Anda di halaman 1dari 20

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Cinthyawati Tunggal Manuain


102013141
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.06 Jakarta 11510. Telepon : (021)5694-2051
Email : chintya_thung@yahoo.co.id
Abstrak
Gangguan Akibat Kurang Yodium atau GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu
cukup lama. Di Indonesia, prevalensi gondok endemik yang tinggi pada umunya dijumpai di
sekitar lereng gunung berapi, atau di daerah pegunungan. Hal ini dapat terjadi karena
berbagai faktor seperti kurangnya intake yodium ke dalam tubuh, adanya zat goitrogenik
pada bahan makanan, atau karena faktor genetik. Kekurangan yodium dapat mengakibatkan
berbagai masalah kesehatan, yang paling mencolok adalah gondok dan kretin. Dan apabila
hal ini terjadi di daerah yang endemis defisiensi yodium maka disebut dengan gondok
endemis dan kretin endemis. Sebenarnya gangguan kesehatan tersebut dapat dicegah dan
ditanggulangi. Upaya nya antara lain: masyarakat mengonsumsi garam yang memiliki
kandungan yodium didalamnya sebesar 30-80 ppm KIO3 dan juga pemberian kapsul minyak
beryodium dengan dosis 200 mg setahun sekali untuk kelompok sasarannya.
Kata kunci: Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, yodium, gondok, kretin
Abstract
Iodine deficiency Disorders (IDD) is a group of symptoms that arise because of a
person's body element iodine deficiency continuously for long periods of time. In Indonesia,
the high prevalence of endemic goiter in general found around the slopes of the volcano or in
mountainous areas. This can occur due to various factors such as lack of iodine intake into
the body, the goitrogenic substances, or due to genetic factors. Iodine deficiency can lead to
various health problems, the most striking is goiter and cretin. And if this happens in areas of
endemic iodine deficiency so called endemic goiter and endemic cretin. Actually, these health
problems can be prevented and mitigated. Her efforts include: people consume iodized salt
which contain 30-80 ppm KIO3 and also the provision of iodized oil capsules at a dose of
200 mg once a year for the target group.
Keywords: Iodine Deficiency Disorders, iodine, goiter, cretin
Pendahuluan
Yodium merupakan mikronutrien esensial, terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang
sangat kecil, sekitar 15-20 mg, yang hampir semuanya terdapat di kelenjar tiroid. 1 Kelenjar
ini terletak di daerah leher, di samping kiri dan kanan sebelah depan trakhea, di bawah glottis
atau jakun.2 Yodium ini merupakan komponen esensial bagi hormon tiroid, tiroksin (T4), dan
1

triodotironin (T3). Hormon tiroid mengatur proses metabolisme karbohidrat dan lemak, serta
memperngaruhi hormon lain diantaranya growth hormone. Sehingga dapat dikatakan
hormone ini berpengaruh pada sebagian besar sel, berperan besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan bagi sebagian besar organ, terutama pada otak, terutama pada awal kehidupan.
Pada manusia tumbuh kembang otak ini terjadi pada masa janin dan dua tahun pertama
kehidupannya. Konsekuensinya, kekurangan yodium pada masa ini akan melibatkan hormon
tiroid, pada masa kritis, dengan akibat hypotiroidism dan kerusakan otak (brain damage).
Konsekuensi klinisnya berupa retardasi mental yang permanen. Selain itu defisiensi yodium
dapat mengakibatkan kretin, stunting, gangguan penglihatan, dan gondok.1
Sehingga dalam makalah ini akan diuraikan mengenai gangguan akibat kekurangan
yodium atau GAKY, faktor-faktor yang menjadi penyebab GAKY, masalah kesehatan yang
terjadi karena GAKY, serta bagaimana pencegahan dan penanggulangan dari masalah ini.
Skenario
Seorang dokter yang baru bertugas di salah satu Puskesmas di Kabupaten Ponorogo,
menemukan pada beberapa pasien yang berobat ke poliklinik puskesmas, pada pemeriksaan
fisik didapatkan pembesaran pada bagian leher. Pada kunjungan ke beberapa sekolah pada
pemeriksaan program UKS, juga didapatkan beberapa siswa SD di wilayah kerjanya tampak
kecil dan pendek.
Pengertian dari Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Gangguan Akibat Kurang Yodium atau GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu
cukup lama (Hetzel, 1993). Sementara menurut Depkes RI, GAKY merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu
perkembangan kecerdasan, perkembangan sosial dan dan perkembangan ekonomi. Menurut
WHO (2001), kekurangan yodium terjadi pada saat konsumsi yodium kurang dari yang
direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid
dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan
kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif.
Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium Deficiency Disorder (IDD).3
Epidemiologi
Menurut WHO (1993), paling tidak 1,5 miliar penduduk yang tinggal di 118 negara
(pada tahun 1990), mengalami risiko Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Di
antara mereka 650 juta (12 persen dari total penduduk dunia) menderita gondok endemik, 43
2

juta menderita kapasitas mental terbatas akibat defisiensi yodium, termasuk 11 juta di
antaranya menderita kretin endemik. Kasus-kasus kretin dan kapasitas mental terbatas
tersebut terjadi akibat defisiensi yodium pada masa fetus atau intrauterin.3
Sekitar 2,5 milyar (38%) penduduk dunia mengalami kekurangan konsumsi iodium.
Stratifikasi berdasarkan usia, sekitar 31,5% atau 264 juta jiwa anak usia sekolah dan 30,6%
atau 2 milyar populasi dewasa terbukti menderita kekurangan iodium. Wilayah dengan angka
kekurangan iodium yang tertinggi di dunia ternyata adalah Asia Tenggara (504 juta jiwa) dan
Eropa (460 juta jiwa).4
Survei pemetaan GAKI tahun 1998 yang dipublikasikan WHO pada tahun 2000
melaporkan sekitar 18,8% penduduk hidup di daerah endemis ringan, 4,2% di daerah
endemis sedang, dan 4,5% di daerah endemis berat. Diperkirakan 18,2 juta jiwa penduduk
hidup di wilayah endemis sedang dan berat dan 39,2 juta jiwa penduduk hidup di daerah
endemis ringan. Berdasarkan jumlah kabupaten di Indonesia, persentase kabupaten endemis
ringan, sedang, dan berat adalah 40,2%; 13,5%; dan 5,1%. Angka-angka ini merefleksikan
karakteristik GAKI di Indonesia dan hasil program penanggulangan selama bertahun-tahun.5
Dalam rangka percepatan eliminasi GAKI di Indonesia, dilaksanakan program
Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) yang didanai dari pinjaman World Bank
(Bank Dunia) sejak tahun 1997 hingga 2003. Komponen program yang dilaksanakan ada
lima, yaitu pemantauan status iodium masyarakat, peningkatan konsumsi garam beriodium,
peningkatan pasokan garam beriodium, distribusi kapsul minyak beriodium tepat sasaran, dan
pemantapan koordinasi lintas sektoral penanggulangan GAKI. Ditinjau dari muatan program,
IP-GAKI memberi perhatian yang lebih rinci terhadap konsumsi garam beriodium pada
masyarakat Indonesia daripada berbagai program sebelumnya. Hal itu ditunjukkan oleh
penurunan proporsi kabupaten endemis ringan yang menjadi 35,8% dan kabupaten endemis
sedang yang menjadi 13,1% dengan selisih yang tidak terlalu besar berdasarkan Survei
Nasional GAKI tahun 2003. Proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium
juga mengalami peningkatan dari 62,1% pada survei tahun 1998 menjadi 73,3% pada survei
tahun 2003. Masalah justru muncul pada kenyataan bahwa peningkatan proporsi kabupaten
endemis berat menjadi 8,2% dan total goiter rate (TGR) menjadi 11,1% dari 9,8% pada survei
tahun 1998.5 Pemerintah terus berusaha memperbaiki keadaan dengan mencentuskan
Komitmen Baru dan Indonesia Sehat 2010 dimana programnya adalah Rencana Aksi
Penanggulangan Kesinambungan Program Penanggulangan GAKI (RAN KPP GAKI) yang
ditetapkan tahun 2004. Riset Kesehatan Dasar 2007 merupakan salah satu parameter untuk
mengevaluasi kemajuan pelaksanaan program RAN KPP GAKI. Berdasarkan survei tersebut,
proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam iodium secara cukup di Indonesia hanya
3

62,3%. Angka ini menunjukkan penurunan dari survei GAKI tahun 2003 (73,3%). Dari 33
provinsi di Indonesia, baru 6 provinsi yang sudah mencapai proporsi rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beriodium di atas 90% (USI), meliputi Provinsi Sumatra Barat, Jambi,
Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat. Dari sampel 30
kabupaten/kota yang ada di Indonesia, proporsi rumah tangga yang menggunakan garam
beriodium yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (30- 80 ppm KIO3) adalah 24,5%.
Meskipun pengukuran kadar iodium menggunakan cara cepat, data tersebut mengindikasikan
pencapaian yang tidak baik. Setelah hampir 30 tahun berjuang dalam program
penanggulangan GAKI, hasil yang dicapai masih belum optimal.6
Penyebab GAKY
Di Indonesia, prevalensi gondok endemik yang tinggi pada umunya dijumpai di
sekitar lereng gunung berapi, atau di daerah pegunungan. Apabila asupan yodium dalam
makanan yang masuk dalam tubuh kurang memadai, maka pembentukan tiroksin akan
terhambat. Akibatnya Thyroid Stimulating Hormone (TSH) akan dipacu produksinya,
selanjutnya TSH akan memacu kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroglobulin.1
Masuknya yodium pada manusia berasal dari makanan dan minuman yang berasal
dari alam sekitarnya. Jika lahan alam di tanah permukaan kurang tersedia yodium, maka
semua tumbuhan dan air yang berada di daerah tersebut kandungan yodiumnya akan kurang.1
Hal ini berkaitan dengan lokasi atau keadaan geologik. Faktor ini juga berpengaruh
terhadap timbulnya kejadian GAKY karena ada perbedaan lokasi yang berpengaruh terhadap
kadar yodium. Seperti di daerah pegunungan, pesisir pantai, dan dataran rendah. Di daerah
pegunungan dipengaruhi oleh pengikisan yodium di tanah oleh karena air, sehingga
tumbuhan yang dikonsumsi akan kurang yodium. Pesisir pantai dimana penggunaan garam
yang tidak beryodium. Namun, makin ke pantai makin sedikit risiko GAKY. Sedangkan di
dataran rendah terdapat paparan pestisida yang menghambat pemanfaatan yodium oleh
kelenjar tiroid.
Selian karena intake yodium yang kurang, GAKY juga bisa terjadi arena adanya zat
goitrogenik dalam bahan makanan. Zat goitrogenik adalah zat atau bahan yang dapat
menghambat penangkapan yodium oleh sel kelenjar gondok atau mengganggu proses iodisasi
hormon tiroksin. Zat goitrogenik ada 2 macam yaitu:7
1. Goitrogenik Alami
Adalah goitrogen yang terdapat secara alami ditemukan dalam bahan
pangan. Bahan pangan yang mengandung goitrogen alami seperti akar
4

dan daun ubi kayu, kubis, lobak, kacang kedelai, kacang tanah dan
buncis besar.7
2. Goitrogenik Sintetik
Goitrogenik sintetik terdapat insektisida organoflor (DDT), fungisida, sulfonamide
dan antibiotika. Senyawa ini menghambat proses yodisasi maupun proses pengikatan
Iodium dalam sintesis hormon tiroid dan penambahan Iodium dalam makanan tidak
akan menghilangkan pengaruh goitrogeniknya.7
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi hormon
tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung zat goitrogenik menghambat
uptake yodida anorganik oleh kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat
proses tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Ada dua jenis zat goitrogenik yang
berasal dari bahan pangan yaitu:7
a. Thiosianat yang terdapat pada ubi kayu, jagung, rebung, ubi jalar, buncis, kol,
rebung, sawi, dan selada air.
b. Kelompok kedua adalah tiourea, tionamida, tioglikosida, bioflavonoid, dan
disulfida alifatik yang terdapat dalam sorgum, kacang-kacangan, kacang tanah,
bawang merah, dan bawang putih.
Berdasarkan mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh proses sintesis
hormon dan kelenjar tiroid trhadap bahan bahan goitrogenik. Bahan tersebut adalah:7
a. Kelompok tiosianat, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi transportasi
yodium. Misalnya : rebung, ubi jalar.
b. Kelompok tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya mempengaruhi oksidasi,
organofikasi, dan coupling. Misal: bawang merah, bawang putih, bassica dan
yellow turnips.
c. Kelompok
akses

iodida,

dimana

mekanisme

kerjanya

mempengaruhi protealisis, pelepasan, dan halogenasi misalnya gangguan asupan


yodium lebih dari 2 gram sehari, akan menghambat sintesis dan pelepasan
hormone.7
Faktor genetik juga dapat menyebabkan terjadinya GAKY. Faktor genetik dalam hal
ini merupakan variasi individual terhadap kejadian GAKY dan mempunyai kecenderungan
untuk mengalami gangguan kelenjar tiroid. Faktor genetik banyak disebabkan karena
keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid.
Penyebab genetik lain adalah sejumlah cacat metabolic yang diturunkan, yang
melukiskan kepentingan berbagai tahapan dalam biosintesis hormon tiroid. Cacat ini adalah
5

cacat pada pengangkutan yodium, cacat pada iodinasi, cacat perangkaian, defisiensi
deiodinasi, dan produksi protein teriodinasi yang abnormal.
Gangguan Kesehatan Akibat GAKY
Kekurangan yodium menghasilkan hormon tiroid yang sedikit sehingga tidak mampu
mencukupi kebutuhan tubuh. Konsekuensi yang dapat dilihat adalah terjadinya gondok. Jika
tiroid mengalami kekurangan bahan baku pembuat hormon yaitu yodium, TSH akan bekerja
lebih keras sehingga tiroid bekerja lebih keras. Sebagai akibatnya jaringan yang isinya hanya
otot akan membesar. Hal ini berakibat pada pembesaran kelenjar gondok sebagai akibat
proses adaptasi. Jika defisiensi yodium ringan dan adaptasi berhasil dengan baik, penderita
akan mengalami pembesaran gondok tetapi tidak terdapat gangguan metabolisme.1
Pengaruh yang paling jelek dari defisiensi yodium adalah jika defisiensi itu terjadi
pada masa janin dan neonatus. Defisiensi yodium meningkatkan terjadinya komplikasi
kehamilan seperti abortus, kematian janin, berat badan lahir rendah, hipotiroid neonatal dan
retardasi mental.1
Dalam keadaan defisiensi yodium selama kehamilan seperti yang terjadi di daerah
endemik, mengakibatkan peningkatan morbiditas abortus spontan, kelahiran premature, dan
kematian bayi dini, demikian juga meningkatnya kejadian hipertirotroemia neonatal
sementara. Pada masa neonatus, keadaan yang terpenting dalam kaitannya dengan perubahan
fungsi tiorid akibat defisiensi yodium semasa kehamilan adalah kejadian hipotiroid, yang
memang berbeda dengan hipotiroid kongenital sporadik, karena hipotiroid yang terjadi
tidaklah menetap melainkan bersifat sementara atau transien. Sedangkan pada hipotiroid
kongenital terjadi oleh karena kegagalan sintesis hormon tiroid janin secara permanen.
Walaupun hanya terjadi secara sementara, ternyata hipotiroid dapat menimbulkan gangguan
perkembangan intelektual di kemudian hari. Karena sekalipun kejadiannya sementara tetapi
dapat menyebabkan terjadinya development brain damage.1
Perkembangan integritas neurologis dilukiskan sebagai perkembangan sistem neural,
secara komprehensif, integratif, dan sistematis. Pola perkembangan neural pada defisiensi
yodium dapat diketahui dari hasil pemeriksaan neurologis pada bayi dan anak. Dari
pemeriksaan ini ditemukan bahwa defisiensi yodium pada kehamilan berpengaruh terhadap
perkembangan tonus, refleks, dan reaksi postural. Keterlambatan perkembangan ini tidak
menetap. Pada usia 6 bulan mereka dapat mengejar ketertinggalannya. Walaupun demikian
tidak berarti mereka mengalami perbaikan yang sempurna. Mereka masih terancam risiko
masalah perkembangan di kemudian hari. Temuan ini dapat menjelaskan mengapa penduduk
yang tinggal di daerah defisiensi yodium mengalami gangguan berupa kapasitas mental yang
lebih rendah, gangguan kecerdasan dan psikomotor serta kesulitan belajar.1
6

Semula pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium hanya terbatas pada gondok
endemik dan kretin endemik saja ke pandangan yang lebih luas, yaitu gangguan
perkembangan pada manusia, baik fisik maupun mental. Dengan demikian istilah defisiensi
yodium yang diidentikkan dengan gondok endemik, digantikan dengan gangguan akibat
kekurangan yodium, yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua aspek usia, sejak fetus
hingga dewasa. Kelainan GAKY itu sendiri didefiniskan sebagai semua kelainan dan
gangguan (reversibel maupun irreversible), yang dapat dicegah dengan pemberian unsure
yodium secara adekuat. Berdasarkan dasar epidemiologis dan gambaran klinisnya, spectrum
klinis GAKY seperti pada Tabel 1.1
Tabel 1. Gambaran klinis1, 8
Kelompok Umur
Seluruh umur
Fetus

Neonate

Child and adolescent

Adult

Akibat terhadap kesehatan karena kekurangan yodium


Goiter
Peningkatan kepekaan dari kelenjar tiroid untuk radiasi nuklir
Aborsi
Lahir mati
Kelainan kongenital
Kematian masa perinatal
Kretin endemik
Bisu, tuli
Kematian bayi
Hipotiroid neonatal, gondok neonatal
Kretinisme endemis
Penurunan fungsi mental
Keterlambatan pertumbuhan
Gondok, hipotiroid
Peningkatan kepekaan terhadap radiasi
Penurunan fungsi mental
Penurunan produktivitas
Toxic nodular goiter, iodine-induce hypertiroidism
Peningkatan kejadian hipertiroidism dari moderate hingga
kekurangan yodium berat, berkurangnya kejadian hipotiroid in
mild-to-moderate iodine deficinecy

Terdapat 3 bentuk kelainan klinis, yaitu gondok endemik, kretin endemik, dan
hipotirodisme.1
Gondok Endemik
Yang sangat tampak sebagai efek defisiensi yodium adalah pembesaran
kelenjar tiroid (gondok/struma siplex). Kondisi ini banyak terdapat diantara penduduk
daerah tertentu secara endemik, atau apabila dalam masyarakat terdapat prevalensi
7

penderita gondok lebih dari 10% jumlah penduduknya, maka disebut dengan gondok
endemik.2 Semula gondok endemik disama artikan dengan GAKY, namun kini telah
dipisahkan. Gondok hanya sebagian kecil dari spektrum GAKY. Penyebab utama
gondok adalah defisiensi yodium dan penyebab lain seperti goitrogen dan kelebihan
yodium, dan mikronutrien yang lain. Dengan memberi yodium dalam jumlah yang
cukup, prevalensi gondok akan berkurang, tetapi tidak berarti GAKY telah tiada.1
Gondok endemik terjadi jika konsumsi yodium rata-rata penduduk suatu
daerah sebesar 25 ug seorang sehari atau kurang, akan terdapat frekuensi goiter yang
cukup tinggi. Dan terdapat juga penderita-penderita kretinisme, ialah yang menderita
hambatan pertumbuhan fisik serta pengembangan fisik maupun mental. Bila konsumsi
yodium rata-rata 25-60 ug/hari, akan terdapat kasus goiter tetapi tidak banyak terlihat
kasus kretinisme.2
Endemic goiter sendiri tidak merupakan penyakit yang mematikan secara akut
dan dramatis. Pada Iodine Deficiency Disease (IDD) tingkat ringan, hambatan
penderita terutama dari sudut kosmetik, tetapi bila gondoknya cukup besar, dapat
memberikan berbagai tekanan mekanis kepada organ-organ lain di sekitarnya, seperti
mendesak trakea dan esophagus, sehingga memberikan kesulitan bernapas dan
menelan, dapat pula menjepit saluran darah dan menekan syaraf yang terdapat di
sekitar leher. Pada gondok retrosternal dapat mengganggu kerja jantung.2
Kretin Endemik
Merupakan akibat defisiensi yodium berat pada masa fetus dan merupakan
indikator klinik penting bagi GAKY. Prevalensinya di daerah defisiensi yodium
derajat berat berkisar antara 1-15%. Kretin endemik umumnya lahir di daerah
defisiensi yodium yang sangat berat, dengan Urine Iodine Excretion (UIE) < 25 ug/L.1
Kretin terjadi karena hambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental
intelektual. Penderita bertubuh pendek (cebol) dan menderita berbagai tingkat
hambatan mental, di mana tingkat perkembangan mental itu tertinggal terhadap umur.
Misalkan penderita berusia 15 tahun dapat mempunyai perkembangan mental seperti
umur 2 tahun. Penderita demikian tidak dapat mengikuti kemajuan sosial dari
masyarakatnya, sehingga harus diurus dan dijaga, menjadikan beban permanen bagi
keluarga dan masyarakatnya. 2
Kretin terjadi karena defisiensi yodium pada saat intrauterine dan dilanjutkan
postnatal secara kronis. Jadi proses pathogenesis kretin terjadi pada fetus ketika masih
di dalam rahim ibu yang sedang hamil.2
Gambaran klinis seseorang dikatakan kretin endemik, jika ia lahir di daerah
gondok endemik dan secara klinik ditegakkan berdasarkan dua kompleks gejala8

gejala: 1). Kerusakan pada Susunan Saraf Pusat (SSP) yang dasar sebabnya tidak
diketahui. Terdapat: retardasi mental, tuli perseptif yang biasanya bilateral, gangguan
neuromotor (terutama kelemahan otot pangkal lengan dan paha, sedangkan otot-otot
ujung jari masih baik tenaga maupun daya koordinasinya). 2). Kondisi hipotiroid
dimana produksi hormon tiroid tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Maka terjadi:
hambatan pertumbuhan tinggi dan berat badan, pada tingkat berat terdapat kondisi
myxoedema, yaitu gejala oedem pada tungkai dan muka yang tampak sembab dan
juga di sekitar mata. Sifat oedemnya adalah non-pitting edem yaitu tidak memberikan
cekungan yang berlangsung lama pada tekanan.2
Pemeriksaan laboratorik menunjukkan kondisi hypotiroksin, yaitu kekurangan
hormon tiroksin dalam darah. Gambaran klinik kretin baru akan jelas bila bayi telah
berumur 12 bulan atau lebih. Jika anak diberi makan PASI sejak dilahirkan, gejalagejala kretin akan tampak lebih dini lagi (pada umur 3 bulan atau kurang). Pada yang
mendapat ASI , gejala-gejala akan terlihat lebih lambat, karena hormone tiroksin dari
ibunya dapat masuk ASI dan membantu bayi memenuhi kekurangan hormon yang
diproduksi bayi itu sendiri.2
Gambaran umum kretin didahului oleh sifat letharghia; anak seperti lemas dan
mengantuk berkepanjangan, pertumbuhan kurang maju dan menderita konstipasi.
Gejala selanjutnya adalah muka yang sembab dan ekspresi muka memberi kesan
bodoh; mata sipit dengan celah ata horizontal, tidak naik kearah lateral seperti pada
penderita mongoloid. Lidah seperti kebesaran dan tampak menjulur ke luar dari
lubang mulut; rambut yang kasar dan kering; terdapat timbunan jaringan lemak di
daerah fossa supraclavicularis dan sekitar pangkal leher, sehingga memberi kesan
leher yang pendek; perut terlihat membuncit dengan hernia umbilicalis; ekstremitas
pendek dan gemuk, serta kulit kering dan suhu badan rendah; tak lupa adanya nonpitting edema. Kalau sudah menjadi lebih besar, anak tampak cebol.2
Kretin sendiri dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu: kretin tipe nervosa, kretin
tipe miksedematosa, dan kretin tipe campuran.1
Kretin tipe nervosa. Manifestasi klinik berupa retardasi mental dan sindroma
neurologic dan predominan. Jenis ini terdapat di China, Indonesia, dan New Guinea,
ditandai dengan retardasi mental yang sangat berat, ekspresi wajah bodoh, sindroma
paresis sistem piramidalis khususnya tungkai bawah, sikap berdiri dan cara berjalan
yang khas scuffing gait atau anak tidak dapat berjalan sama sekali karena
kelumpuhan otot ekstremitas khususnya daerah paha, hipertonia, klonus, spastic
diplegia (kelumpuhan mengejang ekstremitas atasatau bawah bilateral simetris,
9

ataksik, atau bahkan tidak mampu berdiri, gambaran tubuh yang pendek cebol dan
sering terlihat struma yang berbenjol-benjol meskipun gejala ini tidak selalu ada.1, 2
Penderita kretin tipe ini sering menunjukkan kondisi tuli bilateral dan
mengalami kesulitan berbicara, bahkan seringkali bisu sama sekali. Hambatan
pendengaran mungkin tidak total, tetapi terdapat kesulitan untuk mendengar suara
bernada tinggi.2
Pada kretin tipe ini tidak selalu terjadi kondisi hipotiroid dan gejala goiter
tidak selalu tampak, meskipun memang seringkali gejala itu tampak pada penderita
kretin.2
Kretin tipe miksedematosa. Manifestasi kliniknya yaitu hipotiroid yang
predominan dan tubuh kerdil. Tipe ini banyak dijumpai di Kongo. Kretin tipe ini
menderita defisiensi metabolisme pada tingkat berat, sehingga penderita dengan jelas
menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan tinggi dan berat badan (tampak cebol).
Pertumbuhan dan osifikasi kerangka jelas tertinggal terhadap umur, tetapi kapasitas
alat pendengaran biasanya tidak banyak terganggu. Kretin tipe ini ditandai dengan:
retardasi mental namun derajatnya lebih ringan; tanda-tanda hipotiroid klinis, seperti
Miksedema, kulit kering, rambut jarang. Gejala myxoedema jelas terlihat yaitu nonpitting edema, tampak sekali pada tungkai dan muka yang sembab. Oedema biasanya
terdapat di perifer, tidak terjadi pengumpulan cairan di dalam rongga badan (acites
dan sebagainya). Gangguan neurologis yang dapat terjadi seperti: spastisitas tungkai
bawah, refleks plantaris, dan gangguan gaya berjalan.1, 2
Kretin Tipe Campuran. Terdapat di Jawa Tengah dan Thailand. Gambaran
klinisnya meerupakan gabungan dari keduanya.1
Patofisiologi Terjadinya GAKY
Pada tubuh manusia yang sehat mengandung 15-20 mg yodium, di mana sekitar 7080% ada di dalam kelenjar tiroid. Yodium merupakan komponen struktural dari hormon
thyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok. Thyroxin adalah tetraiodotironin (T4).2
Fungsi yodium di dalam tubuh yaitu untuk sintesis hormon tiroid yang berlangsung di
dalam kelenjar tiroid. Iodida yang biasa terdapat di dalam makanan, setelah diserap dari usus,
dialirkan dalam sirkulasi darah, masuk ke dalam sel kelenjar gondok. Sel-sel kelenjar tiroid
mempunyai kesanggupan untuk menyerap senyawa iodida secara aktif, yaitu melalui pompa
yodium dibawah pengendalian TSH yang dilepas oleh kelenjar hipofisis. Mekanisme ini
merupakan mekanisme transportasi aktif yang mempertahankan gradient 100:1 antara sel-sel
kelenjar tiroid dan cairan ekstrasel. Gradient ini dapat meningkat menjadi 400:1 pada
keadaan defisiensi yodium. Di dalam kelenjar iodida dioksidasi menjadi elemen yodium.2, 8
10

Setelah diambil oleh sel-sel kelenjar tiroid, yodium dilepaskan ke dalam koloid
kelenjar tiroid da di tempat ini, yodium dioksidasi oleh hidrogen peroksida yang berasal dari
sistem peroksidase tiroid. Kemudian elemen yodium bereaksi dengan asam amino tirosin dari
tiroglobulin membentuk monoiodo tirosin (MIT), kemudian bereaksi lagi menjadi diiodo
tirosin (DIT). Jika sebuah molekul DIT terangkai dengan moleku DIT yang lain, maka
terbentuklah tetraiodotironin (T4) atau tiroksin. Dan jika yang dirangkaikan itu MIT dengan
DIT, terbentuklah triiodotironin (T3). T3 dan T4 disimpan di dalam folikel kelenjar gondok
berkonjugasi dengan suatu protein jenis globulin, sehingga disebut thyroglobulin.
Tiroglobulin kemudian diambil oleh sel-sel kelenjar tiroid melalui sebuah proses yang
dikenal sebagai pinositosis. TSH yang dihasilkan oleh hipofisa anterior merangsang sintesis
dan sekresi T3 dan T4 dari ikatannya pada globulin dan kedua zat tersebut disekresikan dari
folikel kelenjar tiroid masuk ke dalam saluran darah. Terdapat mekanisme autoregulasi atau
umpan balik (feedback mechanism) antara sekresi hormon TSH dan hormon tiroid, sehingga
pada kondisi normal, selalu terdapat kwantum hormone thyroxin yang tepat sesuai dengan
kebutuhan di dalam aliran darah.2, 8
Bila hormon tiroksin meningkat konsentrasinya di dalam darah, terjadi pengaruh
penghambat terhadap sekresi TSH, sehingga sekresinya oleh hipofisa anterior menurun.
Penurunan kadar TSH menghambat sekresi hormon tiroksin, sehingga kadarnya di dalam
darah menurun pula. Demikian terjadi saling pengaruh antara TSH dan tiroksin, sehingga
terdapat kadar tiroksin yang selalu tetap dalam range yang sempit, sesuai dengan kebutuhan
tubuh.2, 8
Pada defisiensi yodium pembentukan hormone tiroksin terhambat, sehingga tidak
mencukupi kebutuhan. Kadar hormon T4 rendah, sedangkan TSH meningkat. Peningkatan
kadar TSH pada defisiensi yodium menstimulasi aktivitas sel-sel kelenjar tiroid yaitu
berusaha mengadakan kompensasi dengan menambah jaringan kelenjar, sehingga terjadi
hipertrofi dan hyperplasia sel-sel kelenjar tiroid dan menghasilkan pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran ini disebut dengan gondok atau struma simplex. Dan jika terjadi di daerah
tertentu secara endemik, disebut dengan gondok endemik.2, 8
Jika pasokan yodium ke dalam kelenjar tiroid sangat terbatas, kelenjar tersebut akan
memproduksi lebih banyak T3 (yang bekerja lebih aktif daripada T4) sementara produksi T4
menjadi lebih sedikit. Jika kadar T4 rendah jringan sasaran (target tissue) juga mengubah T4
menjadi T3. Kendati demikian, otak hanya mengambil T4 dan bukan T3 sehingga fungsi otak
akan terpengaruh jika kadar T4 rendah sekalipun kadar T3 cukup untuk melakukan fungsi
hormone tiroid pada organ serta pada jaringan tubuh yang lain. Jika pasokan yodium pada
kelenjar tiroid sangat terbatas, maka kelenjar tersebut akan melepaskan tiroglobulin ke dalam
11

sirkulasi darah, dan sebagian diantaranya tidak mengandung hormone tiroid T 3 dan T4.
Dengan demikian kenaikan kadar tiroglobulin akan menjadi indicator untuk menunjukkan
defisiensi yodium yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Klasifikasi Gondok Berdasarkan Palpasi
Salah satu kriteria untuk menegakkan diagnosis GAKY selain dengan memeriksa
kadar yodium dalam urin adalah dengan mengukur pembesaran kelenjar tiroid. Survei
epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya kelenjar tiroid,
dilakukan dengan metode Palpasi, menurut klasifikasi Perez atau modifikasinya (1960):2
Grade 0 : Tidak teraba
Grade 1 : Teraba dan terlihat hanya dengan kepala tengadah maksimal
Grade 1a : Tidak terlihat pada tengadah maksimal namun teraba saat tengadah
maksimal sama atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan pasien.
Grade 1b :terlihat dengan tengadah maksimal dan teraba lebih besar dari grade 1a.
Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa.
Grade 3 : Terlihat dari jarak 6 meter.
Penilaian Status Yodium
Kadar Iodium dalam Urine
WHO, UNICEF, ICCIDD Consultation pada tahun 1992 menyepakati pengambilan
sampel urine untuk pemeriksaan Urinariy Excretion iodine (EUI) cukup menggunakan urine
sewaktu dan tidak perlu lagi menggunakan ratio dengan kreatinin. Urine dapat ditampung
dalam botol penampung tertutup rapat, tidak perlu dimasukkan dalam lemari es selama masa
transportasi dan tidak perlu ditambah pengawet urine. Metode yang direkomendasikan adalah
Ammonium Persulfate Disgestion. Pertimbangan pemilihan metode ini yaitu mudah, sepat
dan tidak memerlukan alat yang terlalu mahal. Klasifikasi kecukupan yodium berdasarkan
Median UEI adalah :9
a. Defisiensi Berat, median UEI < 20 mikrogram/L
b. Defisiensi Sedang, median UEI 20-49 mikrogram/L
c. Defisiensi Ringan, median 50-99 mikrogram/L
d. Optimal, median UEI 100-200 mikrogram/L
e. Lebih, median UEI 201-300 mikrogram/L
f. Kelebihan (excess), median EUI > 300 mikrogram/L
Berikut ini penentuan kadar yodium dalam urine dengan metode cerium adalah :10
1. 10 ml urine didestruksi (pengabuan basah) dengan penambahan 25 ml asam klorat 28%
dan 1 ml kalium klorat 0,5%.
2. Panaskan di atas hotplate sehingga volume larutan menjadi kurang dari 0,5 ml. Larutan ini
diencerkan dengan air suling sehingga volume larutan menjadi 100 ml.
12

3. Dari larutan terakhir ini dipipet 3 ml, kemudian ditambahkan 2 ml asam arsenit 0,2 N ; lalu
didiamkan selam 15 menit.
4. Ke dalam tiap larutan kemudian ditambahkan 1 ml larutan cerium (4+) ammonium sulfat
0,1 M; dikocok kembali didiamkan selama 30 menit. Absorpsi dilakukan pada panjang
gelombang 420 ml.
Larutan standart induk yang berkadar 100 ppm dibuat dengan melarutkan 0,0168 g K
I03 dalam 100 ml air suling. Karena kadar yodium dalam urine dinyatakan dalam mg 1 per g
kreatinin maka diukur pula kadar kreatinin urine dengan cara sebagai berikut:10
Penentuan Kadar Kreatinin Urine10
1. 0,1 ml urine yang telah diencerkan 100 kali ditambahkan 4 ml H2SO4 N dan 0,5 ml natrium
tungstat.
2. Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 15 menit lalu dipusing selama 10 menit.
3. Supernatan dipisahkan lalu ditambahkan 0,5 ml larutan campuran 1 ml asam pikrat 10%
dan 0,2 ml NaOH 10%.
4. Setelah didiamkan selam 15 menit, absorpsi larutan dibaca pada panjang gelombang 520
nm.
Standart kreatinan dengan konsentrasi 1 mg/100 ml dikerjakan dengan cara yang
sama. Perhitungan kadar yodium per g kreatinin: jika diketahui konsentrasi yodium A mikrog
ram/liter urine dan kadar kreatinin b gram/liter maka kadar yodium a/b mikrogram/gram
kreatinin.10
Batasan Dan Klasifikasi Pemeriksaan Kadar Yodium Dalam Urine
Suatu daerah dianggap endemis berat bial rata-rata ekskresi yodium dalam urine lebih
rendah dari 25 mikrog yodium/gram kreatinin, endemik sedang bila ekskresi yodium dalam
urine 25-30 mikrog yodium/gram kreatinin. Anak sekolah dapat digunakan sebagai target
penelitian karena prevalensi GAKY pada anak sekolah umumnya menggambarkan prevalensi
yang ada dalam masyarakat.10
Biomarker yang biasanya digunakan untuk mengukur status yodium adalah ekskresi
yodium urine, ini mendekati gambaran asupan yodium. Pengukuran yodium urin 24 jam lebih
dipilih meskipun WHO menganjurkan urin casual (urin sesaat).11
Konsentrasi TSH dalam serum, whole blood atau cord blood biasa digunakan di
negara barat. T3 dan T4 dalam serum mahal, menjadi biomarker yang jarang digunakan.
Dimasa yang akan datang sangat dimungkinkan menggunakan tyroglobulin dan darah kering
untuk biomarker yodium pada anak-anak.11
Ekskresi yodium urin merefleksikan konsumsi yodium harian karena hanya sedikit
yodium yag dikeluarkan melalui feses. Lebih dari 90% asupan yodium dikeluarkan melalui
urin.3 Dengan asumsi nilai median dari urin 24 jam adalah 0,0009 L/h/kg dan rata-rata
13

biofaibilitas yodium dalam makanan adalah 92% maka intakae yodium harian dalam mikrogr
am bisa dihitung dengan Intake yodium harian = (0,0009 x 24/0,92) x BB x IEU.11
Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Pengukuran TSH merupakan indikator mengenai kekurangan yodium, hasilnya dapat
meningkatkan penggunaan dalam penelitian kekurangan yodium. Pengukuran ini secara
langsug menunjukkan kecukupan hormon tiroid, yaitu substansi yang penting bagi
perkembangan

neurologi

normal.

Kadar

hormon

tiroid

mudah

diukur

dengan

immunoasayyang sangat sensitif dan spesifik dengan menggunakan sedikit sampel darah.
Meskipun dibutuhkan laboratorium yang handal, sampel-sampelnya stabil tanpa pembekuan
dan karena itu mudah dibawa ke laboratorium untuk diproses. Distribusi nilai TSH bisa
digunakan untuk mendeteksi kadar kekurangan yodium yang ringan. Penelitian kekurangan
yodium dengan menggunakan TSH bisa dinilai pada target khusus misalnya anak-anak usia
pra sekolah dan wanita pada umur reproduksi. Pengalaman di dalam menginterpretasikan
distribusi nilai-nilai TSH pada populasi-populasi masih terbatas.9
Pengukuran TSH sangat penting karena menunjukkan cukupnya pasokan hormon
tiroid otak. Rentang TSH yang normal manunjukkan bahwa hipotalamus merasakan jumlah
hormon tiroid yang normal dan menstimulasi tiroid untuk terus membuat dan melepaskan
hormon tiroid pada kadar yang sama. Kadar TSH tinggi memberi tanda hormon tiroid syaraf
pusat tidak cukup. Sedangkan rendahnya kadar TSH menunjukkan bahwa sistem syaraf pusat
merasakan peningkatan jumlah hormon tiroid. Nilai batasan normal kadar serum TSH di
Laboratorium GAKY Undip adalah 04-05 U/ml (WHO, 2001).9
Sintesis dan pelepasan TSH dari anterior pituitari (otak) dikontrol oleh konsentrasi
hormon-hormon tiroid (khususnya T3) di dalam trirotrops dan jumlah TRH yang dilepaskan
oleh hipotalamus. Hormon tiroid mengontrol transkripsi mRNA dari TSH. Hipotalamus juga
melepaska somatostatin dan dopamine, yang menghambat pelepasan TSH dari anterior
pituitari (otak). Diyakini somatostatin dan dopaminebekerja melalui sistem tranduksi sinyal
G-coupled. Somatostatindilepaskan hipotalamus selama hipertiroid (serum T3 dan T4 yang
tinggi) yang menurunkan pelepasan TSH.9
Tabel 2. Thyroid Stimulating Hormone Serum9
Deskripsi
Manfaat
Pemeriksaan
Persyaratan & Jenis
Sampel

Pemeriksaan TSHs merupakan pengukuran kadar Thyroid


Stimulating Hormone (TSH) dalam darah, dan dapat digunakan
untuk menilai fungsi tiroid. TSH berfungsi untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid yang sangat penting bagi tubuh.
(1) Skrining kelainan tiroid; (2) Diagnosis hipotiroidisme (primer,
sekunder dan tersier) dan hipertiroidisme.
0,5 mL Serum
14

Stabilitas Sampel
Persiapan Pasien
Hari Kerja
Metode
Nilai Rujukan
Tempat Rujukan
Catatan

2-8 C : 7 hari, <= -10 C : 6 bulan


Setiap hari
Immunochemiluminescence
0.47-4.64 uIU/mL (untuk nilai rujukan anak-anak sesuai DNR-TQA)
Catat waktu pengambilan spesimen. Kriteria penolakan sampel :
Beku ulang : Mutlak.

Tingkat Endemisitas GAKY


Total Goitre Rate (TGR) adalah angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan
seluruh stadium pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang
terlihat (visible). TGR digunakan untuk menentukan endemisitas GAKY. Daerah Endemik
GAKY: Adalah daerah yang sebagian besar penduduknya mengalami pembesaran kelenjar
gondok. Klasifikasi daerah endemik:12
- Daerah GAKY berat TGR 30%
- Daerah GAKY sedang TGR 20-29,9%
- Daerah GAKY ringan, TGR 5-19,9%
- Daerah non-endemik TGR 5%
Garam beryodium: Adalah garam yang mengandung Natrium Chlorida (NaCl) yang
diproduksi melalui proses yodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu
mengandung yodium antara 30-80 ppm.12
Rekomendasi Asupan Yodium Sesuai Kelompok Umur
Untuk dewasa. WHO merekomendasikan kebutuhan untuk orang dewasa, laki-laki
dan perempuan yang tidak hamil adalah sekitar 150 ug/hari.1
Untuk ibu hamil dan menyusui. Kebutuhan yodium selama hamil meningkat,
karena: 1). Peningkatan produksi T4 untuk mempertahankan kondisi eutiroidisme ibu dan
mentransfer hormon tiroid ke janin pada trimester pertama kehamilan, sebelum tiroid janin
berfungsi. 2). Yodium ditransfer ke janin terutama saat kehamilan sudah lanjut. 3). Terjadi
peningkatan klirens ginjal. Untuk mempertahankan kecukupan WHO menganjurkan
kebutuhan yodium harian sekitar 250 mikro gram/hari untuk ibu hamil atau sekitar 10% di
atas RDA. Sementara untuk ibu menyusui, direkomendasikan kebutuhan yodium harian
adalah 250 mikro gram/hari. Hal ini didasarkan pada jumlah yodium yang ditransfer dari ibu
ke bayi yang mendapat ASI pada bulan 1 dan bulan ke 6.1
Untuk Bayi. Karena tidak terdapat kriteriaa fungsional asupan yodium pada bayi,
rekomendasi asupan yodium pada bayi, rekomendasi asupan yodium didasarkan pada rerata
asupan yodium pada bayi yang baru lahir cukup bulan yang mendapat ASI eksklusif. WHO
merekomendasikan asupan yodium untuk bayi 90 ug/hari.1
Untuk Anak. WHO merekomendasikan asupan yodium harian sebanyak 90 ug/hari
untuk anak pra sekolah, dan 120 ug/hari untuk anak sekolah.1
15

Tabel 3. Rekomendasi asupan yodium menurut WHO1


Grup Populasi dan Umur
Anak 0-5 tahun
Anak 6-12 tahun
Dewasa > 12 tahun
Ibu hamil
Ibu menyusui

Ug/hari
90
120
150
250
250

Uji Iodin dalam Garam


Menguji Kandungan Yodium (Iodine) secara Tradisional13
Kupas dan parut singkong yang masih segar.
Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tersebut, tanpa dicampur air, ke dalam tempat
yang kering dan bersih.
Kemudian tambahkan 4-6 sendok teh penuh (menggunung) garam yang hendak kita uji.
Lalu tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, kemudian biarkan selama
beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung
yodium.
Menguji Yodium (Iodine) dengan Iodina Test13
Siapkan garam yang bertuliskan Garam Beryodium.
Siapkan cairan uji Iodina.
Ambil 0,5 sendok teh garam yang akan diuji tersebut dan letakkan di piring kering dan
bersih.
Teteskan cairan uji Iodina sebanyak 2-3 tetes pada garam tersebut.
Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna. Kalau garam tetap berwarna
putih, maka berarti garam tersebut tidak mengandung yodium (0 ppm).
Namun apabila berubah menjadi ungu, maka berarti garam itu mengandung yodium sesuai
persyaratan (30 ppm).
Penanggulangan dan Pencegahan
Jadi secara garis besar penanggulangan dan pencegahan defisiensi yodium dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: pemberian suntikan yodium, pemberian kapsul
yodium, dan fotifikasi yodium pada beberapa makanan diantaranya garam, minyak, gula, dll.1
Vehicle untuk yodisasi
Vehicle yang ideal untuk membawa yodium ke masyarakat yang mengalami defisiensi
hendaknya dapat mencapai jumlah yang memadai, mencapai jumlah yang luas, pada semua
penduduk dari berbagai kelas sosial ekonomi, aman, dan murah. Dari beberapa bahan yang
dapat digunakan, yang paling sering digunakan adalah garam, di samping minyak sayur, air,

16

dan tablet. Kadang digunakan juga gula, roti dan teh untuk menjagkau daerah yang sangat
luas.1
Garam merupakan vehicle ideal, karena garam merupakan komponen diet yang selalu
diperlukan oleh setiap orang, pada semua umur, semua jenis kelamin dan apapun soaial
ekonominya. Bahkan kadang, bisa terjadi seseorang hanya makan nasi dan garam karena
tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan satu-satunya lauk. Teknologinya juga sangat
sederhana, dan dapat dikerjakan dalam skala kecil maupun besar. Dapat secara manual atau
dengan cara modern, dan kualitas garam yodium mudah dipantau baik di pabriknya, di pasar
atau toko dan di rumah tangga.1
Penggunaan garam beryodium di Indonesia dengan kadar yodium 40 ppm, dengan
anggapan konsumsi garam 10 g sehari, sehingga konsumsi potassium yodium 400 g sehari
dan ini sesuai dengan 230 g yodium.1
Di beberapa daerah dengan defisiensi yodium sedang atau berat, iodisasi garam
dipandang kurang efektif untuk menanggulangi defisiensi yodium dalam jangka pendek. Oleh
karena itu digunakan pemberian yodium dosis tinggi dengan bentuk injeksi atau kapsul.1
Program suntikan yodium pernah dilakukan di Indonesia pada tahun 1970-1990 di
daerah endemis sedang dan berat. Sasarannya adalah wanita berumur 0-35 tahun dan laki-laki
umur 0-14 tahun. Mulai tahun 1992 diberikan yodium dosis tinggi berbentuk kapsul.
Sasarannya wanita umur 0-15 tahun dan pria umur 0-20 tahun. Kapsul ini diberikan setahun
sekali. Penelitian di kabupaten Magelang terhadap pemberian yodium dosis tinggi ini adalah
penurunan kasus kretin sehingga tidak ada lagi kasus.1
Menurut Depkes RI 2004 mengenai peningkatan konsumsi garam berioidium gizi
masyarakat, di Indonesia terdapat beberapa strategi (baik jangka pendek maupun jangka
panjang) sebagai upaya penanggulangan dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) sebagai berikut :14
1. Strategi Jangka Panjang
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah strategi pemberdayaaan
masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai visi dan misi yang sama untuk
menanggulangi

GAKY

melalui

kegiatan

pemasyarakatan

informasi,

pendidikan/penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi kualitas sumber daya manusia.


Juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, memperoleh kapsul
beryodium bagi daerah endemik dan penganekaragaman konsumsi pangan.14
b. Surveilans merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkesinambungan
terhadap beberapa indikator untuk dapat melakukan deteksi dini adanya masalah yang
mungkin timbul agar dapat dilakukan tindakan secepatnya sehingga keadaan lebih
buruk dapat dicegah. Kegunaan surveillans yaitu mengetahui luas dan beratnya
17

masalah pada situasi terakhir, mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas,
memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk intervensi, mengetahui
sasaran yang paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan program.14
c. Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat (KOI3).
Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi masyarakat
mengandung yodium 30-80 ppm. Target program ini 90% masyarakat mengkonsumsi
garam beryodium yang cukup.14
2. Strategi Jangka Pendek
Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan GAKY yaitu dengan
melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program yang sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan status yodium
masyarakat bagi daerah endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Kapsul minyak
beryodium 200mg diberikan sebanyak 1 kapsul/tahun pada ibu hamil, ibu menyusui,
Wanita Usia Subur (WUS), dan anak usia sekolah.14
Karena pada kasus tersebut dinyatakan bahwa telah didapatkan beberapaa anak usia
sekolah yang tubuhnya berukuran pendek di wilayah gondok endemik, yaitu keadaan kretin
endemik, maka upaya preventif yang harus dilakukan ialah pemberian yodium secara
profilaksis kepada para ibu hamil di daerah IDD endemik.
Kesimpulan
Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang cukup lama. GAKI merupakan suatu fenomena gunung es. Gondok endemik,
kretin endemik dan hipotiroidisme muncul ke permukaan secara klinis. GAKY merupakan
masalah

yang

penting

untuk

diperhatikan

karena

data

menunjukkan program

penanggulangan GAKI yang dicanangkan pemerintah belum mencapai hasil yang optimal
dilihat dari survey tahun 2007 bahwa rumah tangga yang mengkonsumsi garam iodium
secara cukup di Indonesia hanya 62,3%. Yodium sendiri adalah sejenis mineral yang
terdapat dialam, baik ditanah, di tumbuhan maupun di air merupakan zat gizi mikro untuk
membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari janin sampai dewasa. GAKY dapat dialami oleh semua golongan
umur mulai dari janin hingga dewasa yang digolongkan sebagai kelompok rentan.
Penyebab dari GAKY sendiri selain dari kurangnya asupan yodium baik dari makanan dan
minuman juga dapat disebabkan oleh kurangnya asupan protein dan tingginya zat
goitrogenik (zat yang menghambat penyerapan yodium) yang dikonsumsi. Masalah
18

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius


mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas
manusia.
Untuk itu sebaiknya dilakukan upaya pencegahan terhadap timbulnya GAKY di
masyarakat. penanggulangan dan pencegahan defisiensi yodium dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya pemberian suntikan yodium, pemberian kapsul yodium, dan
fortifikasi yodium pada beberapa makanan diantaranya garam, minyak, dan gula.

Daftar Pustaka
1. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit
metabolik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.h. 209-19.
2. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi di Indonesia. Jilid II. Jakarta:
Penerbit Dian Rakyat; 2008.h. 557-68.
3. Artikel pengertian dan dampak GAKY. Dipublikasikan pada 5 Agustus 2015. Diunduh
dari : www.indonesian-publichealth.com
4. Azizi R. Iodine deficiency disorders: silent pandemic. Thyorid international: 2009; 4:114.
5. Rencana aksi nasional kesinambungan program penanggulangan GAKI. Jakarta: RAN
KPP GAKI; 2004.
6. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
7. Thaha AR, Djaunaidi M, Dachlan, Jafar N. Analisis faktor risiko coastal goiter. Vol 1(1).
2002.
8. Shills ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ. Modern nutrition in health and
disease. Tenth Edition. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins, A
Wolters Kluwer Company; 2006.h. 252-62.
9. Rinaningsih. Hubungan kadar retinol serum dengan thyroid stimulating hormone (TSH)
pada anak balita di daerah kekurangan yodium. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007.
10. SupariasaIDN. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.
11. Gibson RS. Principles of nutritional assesment. 2nd ed. New York: Oxford University
Press; 2005.
12. Syaiful I. Masalah gizi di indonesia dan program perbaikan gizi masyarakat. Jakarta:
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan RI; 2008. Diunduh dari http://kgm.bappenas.go.id/.

19

13. Menguji mutu dan kandungan yodium pada garam beryodium. Informasi Kesehatan: 15
Maret 2015. Diunduh dari www.healthinformation.name
14. Depkes RI. Peningkatan konsumsi garam beryodium. Direktorat Bina Gizi Masyarakat:
2004.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Isi DA
    Isi DA
    Dokumen50 halaman
    Isi DA
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen26 halaman
    Jurnal Reading
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Perforasi Gaster
    Perforasi Gaster
    Dokumen35 halaman
    Perforasi Gaster
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Gaky
    Gaky
    Dokumen20 halaman
    Gaky
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Tekanan Intra Kranial
    Tekanan Intra Kranial
    Dokumen13 halaman
    Tekanan Intra Kranial
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Cinthya Tunggal Manuain-Status IPD
    Cinthya Tunggal Manuain-Status IPD
    Dokumen12 halaman
    Cinthya Tunggal Manuain-Status IPD
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Makalah KAD
    Makalah KAD
    Dokumen13 halaman
    Makalah KAD
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat
  • Benjolan Pada Payudara
    Benjolan Pada Payudara
    Dokumen22 halaman
    Benjolan Pada Payudara
    Chintya Tunggal Manuain
    Belum ada peringkat