Anda di halaman 1dari 12

LBM 2

Bercak Merah Menyerupai Gambaran Kupu-kupu


STEP 4
SISTEM IMUN
SEL T

MHC

SEL B

RBC

SELF TOLERANCE

NORMAL

ABNORMAL

PENY AUTOIMUN

DIAGNOSIS

GEJALA

TERAPI

STEP 7
1. Mengapa didapatkan bercak-bercak menyerupai kupu-kupu yang tidak
terasa sakit dan gatal pada kedua pipi dan hidung?
Batasan waktu untuk inflamasi akut dan kronik?
Mekanisme terjadinya Butterfly rash? Dan mengapa simetris?

Secara histopatologis bercak merah timbul karena


erupsi eritematosa atau makopapular di atas eminentia
malaris dan jembatan hidung ( pipi dan pangkal hidung
sehingga tampak terbentuk ruam berbentuk seperti
kupu2.
Sumber : Robbins, Buku Ajar Patologi,Edisi 7.EGC

2. Mengapa sendi-sendinya terasa sakit ketika bangun tidur?

Sendi-sendi sering terasasakit terutama bangun tidur :


Antigen dari dalam tubuh danggap antigen asing
responsivitas imun terhadap antigen jaringannya sendiri
( karena kegagalan toleransi imunologi )
Ditandai dengan hiperaktivitas sel limfosit B intrinsic
membentuk antibody lebih banyak
Terjadi kompleks antigen-antibodi endapan antibody
pada reaksi kompleks imun( infiltrasi sel mononuclear
merusak jaringan dan sendi
Pada sendi terjadi pembengkaan dan infiltrasi sel
mononuclear non spesifik pada membrane synovial
pelumas synovial menjadi sedikit sendi2 susah
digerakkan nyeri

Sumber : Robbins, Buku Ajar Patologi,Edisi 7.EGC


3. Jelaskan mekanisme self tolerance sel B dan sel T
Rusaknya Jaringan

Toleransi perifer yang rusak dapat terjadi akibat akses antigen diri yang
tidak tepat pada antigen Presenting cell, ekspresi lokal molekul ko-stimulator
yang tidak tepat atau perubahan cara molekul diri dipresentasikan ke sistim
imun. Hal hal tersebut terjadi saat inflamasi atau kerusakan jaringan, diinduksi
oleh infeksi lokal atau faktor fisik. Inflamasi lokal akan meningkatkan aliran
antigen diri ke nodus limfe ( dan juga ke antigen-presenting cells ) dan juga
menginduksi ekspresi molekul MHC dan molekul ko-stimulator. Adanya
peningkatan enzim proteolitik pada lokasi inflamasi juga dapat menyebabkan
kerusakan protein intraseluler dan ekstraseluler, menyebabkan sejumlah peptida
dengan konsentrasi tinggi dipresentasikan ke sel T yang responsif, peptida
tersebut dinamakan Cryptic epitopes. Peptida diri juga dapat diubah oleh virus,
radikal bebas dan radiasi ion, dan akhirnya melewati toleransi yang telah ada
sebelumnya.
Mekanisme rusaknya Jaringan
Kerusakan jaringan pada penyakit autoimun diperantarai oleh antibodi
( hipersentivitas tipe II dan III ) atau aktivasi makrofag aleh sel T CD4 + ATAU SEL
T sitotoksik ( hipersentivitas tipe IV ). Mekanisme kerusakan dapat tumpang
tindih antara kerusakan yang diperantarai antibody dengan sel T.
Selain kerusakan jaringan yang diperantarai oleh mekanisme
hipersentivitas, autoantibody juga dapat menyebabkan kerusakan dengan terikat
pada lokasi fungsional dari antigen diri, sperti pada reseptor hormon, reseptor
neurotransmiter dan protein plasma. Autoantibody tersebut dapat menyerupai
atau menghambat aksi ligand endogen dari antigen diri , sehingga menyebabkan
abnormalitas fungsi tanpa adanya inflamasi atau kerusakan jaringan. Kerusakan
yang diperantarai antibody pada utoimunitas terjadi bila autoantibody mengenali
antigen yang bebas dicairan ekstra seluler atau diekspresikan pada permukaan
sel.
IMUNOLOGI DASAR EDISI KE 10
KARNEN GARNA BARATAWIDJAJA , IRIS RENGGANIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
Tolerance B
-

Central : bila sel imatur terpajan antigen sendiri apoptosis


Perifer : ditemukan di limfoid primer B matang yg kenal antigen sndiri di
perifer tidak dapt teraktivasi.

Tolerance T
-

Central : induksi toleransi saat limfosit berada dalam perkembangannya di


timus. Proses seleksi terjadi untuk menyingkirkan timosit yang self-reaktif.
Melalui proses yang disebut seleksi positif , sel hidup melalui ikatan
dengan kompleks MHC. Sel T dengan TCR yang gagala berikatan dengan
self-MHC dalam timus akan mati melalui apoptosis.
Perifer : penting untuk mencegah putusnya toleransi bila sel T terpajan
dengan self-antigen yang tidak ditemukan dalam timus.
IMUNOLOGI DASAR EDISI KE 10

KARNEN GARNA BARATAWIDJAJA , IRIS RENGGANIS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
4. Mengapa terjadi kegagalan dalam self tolerance sel B dan sel T dan kapan
bisa terjadinya?
5. Apa perbedaan epitop pada molekul utuh dan epitop pada fragmen
antigen?
6. Jelaskan definisi, patogenesis, etiologi, manifestasi klinis, dan terapi dari
diagnosis pada skenario!
7. Apa penyebab dari autoimun?

1. Faktor penyebab autoimun


Infeksi dan kemiripan molekuler
Sequestered antigen
Adalah antigen sendiri yg karena letak anatominya, tdk
terpajan dg sistem imun. Pd keadaan normal sequestered
antigen tdk ditemukan sistem imun. Perubahan anatomik dlm
jarinagn spt inflamasi (sekunder oleh infeksi, kerusakan
iskemia atau trauma) dpt memajankan sequestered antigen
dg sistem imun yg tdk terjadi pd keadaan normal

Kegagalan autoregulasi
Regulasi imun berfungsi utk mempertahankan homeostasis.
Gangguan dpt terjadi pd presentasi antigen, infeksi yg
meningkatkan respons MHC, kadar sitokin yg rendah(misalnya
TGF-beta) dan gangguan respons imun trhdp IL-2.
Pengawasan beberapa sel autoreaktif diduga bergantung pd
sel Ts atau Tr. Bila terjadi kegagalan sel Ts atau Tr, maka sel Th
dpt dirangsang shg menimbulkan autoimunitas.

Aktivasi Sel B poliklonal


Autoimuitas dpt trjd oleh karena aktivasi sel B poliklonal oleh
virus (EBV), LPS (Lipopolisakarida) dan parasit malaria yg dpt
merangsang
sel
B
scr
langsung
yg
menimbulkan
autoimunitas. Antibodi yg terbentuk terdiri dr berbagai
autoanibodi

Obat-obatan
Antigen asing dpt diikat oleh permukaan sel dan menimbulkan
reaksi kimia dg antigen permukaan sel tsb yg dpt mengubah
imunogenitasnya. Trombositopenia dan anemia mrpkn contoh
penyakit umum dr penyakit autoimun yg dicetuskan obat

Faktor keturunan

Penyakit autoimun mpy persamaan predisposisi genetik.


Bgmn hal tsb diturunkan, umumnya kompleks dan diduga
terjadi atas pengaruh beberapa gen.
(Imunologi Dasar FKUI)
Ada dua teori utama yang menerangkan terjadinya penyakit autoimun.
1. Autoimun disebabkan oleh kegagalan pada delesi normal limfosit untuk
mengenali antigen tubuh sendiri.
2. Autoimun disebabkan oleh kegagalan regulasi normal dari sistem
imunitas (yang mengandung beberapa sel imun yang mengenali antigen
tubuh sendiri namun mengalami supresi).
Source : Branch D, Porter T. Autoimune disease. In: James D, Steer P, Weiner
C, Gonik B, editors. High risk pregnancy management option. 2 nd ed. New
York: W.B Saunders; 2000. p. 853-84.
8. Sebutkan klasifikasi dari autoimun!
Auto antibody/sel T autoreaktif dengan spesifitas untuk orang yang terkena ditemukan pada
penyakit
Autoantibodi dan sel T ditemukan di jaringan dengan cedera
Ambang autoantibody atau respon sel T menggambarkan aktifitas penyakit
Penurunan respon autoimun memberikan perbaikan penyakit
Transfer antibody atau sel T ke pejamu sekunder menimbulkan penyakit autoimun pada resipien
Imunitas dengan autoantigen dan kemudian induksi respon autoimun menimbulkan penyakit
9. Bagaimana mekanisme autoimun?

Kerusakan pada penyakit autoimun terjadi melalui antibodi (tipe II


dan III), Tipe IV yang mengaktifkan sel CD4+ atau sel CD8+.
Kerusakan organ dapat juga terjadi melalui autoantibodi yang
mengikat tempat fungsional self antigen seperti reseptor hormon,
reseptor neurotransmitor dan protein plasma.
(Karnen dan Iris, Imunologi Dasar Edisi Kedepalan, FKUI)
Kerusakan pada penyakit autoimun terjadi melalui antibodi (tipe II dan III), Tipe
IV yangmengaktifkan sel CD4+ atau sel CD8+
Kerusakan organ dapat juga terjadi melalui autoantibodiyang mengikat
tempat
fungsional
self
antigen
seperti
reseptor
hormon,
reseptor
neurotransmitor dan protein plasma.
(Karnen dan Iris, Imunologi Dasar Edisi Kedepalan, FKUI)
Kerusakan satu atau lebih mekanisme toleransi diri dapat membuka
kesempatan serangan imunologis terhadap jaringan yang menimbulkan
perkembangan penyakit autoimun. - Kehilangan toleransi diri Sering
dihubungkan dengan tidak adanya rrspon sel T helper spesifik dan
tergantung penuh kepada sel B spesifik terhadap hapten.

a. Modifikasi molekul.
b. Reaksi silang
c. Aktivasi sel B poliklonal

Abnormalitas dalam regulasi respon imun


Pelepasan antigen yang terasing Faktor genetik.

Besar-kecilnya respon imun diatur oleh gen Ir. Bila gen Ir terpaut HLA
respon berlebihan terhadap berbagai alergen umum. Gen Ir di dalam
regional HLA-D mungkin mengatur pengadaan autoantibodi, kerna berbagai
penyakit autoimun memang menunjukkan keterpautan yang erat dengan
alel-alel di regional HLA-D.
(Buku Ajar Patologi I Robin Kumar edisi 4, FKUNAIR
10.Apa saja macam-macam penyakit autoimun?

1. Penyakit autoimun menurut organ


o Penyakit autoimun organ spesifik
Contoh organ yang terkena penyakit autoimun adalah kelenjar
tiroid,
lambung dan pangkreas.
o Penyakit autoimun non organ spesifik
Penyakit autoimun non organ spesifik terjadi karena
dibentuknya antibodi terhadap autoantigen yang tersebar luas
didalam tubuh msalnya anti DNA.
2. Penyakit autoimun menurut mekanisme
o Penyakit autoimun melalui antibodi
1. Anemia hemolitik autoimun(AHA)
2. Miastenia gravis
Adalah penyakit kronis yang disebabkan gangguan
dalam transmisi neuromuskuler.timbulnya miastenia
gravis berhubungan dengan timus,umumnya penderita
ini menunjukkan timoma atau hipertrofi timus dan bila
kelenjar timus diangkat, penyakit kadang-kadang dapat
menghilang.
3. tirotoksikosis(penyakit grave, hipertiroidism)
ditimbulkan oleh produksi hormon tiroid(tiroxin) yang
berlebihan.gambaran klinik dan patologinya adalah
lemas, gelisah, keringat berlebihan, palpitasi, berat
badan
menurun
dan
tidak
tahan
panas(heat
intolerance).
4. anemia pernisiosa
ditimbulkan defek pematangan sel darah merah karena
gangguan absorbsi vitamin B12.dengan keluhan
lemas, pucat, tidak nafsu makan dan berat badan
menurun.

o Penyakit autoimun menurut antigen antibodi


1. lupus eritematosus sistemik(SLE)
2. Artritis reumatoid
3. sicca complex
penyakit inflamasi kromis yang menyerang kelenjar
eksokrin. Organ sasaran adalah epitel duktus kelenjar
lakrimal dan ludah.ciri dari penyakit ini adalah mata
kering(keratokonjungtiva
sicca)
dan
kulit
kering( xerostomia).
4. sindrom goodpasturede
adalah penyakit paru dan ginjal yang jarang tetapi
progresif.
5. demam reuma
adalah gejala sisa nonsupuratif dari penyakit streptokok A,
biasanya berupa faringitis yang bermanifestasi 2-4
minggu pasca infeksi akut.gambaran klinis yaitu artritis,
karditis, chorea( gerakan tidak terkontrol, tidak teratur dari
otot muka, lengan dan tungkai).
6. sindrom pasca perikardiotomi dan sindrom pasca infark
miokard(penyakit dressler)
berupa inflamasi akut yang terjadi sesudah terjadi
kerusakan pada
jaringan jantung.
7. skleroderma
penyakit yang kronis, proresif, menimbulkan cacat. Cirinya
ialah
peningkatan endapan kolagen dikulit dan kadang
diorgan internal.
8. trombositopenia idoplastik(TSI)
ditimbulkan
oleh
antibodi
yang
merusak
trombosit.gambaran klinis adalah perdarahan pada gusi
dan saluran gastrointestinal dan kencing.
9. penyakit bulosa( vesikuler)
penyakit kulit kronis yang terjadi karena dekstruksi
jembatan-jembatan
interselular(dermosom)
yang
menggangu kohesi epidermis.
3. Penyakit autoimun menurur reaksi selular
1. Sklerosis multipel adalah penyakit neuromuskuler yang sering
menunjukkan relaps dengan periode eksaserbasi dan remisi
yang terjadi lebih sering pada wanita dibanding pria.
2. Ensefalomielitis diseminasi akut(EMDA),dapat terjadi setelah
diberikan vaksinasi( rabies, campak dan influenza)
3. Sindrom gullian barre( polineuritis idiopatik akut)
4. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
4. Penyakit autoimun melalui mekanisme selular dan
humoral

1. Diabetes melitus tipe I( insulin dependent diabetes


melitus/IDDM,juvenile DM), terjadi akibat detruksi imunologik
sel beta dari sel langerhans pangkreas yang memproduksi
insulin.
2. Tiroiditis kronis( tiroiditis hashimoto) adalah penyakit tiroid
yang terutama mengenai wanita pada usia 30-50 tahun.
3. Polimiositis-dermatomiositis merupakan penyakit inflamsi akut
dan kronis dari otot- otot(polimiositis) yang sering mengenai
kulit(dermatomiositis).

(IMUNOLOGI DASAR,FK UI)

11.Bagaimana cara pemeriksaan Autoimun?


Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga
sebagai gangguan autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR)
seringkali meningkat, karena protein yang dihasilkan dalam merespon
radang mengganggu kemampuan sel darah merah (erythrocytes) untuk
tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia)
karena radang mengurangi produksi mereka. Tetapi, radang mempunyai
banyak sebab, banyak diantaranya yang bukan autoimun. Dengan begitu,
dokter sering mendapatkan pemeriksaan darah untuk mengetahui
antibodi yang berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai
gangguan autoimun khusus. Contoh antibodi ini ialah antibodi antinuclear,
yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik, dan faktor
rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang
biasanya ada di radang sendi rheumatoid. Tetapi antibodi ini pun kadangkadang mungkin terjadi pada orang yang tidak mempunyai gangguan
autoimun, oleh sebab itu dokter biasanya menggunakan kombinasi hasil
tes dan tanda dan gejala orang untuk mengambil keputusan apakah ada
gangguan autoimun.
12.Apa tujuan dari pemeriksaan serologi LE sel dan ANA?

ANA

Deskripsi

: Antinuclear antibodi (ANA) merupakan sekelompok imunoglobulin


heterogen seperti IgM, IgG dan IgA yang bersikulasi di dalam darah.
Hasil pemeriksaan ANA yang positiif dapat menunjukkan adanya
kelainan-kelainan jaringan penghubung autoimun sistemik, dan ciri utama
dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE) serta berkaitan erat dengan
penyakit rematik.

Manfaat
Pemeriksaan

: Memberikan sensitifitas yang baik untuk SLE sehingga sering digunakan


untuk skrining rematik autoimun. Pemeriksaan ini juga dianjurkan dokter
pada kondisi penyakit rematik sistemik lainnya berdasarkan riwayat
klinis.

http://prodia.co.id/imuno-serologi/ana

Serologi LE
In these serological blood tests, typical autoantibodies (the missiles sent
back by mistake against self molecules) are recognized and aid in the
proper final diagnosis. Early and accurate diagnosis may lead to an
immediate institution of effective therapeutic compounds which have been
clearly show to avoid damage to tissues as well as delay morbidity. These
therapies also have economic implications because of their cost and ability
to bring patients back into the workforce.
Shoenfeld, Yehuda,Autoimmune diseases: the enemy from within
13.Jelaskan pembagian sel T pada sistem imun dan fungsinya
Sel T
Petanda Permukaan: mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan
dengan yang lain,
beberapa macam sel T:
T11 : Penanda bahwa sel T sudang matang
T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas II MHC dan
T8 dalam pengenalan kelas I MHC
T3 : resptor yang diperlukan untukperangsangan sel T
TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : enzim yang
diperlukan untuk menemukan pre T cell
Petanda Cluster Differentiation (CD) : berperan dalam meneruskan
sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel (bila ada interaksi
antara antigen molekul MHC dan reseptor sel T)
Petanda fungsional
Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang berkemampuan mengikat
dan merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi.
Subkelas Sel T
Sel Th (T Helper) : menolong sel b dalam memproduksi antibody
Sel Ts (T Supresor): menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. Sibagi
menjadi Sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts nonspesifik
Sel Tdh / Td (delayed hypersensivity): berperan pada pengerahan
makrofag ddan sel inflamasi lain ke tempat terjadinya reaksi
hipersensivitas tipe lambat.
Sel Tc (cytotoxic): berkemampuan untuk menghancurkan sel allogeneic
dan sel sasaran yang mengandung virus.
Price, Wilson. 2005. Pathophysiology Edisi 6. Jakarta:EGC
14.Jelaskan macam-macam MHC

MHC kelas I atau MHC I


MHC 1 bekerja di luar sel atau ekstraseluler.Prosesnyapun cukup
unik,pertama antigen (makluk asing) masuk ke dalam darah ataupun di
beberapa bagian tubuh,kemudian secara langsung makrophage yang
berperan dalam sistem imunitas pertama langsung memakan antigen

tersebut dalam proses phagositosis (proses makan),sehingga antigen


akan sampai di dalam tubuh si makrophage.Setelah berada di dalam sel
makrophage kemudian antigen tadi akan di pecah atau di fragmenfragmen sehingga bagian yang patogenik akan terpisah dengan yang
tidak terpisah. Yang bertugas memfragmen adalah enzim lisosom yang
ada pada tubuh makrophage.Setelah itu,MHC 1 akan berikatan pada
setiap fragmen,akan tetapi hanya bagian yang patogeniklah yang akan
dipresentasikan melalui media APC (Antigen Presenting Cell).Presentasi itu
akan di respon oleh sel B atau CD 8 (CD Killer).
Skema

MHC Kelas II atau MHC II


MHC II merupakan MHC yang bertindak di Intraseluler.Proses awalnya
antigen masuk ke dalam sel.Otomatis pertahanan dalam sel langsung
memproses benda asing itu.Yakni proteosome langsung mem-fragmen
antigen tersebut ke dalam bagian yang kecil.Setelah itu,hasil dari fragmen
itu dibawa ke dalam RE (Retikulum Endoplasma).Kemudian fragmen itu
berikatan dengan MHC kelas II,seperti halnya MHC I,kalau fragmenfragmen
dari
antigen
tidak
antigenik
maka
tidak
akan
dipresentasikan,kalau antigen itu bersifat patogenik maka akan langsung
dipresentasikan memanfaatkan badan golgi dalam proses eksositosis
(proses keluar). Hal tersebut akan direspon oleh CD Helper atau CD 4.
Skema

Perbedaan mendasar dari MHC I dan II adalah sebagai berikut :


1. Pada MHC I terjadi di ekstraseluler sedangakn MHC II di intraseluler.
2. Pada MHC I yang bertugas mem-fragmen antigen adalah enzim
lisosom pada makrophage sedangkan di MHC II proteosom
3. Pada MHC I,setelah di presentasikan yang merespon adalah sel CD 8
atau sel T killer sedangakn pada MHC II sel CD 4 atau sel T helper

Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam


15.Bagaimana sifat sifat antigen?
Sifat-Sifat Antigen
Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas pada antigen tersebut,
sifat-sifat tersebut antaralain:
1. Keasingan
Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat
sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing
terhadap hospes.
2. Sifat-sifat Fisik
Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran
minimum tertentu, imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil,
respon terhadap hospes minimal, dan fungsi zat tersebut sebagai hapten
sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan.
3. Kompleksitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik
sifat fisik maupun kimia molekul.
4. Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid
linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein
globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun.
5. Muatan (charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu; tidak terbatas pada
molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral
dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan
memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan.
6. Kemampuan masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan
akan menentukan hasil respon imun.
Baratawidjaja, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ke-7, Penerbit FKUII, Jakarta.
16.Apa saja reseptor yang ada di sel sistem imun?

Anda mungkin juga menyukai