Anda di halaman 1dari 32

RESPONSI

ILMU KEDOKTERAN JIWA

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA-RSAL DR.RAMELAN

SURABAYA

Nama : AKP (1522316079)

NAMP (1522316084)

SDPP (1522316089)

Pembimbing : Dr. dr. TH, SpKJ

1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : MNE

Umur : 18 tahun

Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 8 Juli 1998

Jenis Kelamin : Laki- laki

Pekerjaan Terakhir : Belum bekerja

Pendidikan Terakhir : SMK PGRI 1 (Jurusan teknik mesin)

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Suku : Ayah : Jawa

Ibu : Jawa

Bangsa : Indonesia

Bahasa : Indonesia

Alamat Rumah : Surabaya

Tanggal/ Waktu MRS : 17 Februari 2017/ 21:43:40

1
Autoanamnesa

 Autoanamnesa I dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.00 WIB di

RSAL-Dr Ramelan Surabaya ruangan B Paviliun VI.

 Autoanamnesa II dilakukan pada tanggal 21 Februari 2017 pukul 12.00 WIB di

RSAL-Dr Ramelan Surabaya ruangan B Paviliun VI.

Heteroanamnesa

 Heteroanamnesa I dilakukan dengan ibunya di kediaman rumah keluarganya jalan

Zamhuri no.21 yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 22.30 WIB.

 Heteroanamnesa II dilakukan dengan kedua orangtuanya di RSAL-Dr.Ramelan

ruangan B Paviliun VI pada tanggal 21 Februari 2017 pukul 10.00 WIB serta

melihat rekam medis pasien.

2. RIWAYAT PSIKIATRI

2.1. Keluhan Utama

Penderita datang ke rumah sakit diantar orang tuanya karena bingung dan ngelantur

2.2. Keluhan Tambahan

Penderita sering takut- takut terhadap keramaian dan takut mati

2.3. Riwayat Penyakit Sekarang

2.3.1. Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.00

WIB di RSAL-Dr Ramelan Surabaya ruangan B Paviliun VI

Pemeriksa bertemu dan menyapa pasien yang sedang tiduran di

ruangan B paviliun VI. Kesan umum pertama yang terlihat adalah pasien

wajahnya bingung dan tanpa ekspresi namun sangat kooperatif dan mau

menjawab sapaan pemeriksa. Terlihat penderita mengenakan kaos sedikit kusut

dan celana pendek berwarna abu- abu, wajah sesuai usia dan rambut

potongannya rapi. Penderita juga menjelaskan identitas dirinya (nama, umur,

2
alamat, tanggal lahir) sesuai dengan rekam medis namun seperti buru- buru

ingin menceritakan permasalahnnya. Penderita menjawab setiap pertanyaan

dengan baik walau terkadang sedikit ngelantur dan ada kontak mata ketika

mendengar ataupun menjawab pertanyaan.

Sebelum pemeriksa bertanya lebih lanjut, pasien langsung berkata

bahwa dirinya itu takut. Lalu ketika pemeriksa bertanya alasan ketakutannya, ia

mengatakan bahwa ada Binawal temannya yang baik namun juga jahat. Ketika

ditanya lebih lanjut pasien ngelantur kembali dan makna kalimat sulit dipahami

oleh pemeriksa. Lalu ia mengungkapkan bahwa dirinya kecanduan bermain

game. Setiap hari pergi ke warnet untuk bermain. Dulu saat kelas 6 SD

penderita mengaku bahwa ia tidak mengikuti wisuda kelulusan karena ia hanya

ingin bermain game di warnet dan terlihat dari wajahnya tidak ada rasa sedih,

senang ataupun bersalah. Pemeriksa bertanya mengenai sekolahnya dan

pekerjaannya namun penderita hanya mengatakan bahwa ia sempat sekolah di

pondok Babusalam, shalat ataupun ngaji sangat rajin serta sempat bekerja di

penjualan aksesoris hp untuk membantu orang tua yang menjanjikan membeli

mobil. Penderita juga mengeluhkan tidak bisa tidur karena dirumah panas dan

banyak godaan. Pemeriksa melakukan review of system dan semua dalam

batas normal. Penderita juga bercerita sudah masuk ke rumah sakit RSAL-Dr

Ramelan ini selama 5 hari diantar oleh orang tuanya.

Lalu pemeriksa bertanya apakah sempat diajak berobat. Penderita

menyatakan bahwa orang tua membawa ke beberapa kyai untuk

menyembuhkan dengan cara di roqiyah dan di bekam kepalanya. Penderita

juga merasa ada macan yang akan menyembuhkan penyakitnya dan oleh sang

kyai dituliskan tulisan arab di lehernya dengan minyak supaya sembuh.

3
Autoanamnesa II dilakukan pada tanggal 21 Februari 2017 pukul 12.00

WIB di RSAL-Dr Ramelan Surabaya ruangan B Paviliun VI

Pemeriksa mendatangi ruangan penderita dan menyapa serta meminta

izin untuk bertanya- tanya. Namun penderita meminta pemeriksa menunggu

diluar karena mau mandi. Ketika selesai, kami melihat pasien keluar dan

membawa pakaian yang telah dicuci dan dia bisa mengepel lantai yang basah

karena ia membawa cucian yang basah tadi tanpa ember lalu menjemurnya.

Kita mulai perbincangan dengan duduk di pinggir taman. Penderita terlihat

segar dan rapi serta bisa tersenyum ketika kami menyapa. Penderita juga sangat

antusias serta dapat mempertahankan kontak mata dengan pemeriksa.

Pemeriksa mulai bertanya pertanyaan terbuka seperti sudah makan atau

belum, tidurnya nyenyak atau tidak. Penderita menjawab dengan sangat baik.

Ia juga ingat bahwa jam makan siang kemarin lebih awal dari biasanya. Ia

menyatakan lebih nyaman di RSAL karena suasana lebih menyenangkan

daripada di rumah. Kalau di rumah ia merasa seperti ada panas yang membuat

hawa nafsu nya menjadi tidak terkontrol namun ketika ditanya lebih lanjut,

penderita hanya memberi contoh bahwa hawa nafsu yang salah itu adalah

kemalasannya. Penderita bercerita bahwa ia masuk ke RSAL sudah 4 x dan

masuk RSI Jemursari selama 7 bulan. Penderita mengulang cerita tentang kyai

yang berusaha menyembuhkannya dan seorang macan namun disangkal bahwa

macan tersebut berusaha memasuki tubuhnya. Penderita ada keinginan ingin

cepat pulang dan bermain bersama teman- temannya. Penderita merasa

bahagia karena hari ini dikunjungi oleh kedua orangtuanya. Penderita juga

memastikan bahwa ia akan minum obat secara teratur dan shalat lima waktu

namun kendalanya hanya pada shalat subuh penderita susah bangun. Selain itu

4
pemeriksa tadi juga mendapati bahwa di pagi hari penderita mengaji surat A-

Rachman sendirian di mosholla.

2.3.2. Heteroanamnesa I dilakukan dengan ibunya di kediaman rumah

keluarganya jalan Zamhuri no.21 yang dilakukan pada tanggal 20

Februari 2017 pukul 22.30 WIB.

Sesampai di rumah kediaman penderita kami menunggu sekitar 5 menit

karena sang ibu baru pulang kerja. Kami dipersilahkan duduk dan dijamu

dengan snack maupun minuman. Kami menjelaskan maksud dan tujuan kami

sserta meminta izin. Sang ibu menyetujuinya. Beliau bercerita bahwa penderita

dulu merupakan anak yang baik pada umumnya. Namun semenjak dimasukkan

ke dalam pondok kelas 1 SMP, perubahan terjadi signifikan. Awalnya sewaktu

kelas 6 SD penderita tidak memberikan surat uandangan wisuda kepada

orangtuanya dan lebih memilih bermain game online. Hal ini disadari ketika

sang ibu diberitahu oleh tetangganya bahwa ada wisuda kelulusan anaknya.

Kemudian ketika di pondok, beliau mengatakan bahwa penderita berubah

drastis. Penderita mendapat Menjadi lebih diam dan takut- takut dengan orang

lain. Katanya orang lain membicarakan dirinya bahkan TV pun bisa

membicarakan si penderita. Namun ketika di pondok, si penderita terkenal

sebagai anak yang tampan dan cukup banyak perempuan yang menyukainya

namun penderita tidak memberikan respon. Pernah penderita menjalin asmara

dengan beberapa teman wanita. Ada seorang perempuan bernama Aini yang

memang sangat menyukai penderita, tetapi penderita juga sama sekali tidak

merespon. Teman- teman penderita pun merasa iri karena sang ibu selalu

menjenguk dan memberikan uang atau oleh- oleh bila beliau berkunjung ke

pondok. Tiba- tiba sang ibu di telepon oleh pihak pondok bahwa sang anak

mengalami kesurupan. Ngelantur sendiri dan berperilaku seperti macan. Hal ini

5
tidak terjadi sekali, hingga akhirnya sang ibu memutuskan untuk mengeluarkan

sang anak dan pindah ke sekolah negeri di Surabya. Namun keadaan tetap

sama, sang anak sering ngelantur dan akhirnya sang ibu membawa kepada

beberapa kyai untuk dibacakan Roqiyah dengan 4 orang membaca alquran dan

kemudian dilakukan bekam kepala. Namun penderita mengaku semakin sakit

setelah di bekam kepala dan menyalahkan bahwa penyakitnya ini semua

terjadi karena bekam kepalanya. Sang ibu pun menyuruh mencari di google

tentang informasi bekam kepala yang katanya dapat mengatasi nyeri kepala

atau pusing kepala. Lalu penderita sadar bahwa penyakitnya bukan karena

bekam kepala nya. Namun keadaan penderitanya pun semakin parah, hingga

akhirnya sang ibu membawa ke Rumah Sakit Islam Jemursari dan kemudian di

rujuk ke RSAL dengan menggunakan BPJS. Sang ibu juga sudah sering

mengantarkan ke rumah sakit dan biasanya dengan keluhan ngelantur dan

bingung. Ketika disuruh minum obatpun, sang pasien mengaku sehat. Pernah

setelah shalat maghrib, penderita tiba- tiba berperilaku menjadi macan dan

menjadi sangat lemas, kemudian dilarikan kerumah sakit lagi. Sekolah

penderita pun pindah- pindah dan Ayah juga selalu meberikan anaknya apapun

yang diminta daripada anaknya marah atau sedih. Penderita juga bercerita pada

sang ibu bahwa ia mendengar suara untuk tidak shalat Jumat. Tapi sebenarnya

penderita tahu bahwa ia harus tetap shalat. Apabila diajak pergi ke mall pasti

penderita ingin cepat pulang karena takut dengan keramaian yang ada.

Hingga suatu saat penderita mengaku kepada sang ibu, bahwa

permasalahan yang dipendam selama ini karena sewaktu di Pondok, penderita

dipaksa menonton video porno oleh Binawal dan disukai oleh laki- laki yang

juga mengajaknya berhubungan badan, bahakan mereka rela pergi ke luar

pondok untuk mencari sinyal dan menonton video porno. Karena kebetulan

6
sekolah pondok yang ditempati oleh penderita berada di desa dan memang itu

tujuan sang ibu, supaya jauh dari game online atau sesuatu yang berhubungan

dengan teknologi.

Heteroanamnesa II dilakukan dengan kedua orangtuanya di RSAL-

Dr.Ramelan ruangan B Paviliun VI pada tanggal 21 Februari 2017 pukul

10.00 WIB serta melihat rekam medis pasien.

Pemeriksa menyapa keluarganya, sekaligus menilai keadaan pasien

serta mengukur tanda- tanda vitalnya. Kemudian sang Bapak bercerita bahwa

pasien memang mengalami ngelantur dan bingung sejak 1 SMP. Kadang

setelah diberi uang dan dimasukkan saku, sang pasien bisa minta untuk kedua

kalinya lagi. Sang Ayah mengaku tidak memanjakan sang anak, namun

pekerjaan rumah dan urusan masak dilakukan olehnya dan memang anak-

anaknya jarang untuk membantu. Sang ayah mengaku bahwa penderita dulu

masuk 10 besar dan aktif di sekolah pada umumnya.

2.4. Riwayat Penyakit Dahulu

2.4.1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Penderita sudah pernah melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Islam

Jemursari selama 7 bulan namun akhirnya dirujuk ke RSAL-Dr.Ramelan dan

sudah MRS sebanyak 4 kali.

2.4.2. Riwayat Gangguan Medis

2.4.2.1. Riwayat pembedahan : disangkal

2.4.2.2. Trauma : apabila ada, hanya luka ringan karena jatuh

2.4.2.3. Penyakit SSP, kejang : disangkal

2.4.2.4. Alergi : disangkal

2.4.2.5. Hipertensi : disangkal

2.4.2.6. Diabetes Melitus : disangkal

7
2.4.2.7. Asma : disangkal

2.4.2.8. Gastritis : disangkal

2.4.2.9. Alergi : disangkal

2.4.2.10. Asam Urat : disangkal

2.4.3. Riwayat Penggunaan Obat Terlarang dan Alkohol

Disangkal, namun penderita punya kebiasaan merokok dan minum kopi.

2.5. Riwayat Penyakit Keluarga

2.5.1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Paman penderita ada yang memiliki gejala hampir mirip dengan penderita.

Suka marah- marah tidak jelas, suka bingung dan tidak menikah sampai

sekarang. Namun tidak pernah di bawa ke dokter dan masih bisa hidup mandiri

dan bisa mengurus dirinya snediri.

2.5.2. Riwayat Gangguan Medis

2.5.2.1. Alergi : disangkal

2.5.2.2. Hipertensi : disangkal

2.5.2.3. Diabetes Melitus : disangkal

2.5.2.4. Asma : disangkal

2.5.2.5. Gastritis : disangkal

2.5.2.6. Alergi : disangkal

2.5.2.7. Asam Urat : disangkal

2.5.3. Riwayat Penggunaan Obat Terlarang dan Alkohol

Disangkal

2.6. Riwayat Hidup

2.6.1. Pranatal dan Perinatal

- Penderita dilahirkan dengan persalinan normal, tidak prematur, tidak ada

cacat bawaan dan dalam kondisi sehat.

8
2.6.2. Masa Kanak Awal (Usia 0 – 3 tahun)

- Penderita dirawat oleh ayah dan ibunya.

- Aktif bermain.

- Mudah mempelajari sesuatu.

- Hubungan penderita dengan orang tua terjalin baik.

- Hubungan penderita dengan saudaranya baik.

2.6.3. Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-6 tahun)

- Penderita menempuh pendidikan TK di Tunas Bangsa.

- Sejak kecil penderita dimanjakan oleh orang tua karena sempat menjadi

anak satu-satunya sebelum akhirnya mempunyai adik saat usia 6 tahun.

2.6.4. Masa Kanak Akhir (Usia 6-11 tahun) dan Masa Praremaja

- Penderita menempuh pendidikan sekolah dasar di salah satu Wahid

Hasyim di Surabaya.

- Penderita bergaul baik dengan teman-temannya.

- Selalu masuk peringkat 10 besar.

2.6.5. Masa Remaja Awal (Usia 12- 15 tahun)

- Penderita menempuh pendidikan di tiga sekolah menengah pertama.

- Pertama di pondok Babusalam Jombang

- Kedua di Itaku Surabaya

- Ketiga di salah satu pondok Surabaya namun tidak selesai sekolahnya

karena sakit- sakitan hingga lulus dengan ujian paket B.

- Prestasi menurun selama menempuh pendidikan menengah pertama.

- Hubungan dengan teman dan pengajar baik.

2.6.6. Masa Remaja Akhir (Usia 15-18 tahun)

- Penderita menenmpuh pendidikan sekolah menengah kejuruan di SMK

PGRI 1 jurusan Teknik Mesin

9
- Sering kontrol ke rumah sakit karena ngelantur

- Namun dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik

2.6.7. Riwayat Sosial dan Hidup

2.6.7.1. Riwayat Pendidikan

- TK Tunas Bangsa Surabaya

- SD Wahid Hasyim Surabaya

- SMP Pondok Babussalam Jombang

- SMP Itaku Surabaya

- SMP Pondok Surabaya

- SMK PGRI 1 Surabaya

2.6.7.2. Riwayat Pekerjaan : belum bekerja

2.6.7.3. Riwayat Menikah : belum menikah

2.6.7.4. Riwayat Agama

- Penderita beragama Islam

- Penderita merupakan seseorang yang termasuk religius dan berasal

dari keluarga yang religius. Saat mudanya penderita sering pergi ke

masjid untuk berdoa dan mengaji.

2.6.7.5. Riwayat Psikososial

- Penderita mendapatkan pendidikan norma-norma yang berlaku dari

orangtua dan lingkungan penderita dan dapat menerimanya dengan

baik. Penderita selalu mematuhi peraturan yang ada.

2.6.8. Aktifitas Sosial

- Hubungan penderita dengan orang sekitar berkurang karena ada rasa takut-

takut apabila orang sekitar menceritakan aibnya.

- Hubungan dengan keluarga baik, terutama pada sang ibu karena penderita

sudah mau terbuka untuk menceritakan maslahnya.

10
2.6.9. Situasi Kehidupan Sekarang

- Penderita tinggal bersama kedua orang tua dan adik laki-lakinya di

Surabaya

- Keadaan ekonomi keluarga penderita cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

2.6.10. Riwayat Keluarga

Sejak kecil penderita dirawat oleh kedua orang tuanya :

3 1 2

4 5

Keterangan :
1 = ayah
2 = ibu
3 = kakak kandung ayah
4 = penderita
5 = adik

a. Ayah penderita

Nama :S

Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Swasta

b. Ibu Penderita

Nama : EM

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Swasta

Penderita merupakan anak pertama dari dua bersaudara :

a. Anak pertama (Penderita)

Nama : MNE
11
Umur : 18 tahun

Pekerjaan : belum bekerja

b. Anak kedua

Nama : NA

Umur : 12 tahun

Pekerjaan : belum bekerja

2.6.11. Riwayat Hukum

Disangkal

2.7. Faktor Penyebab

2.7.1. Faktor Premorbid

Ciri kepribadian skizoid, introvert, immature dan cenderung memendam

perasaannya

2.7.2. Faktor Keturunan : Kakak kandung dari ayah penderita

2.7.3. RTTGJ

- Anak pertama dan sempat menjadi anak tunggal sekunder

- Anak paling tampan

2.8. Faktor Pencetus

- Teman sebayanya di salah satu pondok Jombang yaitu Binawal

- Maladaptasi terhadap lingkungan di pondok Jombang (Teori Adolf Meyer)

3. STATUS MENTAL

3.1. Deskripsi Umum

3.1.1. Penampilan:

Laki- laki mengenakan kaos dan celana abu- abu. Rambut dipotong rapi dan

tidak acak-acakan serta berwarna hitam. Wajah penderita sesuai usia dan wajah

datar serta terlihat bingung.

3.1.2. Kontak

12
- Kontak mata saat berbicara dengan pemeriksa (+), yakni penderita

memandang ke arah pemeriksa saat berbicara, akan tetapi beberapa kali

penderita mengalihkan pandangannya dari pemeriksa, menundukkan

kepala sambil memejamkan mata, dan terdiam.

- Kontak verbal (+), yakni penderita dapat menjawab dengan baik dan

lancar pertanyaan yang ditanyakan oleh pemeriksa.

- Kontak non-verbal (+), yakni penderita menganggukkan kepala bila setuju

dengan pernyataan pemeriksa.

- Komunikasi dengan penderita relevan.

3.1.3. Perilaku dan Aktivitas Motorik

Selama wawancara penderita memperhatikan pemeriksa dengan baik dan bisa

menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik namun ada beberapa pertanyaan

dijawab dengan ngelantur.

3.2. Mood dan Afek

- Mood : labil

- Afek dan Emosi : dangkal

- Keserasian : ekspresi afek serasi dengan isi pembicaraan.

3.3. Pembicaraan

3.3.1. Kuantitas : Penderita suka bercerita dan bicara.

3.3.2. Kualitas : Penderita menjawab pertanyaan dengan lancar, volume dan

artikulasi jelas namun ada beberapa kata yang tidak dimengerti

3.4. Proses Berpikir

3.4.1. Bentuk : non realistik

3.4.2. Arus : asosiasi longgar

3.4.3. Isi : PTM +, waham bizzare, waham curiga

3.5. Persepsi

13
3.5.1. Halusinasi auditori :-

3.5.2. Halusinasi optik :-

3.5.3. Ilusi :-

3.6. Sensorium dan Kognitif

3.6.1. Kesadaran : berubah

3.6.2. Orientasi

3.6.2.1. Waktu : Orientasi waktu baik. Penderita dapat menyebutkan

hari dan tanggal penderita sedang diperiksa.

3.6.2.2. Tempat : Orientasi tempat baik. penderita dapat menyebutkan

nama rumah sakit dimana penderita berada saat itu dan

dapat pula menyebutkan kota dan alamat rumah

penderita.

3.6.2.3. Orang : Orientasi orang baik. Penderita dapat menyebutkan dan

mengenali siapa anggota keluarga yang ada di rumah

dan dapat mengenali pemeriksa.

3.6.3. Daya Ingat

3.6.3.1. Jangka pendek :Dalam batas normal, penderita dapat

menceritakan aktivitas yang dilakukan di

RSAL.

3.6.3.2. Jangka menengah :Dalam batas normal, penderita dapat

menceritakan permasalahan yang dialaminya.

3.6.3.3. Jangka panjang :Dalam batas normal, penderita dapat mengingat

kejadian masa kecilnya.

3.6.4. Kemampuan membaca dan menulis : Menurun. Tidak mampu menulis

sebuah kalimat dan membaca tulisan terbata- bata.

14
3.6.5. Konsentrasi dan perhatian

Konsentrasi dan perhatian cukup baik. Penderita memberikan tanggapan setiap

diajak berkomunikasi.

3.6.6. Kemampuan visuospasial : Baik. Penderita dapat menggambar contoh

gambar yang diberikan oleh pemeriksa.

3.6.7. Berpikir abstrak : Baik. Penderita dapat menjelaskan persamaan

pear dan apel.

3.6.8. Intelegensi : Menurun. Tidak bisa saat kalkulasi.

3.6.9. Kemampuan menolong diri sendiri : Menurun

3.7. Kemauan : ADL (Activity Daily Living) , pekerjaan, sosial menurun.

Minum obat harus disuruh dan pernah mengompol

di celana.

3.8. Psikomotor : Dalam batas normal

3.9. Pengendalian impuls

Selama wawancara, penderita berlaku sopan dan dapat menerima kehadiran

pemeriksa. Penderita tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perbuatan yang dapat

membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.

3.10. Daya nilai dan tilikan

3.10.1. Norma sosial : Terganggu

3.10.2. Realitas : Terganggu

3.10.3. Tilikan : Tingkat 4 (Penderita sadar sakit, namun tidak tahu

penyebabnya)

3.11. Derajat dapat dipercaya :

Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan penderita dapat dipercaya.

Sebagian besar informasi yang disampaikan oleh penderita sesuai dengan yang

disampaikan oleh ibu penderita.

15
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

4.1. Status Interna

Keadaan umum : tampak murung, wajah sesuai dengan usia

Kesadaran : compos mentis

Vital signs : Tekanan darah : 115/70 mmHg

Nadi : 70x/menit

Suhu aksiler : 36,70C

Frekuensi napas : 20x/menit

Kepala : A–/I–/C–/D–

Leher : pembesaran KGB (–)

pembesaran kelenjar thyroid (–)

Thorax :

 Cor I = iktus kordis tidak tampak

P = iktus kordis tidak teraba

Pk = batas jantung kanan sternal line dextra, dan batas

jantung kiri midclavicular line sinistra

A = S1S2 tunggal, murmur (–), gallop (–)

 Pulmo I = normochest, simetris

P = fremitus raba simetris, pergerakan napas simetris

Pk = sonor

A = vesikuler di kedua lapang paru, rhonki (–),

wheezing (–)

Abdomen :I = datar

A = bising usus (+) dalam batas normal

P = Hepar/Lien/Renal tidak teraba

16
Nyeri tekan (–)

Pk = timpani (+)

Ekstremitas : akral hangat, kering, merah pada keempat ekstremitas;

tidak didapatkan edema pada keempat ekstremitas

4.2. Status Neurologis

- Kesadaran : GCS 4-5-6

- Meningeal signs : (–)

- Mata : gerakan normal, pupil bulat isokor Ø 3mm | Ø 3mm

- Refleks cahaya :+|+

- Motorik : normotonus, turgor baik, koordinasi baik

- Refleks fisiologis : dalam batas normal

- Refleks patologis : (–)

4.3. Status Psikiatri

4.3.1. Kesan Umum

Laki- laki mengenakan kaos dan celan abu- abu. Rambut dipotong rapi dan

tidak acak-acakan serta berwarna hitam. Wajah penderita sesuai usia dan wajah

datar serta terlihat bingung.

4.3.2. Kontak : verbal (+), non-verbal (+), relevan, lancar

4.3.3. Kesadaran :berubah

4.3.4. Disorientasi : tempat (–), waktu (–), orang (–)

4.3.5. Afek/ emosi :dangkal

4.3.6. Proses Berpikir

4.3.6.1. Bentuk : non-realistik

4.3.6.2. Arus :asosiasi longgar

4.3.6.3. Isi :PTM +, waham bizzare, waham curiga

4.3.7. Persepsi : halusinasi -, ilusi -

17
4.3.8. Kemauan : menurun

4.3.9. Psikomotor :dalam batas normal

4.3.10. Intelegensi :menurun

5. IKHTISAR PENEMUAN POSITIF DAN BERMAKNA

5.1. Resume

Kesan umum pertama yang terlihat adalah penderita wajahnya bingung

dan tanpa ekspresi namun sangat kooperatif dan mau menjawab sapaan

pemeriksa. Terlihat penderita mengenakan kaos sedikit kusut dan celana

pendek berwarna abu- abu, wajah sesuai usia dan rambut potongannya rapi.

Dulu saat kelas 6 SD penderita mengaku bahwa ia tidak mengikuti wisuda

kelulusan karena ia hanya ingin bermain game di warnet dan terlihat dari

wajahnya tidak ada rasa sedih, senang ataupun bersalah. Pemeriksa bertanya

mengenai sekolahnya dan pekerjaannya namun penderita hanya mengatakan

bahwa ia sempat sekolah di pondok Babusalam, shalat ataupun ngaji sangat

rajin serta sempat bekerja di penjualan aksesoris hp untuk membantu orang tua

yang menjanjikan membeli mobil. Ia menyatakan lebih nyaman di RSAL

karena suasana lebih menyenangkan daripada di rumah. Kalau di rumah ia

merasa seperti ada panas yang membuat hawa nafsu nya menjadi tidak

terkontrol namun ketika ditanya lebih lanjut, penderita hanya memberi contoh

bahwa hawa nafsu yang salah itu adalah kemalasannya. Ketika disuruh minum

obatpun, sang pasien mengaku sehat. Pernah setelah shalat maghrib, penderita

tiba- tiba berperilaku menjadi macan dan menjadi sangat lemas, kemudian

dilarikan kerumah sakit lagi. Sekolah penderita pun pindah- pindah dan Ayah

juga selalu meberikan anaknya apapun yang diminta daripada anaknya marah

atau sedih. Penderita juga bercerita pada sang ibu bahwa ia mendengar suara

untuk tidak shalat Jumat. Tapi sebenarnya penderita tahu bahwa ia harus tetap

18
shalat. Apabila diajak pergi ke mall pasti penderita ingin cepat pulang karena

takut dengan keramaian yang ada.

Hingga suatu saat penderita mengaku kepada sang ibu, bahwa

permasalahan yang dipendam selama ini karena sewaktu di Pondok, penderita

dipaksa menonton video porno oleh Binawal dan disukai oleh laki- laki yang

juga mengajaknya berhubungan badan, bahkan mereka rela pergi ke luar

pondok untuk mencari sinyal. Karena kebetulan sekolah pondok yang

ditempati oleh penderita berada di desa dan memang itu tujuan sang ibu,

supaya jauh dari game online atau sesuatu yang berhubungan dengan

teknologi.

5.2. Status Mental

5.2.1. Deskripsi Umum

5.2.1.1. Penampilan

Laki- laki mengenakan kaos dan celan abu- abu. Rambut dipotong rapi

dan tidak acak-acakan serta berwarna hitam. Wajah penderita sesuai

usia dan wajah datar serta terlihat bingung.

5.2.1.2. Kontak :

- kontak verbal +

- kontak non verbal +

- Lancar dan relevan

5.2.1.3. Perilaku dan Aktivitas Motorik :

Selama wawancara penderita memperhatikan pemeriksa dengan baik

dan bisa menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik namun ada

beberapa pertanyaan dijawab dengan ngelantur.

5.3. Mood dan Afek : Dangkal

5.4. Pembicaraan

19
5.4.1. Kuantitas : Banyak

5.4.2. Kualitas : Lancar, relevan

5.5. Proses Berpikir

5.5.1. Bentuk : Non- realistik

5.5.2. Arus : Asosiasi longgar

5.5.3. Isi : PTM +, waham curiga, waham bizzare

5.6. Persepsi : halusinasi -, ilusi -

5.7. Sensorium dan Kognitif

5.7.1. Kesadaran : berubah

5.7.2. Orientasi

5.7.2.1. Waktu :+

5.7.2.2. Tempat :+

5.7.2.3. Orang :+

5.7.3. Daya Ingat

5.7.3.1. Jangka pendek :+

5.7.3.2. Jangka menengah :+

5.7.3.3. Jangka panjang :+

5.7.4. Kemampuan membaca dan menulis : Menurun

5.7.5. Kemampuan visuospasial : Baik

5.7.6. Berpikir abstrak : Baik

5.7.7. Intelegensi : menurun

5.7.8. Kemampuan menolong diri sendiri : menurun

5.8. Kemauan : ADL (Activity Daily Living) , pekerjaan, sosial menurun

5.9. Psikomotor : dalam batas normal

5.10. Pengendalian impuls

20
Selama wawancara, penderita berlaku sopan dan dapat menerima kehadiran

pemeriksa. Penderita tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perbuatan yang dapat

membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.

5.11. Daya nilai dan tilikan

5.11.1. Norma sosial : terganggu

5.11.2. Realitas : terganggu

5.11.3. Tilikan :4

5.12. Derajat dapat dipercaya : dapat dipercaya

6. Diagnosis

6.1. FORMULA DIAGNOSTIK

Pada penderita ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis yang secara

klinis bermakna dan berkaitan dengan suatu gejala yang menandakan

terganggungnya fungsi penting seseorang (disfungsi sosial, biologis, dan perilaku).

Dengan demikian dapat disampaikan bahwa penderita mengalami suatu "Gangguan

Jiwa".

Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap penderita, ditemukan adanya

gangguan pada penghayatan akan realitas (sense of reality), kesadaran berubah,

gangguan proses berpikir, kemauan menurun. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa penderita mengalami gangguan jiwa "Psikosa".

Pada penderita tidak ditemukan riwayat trauma kepala ataupun penyakit

organik lain yang berat, yang menyebabkan gangguan fungsi jaringan otak sebelum

gejala terjadi. Pada penderita juga tidak didapatkan riwayat penggunaan obat-obatan

terlarang. Dengan demikian, penderita dapat digolongkan mengalami "Gangguan

Psikosa Fungsional".

21
Berdasarkan gejala dan tanda yang muncul, menurut PPDGJ III penderita ini

termasuk ke dalam F20 Skizofrenia dengan pedoman diagnostik gejala-gejala yang

sering muncul pada penderita ini, yaitu:

a. Waham-waham menetap jenis lainnya: waham curiga (+), waham bizzare (+)

 Waham curiga: Gejala ini ditunjukan dari autoanamnesa dan heteroanamnesa

yang menceritakan bahwa penderita merasa takut dengan orang lain karena

penderita curiga bahwa orang lain sedang membicarakan keburukan dari

penderita.

 Waham bizzare: Gejala ini ditunjukan dari autoanamnesa dan heteroanamnesa

yang menceritakan bahwa penderita merasa memiliki kekuatan dari harimau

sehingga penderita berperilaku seperti harimau.

b. Gejala-gejala negatif, seperti bicara yang jarang dan respons emosional yang

menumpul; tetapi jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau

medikasi neuroleptika.

Menurut PPDGJ III, Axis I penderita adalah F20.1 Skizofrenia Tipe Hebefrenik

dengan diagnosis :

a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

b. Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun) (pada pasien sekitar umur 13

tahun)

c. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyindiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. (ditemukan

pada pasien)

22
d. Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas

berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta

mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku

menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai

oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri (self-

absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai

(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

e. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya

menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol

(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive)

dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga

perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan

tanpa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat

dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar

orang memahami jalan pikiran pasien.

Pada Axis II penderita memiliki tipe Kepribadian Skizoid. Menurut PPDGJ III,

pedoman diagnostik ciri Kepribadian Skizoid adalah sebagai berikut:

23
a. Menarik diri lingkungan sosial sepanjang hidupnya.

b. Merasa tidak nyaman berinteraksi dengan masyarakat (pada pasien).

c. Introvert (pada pasien), constricted affect, eksentrik, isolasi atau kesepian.

d. Menunjukan ketidak terlibatannya dengan kejadian sehari-hari dan tidak ada

perhatian dengan orang lain.

e. Pendiam dan menjaga jarak (pada pasien) dan juga tidak bersosialisasi.

f. Tidak punya interes, noncompetitive, pekerjaan yang menyendiri (pada pasien).

Kepribadian ini muncul pada saat penderita berada di kelas 6 SD. Penderita

yang sebelumnya ceria menjadi lebih pendiam dan lebih suka menyendiri dan main

game. Penderita pada saat kelulusan SD menuju SMP tidak memberikan undangan

untuk wisuda nya kepada orang tua sehingga kedua orang tua nya tidak tahu bahwa

ada wisuda kelulusan dan penderita malah main game.

Pada Axis III tidak ditemukan kelainan kondisi medik umum pada penderita

Pada Axis IV ditemukan stressor psikososial yang mendahului gejala saat ini, yaitu:

 Masalah dengan teman sepermainan : berdasarkan autoanamnesa, penderita

merasa trauma dengan teman laki-laki seusianya saat berada di pondok, karena

pada saat di pondok penderita diajak untuk melakukan hubungan seksual

dengan temannya laki-laki. Namun pada saat heteroanamnesa, ibu penderita

bercerita bahwa penderita hanya diajak untuk melihat video porno oleh teman

laki-lakinya. Ibu penderita juga berkata bahwa penderita baru mau

menceritakan masalah nya pada saat kelas 3 SMP, sedangkan penderita sudah

mulai merasakan masalah itu saat kelas 1 SMP.

 Masalah dengan teman lawan jenis nya : berdasarkan heteroanamnesa,

penderita pernah disukai oleh teman perempuannya yang bernama Aini pada

24
saat SMP, namun penderita tidak suka dan menolaknya karena penderita

merasa Aini jelek. Pada saat SMK, penderita ini bertemu dengan Aini lagi dan

mengatakan bahwa Aini menjadi cantik dan ingin berpacaran dengan Aini,

namun ia sudah memiliki pacar, dan penderita merasa menyesal dan

memikirkan hal ini berkelanjutan.

 Masalah dengan interaksi sosial : berdasarkan autoanamnesa dan

heteroanamnesa, penderita sangat suka main game dan menyendiri, pulang

sekolah penderita langsung memegang handphone dan main game. Penderita

juga sering pulang terlambat karena tidur di warnet setelah bermain game.

Selain itu penderita juga merasa takut dengan orang-orang disekitarnya dan

melihat TV seperti merasa TV sedang membicarakan dirinya menyebabkan

penderita takut keramaian.

Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri menggunakan skala

Global Assessment of Functioning (GAF): 70-61 (beberapa gejala ringan &

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

6.2. FORMULASI PSIKODINAMIKA

Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara, sejak kecil penderita

dibesarkan oleh orang tuanya, namun terkadang penderita dititipkan kepada

tetangganya karena kedua orang tuanya sedang bekerja. Awalnya penderita adalah

orang yang aktif dan masuk dalam ranking 10 besar sampai penderita menginjak

kelas 6 SD. Sejak kelas 6 SD ini mulai muncul gejala-gejala kepribadian skizoid

dari penderita.

Setelah lulus SD, penderita melanjutkan di pondok hanya sampai kelas 1 SMP.

Saat di pondok, penderita mengalami trauma karena ada teman sesama jenis yang

25
melakukan pelecehan seksual kepada penderita. Lalu penderita melanjutkan ke

SMP negeri dan melanjutkan ke SMK. Lulus dari SMK, penderita tidak ingin

melanjutkan jenjang pendidikan ke kuliah.

Faktor keturunan juga mempengaruhi seseorang dalam pembentukan kepribadian

dan daya tahan terhadap stress. Keluarga dari penderita, yaitu kakak laki-laki dari

ayahnya (paman) ada yang pernah mengalami gejala-gejala yang sama dengan

penderita pada saat usia remaja, dan hingga sekarang paman dari penderita itu

tidak menikah, tidak bekerja dan hidup sendirian.

Mekanisme timbulnya gangguan jiwa pada penderita berdasarkan intervensi 3

variabel penting yaitu:

1. Stress yang diterima diinterpretasikan berat oleh penderita.

2. Sumber daya penyesuaian individu kurang dalam hal daya tahan penderita

terhadap stress.

3. Diathesis-stress = kerentanan = "bakat" penderita.

Berdasarkan teori Dr. Hans Selye, apabila dilihat dari fase terjadinya stres pada

penderita, maka didapatkan perkembangan yang signifikan dan sesuai, yang

dimulai dari:

1. Alarm reaction : terjadinya pembangkitan emosi dan ketegangan pada diri

penderita.

2. Fase resistensi (pertahanan) : terjadinya perubahan perilaku menjadi mudah

marah dan bila marah bisa mengamuk, dan juga menimbulkan pola-pola

neurotik seperti afek curiga, mood amarah, dan aspek sosial menurun.

3. Hasil adaptasi penderita : Maladaptasi

26
Penyesuaian diri yang gagal dan tidak sesuai, serta berlebihan. Bila terus

menerus dapat mengakibatkan kepayahan dan disintegrasi pribadi.

4. Fase kelelahan (Distress)

– Terjadi gangguan jiwa psikosa

– Terjadi disintegrasi kepribadian

6.3. DIAGNOSIS MULTIAXIAL

Axis I : F Skizofrenia early onset

Axis II : Ciri Kepribadian Skizoid, introvert, immature

Axis III : Tidak didapati kelainan medik umum

Axis IV : Masalah dengan teman sepermainan, teman lawan jenis dan

masalah dengan interaksi sosial nya

Axis V : GAF Scale 50-41

7. PROGNOSIS

a. Kepribadian premorbid

Skizoid; yaitu tertutup, introvert, memendam masalahnya sediri, tidak suka

bersosialisasi dengan orang-orang sekitar  Jelek

b. Onset usia

Usia muda  Jelek

c. Onset pengobatan

Dulu tidak teratur, sejak MRS sudah teratur  Baik

d. Jenis

Skizoafektif Tipe Campuran  Jelek

e. Onset timbul

Kronis  Jelek

f. Faktor Pencetus

Trauma  Jelek

27
g. Faktor Keturunan

Paman penderita  Jelek

Kesimpulan : Malam

8. PENATALAKSANAAN

8.1. SOMATOTERAPI

8.1.1. Trifluoperazine (Stelazine 2 x 5 mg, 1-0-1)

 Nama dagang : Stelazine, Stelosis

 Indikasi : Tab 1 mg Gangguan mental & emosi ringan, kondisi

neurotik/psikosomatis, ansietas; mual & muntah. Tab 5 mg Skizofrenia, psikosis.

 Derivat dari : Phenotiazine

 Dosis awal : 2 x 5 mg 2x sehari

 Dosis rumatan : 15-20 mg/hari :Kadar dosis terapeutik

 Sediaan obat : tablet; 1-5 mg.

 Bentuk sediaan : tablet

 Mekanisme kerja : Mekanisme kerja obat anti-psikotik tipikal adalah memblokade

dopamine pada reseptor pascasinaptik neuron di otak, khusunya di sistem limbik

dan dan sistem ekstrapiramidal, sehingga efektif untuk gejala positif.

 Kontraindikasi : Keadaan koma atau depresi SSP akibat obat, diskrasia darah,

depresi sumsum tulang, kerusakan hati.

 Efek samping : Mengantuk, pusing, reaksi kulit, mulut kering, penglihatan kabur,

amenore, laktasi, otot lemas, gejala ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi,

diskinesia tardive (penggunaan lama, dosis tinggi). Jarang, ikterus kolestatik,

diskrasia darah.

 Alasan penggunaan obat pada penderita : Sesuai dengan anamnesis dan

heteroanamnesis penderita mengeluh sulit tidur sehingga dipilih Trifluoroperazine

28
yang memiliki efek sedasi dan otonomik. Disamping itu, trifluoroperazine adalah

obat generik yang murah.

8.1.2. Clozapine Clorilex (25 mg 0-0-1)

 Nama dagang : Clozaril, Clopine, Clorilex, Clozapine OGB Mersi, Luften

 Indikasi : Penderita sikizofrenia yg tdk responsif atau intoleransi dengan

neuroleptik klasik.

 Dosis : Awal 12.5 mg 1 atau 2 x/hr pd hr ke 1, diikuti dg 1 atau 2 tab 25 mg pd hr

ke 2. Dosis dpt ditingkatkan scr perlahan dari 25-50 mg sampai 300 mg/hr dlm

wkt 2-3 minggu. Selanjutnya dosis dpt ditingkatkan s/d 50-100 mg tiap ½ minggu.

 Dosis anjuran : 150-600 mg/hari :Kadar dosis terapeutik

 Sediaan obat : tablet; 25-100 mg

 Bentuk sediaan : tablet

 Mekanisme kerja : Mekanisme kerja obat anti-psikotik atipikal adalah

memblokade dopamine dan serotonin sehingga efektif untuk gejala positif dan

negatif.

 Kontraindikasi : Riwayat granulositopenia & agranulositosis; ggn fungsi sumsum

tulang, epilepsi tak terkontrol, psikosis alkoholik & toksik lainnya, intoksikasi

obat, kondisi koma, kolaps pd sirkulasi darah, depresi SSP, ggn fungsi hati &

ginjal berat, atau gagal jantung

 Efek samping : Granulositopenia, agranulositosis, eosinofilia &/atau leukositosis.

Lelah, mengantuk, pusing, sakit kepala, perubahan EEG; hipersalivasi, mulut

kering, penglihatan kabur, ggn berkeringat & ggn pengaturan suhu tubuh;

takikardi, hipotensi postural, hipertensi, kolaps, aritmia jantung, perikarditis,

miokarditis, kolaps sirkulasi, depresi pernapasan atau henti napas; mual, muntah,

konstipasi, inkontinensia atau retensi urin, priapismus, nefritis interstisial akut,

hipertermia jinak, hiperglikemia, peningkatan BB.

29
 Alasan penggunaan obat pada penderita : Cloxapine dapat mengurangi gejala

posiif dan negatif pada penderita skizofrenia. Pada Penderita M. Nafi diketahui

bahwa penderita memiliki gejala positif seperti tidak bisa tidur, terus bermain

game dan psikomotor meningkat. Penderita juga memiliki gejala negatif yaitu

menarik diri dari banyak orang.

8.1.3. Trihexyphenidyl Hexymer 2 mg 1-0-1

 Nama dagang : Arkine, Hexymer

 Indikasi : Parkinson. Ggn ekstrapiramidal yang disebabkan obat SSP.

 Dosis : Parkinsonism Hr ke-1: 1 mg, hr ke-2: 2 mg. Diberikan 2-3 x/hr selama 3-

5 hr atau sampai tercapai dosis terapi. Paling baik diberikan bersama makanan.

Berikan sebelum makan jika timbul gejala mulut kering, atau sesudah makan jika

timbul gejala mual/air liur berlebihan. Berikan pada jam yg sama setiap hari.

 Dosis harian total: 5-15 mg

 Sediaan obat : tablet 2mg

 Bentuk sediaan : tablet

 Mekanisme kerja : Mekanisme kerja obat anti-psikotik atipikal adalah

memblokade dopamine dan serotonin sehingga efektif untuk gejala positif dan

negatif.

 Kontraindikasi : Penyakit jantung, hati & ginjal, hipertensi, glaukoma, pria

dewasa dengan kemungkinan hipertrofi prostat.

 Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi,

retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.

Alasan penggunaan obat pada penderita : Trihexyphenidyl dapat mengurangi atau

menghilangkan gejala ekstra piramydal sindrom yang ditimbulkan oleh

penggunaan obat antipsikotis tipikal (Trifluoperazine).

8.2 PSIKOTERAPI

30
 Menguatkan daya tahan mental, mengembangkan mekanisme baru,

mengembalikan keseimbangan adaptif dengan cara hipnoterapi, terapi perilaku,

terapi kognitif, CBT secara individu atau kelompok.

 Mensugesti penderita bahwa setiap masalah jangan sering dipendam tetapi harus

diceritakan kepada orang terdekat seperti keluarga.

 Mendengarkan keluhan penderita dan mengerti keluhan penderita (ventilasi).

 Memotivasi penderita agar teratur meminum obat dan memiliki semangat untuk

sembuh.

 Menyarankan kepada penderita agar lebih terbuka dan tidak memendam masalah

yang dihadapinya.

 Memotivasi penderita untuk selalu setiap masalah atau tantangan secara positif.

8.3 SOSIOTERAPI

 Mengedukasikan keluarga penderita untuk selalu memperhatikan penderita.

 Mengedukasikan keluarga untuk mendukung proses kesembuhan penderita

dengan menerima kondisi penderita serta menghargai penderita sebagai manusia

yang memiliki martabat.

 Mengedukasikan keluarga mengenai keadaan penderita dan cara minum obat

secara teratur.

 Mengedukasi keluarga mengenai pola asuh yang benar agak penderita tidak

semakin immature.

8.4 MONITORING DAN USUL

a. Monitoring

 Tanda-tanda vital penderita

 Perkembangan status psikiatri penderita pada masa pengobatan (gejala waham,

PTM, gejala positif dan negatif dari psizofrenia, ketidak stabilan mood)
31
 Keteraturan minum obat dan kepatuhan penderita selama proses pengobatan.

 Efek samping obat.

b. Usul

 Sebelum pulang disuntikkan Fluphenazine decanoate im 25 mg.

32

Anda mungkin juga menyukai