Anda di halaman 1dari 2

A.

Definisi Graves Disease


Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering hipertiroidisme
adalah suatu penyakit autonium yang biasanya ditandai oleh produksi autoantibodi yang
memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-
gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan khusus yaitu pembesaran kelenjar
tiroid/struma difus, oftamopati (eksoftalmus / mata menonjol) dan kadang-kadang dengan
dermopati (Subekti, 2001; Corwin, 2001; Stein, 2000; Harrison, 2000).

B. Etiologi Graves Disease


Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan thyroid-
stimulating antibodies (TSAb). Antibodi ini berikatan dan mengaktifkan thyrotropin receptor
(TSHR) pada sel tiroid yang mensintesis dan melepaskan hormon tiroid. Penyakit Graves
berbeda dari penyakit imun lainnya karena memiliki manifestasi klinis yang spesifik, seperti
hipertiroid, vascular goitre, oftalmopati, dan yang paling jarang infiltrative dermopathy
(Karasek dan Lewinski, 2003).
Penyakit graves merupakan contoh penyakit autoimun yang organ spesifik, yang ditandai
oleh adanya antibodi yang merangsang kelenjar tiroid (thyroid stimulating antibody atau
TSAb).
Teori imunologis penyakit graves :
a. persistensi sel T dan sel B yang autoreaktif
b. diwariskannya HLA khusus dang en lain yang berespon immunologic khusus
c. rendahnya sel T dengan fungsi suppressor
d. adanya cross reacting epitope
e. adanya ekspresi HLA yang tidak tepat
f. adanya klon sel T atau B yang mengalami mutasi
g. stimulus poliklonal dapat mengaktifkan sel T
h. adanya reeksposure antigen oleh kerusakan sel tiroid.
Ehrlich menyatakan bahwa dalam keadaan normal sistem imun tidak bereaksi atau
memproduksi antibodi yang tertuju pada komponen tubuh sendiri yang disebut mempunyai
toleransi imunologik terhadap komponen diri. Apabila toleransi ini gagal dan sistem imun
mulai bereaksi terhadap komponen diri maka mulailah proses yang disebut autoimmunity.
Akibatnya ialah bahwa antibodi atau sel bereaksi terhadap komponen tubuh, dan terjadilah
penyakit. Toleransi sempurna terjadi selama periode prenatal. Toleransi diri ini dapat
berubah atau gagal sebagai akibat dari berbagai faktor, misalnya gangguan faktor
imunologik, virologik, hormonal dan faktor lain, sedangkan faktor-faktor tersebut dapat
berefek secara tunggal maupun sinkron dengan faktor lainnya. Adanya autoantibodi dapat
menyebabkan kerusakan autoimune jaringan, dan sebaliknya seringkali autoantibodi ini
akibat dari kerusakan jaringan.

Anda mungkin juga menyukai