MOTOTREKSAT
MEKANISME KERJA. Methotrexate adalah analog asam folat yang menghambat purin
sintesis dan aktivitas deaminase adenosin. Hal ini digunakan terutama dalam pengobatan
arthritis dan manifestasi kulit dari SLE. Methotrexate mungkin juga berguna dalam
pengobatan Sindrom Sjogren atau fitur pada pasien SLE. Efek keseluruhan methotrexate
30
pada aktivitas penyakit SLE tampaknya sederhana dan tidak digunakan untuk
keterlibatan sistem organ utama. Kebisaan dosis rendah methotrexate termasuk
hepatotoksisitas (termasuk fibrosis), kerusakan, paru, myelosupresi, dan, yang sangat
jarang, ruam fotosensitif.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga
menghambat sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukan hambatan replikasi dan
fungsi sel T dan mungkin juga sel B karena adanya efek hambatan sintesis DNA. Obat ini
bekerja spesifik pada fase S siklus sel. Pada pasien leukemia yang menerima transplantasi
sumsum tulang, kambuhnya leukemia lebih jarang bila diberi metotreksat dibandingkan
pemberian siklosporin. Ini mungkin karena efek antileukemik intrinsic dari metotreksat.
PENGGUNAAN KLINIK. Metotreksat merupakan obat antikanker yang digunakan
sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan siklosporin untuk mencegah penolakan
transplantasi. Obat ini juga berguna untuk mengatasi penyakit autoimun dan merupakan
lini kedua pada pengobatan artritis rematoid, dan psoriasis yang reftakter terhadap terapi
standar. Untuk artritis rematoid digunakan dosis 7,5 mg sekali seminggu yang dapat
diberikan dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimum
20 mg per minggu. Untuk psoriasis dapat diberikan dosis yang sama. Sebagai antikanker,
metotreksat merupakan obat terpilih pada neoplasma trofoblastik, dan juga berguna pada
limfoma Burkitt stadium I dan II.
EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI. Pada pemberian jangka panjang dosis
rendah seperti pada psoriasis, dilaporkan terjadinya sirosis dan fibrosis hati pada 30-40%
pasien. Sedangkan pada pengobatan artritis rematoid kejadiannya lebih rendah. Toksisitas
meningkat dengan pemberian bahan yang bersifat hepatotoksis, seperti alcohol.
Pneumonitis akut dan kronik juga dapat terjadi pada artritis rematoid, sedangkan pada
psoriasis kejadiannya lebih jarang. Mekanisme perbedaan efek toksik ini belum diketahui
dengan pasti, dan umumnya bersifat reversible. Obat ini dikontraindikasikan pada wanita
hamil dan menyusui.
SEDIAAN. Metotreksat tersedia dalam bentuk tablet 2,2 mg.
AZATIOPRIN (Imuran)
MEKANISME KERJA. Azatioprin adalah antimetabolite golongan purin yang
merupakan precursor 6-merkaptopurin. Azatioprin dalam tubuh diubah menjadi 6-
merkaptopurin (6-MP) yang merupakan metabolit aktif dan bekerja menghambat sintesis
de novo purin. Yang terbentuk adalah Thio-GMP, kemudian Thio-GMP. Interaksi Thio-
GMP dalam DNA akan menyebabkan kerusakan DNA.
Azathioprine, analog purin, yang dikonversi dalam tubuh untuk metabolit aktif nya,
mercaptopurine 6- (6-MP). Azathioprine dan 6-MP menghambat sintesis DNA dan
proliferasi limfosit, keduanya sering digunakan dalam pengobatan inflamasi penyakit usus.
Dalam sel-sel hematopoietik, 6-MP dibersihkan secara dominan oleh thiopurine
methyltransferase (TPMT). Polimorfisme di TPMT mempengaruhi aktivitas enzim yang
umum dan dapat menyebabkan meningkatkan toksisitas, termasuk myelosupresi dan
hepatotoxicity. Azathioprine lebih rendah daripada siklofosfamid dan MMF sebagai terapi
induksi untuk lupus proliferative nephritis
FARMAKOKINETIK. Azatioprin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna dan
dimetabolisme menjadi 6-MP. Metabolism selanjutnya dilakukan oleh xantin oksidase
menjadi 6-thiouric acid sebelum diekskresi melalui ginjal. Ekskresi terutama melalui urin,
sebagian kecil dalam bentuk utuh dan yang lainnya dalam bentuk metabolit.
INTERAKSI. Penggunaan bersama allopurinol menyebabkan hambatan xantin oksidase
yang juga merupakan enzim penting dalam metabolism 6-merkaptopurin, sehingga
kombinasi ini akan meningkatkan toksisitas azatioprin dan merkaptopurin. Bila kedua obat
ini harus diberikan bersamaan, maka diperlukan pengurangan dosis azatioprin menjadi
65% sampai 75%.
PENGGUNAAN KLINIS. Azatioprin digunakan antara lain untuk mencegah penolakan
transplantasi, lupus, nefritis, glomerulonephritis akut, artritis rematoid, penyakit chon dan
sclerosis multiple. Obat ini kadang-kadang juga digunakan pada ITP (idiopatic
thrombocytopenic purpura) dan hemolysis autoimun yang refrakter terhadap steroid.
Untuk profilaksis digunakan dosis 3-10 mg/KgBB per hari, 1 atau 2 hari sebelum
transplantasi. Dosis pemeliharaan 1-3 mg/KgBB per hari. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet 50 mg dan sediaan IV 100 mg/vial.
EFEK SAMPING. Seperti imunosupresan lain, azatioprin dapat menghambat proliferasi
sel-sel yang cepat tumbuh seperti mukosa usus dan sumsum tulang dengan akibat
leukopenia dan trombositopenia. Ruam kulit, demam obat, mual, muntah, dan diare juga
dapat terjadi. Pernah dilaporkan hepatotoksisitas dengan peningkatan enzin transaminase,
dan kolestasis. Efek samping lain adalah peningkatan risiko infeksi dan efek mutagenisitas
dan karsinogenisitas.