN TERAPI TROMBOLISIS r-tPA
INTRAVENA PADA STROKE ISKEMIK AKUT

Kriteria Inklusi Ya Tidak


1. Usia ≥ 18 tahun atau < 80 tahun
2. Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas
3. Awitan dapat ditentukan secara jelas (< 3 jam)
4. Tidak ada bukti perdarahan intrakranial dari CT sken kepala
5. Tidak ada edema/ hypodense ≥ 1/3 area hemisfer dari CT
sken kepala
6. Tekanan darah < 185/110 mmHg
7. Pasien/ keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan
risiko yang mungkin timbul dan harus ada persetujuan
secara tertulis dari penderita atau keluarga untuk dilakukan
terapi r-tPA
Kriteria Eksklusi Ya Tidak
Klinis:
1. Usia > 80 tahun
2. Wanita hamil
3. NIHSS < 8 atau > 20 (kecuali stroke iskemik batang otak)
4. Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
5. Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada
pemeriksaan fisik
6. Tekanan darah sistolik > 185 mmHg atau diastolik > 110
mmHg, bila ya, lanjut segera ke terapi hipertensi untuk pre
rt-PA
7. Gejala perdarahan subarakhnoid
8. Gambaran klinis adanya pericarditis pascainfark miokard
9. Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila
sedang dalam terapi antikoagulan hendaklah INR ≤ 1,7
Gambaran CT sken kepala:
10. Gambaran perdarahan intrakranial pada CT sken
11. Infark multilobar (gambaran hypodense > 1/3 hemisfer
serebri)
Laboratorium:
12. Glukosa darah < 50 mg/ dl atau > 400 mg/ dl
13. Jumlah platelet < 100.000/ mm3
14. aPTT memanjang (paska mendapat terapi heparin dalam
48 jam)
15. INR > 1,7
Riwayat:
16. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir
17. Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2
minggu sebelumnya
18. Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius
dalam 3 minggu sebelumnya
19. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau
pungsi lumbal dalam 1 minggu sebelumnya
20. Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
21. Riwayat stroke hemoragik
Kesimpulan: Kandidat/ Tidak kandidat
PROTOKOL PENGGUNAAN r-tPA INTRAVENA

Kandidat r-tPA (Alteplase) IV

Masukkan pasien ke ICU/ Stroke unit


Tunda pemasangan NGT dan kateter urin

Dosis r-tPA (Alteplase): 0,6-0,9 mg/ kgBB (maksimal


90 mg) habis dalam 60 menit.
10% dosis diberikan sebagai bolus dalam 1 menit.

Evaluasi:
1. Klinis neurologis setiap 15 menit selama pemberian r-tPA, 30 menit
setelahnya selama 6 jam berikutnya, kemudian tiap jam hingga 24 jam
setelah terapi
2. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Bila terdapat nyeri kepala berat, mual, muntah, dan ada perdarahan
HENTIKAN r-tPA dan lakukan CT sken segera
3. Tekanan darah setiap 15 menit selama pemberian r-tPA dan selama 2
jam pertama setelah pemberian r-tPA, 30 menit selama 6 jam berikutnya,
dan kemudian tiap jam hingga 24 jam setelah terapi
Bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
105 mmHg, lakukan manajemen terapi anti hipertensi intravena dengan:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dititrasi 2,5 mg/ jam tiap 5 menit hingga efek
yang diinginkan tercapai (maksimal 15 mg/ jam)

Lakukan CT sken untuk follow up dalam 24 jam


sebelum pemberian anti platelet atau anti koagulan
NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH STROKE SCALE (NIHSS)

No. Parameter Skala Tanggal


pemeriksaan

Skor
1a. Tingkat 0: Sadar penuh
kesadaran 1: Tidak sadar penuh; dapat
dibangunkan dengan stimulasi
minor (suara)
2: Tidak sadar penuh; dapat
berespon dengan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri
3: Koma; tidak sadar dan tidak
berespon dengna stimulus
apapun

1b. Menjawab 0: Benar semua


pertanyaan 1: 1 benar/ ETT/ disartria
2: salah semua/ afasia/ stupor/
koma

1c. Mengikuti 0: Mampu melakukan 2 perintah


perintah 1: Mampu melakukan 1 perintah
2: Tidak mampu melakukan
perintah

2. Gaze: 0: Normal
Gerakan mata 1: Paresis gaze parsial pada 1
konjugat atau 2 mata, terdapat abnormal
horizontal gaze namun forced deviation
atau paresis gaze total tidak
2: ada
Forced deviation atau paresis
gaze total tidak dapat diatas
dengan manuver okulosefalik
3. Visual: Lapang 0: Tidak ada gangguan
pandang pada 1: Hemianopsia parsial
tes konfrontasi 2: Hemianopsia komplit
3: Hemianopsia bilateral (buta
kortikal)
4. Paresis wajah 0: Normal
1: Paralisis minor (sulkus
nasolabial rata, asimetri saat
2: tersenyum)
Paralisis parsial (paralisis total
atau near total dari wajah
3: bagian bawah)
Paralisis komplit dari satu atau
kedua sisi wajah (tidak ada
gerakan pada sisi wajah atas
maupun bawah)
5. Motorik lengan 0: Tidak ada drift; lengan dapat
diangkat 90° (jika duduk) atau
45 ° (jika berbaring) selama
minimal 10 detik penuh

Kanan
1 : Drift; lengan dapat diangkat 90°
(jika duduk) atau 45 ° (jika
berbaring) namun turun
sebelum 10 detik, tidak
mengenai tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
lengan tidak dapat diangkat
atau dipertahankan dalam
posisi 90° (jika duduk) atau 45 °
(jika berbaring), jatuh mengenai
tempat tidur, namun ada upaya
melawan gravitasi

Kiri
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi, tidak mampu
mengangkat, hanya bergeser
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

6. Motorik 0: Tidak ada drift; tungkai dapat


tungkai dipertahankan dalam posisi 30°
minimal 5 detik

Kanan
1 : Drift; tungkai jatuh persis 5
detik, namun tidak mengenai
tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
tungkai jatuh mengenai tempat
tidur dalam 5 detik, namun ada
upaya melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
Kiri

gravitasi
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

7. Ataksia 0: Tidak ada ataksia


anggota gerak 1: Ataksia pada satu ekstremitas
2: Ataksia pada 2 atau lebih
ekstremitas
UN Amputasi atau fusi sendi

8. Sensorik 0: Normal; tidak ada gangguan


sensorik
1: Gangguan sensorik ringan-
sedang; sensasi disentuh atau
nyeri berkurang namun masih
terasa disentuh
2: Gangguan sensorik berat; tidak
merasakan sentuhan di wajah,
lengan, atau tungkai
9. Bahasa 0: Normal; tidak ada afasia
terbaik 1: Afasia ringan-sedang; dapat
berkomunikasi namun terbatas,
masih dapat mengenali benda
namun kesulitan bicara
percakapan dan mengerti
percakapan
2 : Afasia berat; seluruh
komunikasi melalui ekspresi
yang terfragmentasi, dikira-kira
dan pemeriksa tidak dapat
memahami respon pasien
3 : Mutisme, afasia global: tidak
ada kata-kata yang keluar
maupun pengertian akan kata-
kata
10. Disartria 0 : Normal
1 : Disartria ringan-sedang; pasien
pelo setidaknya pada beberapa
kata namun meski berat dapat
dimengerti
2 : Disartria berat; bicara pasien
sangat pelo namun tidak afasia
UN Intubasi atau hambatan fisik
lain
11. Pengabaian 0 : Tidak ada neglect
dan Inatensi 1 : Tidak ada atensi pada saalah
(Neglect) satu modalitas berikut; visual,
taktil, auditori, spasial, atau
inatensi personal
2 : Tidak ada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL

Keterangan:
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor ≥ 25 : defisit neurologis sangat berat
Anda tahu kenapa

Jatuh ke bumi

Saya pulang dari kerja

Dekat meja di ruang


makan

Mereka mendegar dia


siaran di radio tadi
malam
BARTHEL INDEX

No. Parameter Skala Skor


1. BAB 2 Tidak bermasalah, bila perlu
memakai pencahar
1 Kadang bermasalah, selalu
membutuhkan pencahar
0 Performa buruk
2. BAK 2 Tidak bermasalah
1 Kadang bermasalah,
membutuhkan bantuan orang lain
0 Performa buruk
3. Perawatan diri 1 Mandiri
0 bantuan orang lain
4. Penggunaan toilet 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
5. Makan 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
6. Transfer ke kursi/ 3 Mandiri
kasur 2 Bantuan minimal
1 Butuh bantuan saat pindah
tempat
0 Performa buruk
7. Ambulasi 3 Jalan sendiri dengan jarak 45
meter
2 Butuh bantuan berjalan sejauh 45
meter
1 Memakai kursi roda
0 Performa buruk
8. Berpakaian 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
9. Menaiki tangga 2 Mandiri
1 Perlu bantuan atau pengawasan
0 Performa buruk
10. Mandi 1 Mandi tanpa bantuan
0 Performa buruk
TOTAL

Interpretasi:
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan total
SKOR SIRIRAJ

RUMUS: (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x TDD) – (3 x A) – 12


K Kesadaran Alert 0
Mengantuk, stupor 1
Semikoma, koma 2
M Muntah Tidak ada 0
Ada 1
N Nyeri kepala Tidak ada 0
Ada 1
TDD Tekanan darah diastolik
A Atheroma Tidak ada 0
(Riwayat DM, Angina, Klaudikasio) Ada 1 atau lebih 1

Interpretasi:
Skor > 1 : Perdarahan intraserebral
Skor < -1 : Infark serebri
Skor -1 sampai 1 : meragukan
SKOR NUARTHA

No. Parameter Skala Skor


1. Kesadaran saat 0 GCS 15
serangan 1 GCS 12-14
2 GCS 9-11
3 GCS 3-8
2. Permulaan 0 Pelan (> 60 menit)
serangan 1 Kurang mendadak (30-60 menit)
2 Mendadak (1-30 menit)
3 Sangat mendadak (< 1 menit)
3. Waktu serangan 0 Bangun tidur
1 Tidur
2 Istirahat/ duduk/ tiduran
3 Bekerja/ melakukan aktivitas
4. Sampai terjadi nyeri 0 > 6 jam/ tidak ada
kepala 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
5. Nyeri kepala saat 0 Tidak ada
serangan 1 Ringan-sedang
2 Hebat
3 Sangat hebat
6. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
muntah 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
7. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
refleks Babinski (+) 1 2-6 jam
2 < 2 jam, unilateral
3 < 2 jam, bilateral
8. Tekanan darah 0 MAP ≤ 100
1 MAP > 100 – 120
2 MAP > 120 – 140
Jumlah skor

RUMUS:
Skor total: (8/ jumlah kriteria yang dapat dinilai) x jumlah skor

Interpretasi:
Skor 0-6 : Stroke iskemik/ Stroke non-hemoragik
Skor 16-24 : Stroke hemoragik
Skor 7-15 : Meragukan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut
Skor 7-11 : Kemungkinan stroke iskemik/ non-hemoragik
Skor 12-15 : Kemungkinan stroke hemoragik
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/8
Ditetapkan oleh:
Tanggal terbit: Direktur Utama
PPK
RAWAT INAP
NEUROLOGI

dr. I Wayan Sudana, M.Kes


NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 I 63.4
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut baik fokal maupun global yang sangat mendadak,
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah
pada parenkim otak, yang dapat disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah arteri karena emboli, yang
dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/ atau patologi
Anamnesis 1. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
2. Gangguan fokal yang muncul sangat mendadak, dapat
berupa:
a. Kelumpuhan sesisi/ kedua sisi/ satu ekstremitas,
kelumpuhan otot-otot bola mata, kelumpuhan otot-
otot untuk proses menelan, wicara, gangguan
sensibilitas, gangguan lapang pandang, vertigo dan
sebagainya
b. Gangguan neurobehavioral yang meliputi: gangguan
atensi, gangguan memori, gangguan bicara verbal,
gangguan pengertian berbicara, gangguan
pengenalan ruang, gangguan fungsi kognitif lain
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status general
5. Pemeriksaan neurologis
a. Funduskopi
b. Gangguan motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Gangguan neurobehavior
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/8
Kriteria Terdapat defisit neurologis global atau salah satu/ beberapa
Diagnosis defisit neurologis fokal yang terjadi sangat mendadak
dengan bukti gambaran imaging (CT Scan) dan/ atau skor
Stroke (Siriraj dan Nuartha)
Diagnosis 1. Stroke iskemik thrombosis
Banding 2. Stroke hemoragik
Pemeriksaan 1. CT scan kepala tanpa kontras
Penunjang 2. Darah lengkap
3. Faal hemostasis (PPT, INR, APTT)
4. Gula darah sewaktu
5. Fungsi ginjal (BUN, SC)
6. Laju Endap Darah (LED)
7. C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
8. Elektrokardiografi (EKG)
9. Rontgen toraks
10. Profil lipid (kolesterol, trigliserida, HDL, LDL)
11. Asam urat
12. Pemeriksaan penunjang tambahan:
a. Ekokardiografi (TTE/ TEE), bila ada kecurigaan suatu
emboli dari jantung
b. TCD dan sonografi karotis dupleks, bila ada
kecurigaan suatu emboli dari arteri karotis dan
cabang-cabangnya
c. Analisa gas darah, bila curiga adanya gagal napas,
aspirasi dan penurunan kesadaran
d. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida), bila disertai
dengan penurunan kesadaran, kecurigaan gangguan
elektrolit, dan akan diberikan osmoterapi
e. Fungsi hati (SGOT, SGPT), bila ada kecurigaan
gangguan fungsi hati
f. Elektroensefalografi (EEG), bila didapatkan kejang
Konsultasi 1. Kardiologi
2. Rehabilitasi Medik
3. Gizi Klinik
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/8
4. Interna bila perlu, jika terdapat hiperglikemia, risiko
terjadi DVT, emboli paru, dan infeksi sekunder
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
- Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan pipa
orofaring pada pasien yang tidak sadar
- Pemberian O2 dianjurkan bila Saturasi O2< 95%
- Konsultasi Anestesi/ Intensif untuk dilakukan
intubasi dan perawatan intensif pada pasien
dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 >
50 mmHg) atau syok, atau pada pasien yang
berisiko untuk terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
Infus kristaloid dengan NaCl 0,9% intravena 1.500-
2.000 cc per hari
c. Pengendalian tekanan intrakranial, jika diperlukan
- Tinggikan posisi kepala 20-30°
- Hindari penekanan vena jugularis, pemberian
cairan glukosa atau hipotonik, dan hipertermia
- Jaga normovolemia
- Osmoterapi dengan manitol 20% 0,25-0,5
gram/kgBB intravena selama > 20 menit, diulang
setiap 4 jam pada hari pertama, 6 jam pada hari
kedua, 8 jam pada hari ketiga, 12 jam pada hari ke
empat, dan 24 jam pada hari ke lima dengan
target ≤ 310mOsm/L (osmolalitas sebaiknya
diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian
osmoterapi)
d. Pengendalian kejang, jika diperlukan
- Berikan diazepam 5-20 mg bolus lambat
intravena, kecepatan ≤ 5 mg/menit, dan atau
dengan
- Phenytoin loading 15-20 mg/kgBB bolus intravena
diencerkan dalam NaCl 0,9%, kecepatan ≤ 50mg/
menit
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/8
- Berikan obat anti epilepsi rumatan:
• Phenytoin 200-400 mg per hari setiap 8-12 jam
per oral hingga 3-5 tahun bebas kejang,
Pemberian phenytoin disertai dengan asam
folat 400 mcg setiap 12 jam per oral untuk
mencegah efek samping jangka lama
• Carbamazepine 400-600 mg per hari setiap 8-
12 jam per oral hingga 3-5 tahun bebas kejang,
bila bangkitan berupa bangkitan parsial
e. Pengendalian hipertensi, jika diperlukan (sesuai
flowchart)
Turunkan tekanan darah dengan anti hipertensi
intravena:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dinaikkan 2,5 mg/ jam
tiap 15 menit, bila target TD belum tercapai
(maksimal 15 mg/ jam) selama 24 jam
Target terapi TD diturunkan 15% (10-20%) dari TD
awal, khusus untuk kandidat Alteplase diturunkan
sampai TDS <180 mmHg dan TDD < 100 mmHg
f. Manajemen gula darah, jika diperlukan konsultasi ke
Interna dengan target 80-180 mg/dL
g. Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
Parasetamol 650-1.000 mg setiap 8 jam per oral,
dosis maksimal 4 gram/ hari, bila nyeri dan/ atau
suhu ≥ 37,5°C
h. Gastroprotektor, jika diperlukan
Ranitidine 50 mg intravena setiap 12 jam atau
pantoprazole 40 mg intravena setiap 24 jam, bila ada
perdarahan lambung
i. Manajemen nutrisi, sesuai dengan Gizi Klinik
j. Pencegahan DVT dan emboli paru, jika diperlukan
konsultasi ke Interna
k. Rehabilitasi medik, sesuai dengan Rehabilitasi Medik
2. Penatalaksanaan spesifik:
a. Trombolisis intravena: Alteplase dosis 0,6 (0,6-0,9)
mg/kgBB, onset < 4,5 jam (flowchart)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
5/8
b. Asetosal 160-320 mg per oral diberikan 24 jam
setelah pemberian Alteplase di mana CT scan ulang
tidak ada perdarahan, dilanjutkan 75-100 mg per oral
setiap 24 jam atau asetosal diberikan sebagai dosis
awal 320 mg per oral dilanjutkan 75-100 mg setiap 24
jam bila tanpa pemberian Alteplase selama minimal 2
tahun
Bila ada riwayat tidak toleran dengan asetosal dapat
diberikan klopidogrel 300 mg per oral, dilanjutkan 75
mg per oral setiap 24 jam.
c. Antikoagulan dengan heparin atau LMWH
(enoxaparin), bila risiko tinggi untuk terjadi emboli
berulang
3. Anti inflamasi, diberikan bila CRP ≥ 3
Simvastatin 40 mg setiap 24 jam per oral atau
atorvastation 40-80 mg setiap 24 jam per oral selama 7
hari
4. Neuroprotektor
5. Citicolin 500 mg setiap 12 jam intravena selama 3 hari
dan dapat dilanjutkan dengan oral 1.000 mg setiap 12
jam per oral selama 3 minggu
6. Pencegahan stroke sekunder
a. Anti koagulan dengan Warfarin atau NOAC,
pemilihan sesuai lampiran
b. Anti platelet, bila kontraindikasi pemberian anti
koagulan:
- Asam asetilsalisilat (asetosal) 80-100 mg setiap 24
jam per oral selama minimal 2 tahun, atau
- Bila pasien tidak toleran dengan asetosal dapat
diberikan clopidogrel 75 mg setiap 24 jam per oral
selama minimal 2 tahun, atau
7. Tindakan intervensi/ operasi preventif:
a. Stenting pembuluh darah karotis dan cabangnya,
sesuai indikasi
b. Carotid End-artherectomy
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
6/8
Penyulit 1. Fase akut:
a. Neurologis: stroke susulan, edema otak, infark
perdarahan, hidrosefalus
b. Non-neurologis: hipertensi, hiperglikemia reaktif,
edema paru, gangguan jantung, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, thrombosis vena
dalam, emboli paru, infeksi sekunder, sesuai dengan
PPK Infeksi yang terjadi di rumah sakit
2. Fase lanjut:
a. Neurologis: Gangguan fungsi luhur
b. Non-neurologis: kontraktur, dekubitus, depresi,
infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK Infeksi yang terjadi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan
Neurovaskular dan Stroke, Dokter Spesialis Saraf Intervensi,
Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 14 hari
Masa Pemulihan Pemulihan menjadi lambat atau tidak ada lagi setelah 6
bulan
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/ kognitif setelah 1
tahun: 20-30%
Hasil Tergantung berat ringannya penyakit dan komplikasi atau
penyulit lain
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf 3 hari KRS
Tingkat Eviden & 1. Evaluasi cepat dan diagnosis (AHA/ASA Class I, Level of
Rekomendasi evidence B)
a. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA
Class I, Level of evidence B)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
7/8
b. Pencitraan otak: CT scan kepala tanpa kontras (ESO
Class I), MRI dengan perfusi dan difusi (ESO Class II)
c. Pemeriksaan laboratorium darah seperti hematologi
rutin, gula darah, fungsi ginjal faal hemostasis
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
2. Penatalaksanaan umum
a. Pemantauan terus menerus status neurologis, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam pada pasien dengan defisit
neurologis yang jelas (ESO Class IV, GCP)
b. Pemasangan pipa orofaring pada penderita tidak sadar
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
c. Terapi oksigen pada penderita hipoksia (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C)
d. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah
awitan stroke (AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
e. Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
f. Monitor TIK pada penderita GCS < 9 (AHA/ASA Class
V, Level of evidence C)
g. Osmoterapi dengan mannitol atas indikasi (AHA/ASA,
Class of evidence C)
h. Direkomendasi untuk memulai rehabilitasi dini setelah
kondisi medis stabil (AHA/ASA Class III, Level of
evidence C)
i. Direkomendasi untuk meningkatkan durasi dan
intensitas rehabilitasi (AHA/ASA Class II, Level of
evidence B)
3. Penatalaksanaan spesifik
a. Pemberian r-tPA direkomendasikan secepat mungkin
dalam rentang 3 jam (AHA/ASA Class I, Level of
evidence A)
b. Pemberian acetosal dosis awal 320 mg dalam 24
sampai 48 jam setelah awitan stroke (AHA/ASA Class
I, Level of evidence A)
c. Pemberian obat-obatan neuroprotektan belum
dianjurkan (AHA/ASA Class III, Level of evidence A)
tetapi Citicolin masih bermanfaat
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
CEREBRAL INFARCTION DUE TO EMBOLISM OF
CEREBRAL ARTERIES
(STROKE ISKEMIK EMBOLI)
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
8/8
Indikator Medis NIHSS, Barthel index
Edukasi 1. Pengertian stroke iskemik
2. Faktor risiko
3. Tanda dan gejala stroke
4. Cara merawat stroke di rumah (peran keluarga atau
pendamping, perawatan, pelatihan, pengobatan, dan
nutrisi)
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Guideline Stroke, 2011
3. Modul Neurovaskular, KNI, 2008
LAMPIRAN

PENATALAKSANAAN TEKANAN DARAH PADA STROKE AKUT

Stroke Akut

TDS > 230 mmHg TDS > 220 mmHg TDS 180-220 mmHg TDS < 180 mmHg TDS < 185 mmHg
TDD > 140 mmHg TDD > 120 mmHg TDD 105-120 mmHg TDD < 105 mmHg TDD < 110 mmHg

Ukur ulang
15 menit

TDS > 220 mmHg Perdarahan intra-serebral


TDD > 120 mmHg atau
Gangguan end-organ

Ya Tidak

Obat anti hipertensi Observasi, Kandidat


parenteral Obat anti hipertensi oral r-tPA
diberikan setelah hari ke 7-10

Untuk kandidat r-tPA (Alteplase),


TD diturunkan sampai
TDS < 185 mmHg atau TDD < 110
mmHg
PROSEDUR APLIKASI PEMBERIAN TERAPI TROMBOLISIS r-tPA
INTRAVENA PADA STROKE ISKEMIK AKUT

Kriteria Inklusi Ya Tidak


1. Usia ≥ 18 tahun atau < 80 tahun
2. Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas
3. Awitan dapat ditentukan secara jelas (< 3 jam)
4. Tidak ada bukti perdarahan intrakranial dari CT sken kepala
5. Tidak ada edema/ hypodense ≥ 1/3 area hemisfer dari CT
sken kepala
6. Tekanan darah < 185/110 mmHg
7. Pasien/ keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan
risiko yang mungkin timbul dan harus ada persetujuan
secara tertulis dari penderita atau keluarga untuk dilakukan
terapi r-tPA
Kriteria Eksklusi Ya Tidak
Klinis:
1. Usia > 80 tahun
2. Wanita hamil
3. NIHSS < 8 atau > 20 (kecuali stroke iskemik batang otak)
4. Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
5. Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada
pemeriksaan fisik
6. Tekanan darah sistolik > 185 mmHg atau diastolik > 110
mmHg, bila ya, lanjut segera ke terapi hipertensi untuk pre
rt-PA
7. Gejala perdarahan subarakhnoid
8. Gambaran klinis adanya pericarditis pascainfark miokard
9. Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila
sedang dalam terapi antikoagulan hendaklah INR ≤ 1,7
Gambaran CT sken kepala:
10. Gambaran perdarahan intrakranial pada CT sken
11. Infark multilobar (gambaran hypodense > 1/3 hemisfer
serebri)
Laboratorium:
12. Glukosa darah < 50 mg/ dl atau > 400 mg/ dl
13. Jumlah platelet < 100.000/ mm3
14. aPTT memanjang (paska mendapat terapi heparin dalam
48 jam)
15. INR > 1,7
Riwayat:
16. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir
17. Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2
minggu sebelumnya
18. Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius
dalam 3 minggu sebelumnya
19. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau
pungsi lumbal dalam 1 minggu sebelumnya
20. Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
21. Riwayat stroke hemoragik
Kesimpulan: Kandidat/ Tidak kandidat
PROTOKOL PENGGUNAAN r-tPA INTRAVENA

Kandidat r-tPA (Alteplase) IV

Masukkan pasien ke ICU/ Stroke unit


Tunda pemasangan NGT dan kateter urin

Dosis r-tPA (Alteplase): 0,6-0,9 mg/ kgBB (maksimal


90 mg) habis dalam 60 menit.
10% dosis diberikan sebagai bolus dalam 1 menit.

Evaluasi:
1. Klinis neurologis setiap 15 menit selama pemberian r-tPA, 30 menit
setelahnya selama 6 jam berikutnya, kemudian tiap jam hingga 24 jam
setelah terapi
2. Keluhan dan tanda-tanda perdarahan
Bila terdapat nyeri kepala berat, mual, muntah, dan ada perdarahan
HENTIKAN r-tPA dan lakukan CT sken segera
3. Tekanan darah setiap 15 menit selama pemberian r-tPA dan selama 2
jam pertama setelah pemberian r-tPA, 30 menit selama 6 jam berikutnya,
dan kemudian tiap jam hingga 24 jam setelah terapi
Bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
105 mmHg, lakukan manajemen terapi anti hipertensi intravena dengan:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dititrasi 2,5 mg/ jam tiap 5 menit hingga efek
yang diinginkan tercapai (maksimal 15 mg/ jam)

Lakukan CT sken untuk follow up dalam 24 jam


sebelum pemberian anti platelet atau anti koagulan
NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH STROKE SCALE (NIHSS)

No. Parameter Skala Tanggal


pemeriksaan

Skor
1a. Tingkat 0: Sadar penuh
kesadaran 1: Tidak sadar penuh; dapat
dibangunkan dengan stimulasi
minor (suara)
2: Tidak sadar penuh; dapat
berespon dengan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri
3: Koma; tidak sadar dan tidak
berespon dengna stimulus
apapun

1b. Menjawab 0: Benar semua


pertanyaan 1: 1 benar/ ETT/ disartria
2: salah semua/ afasia/ stupor/
koma

1c. Mengikuti 0: Mampu melakukan 2 perintah


perintah 1: Mampu melakukan 1 perintah
2: Tidak mampu melakukan
perintah

2. Gaze: 0: Normal
Gerakan mata 1: Paresis gaze parsial pada 1
konjugat atau 2 mata, terdapat abnormal
horizontal gaze namun forced deviation
atau paresis gaze total tidak
2: ada
Forced deviation atau paresis
gaze total tidak dapat diatas
dengan manuver okulosefalik
3. Visual: Lapang 0: Tidak ada gangguan
pandang pada 1: Hemianopsia parsial
tes konfrontasi 2: Hemianopsia komplit
3: Hemianopsia bilateral (buta
kortikal)
4. Paresis wajah 0: Normal
1: Paralisis minor (sulkus
nasolabial rata, asimetri saat
2: tersenyum)
Paralisis parsial (paralisis total
atau near total dari wajah
3: bagian bawah)
Paralisis komplit dari satu atau
kedua sisi wajah (tidak ada
gerakan pada sisi wajah atas
maupun bawah)
5. Motorik lengan 0: Tidak ada drift; lengan dapat
diangkat 90° (jika duduk) atau
45 ° (jika berbaring) selama
minimal 10 detik penuh

Kanan
1 : Drift; lengan dapat diangkat 90°
(jika duduk) atau 45 ° (jika
berbaring) namun turun
sebelum 10 detik, tidak
mengenai tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
lengan tidak dapat diangkat
atau dipertahankan dalam
posisi 90° (jika duduk) atau 45 °
(jika berbaring), jatuh mengenai
tempat tidur, namun ada upaya
melawan gravitasi

Kiri
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi, tidak mampu
mengangkat, hanya bergeser
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

6. Motorik 0: Tidak ada drift; tungkai dapat


tungkai dipertahankan dalam posisi 30°
minimal 5 detik

Kanan
1 : Drift; tungkai jatuh persis 5
detik, namun tidak mengenai
tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
tungkai jatuh mengenai tempat
tidur dalam 5 detik, namun ada
upaya melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
Kiri

gravitasi
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

7. Ataksia 0: Tidak ada ataksia


anggota gerak 1: Ataksia pada satu ekstremitas
2: Ataksia pada 2 atau lebih
ekstremitas
UN Amputasi atau fusi sendi

8. Sensorik 0: Normal; tidak ada gangguan


sensorik
1: Gangguan sensorik ringan-
sedang; sensasi disentuh atau
nyeri berkurang namun masih
terasa disentuh
2: Gangguan sensorik berat; tidak
merasakan sentuhan di wajah,
lengan, atau tungkai
9. Bahasa 0: Normal; tidak ada afasia
terbaik 1: Afasia ringan-sedang; dapat
berkomunikasi namun terbatas,
masih dapat mengenali benda
namun kesulitan bicara
percakapan dan mengerti
percakapan
2 : Afasia berat; seluruh
komunikasi melalui ekspresi
yang terfragmentasi, dikira-kira
dan pemeriksa tidak dapat
memahami respon pasien
3 : Mutisme, afasia global: tidak
ada kata-kata yang keluar
maupun pengertian akan kata-
kata
10. Disartria 0 : Normal
1 : Disartria ringan-sedang; pasien
pelo setidaknya pada beberapa
kata namun meski berat dapat
dimengerti
2 : Disartria berat; bicara pasien
sangat pelo namun tidak afasia
UN Intubasi atau hambatan fisik
lain
11. Pengabaian 0 : Tidak ada neglect
dan Inatensi 1 : Tidak ada atensi pada saalah
(Neglect) satu modalitas berikut; visual,
taktil, auditori, spasial, atau
inatensi personal
2 : Tidak ada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL

Keterangan:
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor ≥ 25 : defisit neurologis sangat berat
Anda tahu kenapa

Jatuh ke bumi

Saya pulang dari kerja

Dekat meja di ruang


makan

Mereka mendegar dia


siaran di radio tadi
malam
BARTHEL INDEX

No. Parameter Skala Skor


1. BAB 2 Tidak bermasalah, bila perlu
memakai pencahar
1 Kadang bermasalah, selalu
membutuhkan pencahar
0 Performa buruk
2. BAK 2 Tidak bermasalah
1 Kadang bermasalah,
membutuhkan bantuan orang lain
0 Performa buruk
3. Perawatan diri 1 Mandiri
0 bantuan orang lain
4. Penggunaan toilet 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
5. Makan 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
6. Transfer ke kursi/ 3 Mandiri
kasur 2 Bantuan minimal
1 Butuh bantuan saat pindah
tempat
0 Performa buruk
7. Ambulasi 3 Jalan sendiri dengan jarak 45
meter
2 Butuh bantuan berjalan sejauh 45
meter
1 Memakai kursi roda
0 Performa buruk
8. Berpakaian 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
9. Menaiki tangga 2 Mandiri
1 Perlu bantuan atau pengawasan
0 Performa buruk
10. Mandi 1 Mandi tanpa bantuan
0 Performa buruk
TOTAL

Interpretasi:
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan total
SKOR SIRIRAJ

RUMUS: (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x TDD) – (3 x A) – 12


K Kesadaran Alert 0
Mengantuk, stupor 1
Semikoma, koma 2
M Muntah Tidak ada 0
Ada 1
N Nyeri kepala Tidak ada 0
Ada 1
TDD Tekanan darah diastolik
A Atheroma Tidak ada 0
(RIwayat DM, Angina, Klaudikasio) Ada 1 atau lebih 1

Interpretasi:
Skor > 1 : Perdarahan intraserebral
Skor < -1 : Infark serebri
Skor -1 sampai 1 : meragukan
SKOR NUARTHA

No. Parameter Skala Skor


1. Kesadaran saat 0 GCS 15
serangan 1 GCS 12-14
2 GCS 9-11
3 GCS 3-8
2. Permulaan 0 Pelan (> 60 menit)
serangan 1 Kurang mendadak (30-60 menit)
2 Mendadak (1-30 menit)
3 Sangat mendadak (< 1 menit)
3. Waktu serangan 0 Bangun tidur
1 Tidur
2 Istirahat/ duduk/ tiduran
3 Bekerja/ melakukan aktivitas
4. Sampai terjadi nyeri 0 > 6 jam/ tidak ada
kepala 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
5. Nyeri kepala saat 0 Tidak ada
serangan 1 Ringan-sedang
2 Hebat
3 Sangat hebat
6. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
muntah 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
7. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
refleks Babinski (+) 1 2-6 jam
2 < 2 jam, unilateral
3 < 2 jam, bilateral
8. Tekanan darah 0 MAP ≤ 100
1 MAP > 100 – 120
2 MAP > 120 – 140
Jumlah skor

RUMUS:
Skor total: (8/ jumlah kriteria yang dapat dinilai) x jumlah skor

Interpretasi:
Skor 0-6 : Stroke iskemik/ Stroke non-hemoragik
Skor 16-24 : Stroke hemoragik
Skor 7-15 : Meragukan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut
7-11 : Kemungkinan stroke iskemik/ non-hemoragik
12-15 : Kemungkinan stroke hemoragik
ALGORITMA PEMBERIAN ANTIKOAGULAN

Stroke kardioemboli

CT sken otak inisial

Ya
Infark hemoragik

Tidak

Calon antikoagulasi

CT sken otak ulang 48-72 jam

Perdarahan (-) Infark luas Infark


Efek massa (-) Efek massa (+) hemoragik

Antikoagulan Ulangi CT Sken otak 7-10 Penilaian ulang


hari lagi dan pertimbangkan 6 minggu lagi
lagi antikoagulan

Heparin
diteruskan
Warfarin
ALGORITMA PEMILIHAN ANTIKOAGULAN

Atrial Fibrilasi (AF)

Ya
AF valvular

Tidak
Ya
< 65 tahun dan hanya AF (termasuk wanita)

Tidak
Penilaian risiko stroke:
Skor CHA2DS2-VASc

0 1 ≥2

Terapi anti -koagulan oral

Penilaian risiko perdarahan:


Skor HAS-BLED

Terapi anti -agregasi NOAC* Warfarin

*
NOAC:
• Rivaroxaban 20 mg per oral setiap 24 jam atau
• Dabigatran 120-150 mg per oral setiap 12 jam
TATA CARA TERAPI ANTIKOAGULAN

A. HEPARIN INTRAVENA

Dosis awal: 10.000 unit/ 24 jam

Cek APTT setelah 6 jam

< 1,5 kali kontrol > 2,5 kali kontrol


Dosis ditambah 2.500 unit Dosis dikurangi 2.500 unit

Target: 1,5–2,5 kali kontrol


Hari ke-3 bridging dengan antikoagulan oral (warfarin) sampai INR 2,0-3,0

B. HEPARIN BERAT MOLEKUL RENDAH (LMWH)

▪ Enoxaparin:
▪ 0,1 cc/ 10 kgBB subkutan setiap 12 jam selama 5-7 hari atau
▪ 1 mg/ kgBB subkutan setiap 12 jam selama 5-7 hari
▪ Selanjutnya bridging dengan antikoagulan (warfarin) oral 3 hari sebelum
dihentikan LMWH sampai INR 2,0-3,0 atau NOAC mulai hari ke-6 atau 8

Monitoring trombosit hari ke-1 dan ke-3 (jika trombosit < 100.000, TIDAK
DIBERIKAN)
C. WARFARIN (Pemberian malam hari jam 17.00-19.00)

Hari I dan II
Diberikan 2 mg tiap 24 jam PO)

Hari III
Periksa INR (jam 09.00-11.00)

INR INR INR INR INR


1,1-1,4 1,5-1,9 2,0-3,0 3,1-3,9 4,0-5,0

Dosis hari Dosis hari Tidak ada Dosis hari Stop anti-
ke-3 ke-3 perubahan ke-3 koagulan
dinaikkan dinaikkan dosis diturunkan Monitor
10-20% 5-10% 5-10% INR sampai
TDM TDM TDM 3,0

Cek INR Cek INR Cek INR Cek INR Cek INR
1 minggu 2 minggu 4 minggu 2 minggu tiap hari

TDM : Total Dosis Mingguan


SKOR CHA2DS2-VASc

Faktor risiko Skor


Congestive heart failure 1
Hypertension 1
Age ≥ 75 years 2
Diabetes mellitus 1
Prior Stroke/ TIA or systemic embolism 2
Vascular disease 1
Age 65-74 years 1
Female gender 1
TOTAL

SKOR HAS-BLED

Kriteria risiko Skor


Hypertension 1
Abnormal renal or liver function (1 point each) 1 or 2
Stroke 1
Bleeding 1
Labile INRs 1
Elderly (Age ≥ 65 years) 1
Drugs or alcohol (1 point each) 1 or 2
TOTAL
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
1/7
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 I 61.0 – I 61.9
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi
otak akut baik fokal maupun global yang sangat mendadak,
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah arteri, yang
dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/ atau patologi
Anamnesis 1. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
2. Gangguan fokal yang muncul sangat mendadak, dapat
berupa:
a. Kelumpuhan sesisi/ kedua sisi, satu ekstremitas,
kelumpuhan otot-otot bola mata, kelumpuhan otot-
otot untuk proses menelan, wicara, gangguan
sensibilitas, lapang pandang, vertigo dan sebagainya
b. Gangguan neurobehavioral yang meliputi: gangguan
atensi, gangguan memori, gangguan bicara verbal,
gangguan pengertian berbicara, gangguan
pengenalan ruang, gangguan fungsi kognitif lain
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status general
5. Pemeriksaan neurologis
a. Funduskopi
b. Gangguan motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan neurobehavior
Kriteria Terdapat defisit neurologis global atau salah satu/ beberapa
Diagnosis defisit neurologis fokal yang terjadi sangat mendadak
dengan bukti gambaran imaging (CT Scan kepala) dan/ atau
skor stroke (Siriraj dan Nuartha)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
2/7
Diagnosis 1. Stroke iskemik emboli
Banding 2. Stroke iskemik thrombosis
Pemeriksaan 1. CT scan kepala tanpa kontras
Penunjang 2. Darah lengkap
3. Faal hemostasis (PPT, INR, APTT)
4. Gula darah sewaktu
5. Elektrolit (Natrium, Kalium)
6. Elektrokardiografi (EKG)
7. Rontgen toraks
8. Pemeriksaan penunjang tambahan:
a. Analisis gas darah, bila curiga adanya gagal napas,
aspirasi, dan penurunan kesadaran
b. Elektroensefalografi (EEG), bila didapatkan kejang
c. Fungsi hati (SGOT, SGPT), bila dicurigai adanya
gangguan hati
d. Fungsi ginjal (BUN, SC), bila curiga gangguan ginjal
Konsultasi 1. Rehabilitasi Medik
2. Gizi Klinik
3. Bedah saraf, bila ada indikasi pembedahan
4. Interna, bila terjadi hiperglikemia, risiko terjadi DVT,
emboli paru, dan infeksi sekunder
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
- Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan pipa
orofaring pada pasien yang tidak sadar
- Pemberian O2 dianjurkan bila Saturasi O2< 95%
- Konsultasi Anestesi/ Intensif untuk dilakukan
intubasi dan perawatan intensif pada pasien
dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 >
50 mmHg) atau syok, atau pada pasien yang
berisiko untuk terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
Infus kristaloid dengan NaCl 0,9% intravena 1.500-
2.000 cc per hari
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
3/7
c. Pengendalian tekanan intrakranial, jika diperlukan
- Tinggikan posisi kepala 20-30°
- Hindari penekanan vena jugularis, pemberian
cairan glukosa atau hipotonik, dan hipertermia
- Jaga normovolemia
- Osmoterapi dengan manitol 20% 0,25-0,5
gram/kgBB intravena selama > 20 menit, diulang
setiap 4 jam pada hari pertama, 6 jam pada hari
kedua, 8 jam pada hari ketiga, 12 jam pada hari ke
empat, 24 jam pada hari ke lima dengan target ≤
310mOsm/L (osmolalitas sebaiknya diperiksa 2
kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi)
d. Profilaksis kejang, jika diperlukan
- Phenytoin 200-400 mg per hari setiap 8-12 jam
per oral diberikan sebagai profilaksis selama 1
bulan, diturunkan perlahan 25% dari dosis awal
setiap bulan bila tidak terdapat kejang selama
pemberian profilaksis
e. Pengendalian tekanan darah, jika diperlukan
Turunkan tekanan darah dengan anti hipertensi
intravena:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dinaikkan 2,5 mg/ jam
tiap 15 menit, bila target TD belum tercapai
(maksimal 15 mg/ jam) selama 24 jam
Target terapi mencapai MABP < 130 hinnga 110 atau
TD 160/90 mmHg
e. Manajemen gula darah, jika diperlukan konsultasi
Interna dengan target 80-180 mg/dL
f. Analgetik dan antipiretik, jika diperlukan
Parasetamol 650-1.000 mg setiap 8 jam per oral,
maksimal dosis 4 gram/ hari, bila nyeri dan/ atau
suhu ≥ 37,5°C
g. Gastroprotektor, jika diperlukan
Ranitidine 50 mg intravena setiap 12 jam atau
Pantoprazol 40 mg intravena setiap 24 jam, bila ada
perdarahan lambung
h. Manajemen nutrisi, sesuai dengan Gizi Klinik
i. Pencegahan DVT dan emboli paru, jika diperlukan
konsultasi ke Interna
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
4/7
j. Rehabilitasi medik, sesuai dengan Rehabilitasi Medik
2. Penatalaksanaan spesifik:
a. Koreksi koagulopati, jika perdarahan karena
koagulopati dengan peningkatan INR dapat diberikan
Vitamin K 10 mg intravena, kecepatan <1 mg/ menit
b. Neuroprotektor
Citicolin 250 mg setiap 12 jam intravena selama 3
hari dan dilanjutkan 500 mg setiap 12 jam per oral
selama 3 minggu
3. Tindakan operatif (kraniotomi evakuasi hematom/
kraniotomi dekompresi/ VP Shunt/ external drainage),
dengan indikasi:
a. Letak lobar dan kortikal dengan jarak 1 cm dari
permukaan dengan GCS > 8 dan atau disertai
dengan perburukan klinis yang progresif
b. Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda
peningkatan TIK akut dan ancaman herniasi otak
c. Perdarahan serebelum
d. Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter >3
cm
e. Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, onset stroke hemoragik tidak lebih dari 6
jam
f. Evakuasi rutin hematom supratentorial letak dalam
tidak direkomendasikan
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
Penyulit 1. Fase akut:
a. Neurologis: stroke susulan, edema otak, hidrosefalus
b. Non-neurologis: hipertensi, hiperglikemia reaktif,
edema paru, gangguan jantung, infeksi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, thrombosis vena
dalam, emboli paru
2. Fase lanjut:
a. Neurologis: Gangguan fungsi luhur
b. Non-neurologis: kontraktur, dekubitus, depresi,
infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK infeksi yang terjadi di rumah sakit
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
5/7
Informed Tertulis
Consent

Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan


Neurovaskular dan Stroke, Dokter Spesialis Saraf Intervensi,
Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 14 hari
Masa Pemulihan Tergantung lokasi dan jumlah perdarahan serta kondisi
penyulit dan komplikasi lain
Hasil Tergantung berat ringannya penyakit dan komplikasi atau
penyulit lain
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia
Ad fungsional: dubia
Ad sanationam: dubia
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf 3 hari KRS
Tingkat Eviden & 1. Evaluasi cepat dan diagnosis (AHA/ASA Class I, Level of
Rekomendasi evidence B)
a. Pemeriksaan EKG (AHA/ASA Class I, Level of
evidence B)
b. CT scan kepala tanpa kontras (ESO Class I)
c. Pemeriksaan laboratorium darah seperti hematologi
rutin, gula darah, fungsi ginjal faal hemostasis
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
2. Penatalaksanaan umum
a. Pemantauan terus menerus status neurologis, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam pada pasien dengan defisit
neurologis yang jelas (ESO Class IV, GCP)
b. Pemasangan pipa orofaring pada penderita tidak sadar
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
c. Terapi oksigen pada penderita hipoksia (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C)
d. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah
awitan stroke (AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
6/7
e. Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
f. Monitor TIK pada penderita GCS < 9 (AHA/ASA Class
V, Level of evidence C)
g. Osmoterapi dengan manitol atas indikasi (AHA/ASA,
Class of evidence C)
h. Direkomendasi untuk memulai rehabilitasi dini setelah
kondisi medis stabil (AHA/ASA Class III, Level of
evidence C)
i. Direkomendasi untuk meningkatkan durasi dan
intensitas rehabilitasi (AHA/ASA Class II, Level of
evidence B)
3. Penatalaksanaan spesifik
a. Pengobatan dengan penggunaan faktor koagulasi atau
trombosit
b. Pengobatan dengan vitamin K intravena (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C), konsentrat kompleks
prothrombin (AHA/ASA Class IIa, level of evidence B),
protamin sulfat 10-50 mg intravena (AHA/ASA Class I,
level of evidence B) sesuai indikasi
4. Operasi:
a. Pemantauan tekanan intrakranial dengan tekanan
perfusi 50-70 mmHg sesuai indikasi (AHA/ASA Class
IIb, level of evidence B)
b. Drainage ventricular pada hidrosefalus (AHA/ASA
Class IIa, level of evidence B)
c. Tindakan operasi masih belum pasti (AHA/ASA Class
IIb, level of evidence B)
d. Drainage ventricular tanpa evakuasi bekuan darah
tidak direkomendasikan (AHA/ASA Class III, level of
evidence C)
Indikator Medis Penyerapan perdarahan dengan CT scan kepala kontrol,
NIHSS, Barthel index
Edukasi 1. Pengertian stroke perdarahan intraserebral
2. Faktor risiko
3. Tanda dan gejala stroke
4. Cara merawat stroke di rumah (peran keluarga,
pengobatan, dan nutrisi)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
INTRACEREBRAL HAEMORRHAGE
(STROKE HEMORAGIK)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
7/7
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Guideline Stroke, 2011
3. Modul Neurovaskular, KNI, 2008
LAMPIRAN

PENATALAKSANAAN TEKANAN DARAH PADA STROKE AKUT

Stroke Akut

TDS > 230 mmHg TDS > 220 mmHg TDS 180-220 mmHg TDS < 180 mmHg TDS < 185 mmHg
TDD > 140 mmHg TDD > 120 mmHg TDD 105-120 mmHg TDD < 105 mmHg TDD < 110 mmHg

Ukur ulang
15 menit

TDS > 220 mmHg Perdarahan intra-serebral


TDD > 120 mmHg atau
Gangguan end-organ

Ya Tidak

Obat anti hipertensi Observasi, Kandidat


parenteral Obat anti hipertensi oral r-tPA
diberikan setelah hari ke 7-10

Untuk kandidat r-tPA (Alteplase),


TD diturunkan sampai
TDS < 185 mmHg atau TDD < 110
mmHg
NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH STROKE SCALE (NIHSS)

No. Parameter Skala Tanggal


pemeriksaan

Skor
1a. Tingkat 0: Sadar penuh
kesadaran 1: Tidak sadar penuh; dapat
dibangunkan dengan stimulasi
minor (suara)
2: Tidak sadar penuh; dapat
berespon dengan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri
3: Koma; tidak sadar dan tidak
berespon dengna stimulus
apapun

1b. Menjawab 0: Benar semua


pertanyaan 1: 1 benar/ ETT/ disartria
2: salah semua/ afasia/ stupor/
koma

1c. Mengikuti 0: Mampu melakukan 2 perintah


perintah 1: Mampu melakukan 1 perintah
2: Tidak mampu melakukan
perintah

2. Gaze: 0: Normal
Gerakan mata 1: Paresis gaze parsial pada 1
konjugat atau 2 mata, terdapat abnormal
horizontal gaze namun forced deviation
atau paresis gaze total tidak
2: ada
Forced deviation atau paresis
gaze total tidak dapat diatas
dengan manuver okulosefalik
3. Visual: Lapang 0: Tidak ada gangguan
pandang pada 1: Hemianopsia parsial
tes konfrontasi 2: Hemianopsia komplit
3: Hemianopsia bilateral (buta
kortikal)
4. Paresis wajah 0: Normal
1: Paralisis minor (sulkus
nasolabial rata, asimetri saat
2: tersenyum)
Paralisis parsial (paralisis total
atau near total dari wajah
3: bagian bawah)
Paralisis komplit dari satu atau
kedua sisi wajah (tidak ada
gerakan pada sisi wajah atas
maupun bawah)
5. Motorik lengan 0: Tidak ada drift; lengan dapat
diangkat 90° (jika duduk) atau
45 ° (jika berbaring) selama
minimal 10 detik penuh

Kanan
1 : Drift; lengan dapat diangkat 90°
(jika duduk) atau 45 ° (jika
berbaring) namun turun
sebelum 10 detik, tidak
mengenai tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
lengan tidak dapat diangkat
atau dipertahankan dalam
posisi 90° (jika duduk) atau 45 °
(jika berbaring), jatuh mengenai
tempat tidur, namun ada upaya
melawan gravitasi

Kiri
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi, tidak mampu
mengangkat, hanya bergeser
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

6. Motorik 0: Tidak ada drift; tungkai dapat


tungkai dipertahankan dalam posisi 30°
minimal 5 detik

Kanan
1 : Drift; tungkai jatuh persis 5
detik, namun tidak mengenai
tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
tungkai jatuh mengenai tempat
tidur dalam 5 detik, namun ada
upaya melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
Kiri

gravitasi
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

7. Ataksia 0: Tidak ada ataksia


anggota gerak 1: Ataksia pada satu ekstremitas
2: Ataksia pada 2 atau lebih
ekstremitas
UN Amputasi atau fusi sendi

8. Sensorik 0: Normal; tidak ada gangguan


sensorik
1: Gangguan sensorik ringan-
sedang; sensasi disentuh atau
nyeri berkurang namun masih
terasa disentuh
2: Gangguan sensorik berat; tidak
merasakan sentuhan di wajah,
lengan, atau tungkai
9. Bahasa 0: Normal; tidak ada afasia
terbaik 1: Afasia ringan-sedang; dapat
berkomunikasi namun terbatas,
masih dapat mengenali benda
namun kesulitan bicara
percakapan dan mengerti
percakapan
2 : Afasia berat; seluruh
komunikasi melalui ekspresi
yang terfragmentasi, dikira-kira
dan pemeriksa tidak dapat
memahami respon pasien
3 : Mutisme, afasia global: tidak
ada kata-kata yang keluar
maupun pengertian akan kata-
kata
10. Disartria 0 : Normal
1 : Disartria ringan-sedang; pasien
pelo setidaknya pada beberapa
kata namun meski berat dapat
dimengerti
2 : Disartria berat; bicara pasien
sangat pelo namun tidak afasia
UN Intubasi atau hambatan fisik
lain
11. Pengabaian 0 : Tidak ada neglect
dan Inatensi 1 : Tidak ada atensi pada saalah
(Neglect) satu modalitas berikut; visual,
taktil, auditori, spasial, atau
inatensi personal
2 : Tidak ada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL

Keterangan:
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor ≥ 25 : defisit neurologis sangat berat
Anda tahu kenapa

Jatuh ke bumi

Saya pulang dari kerja

Dekat meja di ruang


makan

Mereka mendegar dia


siaran di radio tadi
malam
BARTHEL INDEX

No. Parameter Skala Skor


1. BAB 2 Tidak bermasalah, bila perlu
memakai pencahar
1 Kadang bermasalah, selalu
membutuhkan pencahar
0 Performa buruk
2. BAK 2 Tidak bermasalah
1 Kadang bermasalah,
membutuhkan bantuan orang lain
0 Performa buruk
3. Perawatan diri 1 Mandiri
0 bantuan orang lain
4. Penggunaan toilet 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
5. Makan 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
6. Transfer ke kursi/ 3 Mandiri
kasur 2 Bantuan minimal
1 Butuh bantuan saat pindah
tempat
0 Performa buruk
7. Ambulasi 3 Jalan sendiri dengan jarak 45
meter
2 Butuh bantuan berjalan sejauh 45
meter
1 Memakai kursi roda
0 Performa buruk
8. Berpakaian 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
9. Menaiki tangga 2 Mandiri
1 Perlu bantuan atau pengawasan
0 Performa buruk
10. Mandi 1 Mandi tanpa bantuan
0 Performa buruk
TOTAL

Interpretasi:
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan total
SKOR SIRIRAJ

RUMUS: (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x TDD) – (3 x A) – 12


K Kesadaran Alert 0
Mengantuk, stupor 1
Semikoma, koma 2
M Muntah Tidak ada 0
Ada 1
N Nyeri kepala Tidak ada 0
Ada 1
TDD Tekanan darah diastolik
A Atheroma Tidak ada 0
(RIwayat DM, Angina, Klaudikasio) Ada 1 atau lebih 1

Interpretasi:
Skor > 1 : Perdarahan intraserebral
Skor < -1 : Infark serebri
Skor -1 sampai 1 : meragukan
SKOR NUARTHA

No. Parameter Skala Skor


1. Kesadaran saat 0 GCS 15
serangan 1 GCS 12-14
2 GCS 9-11
3 GCS 3-8
2. Permulaan 0 Pelan (> 60 menit)
serangan 1 Kurang mendadak (30-60 menit)
2 Mendadak (1-30 menit)
3 Sangat mendadak (< 1 menit)
3. Waktu serangan 0 Bangun tidur
1 Tidur
2 Istirahat/ duduk/ tiduran
3 Bekerja/ melakukan aktivitas
4. Sampai terjadi nyeri 0 > 6 jam/ tidak ada
kepala 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
5. Nyeri kepala saat 0 Tidak ada
serangan 1 Ringan-sedang
2 Hebat
3 Sangat hebat
6. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
muntah 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
7. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
refleks Babinski (+) 1 2-6 jam
2 < 2 jam, unilateral
3 < 2 jam, bilateral
8. Tekanan darah 0 MAP ≤ 100
1 MAP > 100 – 120
2 MAP > 120 – 140
Jumlah skor

RUMUS:
Skor total: (8/ jumlah kriteria yang dapat dinilai) x jumlah skor

Interpretasi:
Skor 0-6 : Stroke iskemik/ Stroke non-hemoragik
Skor 16-24 : Stroke hemoragik
Skor 7-15 : Meragukan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut
7-11 : Kemungkinan stroke iskemik/ non-hemoragik
12-15 : Kemungkinan stroke hemoragik
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
1/7
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 I 60.0 – I 60.9
Pengertian Kumpulan gejala defisit neurologis yang sangat mendadak
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah arteri di ruang
subarakhnoid, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging
dan/ atau patologi
Anamnesis 1. Gejala prodromal
a. Nyeri kepala yang sangat hebat yang muncul sangat
tiba-tiba
b. Gejala peningkatan TIK: nyeri kepala, muntah tanpa
disertai mual, kesadaran menurun
c. Gejala rangsang meningeal: nyeri kepala, silau, kaku
leher
2. Gejala khusus
a. Defisit neurologis fokal
b. Gejala vasospasmus

Pemeriksaan 1. Tanda vital


Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status generalis
5. Pemeriksaan neurologis
a. Tanda rangsang meningeal
b. Funduskopi
c. Kelemahan atau kelumpuhan saraf kranialis
d. Kelemahan atau kelumpuhan motorik
e. Defisit sensorik
f. Gangguan otonom
g. Gangguan neurobehavior
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
2/7
Kriteria 1. Nyeri kepala yang sangat hebat muncul akut/ tiba-tiba
Diagnosis 2. Kaku kuduk
3. CT scan kepala didapatkan gambaran hiperdens di ruang
sub-araknoid
4. Pungsi lumbal bila CT scan tidak menunjukkan adanya
perdarahan yang secara klinis dicurigai SAH
5. Derajat SAH dengan skala Hunt and Hess dan skala
Fisher
Diagnosis 1. Stroke hemoragik (Perdarahan intraserebral dengan
Banding SAH sekunder)
2. Meningitis
Pemeriksaan 1. CT scan kepala tanpa kontras
Penunjang 2. Lumbal pungsi (analisis LCS)
3. Darah lengkap
4. Faal hemostasis (PPT, INR, APTT)
5. Gula darah sewaktu
6. Elektrokardiografi (EKG)
7. Rontgen toraks
8. Pemeriksaan penunjang tambahan bila ada penyulit:
a. Analisis gas darah, bila curiga adanya gagal napas,
aspirasi dan penurunan kesadaran
b. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida), bila disertai
dengan penurunan kesadaran, kecurigaan gangguan
elektrolit, dan akan diberikan osmoterapi
c. Elektroensefalografi (EEG), bila didapatkan kejang
Konsultasi 1. Rehabilitasi medik
2. Gizi Klinik 3
3. Intensif/ Anestesi, bila SAH dengan skala Hunt and
Hess derajat ≥ 3, dana tau skala Fisher ≥ 3
4. Bedah saraf, bila akan dilakukan tindakan pembedahan
Perawatan Ruang Rawat Inap, Intensif (ICU)
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
- Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan pipa
orofaring pada pasien yang tidak sadar
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
3/7
- Pemberian O2 dianjurkan bila saturasi O2 < 95%
- Konsultasi Anestesi/ Intensif untuk dilakukan
intubasi dan perawatan intensif pada pasien
dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau pCO2 >
50 mmHg) atau syok, atau pada pasien yang
berisiko untuk terjadi aspirasi
b. Stabilisasi hemodinamik
Infus kristaloid dengan NaCl 0,9% intravena 1.500-
2.000 cc per hari
c. Pengendalian tekanan intrakranial, jika diperlukan
- Posisi kepala ditinggikan 30°
- Osmoterapi dengan manitol 20% intravena dosis
awal 0,5-1 gram/kgBB, dilanjutkan dosis rumatan
0,25-0,5 gram/kgBB setiap 4 jam pada hari
pertama, 6 jam pada hari kedua, 8 jam pada hari
ketiga, 12 jam pada hari ke empat, 24 jam pada
hari ke lima dengan target ≤ 310mOsm/L
(osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam
sehari selama pemberian osmoterapi)
d. Pengendalian kejang, jika diperlukan
- Berikan diazepam 5-20 mg bolus lambat
intravena, kecepatan ≤ 5 mg/menit dan/ atau
diikuti dengan
- Phenytoin loading 15-20 mg/kgBB bolus intravena
diencerkan dalam NaCl 0,9% kecepatan ≤ 50
mg/menit
- Berikan obat anti epilepsi rumatan:
• Phenytoin 200-400 mg per hari setiap 8-12 jam
per oral
2. Penatalaksanaan spesifik:
a. Pencegahan perdarahan ulang
- Kontrol dan monitor tekanan darah untuk
mencegah risiko perdarahan ulang
Turunkan tekanan darah dengan anti hipertensi
intravena:
Nicardipine dosis 5 mg/ jam, dinaikkan 2,5 mg/
jam tiap 15 menit, bila target TD belum tercapai
(maksimal 15 mg/ jam) selama 24 jam
Target terapi TDS 140-160 mmHg
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
4/7
- Terapi anti fibrinolitik dengan asam traneksamat
loading 1 gram intravena, kemudian dilanjutkan 1
gram setiap 6 jam intravena selama 3 hari, pada
kasus tertentu seperti risiko tinggi rebleeding,
penundaan tindakan intervensi atau operasi
b. Pencegahan dan tatalaksana vasospasmus
- Pencegahan vasospasmus
Nimodipine 1-2 mg/ jam drip intravena pada hari
ketiga dan dapat dilanjutkan dengan
- Nimodipine 60 mg setiap 4 jam per oral pada hari
ke empat sampai hari ke-21
- Delayed vasospasmus
Stop nimodipine, anti-hipertensi dan diuretika
Albumin 5% 250 ml intravena
Dobutamin 2-15 mcg/kgBB/menit drip intravena,
dengan target TDS tidak melebihi 160 mmHg
c. Neuroprotektor
Citicolin 250 mg setiap 12 jam intravena selama 3
hari dan dapat dilanjutkan dengan 500 mg per oral
setiap 12 jam selama 3 minggu
d. Laksansia/ pencahar
Laktulosa sirup 15-20 ml setiap 8 jam per oral selama
perawatan
e. Analgetik
Parasetamol 650-1.000 mg setiap 6-8 jam per oral,
maksimal dosis 4 gram/ hari selama perawatan
Kodein 30-60 mg setiap 4-6 jam per oral, bila skala
nyeri ≥ 4
MST 10-20 mg setiap 8 jam per oral
3. Tindakan intervensi/ operatif:
a. Clipping, coiling, embolisasi
b. VP shunt/ external drainage sesuai indikasi
Tempat Ruang Rawat Inap, Intensif (ICU)
Pelayanan
Penyulit 1. Fase akut:
a. Neurologis: perdarahan berulang, edema otak,
vasospasmus, hidrosefalus
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
5/7
b. Non-neurologis: hipertensi, hiperglikemia reaktif,
edema paru, gangguan jantung, infeksi, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, thrombosis vena
dalam, emboli paru
2. Fase lanjut:
a. Neurologis: Gangguan fungsi luhur
b. Non-neurologis: kontraktur, decubitus, depresi,
infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK infeksi yang terjadi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan
Neurovaskular dan Stroke, Dokter Spesialis Saraf Intervensi,
Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 21 hari
Masa Pemulihan Tergantung pada derajat penyakit SAH dan komplikasi serta
penyulit lain
Hasil Tergantung pada derajat penyakit SAH dan komplikasi serta
penyulit lain
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsional: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf
Tingkat Eviden & 1. Evaluasi cepat dan diagnosis (AHA/ASA Class I, Level of
Rekomendasi evidence B)
a. Pemeriksaan EKG (AHA/ASA Class I, Level of
evidence B)
b. CT scan kepala tanpa kontras (ESO Class I)
c. Pemeriksaan laboratorium darah seperti hematologi
rutin, gula darah, fungsi ginjal, faal hemostasis
(AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
6/7
2. Penatalaksanaan umum
a. Pemantauan terus menerus status neurologis, nadi,
tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam pada pasien dengan defisit
neurologis yang jelas (ESO Class IV, GCP)
b. Pemasangan pipa orofaring pada penderita tidak sadar
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
c. Terapi oksigen pada penderita hipoksia (AHA/ASA
Class I, Level of evidence C)
d. Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah
awitan stroke (AHA/ASA Class I, Level of evidence B)
e. Hipovolemia dikoreksi dengan larutan salin normal
(AHA/ASA Class I, Level of evidence C)
f. Monitor TIK pada penderita GCS < 9 (AHA/ASA Class
V, Level of evidence C)
g. Osmoterapi dengan mannitol atas indikasi (AHA/ASA,
Class of evidence C)
h. Direkomendasi untuk memulai rehabilitasi dini setelah
kondisi medis stabil (AHA/ASA Class III, Level of
evidence C)
i. Direkomendasi untuk meningkatkan durasi dan
intensitas rehabilitasi (AHA/ASA Class II, Level of
evidence B)
3. Penatalaksanaan spesifik
a. Penggunaan koil intraluminal dan balon dalam uji coba
(AHA/ASA class I, level of evidence A)
b. Pengobatan dengan triple H sesuai indikasi (AHA/ASA
class IIa, level of evidence B)
4. Operasi/ intervensi:
a. Operasi clipping atau endovascular coiling
direkomendasikan (AHA/ASA class I, level of evidence
B)
5. Drainage ventricular pada hidrosefalus (AHA/ASA class
IIa, level of evidence B)
Indikator Medis Keluhan dan defisit neurologis membaik, NIHSS, Barthel
index
Edukasi 1. Pengertian stroke perdarahan sub-araknoid
2. Faktor risiko
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
PRIMARY SUBARACHNOID HAEMORRHAGE
(PERDARAHAN SUBARAKHNOID)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
7/7
3. Tanda dan gejala stroke
4. Cara merawat stroke di rumah (peran keluarga atau
pendamping, perawatan, pelatihan, pengobatan, dan
nutrisi)
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Guideline Stroke, 2011
3. Modul Neurovaskular, KNI, 2008
LAMPIRAN

NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH STROKE SCALE (NIHSS)

No. Parameter Skala Tanggal


pemeriksaan

Skor
1a. Tingkat 0: Sadar penuh
kesadaran 1: Tidak sadar penuh; dapat
dibangunkan dengan stimulasi
minor (suara)
2: Tidak sadar penuh; dapat
berespon dengan stimulasi
berulang atau stimulasi nyeri
3: Koma; tidak sadar dan tidak
berespon dengna stimulus
apapun

1b. Menjawab 0: Benar semua


pertanyaan 1: 1 benar/ ETT/ disartria
2: salah semua/ afasia/ stupor/
koma

1c. Mengikuti 0: Mampu melakukan 2 perintah


perintah 1: Mampu melakukan 1 perintah
2: Tidak mampu melakukan
perintah

2. Gaze: 0: Normal
Gerakan mata 1: Paresis gaze parsial pada 1
konjugat atau 2 mata, terdapat abnormal
horizontal gaze namun forced deviation
atau paresis gaze total tidak
2: ada
Forced deviation atau paresis
gaze total tidak dapat diatas
dengan manuver okulosefalik
3. Visual: Lapang 0: Tidak ada gangguan
pandang pada 1: Hemianopsia parsial
tes konfrontasi 2: Hemianopsia komplit
3: Hemianopsia bilateral (buta
kortikal)
4. Paresis wajah 0: Normal
1: Paralisis minor (sulkus
nasolabial rata, asimetri saat
2: tersenyum)
Paralisis parsial (paralisis total
atau near total dari wajah
3: bagian bawah)
Paralisis komplit dari satu atau
kedua sisi wajah (tidak ada
gerakan pada sisi wajah atas
maupun bawah)
5. Motorik lengan 0 : Tidak ada drift; lengan dapat
diangkat 90° (jika duduk) atau
45 ° (jika berbaring) selama
minimal 10 detik penuh

Kanan
1 : Drift; lengan dapat diangkat 90°
(jika duduk) atau 45 ° (jika
berbaring) namun turun
sebelum 10 detik, tidak
mengenai tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
lengan tidak dapat diangkat
atau dipertahankan dalam
posisi 90° (jika duduk) atau 45 °
(jika berbaring), jatuh mengenai
tempat tidur, namun ada upaya
melawan gravitasi

Kiri
3 : Tidak ada upaya melawan
gravitasi, tidak mampu
mengangkat, hanya bergeser
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

6. Motorik 0: Tidak ada drift; tungkai dapat


tungkai dipertahankan dalam posisi 30°
minimal 5 detik
Kanan
1 : Drift; tungkai jatuh persis 5
detik, namun tidak mengenai
tempat tidur
2 : Ada upaya melawan gravitasi;
tungkai jatuh mengenai tempat
tidur dalam 5 detik, namun ada
upaya melawan gravitasi
3 : Tidak ada upaya melawan
Kiri

gravitasi
4 : Tidak ada gerakan
UN Amputasi atau fusi sendi

7. Ataksia 0: Tidak ada ataksia


anggota gerak 1: Ataksia pada satu ekstremitas
2: Ataksia pada 2 atau lebih
ekstremitas
UN Amputasi atau fusi sendi

8. Sensorik 0: Normal; tidak ada gangguan


sensorik
1: Gangguan sensorik ringan-
sedang; sensasi disentuh atau
nyeri berkurang namun masih
terasa disentuh
2: Gangguan sensorik berat; tidak
merasakan sentuhan di wajah,
lengan, atau tungkai
9. Bahasa 0 : Normal; tidak ada afasia
terbaik 1 : Afasia ringan-sedang; dapat
berkomunikasi namun terbatas,
masih dapat mengenali benda
namun kesulitan bicara
percakapan dan mengerti
percakapan
2 : Afasia berat; seluruh
komunikasi melalui ekspresi
yang terfragmentasi, dikira-kira
dan pemeriksa tidak dapat
memahami respon pasien
3 : Mutisme, afasia global: tidak
ada kata-kata yang keluar
maupun pengertian akan kata-
kata
10. Disartria 0 : Normal
1 : Disartria ringan-sedang; pasien
pelo setidaknya pada beberapa
kata namun meski berat dapat
dimengerti
2 : Disartria berat; bicara pasien
sangat pelo namun tidak afasia
UN Intubasi atau hambatan fisik
lain
11. Pengabaian 0 : Tidak ada neglect
dan Inatensi 1 : Tidak ada atensi pada saalah
(Neglect) satu modalitas berikut; visual,
taktil, auditori, spasial, atau
inatensi personal
2 : Tidak ada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL

Keterangan:
Skor < 5 : defisit neurologis ringan
Skor 6-14 : defisit neurologis sedang
Skor 15-24 : defisit neurologis berat
Skor ≥ 25 : defisit neurologis sangat berat
Anda tahu kenapa

Jatuh ke bumi

Saya pulang dari kerja

Dekat meja di ruang


makan

Mereka mendegar dia


siaran di radio tadi
malam
BARTHEL INDEX

No. Parameter Skala Skor


1. BAB 2 Tidak bermasalah, bila perlu
memakai pencahar
1 Kadang bermasalah, selalu
membutuhkan pencahar
0 Performa buruk
2. BAK 2 Tidak bermasalah
1 Kadang bermasalah,
membutuhkan bantuan orang lain
0 Performa buruk
3. Perawatan diri 1 Mandiri
0 bantuan orang lain
4. Penggunaan toilet 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
5. Makan 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
6. Transfer ke kursi/ 3 Mandiri
kasur 2 Bantuan minimal
1 Butuh bantuan saat pindah
tempat
0 Performa buruk
7. Ambulasi 3 Jalan sendiri dengan jarak 45
meter
2 Butuh bantuan berjalan sejauh 45
meter
1 Memakai kursi roda
0 Performa buruk
8. Berpakaian 2 Mandiri sepenuhnya
1 Mandiri sebagian
0 Performa buruk
9. Menaiki tangga 2 Mandiri
1 Perlu bantuan atau pengawasan
0 Performa buruk
10. Mandi 1 Mandi tanpa bantuan
0 Performa buruk
TOTAL

Interpretasi:
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-19 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan total
SKOR SIRIRAJ

RUMUS: (2,5 x K) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x TDD) – (3 x A) – 12


K Kesadaran Alert 0
Mengantuk, stupor 1
Semikoma, koma 2
M Muntah Tidak ada 0
Ada 1
N Nyeri kepala Tidak ada 0
Ada 1
TDD Tekanan darah diastolik
A Atheroma Tidak ada 0
(RIwayat DM, Angina, Klaudikasio) Ada 1 atau lebih 1

Interpretasi:
Skor > 1 : Perdarahan intraserebral
Skor < -1 : Infark serebri
Skor -1 sampai 1 : meragukan
SKOR NUARTHA

No. Parameter Skala Skor


1. Kesadaran saat 0 GCS 15
serangan 1 GCS 12-14
2 GCS 9-11
3 GCS 3-8
2. Permulaan 0 Pelan (> 60 menit)
serangan 1 Kurang mendadak (30-60 menit)
2 Mendadak (1-30 menit)
3 Sangat mendadak (< 1 menit)
3. Waktu serangan 0 Bangun tidur
1 Tidur
2 Istirahat/ duduk/ tiduran
3 Bekerja/ melakukan aktivitas
4. Sampai terjadi nyeri 0 > 6 jam/ tidak ada
kepala 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
5. Nyeri kepala saat 0 Tidak ada
serangan 1 Ringan-sedang
2 Hebat
3 Sangat hebat
6. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
muntah 1 2-6 jam
2 1 sampai < 2 jam
3 < 1 jam
7. Sampai terjadi 0 > 6 jam/ tidak ada
refleks Babinski (+) 1 2-6 jam
2 < 2 jam, unilateral
3 < 2 jam, bilateral
8. Tekanan darah 0 MAP ≤ 100
1 MAP > 100 – 120
2 MAP > 120 – 140
Jumlah skor

RUMUS:
Skor total: (8/ jumlah kriteria yang dapat dinilai) x jumlah skor

Interpretasi:
Skor 0-6 : Stroke iskemik/ Stroke non-hemoragik
Skor 16-24 : Stroke hemoragik
Skor 7-15 : Meragukan dan perlu pemeriksaan lebih lanjut
7-11 : Kemungkinan stroke iskemik/ non-hemoragik
12-15 : Kemungkinan stroke hemoragik
HUNT AND HESS GRADING SCALE

Derajat Kriteria
Derajat 0 Tidak ada gejala dan aneurisma belum ruptur
Derajat 1 Sakit kepala ringan
Derajat 2 Sakit kepala berat, tanda rangsang meningeal (+), kemungkinan
adanya defisit nervus kranialis
Derajat 3 Kesadaran menurun, defisit fokal neurologis ringan
Derajat 4 Stupor, hemiparesis sedang sampai berat, deserebrasi awal
Derajat 5 Koma dalam, desereberasi

FISHER SCALE
Incidence vasospasm
Grade 1 No SAH detected 21%
No IVH detected
Grade 2 Diffuse thin (< 1 mm) SAH 25%
no clots
Grade 3 Localized clots and/ or layer of blood > 1 mm 37%
in thickness
± ICH or IVH
Grade 4 No or thin SAH 31%
ICH or IVH present
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
SINDROM GUILLAIN-BARRE
2016

RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


DENPASAR
1/4
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 G 61.0
Pengertian Suatu poliradikulopati yang bersifat asenden dan akut yang
sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut
atau merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya
paralisis flaksid yang terjadi secara akut berhubungan
dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf
perifer, radiks, dan nervus kranialis
Anamnesis 1. Terjadinya kelemahan yang bersifat asenden yang
mendadak dan progresif
2. Gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, puncak
defisit biasanya terjadi dalam 2 minggu
3. Relatif simetris
4. Gejala gangguan sensibilitas ringan
5. Gejala saraf kranial
6. Gejala otonom
7. Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
8. Sering didahului dengan infeksi sebelumnya
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Status general
4. Pemeriksaan neurologis
a. Kelumpuhan nervus kranialis III, V, VI, VII, IX, X
b. Kelemahan anggota gerak yang cenderung simetris
dan asenden
c. Hiporefleksia atau arefleksia
d. Tidak ada refleks patologis
Kriteria Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik,
Diagnosis pemeriksaan neurofisiologi, dan lumbal pungsi.
Skor GBS Disability Scale untuk menilai derajat keparahan.
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
SINDROM GUILLAIN-BARRE
2016

RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/4
Diagnosis 1. Polineuropati karena defisiensi nutrisi
Banding 2. Polineuropati karena gangguan metabolik
3. Polineuropati karena infeksi
Pemeriksaan 1. Pungsi lumbal:
Penunjang Analisis sel, didapatkan disosiasi sitoalbuminik (protein
meningkat > 0,55 gr/L, jumlah sel normal < 10
limfosit/mm3)
2. Darah lengkap (DL)
3. Gula darah sewaktu (GDS), HbA1C
4. Elektrolit (Natrium, Kalium, Calcium)
5. Elektroneuromiografi (ENMG) pada onset hari ke 10-14
untuk menentukan jenis kerusakan, derajat kerusakan,
dan prognosis
6. Analisis gas darah, bila ada gangguan pernapasan
7. Albumin, bila akan dilakukan plasmaparesis
8. Pemeriksaan tambahan:
a. Laju endap darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP) kuantitatif, bila curiga adanya infeksi sebagai
diagnosis banding
b. MRI, bila curiga adanya lesi struktural sebagai
penyebab defisit neurologis
c. Fungsi ginjal (BUN, SC), bila curiga adanya
gangguan ginjal
d. Fungsi hati (SGOT, SGPT), bila curiga adanya
gangguan hati
Konsultasi 1. Intensivist/ Anestesi, bila ada tanda-tanda kegagalan
napas
2. Rehabilitasi Medik
3. PMI, bila akan dilakukan plasmaparesis
Perawatan Ruang Rawat Inap, Intensif (ICU) bila skor EGRIS risiko
Rumah Sakit tinggi
Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan umum:
(ICD 9 CM) a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pemberian O2, bila Saturasi O2 < 95%
Perawatan di ICU dengan bantuan ventilator, bila
skor EGRIS risiko tinggi
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
SINDROM GUILLAIN-BARRE
2016

RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
3/4
b. Stabilisasi hemodinamik, pemasangan infus NaCl
0,9%
c. Pemasangan NGT, bila kesulitan mengunyah atau
menelan
d. Pemasangan kateter urine, bila terjadi retensi urine
e. Rehabilitasi medik, sesuai dengan TS Rehabilitasi
Medik
2. Penatalaksanaan spesifik:
Bila GBS Disability Scale (Kriteria Hughes) ≥ 3:
a. Pemberian IVIG dosis 0,2-0,4 gram/kgBB/hari
intravena selama 5 hari berturut-turut dengan total
dosis 2 gram/kgBB (dimulai dalam 2 minggu sejak
awal gejala) atau
b. Plasmaparesis sebanyak 5 kali, dilakukan setiap 1-2
hari sekali (dimulai dalam 4 minggu sejak awal
gejala)
3. Bila tidak bisa diberikan terapi spesifik, dapat
dipertimbangkan pemberian Methylprednisolone dosis
tinggi 1.000 mg/hari (500 mg setiap 12 jam) intravena
selama 5 hari
4. Pemberian gastroprotektor, Ranitidine 50 mg setiap 12
jam intravena selama pemberian methylprednisolone

Tempat Ruang Rawat Inap, Intensif (ICU)


Pelayanan
Penyulit Gangguan otot pernapasan, gangguan otonom
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter PPDS Neurologi (Madya,
Senior, Chief)

Lama Perawatan 21 hari


Masa Pemulihan Minggu sampai bulan atau kurang dari 3 bulan
Hasil Kelemahan membaik
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
SINDROM GUILLAIN-BARRE
2016

RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsional: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf setelah 3 hari KRS
Tingkat Eviden & 1. Plasma exchange direkomendasikan pada pasien non-
Rekomendasi ambulant dengan onset 4 minggu (AAN level A, class II
evidence)
2. Plasma exchange direkomendasikan pada pasien
ambulant dengan onset 2 minggu (AAN level B, class II
evidence)
3. Terapi sekuensial dengan plasma exchange diikuti
dengan IVIg (AAN level A, class I evidence)
4. Kortikosteroid belum direkomendasikan untuk terapi
pasien dengan GBS (AAN level A, class I evidence)
Indikator Medis EGOS, ENMG
Edukasi 1. Pengertian Guillain Barre Syndrome
2. Pencegahan dan komplikasi
Kepustakaan 1. Panduan Nasional Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI,
2016
2. Van-den Berg, B., dkk. Guillain-Barre syndrome:
pathogenesis, diagnosis, treatment, and prognosis.
Neurology. 2014
LAMPIRAN

1. GBS disability score (Hughes)


0 Sehat
1 Gejala minor dan mampu berlari
2 Mampu berjalan 10 meter atau lebih tanpa bantuan tapi tidak mampu berlari
3 Mampu berjalan 10 meter dengan bantuan
4 Bedridden atau bergantung kursi roda
5 Membutuhkan bantuan ventilasi
6 Meninggal
2. Erasmus GBS Respiratory Insufficiency Score (EGRIS)
Faktor prognostik Kategori Pada saat MRS
Waktu antara onset kelemahan > 7 hari 0
dan MRS 4-7 hari 1
≤ 3 hari 2
Kelemahan wajah atau bulbar Tidak ada 0
Ada 1
MRC sum score*) 60-51 0
50-41 1
40-31 2
30-21 3
≤ 20 4
Total
*) MRC (Medical Research Council) Score
Penjumlahan dari skor MRC pada pemeriksaan sekelompok otot bilateral
Kanan Kiri
Abduksi bahu 0/1/2/3/4/5 0/1/2/3/4/5
Fleksi siku 0/1/2/3/4/5 0/1/2/3/4/5
Ekstensi pergelangan tangan 0/1/2/3/4/5 0/1/2/3/4/5
Fleksi panggul 0/1/2/3/4/5 0/1/2/3/4/5
Ekstensi lutut 0/1/2/3/4/5 0/1/2/3/4/5
Dorsofleksi kaki 0/1/2/3/4/5 0/1/2/3/4/5
MRC sum score:
60 (normal) hingga 0 (kuadriplegia)

Interpretasi EGRIS
Total skor Kategori
0-2 Risiko rendah
3-4 Risiko sedang
5-7 Risiko tinggi
3. Erasmus GBS Outcome Score (EGOS)
Faktor prognostik Kategori MRS hari-14
Onset usia ≤ 40 tahun 0
41-60 tahun 0,5
> 60 thaun 1
Diare selama 4 minggu sebelum onset Tidak ada 0
Ada 1
GBS disability score 0 atau 1 1
2 2
3 3
Total

Interpretasi EGOS
Risiko pasien tidak mampu berjalan sendiri dalam waktu 6 bulan
Total skor Kategori risiko
1-3 0,5%
3,5-4,5 7%
5 27%
5,5-7 52%
4. Subtipe GBS dan Gambaran Klinis
Subtipe GBS Gambaran klinis Temuan ENMG
Acute inflammatrory GBS sensorimotor, Demyelinating
demyelinating sering muncul dengan Polyneuropathy
polyneuropathy (AIDP) defisit nervus kranialis
dan kadang disertai
disfungsi otonom
Acute motor axonal GBS motorik murni; Axonal polyneuropathy,
neuropathy (AMAN) nervus kranialis jarang SNAP normal
terkena
Acute motor sensory Menyerupai tipe AMAN Axonal polyneuropathy,
axonal neuropathy yang berat, disertai SNAP menurun atau
(AMSAN) dengan defisit sensoris menghilang
Pharyngeal-cervical Kelemahan lebih nyata Normal pada sebagian
brachial variant pada daerah otot besar pasien,
orofaring, wajah, leher, terkadang abnormal
dan bahu pada daerah lengan
dengan pola aksonal
Miller-Fisher syndrome Ataksia, oftalmoplegia, Normal pada sebagian
arefleksia besar pasien,
perubahan diskrit pada
SNAP atau H-refleks
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TUBERCULOUS MENINGITIS
(MENINGITIS TUBERKULOSIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaan
DENPASAR
1/6
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001

No.ICD 10 A 17.0
Pengertian Peradangan yang mengenai selaput otak yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosa dan termasuk salah satu
tuberkulosis ekstrapulmoner
Anamnesis 1. Gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah
2. Perubahan perilaku
3. Demam subfebris onset sub-akut
4. Penurunan kesadaran
5. Riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi yang
mendukung

Pemeriksaan 1. Tanda vital


Fisik 2. Keadaan umum: perubahan kesadaran
3. Status general
4. Funduskopi: dapat ditemukan papil edema
5. Pemeriksaan neurologis:
a. Tanda perangsangan meningen: kaku kuduk, tanda
Kernig, Brudzinski I-IV
b. Kelumpuhan saraf otak, hemiparesis
c. Tanda TIK meningkat: muntah, kejang umum, papil
edema
Kriteria Klasifikasi Diagnosis Meningitis TB (sesuai flowchart TB)
Diagnosis 1. Definite Meningitis TB:
a. Pasien dengan gejala dan tanda meningitis
b. Hapusan BTA dari LCS (+)
c. Dan/atau PCR TB dari LCS (+)
d. Dan/atau kultur TB dari LCS (+)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TUBERCULOUS MENINGITIS
(MENINGITIS TUBERKULOSIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
2/6
2. Probable Meningitis TB:
a. Pasien dengan gejala dan tanda meningitis disertai
skor total 10/lebih (jika tidak tersedia pencitraaan
otak) atau 12/lebih (jika tersedia pencitraan otak)
dengan mengeksklusi diagnosis alternatif
b. Minimal 2 poin didapat dari kriteria LCS atau
pencitraan
3. Possible Meningitis TB:
a. Pasien dengan gejala dan tanda meningitis disertai
skor total 6-9 (jika tidak tersedia pencitraan otak) atau
6-11 (jika tersedia pencitraan otak) dengan
mengeksklusi diagnosis alternatif
b. Lumbal pungsi atau pencitraan otak harus dikerjakan
Derajat Keparahan Meningitis TB:
1. Stadium I (stadium awal): gejala prodromal non spesifik
yaitu apatis, iritabilitas, nyeri kepala ringan, malaise,
demam, anoreksia, muntah, nyeri abdomen
2. Stadium II (intermediate): gejala menjadi jelas
ditemukan drowsy, perubahan mental, tanda iritasi
meningen, kelumpuhan saraf III, IV, VI
3. Stadium III (stadium lanjut): penurunan kesadaran
sampai koma, kejang, gerakan involunter, hemiparesis
Diagnosis Meningitis et causa bakteri, virus, parasite, jamur
Banding
Pemeriksaan 1. Darah lengkap (DL)
Penunjang 2. Gula darah sewaktu (GDS)
3. C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
4. Fungsi ginjal (BUN, SC), bila akan dilakukan CT Scan
5. Kultur darah
6. Lumbal pungsi (analisa sel, pulasan BTA, PCR TB,
kultur TB), bila tidak ada kontra indikasi
7. Rontgen thorax
8. CT Scan kepala dengan kontras, bila kontra indikasi
dilakukan lumbal pungsi atau kecurigaan kemungkinan
hidrosefalus
9. Analisa gas darah dan elektrolit, bila curiga adanya
gagal napas, aspirasi, dan penurunan kesadaran
10. Fungsi hati (SGOT, SGPT), bila curiga kelainan hati
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TUBERCULOUS MENINGITIS
(MENINGITIS TUBERKULOSIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
3/6
Konsultasi 1. Paru
2. Rehabilitas medik
3. Gizi klinik
4. Poliklinik DOTS
5. Penyakit dalam divisi tropik dan infeksi, bila ada
HIV/AIDS
6. Bedah saraf, bila ada komplikasi hidrosefalus
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Pengobatan OAT
(ICD 9 CM) a. Meningitis TB termasuk TB ekstra paru yang terbagi
menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan.
Lama pengobatan 9-12 bulan.
b. Pengobatan TB standar terdiri dari:
i. Kategori 1:
Pasien baru (TB Paru BTA (+), TB Paru BTA (-)
foto thorax (+), dan TB ekstra paru)
1. Dianjurkan 2 HRZE/7-10 HR, dosis setiap hari
2. Bila dengan OAT Program: fase intensif setiap
hari dilanjutkan dengan dosis 3 kali seminggu
(2 HRZE/7-10 (HR)3)

ii. Kategori 2:
Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini
pertama yang kambuh, gagal, dan putus obat
1. Pengobatan sebaiknya berdasarkna hasil uji
kepekaan secara individual. Selama menunggu
hasil uji kepekaan diberikan panduan obat 2
HRZES/HRZE/5HRE

iii. Pasien multi drug resistant (MDR)

Kemasan OAT:
- Obat tunggal: disajikan terpisah (INH, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol)
- Obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT) terdiri dari 2-4
obat dalam 1 tablet
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TUBERCULOUS MENINGITIS
(MENINGITIS TUBERKULOSIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
4/6
- Jenis, sifat, dan dosis OAT:

- Dosis untuk Panduan OAT KDT kategori 1:

- Dosis untuk Panduan OAT KDT kategori 2:

Catatan: untuk pasien yang berumur > 60 tahun dosis


maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat
pengobatan TB dalam keadaan khusus. Cara melarutkan
streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4 ml
(1ml=250mg)
2. Kortikosteroid (Deksametason dosis sesuai flowchart)
3. Simptomatik
- Analgetik dan antipiretik
Parasetamol 1 gram setiap 8 jam per oral selama 3-5
hari atau bila masih nyeri dan demam
- Anti kejang, bila mengalami kejang
Phenytoin 200-400 mg per hari setiap 12-24 jam per
oral selama 1 bulan, pemberian phenytoin disertai
dengan asam folat 400 mcg setiap 12 jam per oral
untuk mencegah efek samping
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TUBERCULOUS MENINGITIS
(MENINGITIS TUBERKULOSIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
5/6
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
Penyulit 1. Hidrosefalus
2. Kelumpuhan saraf kranial
3. Iskemik dan infark pada otak
4. SIADH
5. Epilepsi
6. Infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK infeksi yang terjadi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan
Infeksi, Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior,
Chief)
Lama Perawatan 14-21 hari
Masa Pemulihan 9-12 bulan
Hasil Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
meninggal, tergantung kondisi klinis, kecepatan pengobatan
dan komplikasi yang timbul
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
meninggal, tergantung kondisi klinis, kecepatan pengobatan
dan komplikasi yang timbul
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Saraf dan poliklinik DOTS 3 hari KRS
Tingkat Eviden & Level of evidence A, Class II
Rekomendasi
Indikator Medis Gejala dan tanda klinis membaik.
Hasil LP ulang normal dan/ atau PCR TB (-).
Kepustakaan 1. PNPK Neurologi. PERDOSSI. 2016
2. Empiric Therapy of CNS Infection in Antibiotic
Essentials. Burke A. Cunha. 2008
3. Infeksi pada Sistem Saraf. Kelompok Studi Neuroinfeksi.
2011. Airlangga University Press.
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TUBERCULOUS MENINGITIS
(MENINGITIS TUBERKULOSIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
6/6
4. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
2013. Departemen Kesehatan RI.
5. Marais, et al. Tuberculous Meningitis: A Uniform Case
Definition for Use in Clinical Research. Lancet Infect.
Dis. 2010. 10:808.
FLOWCHART PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID (DEKSAMETASON)

Pengunaan Kortikosteroid (Deksametason) hanya direkomendasikan untuk


pasien HIV negatif, diberikan dosis berdasarkan derajat meningitis Tuberculosis.

Meningitis TB Grade I
• Minggu I : 0.3 mg/KgBB/hari iv
• Minggu II : 0.2 mg/KgBB/hari iv
• Minggu III-IV : mulai 4mg/KgBB/hari peroral
• Dan diturunkan 1mg/hari tiap minggu

Meningitis Grade II-III


• Minggu I : 0.4 mg/KgBB/hari iv
• Minggu II : 0.3 mg/KgBB/hari iv
• Minggu III : 0,2 mg/KgBB/hari iv
• Minggu IV : 0,1mg/KgBB/hari iv
• Minggu V-VIII : mulai 4 mg/kgBB/hari peroral
• Dan diturunkan 1mg/hari tiap minggu
Klinis 1. Kriteria klinis M.TB
Meningitis 2. Kriteria LCS
3. Kriteria Pencitraan otak
4. Tanda Tuberculosis tempat lain
5. Ekslusi diagnosis alternatif

Diagnosis M.TB Bukan M.TB

Definitive M.TB Probable M.TB Possible M.TB

Obat Anti Tuberculosis (OAT) Kategori I


kategori I
Evaluasi respon OAT hari ke 7

Klinis membaik Klinis membaik Klinis memberat


LP normal LP abnormal LP abnormal

Hari ke 14 Evaluasi OAT, Pertimbangkan


klinis membaik Pertimbangkan diagnosis alternatif
LP ulang normal pemberian OAT ke-
5 (streptomisin)

OAT diteruskan
Hari ke-14 Terapi sesuai
Klinis membaik diagnosis
LP ulang
normal
Evaluasi pengobatan OAT
1. Evaluasi klinis
2. Responterapi
3. Efek samping obat
4. Komplikasi

Respon terapi baik, Respon terapi baik,


efek samping (-), Efek samping (+)
komplikasi (-) Komplikasi (+)

Evaluasi setelah 2 bulan


Penanganan khusus
pengobatan (fase intensif)
Evaluasi setiap minggu
dan 9/12 bulan (akhir
pengobatan)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
BACTERIAL MENINGITIS
(MENINGITIS BAKTERIAL AKUT)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
1/5
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001

No.ICD 10 G 00
Pengertian Infeksi meningen yang terjadi dalam waktu 1-7 hari dan
disebabkan oleh bakteri
Anamnesis 1. Panas badan
2. Perubahan kesadaran
3. Nyeri kepala
4. Mual, muntah
5. Dapat terjadi kejang umum yang bersifat akut
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum: perubahan kesadaran
3. Status general
4. Pemeriksaan neurologis:
a. Tanda perangsangan meningen: kaku kuduk, Kernig,
Brudzinski I-IV
b. Gejala neurologis fokal
c. Tanda TIK meningkat: muntah, kejang, papil edema
Kriteria 1. Gejala dan tanda klinis meningitis
Diagnosis 2. LCS abnormal: predominan PMN, rasio glukosa
LCS:glukosa darah < 0,4
3. Didapatkan bakteri penyebab di dalam LCS secara
mikroskopis dan/ atau hasil kultur positif
Diagnosis 1. Meningitis et causa TB, virus, parasit, atau non-infeksi
Banding 2. Perdarahan subarakhnoid
Pemeriksaan 1. Darah lengkap (DL)
Penunjang 2. Gula darah sewaktu (GDS) untuk membandingkan hasil
glukosa LCS
3. Fungsi ginjal (BUN, SC), Elektrolit (Natrium, Kalium)
untuk menilai osmolaritas
4. C-Reactive Protein (CRP) kuantitatif
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
BACTERIAL MENINGITIS
(MENINGITIS BAKTERIAL AKUT)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
2/5
5. Rontgen thorax
6. Lumbal pungsi (analisa rutin, pulasan gram, BTA, kultur
dan sensitivitas bakteri), bila tidak ada kontra indikasi
7. CT Scan kepala dengan kontras, bila kontra indikasi
dilakukan lumbal pungsi
Konsultasi 1. Gizi klinik
2. Konsultasi sesuai dengan sumber infeksi yang dicurigai
(Interna, THT, dan Gigi-mulut)
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Perawatan umum/simptomatik:
(ICD 9 CM) a. Antipiretik dan analgetik
Parasetamol 1.000 mg setiap 8 jam per oral selama
3-5 hari atau bila masih nyeri dan demam
b. Anti kejang, bila mengalami kejang
Phenytoin 200-400 mg per hari setiap 12-24 jam per
oral selama 1 bulan
c. Gastroprotektor
Ranitidine 50 mg setiap 12 jam intravena selama
pemberian anti edema (deksametason)
2. Pemberian antibiotika empiris:
Ceftriaxone 2 gram setiap 12 jam intravena, bila ada
gangguan hati, diganti dengan Cefotaxime 3 gram
setiap 6 jam intravena selama 3 hari, kemudian evaluasi
pemberian antibiotika dengan menyesuaikan hasil kultur
3. Antibiotika dilanjutkan selama 10-14 hari, sesuai dengan
hasil kultur:
a. Pasien dengan alergi β-lactam dapat diberikan
Vancomycin 2 gram/12 jam IV (Pneumokokus) atau
Kloramfenikol 1 gram/6 jam IV (Meningokokus)
b. Pasien dengan resisten Vancomycin dapat
dipertimbangkan Linezolide 60mg/12 jam IV atau
Teicoplanin 400mg/12 jam IV
c. Daerah dengan suspek Pneumokokus strain yang
resisten terhadap Penisilin, dapat diberikan
Cephalosporin generasi III (Ceftriaxone/Cefotaxime)
+ Vancomycin 2 gram/12 jam IV atau Teicoplanin
400mg/12 jam IV atau Linezolide 600mg/12 jam IV
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
BACTERIAL MENINGITIS
(MENINGITIS BAKTERIAL AKUT)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
3/5
d. Pasien dengan faktor risiko Listeria monocytogenes
diberikan Ceftazidine 2 gram/8 jam IV atau Cefepime
2 gram/8 jam IV
e. Pasien dengan komplikasi abses dapat diberikan
Cephalosporine generasi III (Ceftazidime) IV +
Metronidazole 500mg/8 jam IV
f. Pasien dengan Meningitis MRSA dapat diberikan
kombinasi Cephalosporin generasi III
(Ceftriaxone/Cefotaxime) IV dengan Linezolide
600mg/12 jam IV atau Vancomycin 2 gram/12 jam IV
atau Teicoplanin 400mg/12 jam IV

4. Anti-edema otak:
Dexamethasone 0,15 mg/kgBB setiap 6 jam intravena
selama 2-4 hari dan diberikan bersamaan atau
maksimal 20 menit sebelum pemberian antibiotika
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
Penyulit 1. Akut: arachnoiditis, ensefalopati, lesi nervus kranialis
(tuli), thrombosis sinus serebri, herniasi
2. Subakut: hidrosefalus, efusi subdural, infark arteri/vena,
infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK Infeksi yang terjadi di rumah sakit
3. Kronik: fibrosis meningen pada saraf otak, medulla
spinalis dan radiks saraf spinalis, meningoensefalitis
kronik, hidorsefalus persisten
Informed Tertulis tentang terapi, kecepatan pengobatan, komplikasi
Consent yang timbul, dan tindakan lumbal pungsi
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan
Infeksi, Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior,
Chief)
Lama Perawatan 10-14 hari
Masa Pemulihan 4-6 minggu
Hasil Baik
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
BACTERIAL MENINGITIS
(MENINGITIS BAKTERIAL AKUT)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
4/5
Prognosis Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
meninggal, tergantung kondisi klinis, kecepatan pengobatan
dan komplikasi yang timbul
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Saraf 3 hari KRS
Tingkat Eviden & Durasi Terapi:
Rekomendasi 1. Meningitis bakteri tidak spesifik: 10-14 hari (Level of
evidence C, Class IV)
2. Meningitis pneumokokal: 10-14 hari (Level of evidence
A, Class IV)
3. Meningitis meningokokal: 5-7 hari (Level of evidence A,
Class IV)
4. Meningitis Hib: 7-14 hari (Level of evidence B, Class IV)
5. Meningitis Listerial: 21 hari (Level of evidence B, Class
IV)
6. Meningitis basil gram negatif: 21-28 hari (Level of
evidence B, Class IV)
7. Meningitis pseudomonal: 21-28 hari (Level of evidence
B, Class IV)
Indikator Medis Gejala dan tanda klinis membaik
Hasil LP kontrol dan penanda inflamasi (CRP) normal
Edukasi Kondisi klinis/perkembangan, diagnosis, penyebab, terapi,
lama terapi dan perawatan, kemungkinan munculnya
komplikasi, prognosis
Kepustakaan 1. PNPK Neurologi. PERDOSSI. 2016
2. Empiric Therapy of CNS Infection in Antibiotic
Essentials. Burke A. Cunha. 2008
3. Practice Guidelines for The Management of Bacterial
Meningitis. IDSA Guidelines. Tunkel et al. 2004.
4. EFNS Guideline on The Management of Community-
acquired Bacterial Meningitis: Report of an EFNS Task
Force on Acute Bacterial Meningitis in Older Children
and Adults. European Journal of Neurology. 2008.
15:649-59.
5. Epidemiology, Diagnosis, and Antimicrobial Treatment of
Acute Bacterial Meningitis. Brouwer et al. Clin. Microbiol.
Rev. 2010. 23(3):467.
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
BACTERIAL MENINGITIS
(MENINGITIS BAKTERIAL AKUT)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
5/5
6. Guidelines for Management of Acute Meningitis in
Children and Adults in South Africa. Boyles et al. South
Afr. J. Epidemiol. Infect. 2013. 28(1):5-15.
PEDOMAN PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA MENINGITIS BAKTERI
KOMUNITAS

Klinis sesuai meningitis


-Pemeriksaan Penunjang
bakteri
DL, Gula darah, Elektrolit, CRP, Kultur
darah
Hasil LCS sesuai - Pungsi Lumbal (analisis sel,
M. bakteri pulasan Gram/BTA, kultur LCS)
- CT sken kepala + kontras
apabila terdapat kontra indikasi
Pungsi Lumbal
Ceftriaxone 2 gram/12 jam IV

Evaluasi respon terapi setelah 48-72 jam

Klinis membaik Klinis memburuk


Evaluasi ulang pemeriksaan penunjang
(Laboratorium:rutin, CRP, Prokalsitonin;
CT sken kepala + kontras; Lumbal
Antibiotika dilanjutkan pungsi: Analisa rutin, PCR, Serologi,
kultur)

Hari 7 Hari 7
Klinis membaik, Klinis membaik Pemeriksaan tidak Hasil lcs: Komplikasi
LP ulang: normal atau LP ulang :abnormal mendukung Meningitis peningkat Abses,
Kultur LCS (-) Kultur LCS (+)  antibiotika sesuai bakteri, an sel hidrosefalus,
kultur pertimbangkan diagnosis empiema
M. TB/ Jamur subdural

Cek CRP atau Hari ke-14 Hari ke-14


Prokalsitonin, Klinis dan/atau serologi Klinis dan/atau PCR Manajemen Khusus
LP ulang : LP ulang: sesuai M. kriptokokus sesuai M. TB Pertimbangkan
normal abnormal pemberian antibiotika
Kultur: ulang Ceftazidime/cefepime
Prokalsitonin < 0.5 + Vancomycin/
Amphotericin B OAT
µg/L Linezolide/Teicoplanin
Cek CRP atau + Metronidazole
atau CRP < 20
Prokalsitonin
Kultur Kultur LCS (+)
,
LCS (-)
Antibiotika Stop Prokalsitonin < 0.5 µg/L
atau CRP < 20
Pertimbangkan Kombinasi 2/3 Antibiotik spektrum luas Bila kultur (+),
diagnosis Antibiotika sesuai (kombinasi) untuk Gram Antibiotika
Antibiotika Stop M. TB kultur sampai hari positif, negatif, sesuai kultur
M. Jamur ke-21/ 28 Pseudomonas, & anaerob
(kriptokokus)

LP ulang
hr 21/28:
Klinis dan/atau Klinis dan/atau PCR Pertimbangkan
normal
serologi sesuai sesuai M. TB pemberian
M. kriptokokus Ceftazidime/
Cek CRP atau Prokalsitonin, Cefepime +
Vancomycin/Linezol
ide/ Teicoplanin
Amphotericin B OAT

Prokalsitonin < 0.5 µg/L


atau CRP < 20

Antibiotika stop
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
LUMBAR INTERVERTEBRAL DISC DISORDERS
(HNP LUMBALIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
1/4
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 G 55.1
Pengertian Suatu bulging, protrusi, ekstrusi atau sekuestrasi dari diskus
lumbal yang menyebabkan iritasi atau kompresi pada radiks
spinalis yang menyebabkan nyeri punggung bawah yang
menjalar ke tungkai sesuai dermatom umumnya hanya
mengenai salah satu sisi.
Material dari diskus tersebut dapat berupa elemen dari
nukleus pulposus, annulus fibrosis atau keduanya.
Anamnesis 1. Nyeri pada punggung
2. Nyeri mengalami peningkatan intensitas pada saat
batuk, bersin, mengejan, dan ketegangan
3. Parestesia pada penjalaran saraf skiatika umumnya
pada satu sisi yang nyerinya dirasakan sampai di bawah
lutut
4. Gejala sensorik yang dirasakan tipikal sesuai dermatom
terhadap distribusi saraf yang terkena pada satu sisi
5. Dapat terjadi kelemahan anggota gerak satu sisi
6. Dapat terjadi inkontinensia atau retensi urin
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Status general
3. Pemeriksaan neurologis
a. Tes Laseque atau straight leg raising positif pada
sudut 30-70° satu sisi
b. Tes kontra-Laseque positif
c. Tes Valsava
d. Tes Dejerine
e. Dapat terjadi kelemahan motorik satu sisi
f. Dapat terjadi atrofi otot satu sisi
g. Penurunan refleks fisiologis (KPR, APR) satu sisi
h. Gangguan sensoris satu sisi
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
LUMBAR INTERVERTEBRAL DISC DISORDERS
(HNP LUMBALIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR 2/4
Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Diagnosis pemeriksaan neurologis
2. MRI lumbosakral
3. Pemeriksaan neurofisiologi (ENMG)
Diagnosis 1. Spondylosis lumbalis
Banding 2. Spondylolisthesis lumbalis
Pemeriksaan 1. Rontgen lumbosakral AP/ lateral/ oblique
Penunjang 2. MRI lumbosakral
3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Konsultasi 1. Rehabilitasi Medik
2. Tim penanggulangan nyeri (APS), bila skala nyeri
(NPRS) > 6
3. Bedah saraf atau bedah orthopedi, bila diperlukan
tindakan operatif
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit

Terapi/tindakan 1. Penatalaksanaan simptomatik:


(ICD 9 CM) Bila dominan nyeri inflamasi/ nosiseptif:
a. Analgetik pilihan pertama: Parasetamol 500-1.000
mg setiap 4 jam (maksimal 4 gram/ hari) per-oral
selama 5-7 hari
b. Bila nyeri tidak teratasi dengan analgetik pilihan
pertama, dapat diberikan NSAID dengan pilihan:
• Natrium diklofenak 50mg setiap 8-12 jam per-oral
selama 5-7 hari
• Asam mefenamat 250mg setiap 4-6 jam per-oral
selama 5-7 hari
• Ibuprofen 200-800mg setiap 6-8 jam per-oral
selama 5-7 hari
c. Opioid untuk nyeri hebat (NPRS > 6):
• Tramadol 50-100mg setiap 8-12 jam per-oral
• Morfin 10-20mg setiap 8 jam per-oral
Bila dominan nyeri neuropatik:
a. Amitriptilin 12,5-25mg (maksimal 150mg/ hari) setiap
12-24 jam per-oral
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
LUMBAR INTERVERTEBRAL DISC DISORDERS
(HNP LUMBALIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR 3/4

b. Gabapentin 300-600mg (maksimal 1.800mg/ hari)


setiap 8-12 jam per-oral
Bila disertai dengan spasme otot:
a. Diazepam 5-15mg per hari per-oral selama 3-5 hari
Bila terdapat nyeri campuran dapat diberikan analgetik
kombinasi
2. Injeksi epidural (Steroid dengan atau tanpa anestesi
lokal): menggunakan campuran steroid dexamethasone/
triamcinolone dengan lidocain
3. Penatalaksanaan operatif dipertimbangkan pada
keadaan:
a. Terapi konservatif gagal setelah 4-6 minggu
b. Iskhialgia yang berat sehingga pasien tidak mampu
menahan nyerinya
c. Iskhialgia menetap atau bertambah berat
d. Adanya gangguan miksi defekasi dan seksual
e. Ada bukti klinis terganggunya radiks
f. Adanya kelemahan otot tungkai bawah
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
Penyulit Kelemahan tenaga, gangguan otonom, decubitus, infeksi
sekunder karena tirah baring lama, sesuai dengan PPK
Infeksi di rumah sakit
Informed Tertulis
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan
Nyeri, Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 7 hari
Masa Pemulihan 1 bulan
Hasil Nyeri berkurang 50% dari nyeri awal
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsional: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
LUMBAR INTERVERTEBRAL DISC DISORDERS
(HNP LUMBALIS)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR 4/4

Tindak Lanjut Kontrol poliklinik saraf 3 hari KRS


Tingkat Eviden & 1. Penegakkan diagnosis dengan anamnesis dan
Rekomendasi pemeriksaan fisik yang terarah (Tingkat evidence IA,
Rekomendasi A)
2. Klinisi harus menilai beratnya skala nyeri awal, defisit
fungsional, manfaat dan risiko sebelum terapi awal
(Tingkat evidence IA, Rekomendasi A)
3. Obat lini pertama adalah asetaminofen atau NSAID
(Tingkat evidence IA, Rekomendasi A)
4. Pemeriksaan MRI atau CT Sken direkomendasikan
segera pada pasien berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis didapatkan gejala defisit neurologi
yang progresif atau dicurigai menderita penyakit spinal
yang serius (Tingkat evidence IA, Rekomendasi A)
Indikator Medis Skala nyeri (NPRS)
Edukasi 1. Pengertian HNP lumbalis
2. Pencegahan dan komplikasi
a. Olahraga teratur untuk memperkuat otot punggung
seperti renang, bersepeda statis, senam, dan jalan
santai
b. Hidup santai, mendengarkan musik, menjalankan
ajaran agama, membaca, berekreasi, dan menekuni
hobi
c. Pencegahan kambuhnya nyeri punggung dengan
berusaha duduk dan berdiri dengan sikap yang benar,
berusahan melakukan latihan secara teratur, tidur yang
cukup, hidup dalam batas ketegangan yang normal,
berusaha mengurangi berat badan jika kegemukan,
jangan mengambil risiko jika aktivitas itu mengganggu
pinggang
Kepustakaan 1. Panduan Nasional Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI,
2016
2. PNPK LBP, 2016
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
GRANDMAL STATUS EPILEPTICUS
(STATUS KONVULSIVUS TERKAIT EPILEPSI)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
1/4
Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 G 41.0
Pengertian Bangkitan yang berlangsung ≥ 5 menit atau adanya dua
atau lebih bangkitan dan di antara bangkitan-bangkitan
tersebut tidak terdapat pemulihan kesadaran.
Bangkitan yang terjadi dikaitkan dengan epilepsi.
Anamnesis 1. Adanya bangkitan ≥ 5 menit
2. Pasien tidak sadar di antara 2 atau lebih bangkitan
3. Riwayat epilpesi dengan atau tanpa penggunaan obat
anti epilepsi (OAE)
Pemeriksaan 1. Tanda vital
Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status generalis dan neurologikus
5. Pemeriksaan neurologi khusus
a. Funduskopi
b. Gangguan neurobehavior
Kriteria Bangkitan ≥ 5 menit atau bangkitan berulang dimana di
Diagnosis antara bangkitan tersebut tidak ada pemulihan kesadaran
disertai dengan riwayat epilepsi sebelumnya
Diagnosis 1. Status konvulsivus karena penyebab lain
Banding 2. Pseudoseizure
Pemeriksaan 1. Gula darah sewaktu (GDS)
Penunjang 2. Analisa gas darah
3. Elektrolit (Natrium, Kalium, Chlorida, Calcium,
Magnesium)
4. Fungsi ginjal (BUN, SC), bila ada gangguan ginjal
5. Elektrokardiografi (EKG)
6. Elektroensefalografi (EEG)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
GRANDMAL STATUS EPILEPTICUS
(STATUS KONVULSIVUS TERKAIT EPILEPSI)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
2/4
7. Darah lengkap (DL), bila curiga pencetus karena infeksi
8. Fungsi hati (SGOT, SGPT), bila curiga pencetus karena
gangguan hati
9. CT Scan kepala dengan kontras, bila curiga suatu
kelaian vaskular
10. MRI kepala dengan kontras, bila status epileptikus
berkembang menjadi refrakter atau curiga penyebab lain
selain vaskular
11. Rontgen thorax, bila curiga adanya aspirasi
12. Lumbal pungsi (LP), bila ada kecurigaan terkait infeksi
intrakranial, perdarahan subarachnoid yang tidak
terdeteksi dengan imaging
Konsultasi Intensivist/ Anestesi, bila status epileptikus menjadi status
epileptikus refrakter
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Stadium 1 (0-10 menit)
(ICD 9 CM) a. Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi
b. Berikan oksigen
c. Periksa dan perbaiki fungsi kardiorespirasi
d. Memasang infus pada pembuluh darah besar dengan
NaCl 0,9%, bila akan menggunakan 2 macam OAE
pasang 2 jalur infus
2. Stadium II (0-30 menit)
a. Monitor pasien (tanda vital, status neurologis)
b. Pertimbangkan kemungkinan kondisi non-epileptik
c. Pemeriksaan laboratorium emergensi
d. Berikan 50 ml glukosa 40%, pada keadaan
hipoglikemia
e. Berikan Thiamine 250 g (IV) atau Fursultiamine HCl
27,3mg (IV) bila ada kecurigaan penyalahgunaan
alkohol atau defisiensi nutrisi
f. Terapi antiepilepsi emergensi: Diazepam 0,2 mg/
kgBB dengan kecepatan pemberian 5 mg/ menit (IV),
dapat diulang setiap 15 menit bila bangkitan masih
berlangsung setelah 5 menit (total dosis maks.60mg)
g. Terapi asidosis, bila terdapat asidosis berat
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
GRANDMAL STATUS EPILEPTICUS
(STATUS KONVULSIVUS TERKAIT EPILEPSI)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
3/4
3. Stadium III (0-60 menit)
a. Pastikan etiologi
b. Bila bangkitan berlangsung terus setelah pemberian
diazepam, berikan Phenytoin 15-18 mg/ kgBB
diencerkan dengan cairan NaCl 0,9% dengan
kecepatan tidak melebihi 50 mg/ menit (IV), monitor
tekanan darah dan EKG monitor selama pemberian
c. Bila bangkitan masih berlanjut, berikan Phenobarbital
10-15 mg/ kgBB dengan kecepatan 100 mg/ menit
(IV), monitor respirasi selama pemberian
d. Bila ditemukan komplikasi dapat diberikan terapi
dengan vasopressor (Dopamin)
4. Stadium IV (30-90 menit)
a. Bila bangkitan tetap tidak teratasi selama 30-60
menit, pindahkan pasien ke ICU
b. Perawatan intensif dan monitor EEG
c. Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan
d. Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang:
i. Propofol 1-2 mg/ kgBB bolus (IV), dilanjutkan 2-10
mg/ kgBB/ jam, dititrasi naik sampai status
epileptikus terkontrol, atau
ii. Midazolam 0,1-0,2 mg/ kgBB bolus (IV),
dilanjutkan 0,05-0,5 mg/ kgBB/ jam, dititrasi naik
sampai terkontrol, atau
iii. Thiopental sodium 3-5 mg/ kgBB bolus (IV),
dilajuntkan 3-5 mg/ kgBB/ jam, dititrasi naik
sampai terkontrol
Setelah penggunaan 2-3 hari, kecepatan harus
diturunkan karena saturasi pada lemak.
Anestesi dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah
bangkitan klinis atau elektrografis terakhir, kemudian
dosis diturunkan perlahan.
Tempat Ruang Rawat Inap, Intensif (ICU)
Pelayanan

Penyulit Henti jantung, asfiksia/gagal napas


Informed Tertulis
Consent
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
GRANDMAL STATUS EPILEPTICUS
(STATUS KONVULSIVUS TERKAIT EPILEPSI)
2016
RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman
DENPASAR
4/4
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Saraf Konsultan
Epilepsi, Dokter PPDS Neurologi (Junior, Madya, Senior,
Chief)
Lama Perawatan 3 hari
Masa Pemulihan 1 hari
Hasil Baik
Patologi Tidak perlu
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Saraf
Tingkat Eviden & 1. Terapi inisial dengan menggunakan diazepam
Rekomendasi intravena, dan phenobarbital intravena sama efektif
pada status epileptikus konvulsif. (American Epilepsy
Society Guideline, Tingkat evidence IA, Rekomendasi
level A)
2. Penanganan gangguan kardiologi dan respirasi yang
merupakan gejala yang sering muncul menyertai atau
terkait dengan terapi emergensi status epileptikus
konvulsif. (American Epilepsy Society Guideline, Tingkat
evidence IA, Rekomendasi level A)
3. Terapi tahap kedua dengan menggunakan phenytoin
intravena efektif pada status epileptikus konvulsif.
(American Epilepsy Society Guideline, Tingkat evidence
IA, Rekomendasi level A)
Indikator Medis Pasien sadar penuh dan tidak ada bangkitan (kembali ke
kesadaran basal)
Edukasi 1. Pengertian status epileptikus
2. Faktor pencetus dan faktor risiko
3. Kepatuhan minum obat
Kepustakaan 1. Panduan Nasional Praktik Klinik Neurologi, PERDOSSI,
2016
2. Pedoman Tatalaksana Epilepsi, Kelompok Studi
Epilepsi, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, 2014.
LAMPIRAN

ALUR PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS KONVULSIV

SE Dini SE Menetap SE Refrakter

5 menit 30 menit

Pra hospital IGD ICU

Diazepam rektal Phenytoin (IV) Dan/ atau Propofol 1-2 mg/ kgBB bolus,
10-20 mg, dapat dosis 15-18 mg/ Phenobarbital (IV) dilanjutkan 2-10 mg/ kgBB/ jam
diulang sekali kgBB dengan 10-15 mg/ kgBB dititrasi naik sampai SE
setelah 15 menit kecepatan dengan terkontrol
pemberian tidak kecepatan atau
melebihi 50 mg/ pemberian 100 Midazolam 0,1-0,2 mg/ kgBB
menit mg/ menit bolus, dilanjutkan 0,05-0,5 mg/
kgBB/ jam dititrasi naik sampai
SE terkontrol
atau
Thiopental sodium 3-5 mg/
kgBB bolus, dialnjutkan 3-5 mg/
kgBB/ jam dititrasi naik sampai
SE terkontrol

Monitor EEG

Observasi jalan napas, TD, temperatur, akses IV, Pemeriksaan laboratorium (kimia, DL, GDS, elektrolit,
TDM, bila TDM dapat dikerjakan, maka pemberian obat pilihan selanjutnya menunggu hasil TDM)
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
MALIGNANT NEOPLASM OF BRAIN
(TUMOR OTAK PRIMER)
2016
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP SANGLAH
DENPASAR 1/5

Ditetapkan oleh:
PPK Tanggal terbit: Direktur Utama
RAWAT INAP
NEUROLOGI
dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No.ICD 10 C 71.1-C71.9
Pengertian Sekelompok tumor yang timbul pada otak
Anamnesis 1. Gejala peningkatan tekanan intrakranial:
a. Sakit kepala kronik progresif terutama dirasakan pagi
hari, memberat dengan aktivitas, tidak berkurang
dengan obat analgetik
b. Muntah yang proyektil
c. Pandangan ganda/ diplopia
d. Penurunan kesadaran
e. Kejang
2. Gejala penyerta lain sesuai dengan lokasi tumor:
a. Tumor di lobus frontal: kejang, perubahan prilaku,
kelemahan separuh tubuh spastik kontralateral,
afasia motorik
b. Tumor di lobus temporal: gangguan memori verbal
dan visuospasial, afasia sensorik, gangguan psikiatrik
c. Tumor di lobus parietal: gangguan pada korteks
asosiasi visual dan auditorik yang mengakibatkan
defisit komprehensi kata-kata dan integrasi
multimodal
d. Tumor pada girus angularis: sindrom Gertsman,
sindrom pengacuhan (neglect)
e. Tumor pada lobus oksipital: gangguan lapangan
pandang dan aleksia
Pemeriksaan 1. Tanda peningkatan tekanan intrakranial: penurunan
Fisik kesadaran, bradikardi, peningkatan tensi dan frekuensi
pernafasan melambat
2. Defisit neurologis sesuai dengan lokasi tumor
(pemeriksaan fisik dan fungsi luhur)
3. Funduskopi: papil edema atau papil atrofi sekunder
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
MALIGNANT NEOPLASM OF BRAIN
(TUMOR OTAK PRIMER)
2016
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP SANGLAH 2/5
DENPASAR
Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis tumor otak primer
2. Gambaran imaging ditemukan massa intrakranial (SOL)
sesuai dengan tumor primer
3. Tidak ada tanda keganasan di luar susunan saraf pusat
dan tanda infeksi sebelumnya
4. Gambaran Patologi Anatomi sesuai tumor otak primer
Diagnosis 1. Tumor otak metastasis
Banding 2. SOL Infeksi serebri (Abses, toksoplasmosis serebri,
tuberkuloma)
3. SOL Vaskular serebri (AVM, aneurisma)
4. Infark serebri luas
Pemeriksaan 1. Patologi anatomi (PA)
Penunjang 2. CT scan kepala dengan kontras
3. MRI kepala dengan kontras
4. Pemeriksaan tambahan:
a. Gula darah sewaktu (GDS), fungsi ginjal (BUN, SC),
analisa gas darah (AGD), elektrolit (Natrium, Kalium),
elektrokardiografi (EKG), bila dengan penurunan
kesadaran, untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebab penurunan kesadaran
b. Darah lengkap, CRPkuantitatif, bila curiga adanya
infeksi
c. Elektroensefalografi (EEG), bila disertai dengan
kejang
d. Rontgen thorax, bila curiga adanya gangguan pada
paru dan tumor primer dari paru
e. Tumor marker, bila kemungkinan tumor otak
metastasis belum dapat disingkirkan dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik
Konsultasi 1. Bedah Saraf
2. Rehabilitasi Medik
3. Radioterapi
Perawatan Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit
Terapi/tindakan 1. Kausal
(ICD 9 CM) a. Pembedahan reseksi tumor subtotal atau total
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
MALIGNANT NEOPLASM OF BRAIN
(TUMOR OTAK PRIMER)
2016
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP SANGLAH 3/5
DENPASAR
b. Radioterapi (Whole brain radiotherapy), sesuai hasil
konsultasi TS Radioterapi
Pemberian kemoterapi oral bersamaan dengan
radioterapi, diberikan Temozolamid 75 mg/m2 luas
permukaan tubuh per oral selama 42 hari pada GBM
c. Bila radioterapi tidak dapat diberikan, direkomendasi
kemoterapi dan terapi target, atau kemoterapi, atau
terapi target:
Kemoterapi oral: bila gambaran PA sesuai dengan
tumor Glioblastoma Multiforme (GBM) atau High
Grade Astrocytoma diberikan Temozolamid 150-200
mg/m2 luas permukaan tubuh per oral selama 5 hari
diulang setiap 28 hari sebanyak 6 siklus
Terapi target: Nimotuzumab 200-400 mg intravena
perminggu selama 6-8 minggu
2. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial
a. Nonfarmakologi: Head up kepala 300
b. Farmakologi:
• Dexametason bolus awal 1-2 mg/ kgBB (IV),
dilanjutkan 0,1-0,2 mg/ kgBB/ kali (IV) setiap 6
jam, tapering off 20% dari dosis harian setiap 3-5
hari tergantung keadaan klinis
Pemberian gastroprotektor, Ranitidine 50 mg
setiap 12 jam intravena selama pemberian
dexametason
• Manitol 20%, bila ada situasi yang sangat berat,
paska operasi, perdarahan intratumoral dengan
dosis 0,5-1 gram/ kgBB bolus intravena,
dilanjutkan dengan 0,25-0,5 gram/ kgBB
intravena setiap 4 jam, diturunkan 0,25-0,5 gram/
kgBB/ hari
c. Pembedahan: Kraniotomi dekompresi
3. Terapi suportif:
a. Analgetik: Parasetamol 1.000 mg setiap 6 jam per
oral selama nyeri kepala
b. Anti kejang
• Levetirasetam dosis 1.000-3.000 mg per hari
diberikan dosis terbagi setiap 12 jam per oral
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
MALIGNANT NEOPLASM OF BRAIN
(TUMOR OTAK PRIMER)
2016
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP SANGLAH 4/5
DENPASAR
• Bila pasien tidak menjalani pembedahan dan/
atau kemoterapi dengan bangkitan umum dapat
diberikan Phenytoin dosis 200-400 mg per hari
diberikan dalam dosis terbagi setiap 12-24 jam
per oral seumur hidup
Pemberian phenytoin disertai dengan asam folat
400 mcg setiap 12 jam per oral untuk mencegah
efek samping
• Bila pasien tidak menjalani pembedahan dan/
atau kemoterapi dengan bangkitan parsial dapat
diberikan Carbamazepine dosis 400-1.600 mg
per hari diberikan dalam dosis terbagi setiap 8-12
jam per oral seumur hidup
Tempat Ruang Rawat Inap
Pelayanan
Penyulit 1. Hidrosefalus
2. Perdarahan intratumoral
3. Herniasi serebri
4. Infeksi sekunder karena tirah baring lama, sesuai
dengan PPK Infeksi di rumah sakit
Informed Tertulis tentang rencana pengobatan dan pembedahan
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Saraf, Dokter PPDS Neurologi (Junior,
Madya, Senior, Chief)
Lama Perawatan 21 hari (7 hari untuk diagnostik dan persiapan pembedahan,
14 hari untuk pemulihan post reseksi tumor, radioterapi,
kemoterapi, dan terapi target)
Masa Pemulihan Tergantung jenis tumor, lokasi tumor, grade tumor dan
keadaan umum pasien (Karnofsky Perfomance Score)
Hasil Tergantung jenis tumor, lokasi tumor, grade tumor dan
keadaan umum pasien (Karnofsky Perfomance Score)
Patologi Diperlukan untuk diagnostik pasti dan grading tumor
Otopsi Tidak perlu
Prognosis Ad vitam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
MALIGNANT NEOPLASM OF BRAIN
(TUMOR OTAK PRIMER)
2016
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP SANGLAH 5/5
DENPASAR
Tindak Lanjut 1. Paska operasi, perawatan dilanjutkan di ruang rawat
inap Neurologi untuk dilanjutkan dengan rencana
radioterapi, kemoterapi, dan terapi targeting
2. Kontrol poliklinik Saraf 3 hari KRS
Tingkat Eviden & 1. Diagnosis: evidence Class I, rekomendasi level A
Rekomendasi 2. Terapi: evidence Class II, rekomendasi B
Indikator Medis Karnofsky Perfomance Score
Edukasi 1. Diagnosis pasien
2. Rencana pengobatan dan pembedahan
3. Komplikasi pengobatan dan pembedahan
4. Prognosis pasien
Kepustakaan 1. Panduan Praktik Klinis Neurologi, PERDOSSI, 2016
2. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak.
Kementerian Kesehatan. 2015
3. Schiff, D., O’Neill B.P. Principles of Neurooncology.
USA: McGraw Hill Companies Inc, 2005
4. Buzdar, A.U., Freedman, R.S. Tumors of The Brain and
Spine. USA: Springer, 2007
LAMPIRAN

KARNOFSKY PERFORMANCE SCORE

100 Normal, tidak ada keluhan, tidak ada penyakit


90 Mampu beraktivitas normal, tanda dan gejala penyakit sedikit
80 Aktivitas normal dengan sedikit kesukaran, menunjukkan beberapa
tanda dan gejala penyakit
70 Mampu menjalankan keperluan sendiri, tidak mampu beraktivitas
normal/ melakukan pekerjaan
60 Kadan memerlukan bantuan, namun mampu menjalankan kemampuan
sendiri
50 Memerlukan bantuan dan pertolongan medis yang cukup sering
40 Tidak mampu merawat diri sendiri, butuh perawatan, dan bantuan
khusus
30 Sakit berat, indikasi perawatan di rumah sakit
20 Sakit sangat berat, butuh dirawat inap, dibutuhkan bantuan aktif
10 Sekarat, proses fatal, berkembang cepat
0 Meninggal

Anda mungkin juga menyukai