Anda di halaman 1dari 5

Nama : Haeriah Ramadhani

Nim : 70100116067
Kelas : Farmasi A
Tugas : Imunologi Rangkuman Jurnal

A. Jurnal Mekanisme Autoimun


Imunitas tubuh dapat diartikan sebagai suatu fenomena dimana antibodi
atau sel T berikatan dengan autoantigen. Studi terbaru mengungkapkan bahwa
autoantibodi atau sel T ada pada individu yang sehat. Sistem imunitas tubuh
memiliki berbagai macam mekanisme untuk menekan respon imun terhadap diri
sendiri, dan gangguan akibat dari mekanisme ini menghasilkan penyakit
autoimun.
1. Kekebalan autoimun dan penyakit autoimun
Sel B dan T yang bereaksi dengan autoantigen terdapat pada darah perifer
orang yang sehat. Sebagai contoh, sel T yang bereaksi dengan antigen seperti
myelin basic protein (MBP) dan kolagen tipe II dari cartilage, dapat dipisahkan
dari peroferal darah orang yang sehat.
Penyakit autoimun terbagi dua yaitu :
a. Penyakit organ autoimun, dimana antigen dan jaringan ditempatkan
dalam satu organ
b. Penyakit autoimun sitemik, dimana antigen jenis tertentu diekpresikan
secara luas dalam tubuh.
2. Mekanisme toleransi imunologis
Sistem imun tidak merespon autoantigen seacara aktif, untuk T autoreaktif
dan sel B berubah dengan cepat. Tidak semua autoantigen diekspresikan dalam
Tymus. Berbagai sel T memiliki peranan yang berbeda-beda tergantung aktivitas
sel T autoreaktif. Banyak autoantigen terisolasi dari sistem imun dan diaktifkan
sel T potensial autoreaktif. Sel B diketahui menyebabkan peristiwa yang disebut
dengan editing reseptor, dimana sel B yang bereaksi dengan autoantigen menagtur
ulang gen reseptor antigen ( imunoglobin) untuk menghasilkan reseptor non-
autoreaktif.
3. Mekanisme Inisiasi Autoimunitas
Secara umum autoimunitas dipicu oleh pengembangan atau aktivitas sel T
helper CD4 yang bereaksi dengan autoantigen spesifik. Stimulus antigenik
spesifik adalah pemicu autoimunitas pertama. Disebut “hipotesis antigen pemicu
tunggal”. Infeksi mikroba dapat memulai respons autoimun tidak hanya melalui
mimikri molekuler, tetapi juga dengan aktivasi poliklonal dan pelepasan
autoantigen yang terisolasi. Lipopolysaccharide (LPS), produk dari mikroba
infeksius, DNA bakteri, dan virus berfungsi sebagai pembantu untuk respon imun.
Mereka mengikat reseptor seperti Toll (TLRs) pada permukaan makrofag atau sel
dendritik untuk merangsang kekebalan alami dan produksi sitokin inflamasi,
meningkatkan respon imun dengan meningkatkan ekspresi antigen MHC atau
molekul co-stimulator, seperti B7-2 dan OX40L . Respons ini biasanya membantu
untuk menginduksi imunitas yang didapat, tetapi dapat merangsang potensi sel T
autoreaktif. Melalui proses-proses ini, epitop kriptik yang tidak diekspresikan
dalam kondisi biasa juga dimungkinkan untuk memicu respons autoimun.
4. Mekanisme Pengembangan Penyakit Autoimun
Penelitian dalam model tikus menunjukkan bahwa sel T CD4 mungkin
diperlukan untuk melengkapi keadaan patologis dari sebagian besar penyakit
autoimun. Percobaan pada hewan telah menunjukkan bahwa timbulnya penyakit
autoimun dapat ditekan dengan menghapus atau menghambat fungsi sel CD4
dengan antibodi monoklonal anti-CD4. Lebih lanjut, pentingnya sel CD4 spesifik
antigen dalam kondisi autoimun patologis telah disarankan dari hubungan dengan
antigen MHC kelas II (seperti antigen DR HLA pada manusia), infiltrasi sel CD4
pada banyak penyakit autoimun spesifik organ, dan produksi dari autoantibodi
tipe IgG.
5. Kesimpulan
Penyakit autoimun dihasilkan melalui gangguan toleransi imunologis.
Aktivasi limfosit autoreaktif, dan berbagai respons imun positif dan negatif
terlibat dalam setiap proses ini. Secara genetik, individu dengan ambang batas
yang lebih rendah terhadap respons ini lebih rentan terhadap penyakit autoimun,
meskipun berbagai faktor lingkungan yang memicu respons imun semacam itu
juga signifikan. Oleh karena itu perlu dipahami secara rinci fenomena autoimun
pada setiap pasien untuk membentuk terapi yang tepat yang menekan respons
imun patologis tanpa mempengaruhi fungsi kekebalan normal.

B. Patogenesis Penyakit Autoimun


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari respons tubuh terhadap
antigenik. Kekebalan dari berbagai jenis dapat kekebalan bawaan atau diperoleh
adaptif. Autoimunitas adalah mekanisme di mana organisme gagal mengenali
bagian-bagian penyusunnya sendiri (hingga tingkat submolekul) sebagai 'diri',
yang menghasilkan respons imun terhadap sel dan jaringannya sendiri. Setiap
penyakit yang dihasilkan dari respon imun yang menyimpang seperti itu disebut
sebagai penyakit autoimun.
1. Asosiasi autoimunitas dengan penyakit
Adapun ciri-ciri penyakit autoimun yaitu :
a. Peningkatan kadar imunoglobulin
b. Akumulasi dari limfosit dan sel plasma pada luka
c. Manfaat dari kortikosteroid atau terapi imunosupresif lainnya
d. Terjadi lebih dari satu luka autoimun pada seseorang
e. Kecenderungan genetik terhadap autoimunitas
f. Kenbanyakan pada perempuan
g. Kronis tidak dapat disembuhkan
2. Klasifikasi dari penyakit autoimun
penyakit autoimun diklasifikasikan berdasarkan tempat dan sifat luka
sebagai hemositolisis, terlokalisasi (spesifik organ) dan sistemik (non organ
spesifik).
Penyakit hemositilitik autoimun ada tiga yaitu :
a. Autoimun hemositolitik anemia
b. Autoimun trombositopenia
c. Autoimun leukopenia
3. Penyakit autoimun organ spesifik
Penyakit autoimun pada kelenjar tiroid :
a. Penyakit hasimito (Gondok limfadenoid)
b. Tirotosikosis
4. Penyakit autoimun organ non-spesifik
a. Lupus erythematosus sistemik
b. Radang sendi
c. Poliarteritis nodosa
d. Sindrom sjogren
5. Mekanisme penyakit autoimun
a. Dengan melewati toleransi sel T helper CD4 + sel T helper sangat
penting untuk pencegahan autoimunitas
b. Munculnya antigen terasing: Induksi toleransi membutuhkan interaksi
antara antigen dan sistem kekebalan tubuh
c. Ketidakseimbangan fungsi sel T penolong penekan: Hilangnya fungsi
sel T penekan akan berkontribusi pada autoimunitas dan sebaliknya,
bantuan sel T yang berlebihan dapat mendorong sel B menjadi sangat
tinggi
d. Agen mikroba dalam autoimunitas: Berbagai mikroba, termasuk
bakteri, mikoplasma, dan virus telah terlibat dalam memicu
autoimunitas
e. Mimikri molekuler : beberapa infeksi bereaksi silang dengan jaringan
manusia dan penentu haptennya.
f. Aktivitas limfosit poliklonal
6. Pemicu lingkungan dalam penyakit autoimun
Ada beberapa pemicu seperti virus, bakteri, makanan, racun, radiasi,
logam, estrogen, infeksi kronis, dll. Genetika menyumbang sekitar setengah dari
risiko mengembangkan penyakit autoimun.
7. Faktor genetik autoimun
Gen yang berbeda dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit
autoimun. Pengkodean molekul histokompatibilitas, protein komplemen,
imunoglobulin, protein transporter peptida dan kontrol gen yang memproduksi
hormon sex.
8. Nutrisi dan autoimun
Protein energi malnutrisi di egara-negara berkembang dan mengakibatkan
gangguan fungsi sel-T, sel fagosit dan respon antibodi imunoglobulin A sekretori,
serta penurunan kadar beberapa komponen komplemen. Dibutuhkan mineral
(seperti seng) dan vitamin (khususnya A dan D).
9. Kesimpulan
Autoimunitas adalah mekanisme di mana suatu organisme gagal
mengenali bagian-bagian penyusunnya sendiri (hingga ke tingkat submolekul)
sebagai 'diri', yang menghasilkan respons kekebalan terhadap sel dan jaringannya
sendiri. Setiap penyakit yang dihasilkan dari respon imun yang menyimpang
seperti itu disebut sebagai penyakit autoimun.

Anda mungkin juga menyukai