Anda di halaman 1dari 23

Kista Kelenjar Bartholin

Nama : Siti Innas Stassia


Stambuk : N 111 15 018

Pembimbing klinik : dr. Ni Made Astijani, Sp.OG


Pendahuluan

Kista Bartholin dan abses Bartholin merupakan masalah umum pada wanita
usia reproduksi. Kelenjar Bartholin terletak bilateral di posterior introitus dan
bermuara dalam vestibulum pada posisi arah jam 4 dan 8. Kelenjar ini
biasanya berukuran sebesar kacang dan tidak teraba kecuali pada keadaan
penyakit atau infeksi. Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi,
memberikan kelembaban bagi vestibulum.

Penyakit yang menyerang kelenjar Bartholin biasanya terjadi pada wanita


antara usia 20 dan 30 tahun.
Anatomi kelenjar Bartholin
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensnya adalah sekitar 2% dari wanita usia reproduksi
akan mengalami pembengkakan pada salah satu atau kedua kelenjar
Bartholin.

Penyakit yang menyerang kelenjar Bartholin biasanya terjadi pada wanita


antara usia 20 dan 30 tahun.

Pembesaran kelenjar Bartholin pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun
jarang ditemukan, dan perlu dikonsultasikan pada gynecologist untuk
dilakukan biopsi.
Etiologi
Penyebab sumbatan : diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup
saluran kelenjar bartholini

Infeksi :

Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,


seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti chlamydia dan gonorrhoeae

Non infeksi :

Stenosis / atresia congenital

Trauma mekanik
Patofisiologi

Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada
penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk
suatu kista. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan,
dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan kista.

Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan
oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti Chlamydia dan Gonorrhoeae serta bakteri yang biasanya
ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli.
Diagnosis
Anamnesis : Pemeriksaan fisik :

1. Pembengkakan labia tanpa disertai 1. Pasien mengeluhkan adanya massa yang


nyeri. tidak disertai rasa sakit, unilateral, dan
tidak disertai dengan tanda tanda selulitis
2. Nyeri yang akut disertai pembengkakan
di sekitarnya.
labia unilateral.
2. Discharge dari kista yang pecah bersifat
3. Dispareunia
nonpurulent
4. Nyeri pada waktu berjalan dan duduk

5. Nyeri yang mendadak mereda, diikuti


dengan timbulnya discharge (sangat
mungkin menandakan adanya ruptur
spontan dari abses)
Pengobatan
Kista Bartholin :
Kecil, asimptomatik dibiarkan
Simptomatis/ rekuren pembedahan berupa insisi + word
catheter
marsupialisasi
laser varporization dinding kista

Abses bartholin : Insisi (bedah drainase) + word


catheter, ekstirpasi

Bartholinitis : Antibiotik spektrum luas


Ceftriaxon, ciprofloxacin, doxyxiclin, azitromicin
Komplikasi Prognosis

Komplikasi yang paling umum dari Jika abses dengan didrainase


abses Bartholin adalah kekambuhan.
dengan baik dan kekambuhan
Pada beberapa kasus dilaporkan
dicegah, prognosisnya baik. Tingkat
necrotizing fasciitis setelah
dilakukan drainase abses. kekambuhan umumnya dilaporkan
Perdarahan, terutama pada pasien kurang dari 20%.
dengan koagulopati. Pada beberapa
kasus juga dilaporkan timbul jaringan
parut
Laporan kasus
Laporan kasus

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Usia : 38 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : islam
Alamat : jalan Cakalang
Tanggal pemeriksaan : 23 Agustus 2017
Rumah sakit : Anutapura
Anamnesis
Keluhan utama :

Terdapat benjolan pada bibir kemaluan

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang kepoliklinik RSU anutapura dengan keluhan terdapat benjolan pada bibir
kemaluan. Keluhan ini dialami oleh pasien kurang lebih 8 bulan terakhir dan mulai dirasakan
nyeri sejak 1 minggu terakhir. Awalnya benjolan dirasakan tidak nyeri. Namun, lama-kelamaan
benjolan kemudian dirasakan nyeri terutama saat pasien beraktivitas dan melakukan hubungan
dengan suaminya. Pasien tidak mengeluhkan adanya pengeluaran darah, nanah pada benjolan
tersebut. Tetapi pasien terkadang merasa benjolan tersebut gatal. Riwayat keputihan terkadang
dialami oleh pasien. tidak terdapat keluhan mual-muntah, pusing, dan sakit kepala. Tidak
terdapat gangguan pada berkemih maupun buang air besar. Riwayat demam sebelumnya (-).
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit
diabetes mellitus, hipertensi, asma, alergi di sangkal oleh pasien.

Riwayat obstetric :

Anak ke I, 1999, lahir di puskesmas, dibantu oleh bidan, BBL 2600 gr, hidup
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik Kepala leher
Kesadaran : kompos mentis Konjuctiva : anemis (-/-)
BB : 60 kg Sclera : ikterik (-/-)
TB : 155 cm Edema palpebral : (-/-)
Pembesaran KGB : (-/-)
TD : 110/70 mmHg Pembesaran kel. Tiroid : (-/-)
N : 84 x/m
R : 20 x/m
S : 36,7C
Pemeriksaan fisik

Abdomen Pemeriksaan genitalia


Inspeksi : tampak datar Pemeriksaan luar : tampak
Auskultasi : peristaltic (+),
pembengkakan pada labia minora
kesan normal
dextra bentuk bulat dengan ukuran
Perkusi : timpani seluruh
kuadran abdomen 2x2 cm. pada saat dilakukan
Palpasi : nyeri tekan (-), palpasi pasien mengeluh sedikit
organomegali (-)
nyeri

Ekstremitas
Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit 9 x103/L
Eritrosit 3,58 x106/L
Hemoglobin 11,2 g/dL
Platelet 263 x103/L
HbsAg Non-reaktif
Resume
Pasien 38 tahun, masuk dengan keluhan adanya benjolan pada bibir kemaluan
yang dialami sejak kurang lebih 8 bulan terakhir, dan dirasa mulai nyeri sejak
1 minggu terakhir. Pasien mengaku nyeri terutama dirasakan saat pasien
beraktivitas dan berhubungan dengan suami. Riwayat keputihan terkadang
dialami oleh pasien. Tidak terdapat pengeluaran darah ataupun nanah pada
benjolan tersebut. Terkadang benjolan dirasakan gatal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 84


x/m, respirasi : 20 x/m, suhu : 36,7C. Pemeriksaan luar : tampak
pembengkakan pada labia minora dextra bentuk bulat dengan ukuran 2x2 cm.
pada saat dilakukan palpasi pasien mengeluh sedikit nyeri. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan leukosi 9 x103/L, hemoglobin 11,2 g/dL
DIAGNOSIS

Kista bartolini dextra

Penatalaksanaan

Pro eksisi kista bartolini dextra


Pembahasan
Teori Kasus

Manifestasi klinis dari kista bartolini adalah Berdasarkan anamnesis dimana diketahui
pembengkakan pada labia, terletak pada labia mayor bahwa pasien mengeluhkan adanya
baian 1/3 posterior, menonjol ke arah introitus, benjolan pada labia minora dextra yang
biasanya unilateral, berbentuk bulat sampai oval, dialami sejak kurang 8 bulan, dan mulai
berukuran 1-5 cm, jika tidak terinfeksi dan tidak dirasakan nyeri sejak 1 minggu terakhir.
terasa nyeri, kista yang membesar menimbulkan rasa Awalnya benjolan tidak menimbulkan nyeri
tidak nyaman/mengganggu saat berjalan, duduk atau namun lama kelamaan keluhan nyeri
coitus, bila meradang gejala berupa nyeri, demam diungkapkan oleh pasien terutama saat
disertai tanda radang lainnya pasien beraktivitas dan melakukan
hubungan seksual dengan suami.
Pembahasan

Teori Kasus

Secara epidemiologi Epidemiologi kista bartholini


Penyakit yang menyerang kelenjar kebanyakan terjadi pada wanita usia
Bartholin biasanya terjadi pada wanita reproduktif, antara 20 sampai 30
antara usia 20 dan 30 tahun. tahun. Namun, tidak menutup
Pembesaran kelenjar Bartholin pada kemungkinan dapat terjadi pada wanita
pasien yang berusia lebih dari 40 tahun yang lebih tua atau lebih muda. Adapun
jarang ditemukan, dan perlu pasien dalam kasus ini berumur 38
dikonsultasikan pada gynecologist tahun.
untuk dilakukan biopsi.
Pembahasan
Teori Kasus

Etiologi kista bartolini disebabkan Pada kasus ini pasien pernah mengalami
penyumbatan akibat infeksi atau adanya keputihan, sehingga jika dihubungkan dengan
pertumbuhan kulit pada penutup saluran teori kista bartolini terjadi karena infeksi
kelenjar bartolini. Suatu abses dapat terjadi sehingga terjadi penyumbatan. Penyumbatan
bila kista menjadi terinfeksi. Abses ini dapat tersebut akan menyebabkan cairan yang
disebabkan oleh sejumlah bakteri. Bakteri ini dihasilkan oleh kelenjar bartolini akan
termasuk organisme yang menyebabkan terakumulasi sehingga menyebabkan kelenjar
penyakit menular seksual seperti klamidia dan membengkak dan akhirnya membentuk suatu
gonorea serta bakter yang biasnaya ditemukan kista.
disaluran pencernaan, seperti Eschericia coli.
Pembahasan
Teori Kasus

Berdasarkan teori penatalaksanaan dari kista Pada kasus ini dilakukan eksisi/ekstirpasi kista
bartholini, jika kistanya tidak besar dan tidak bartolini.
menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan
tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu
dilakukan pembedahan. Tindakan itu terdiri
atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa
menimbulkan perdarahan. Akhir-akhir ini
dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan
tanpa resiko sayatan dan isi kista dikeluarkan,
dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit
vulva yang terbuka pada sayatan.
Daftar pustaka
Wiknjosastro, Hanifa. 2014. Ilmu Kandungan Edisi Empat. Jakarta. Penerbit :
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunnningham, F.G., et al. Sexual Transmitted Diseas Dalam William obstetrics
edisi 22. 2014. USA: McGraw-Hill comp. inc
Folashade omole, et al. American family physician. Management of bartholins
duct cyst and gland abscess. Am fam physician. 2003 jul 1;68(1):135-140.
Morehouse School Of Medicine, Atlanta, Georgia
Anonym. Bartholin's cyst. 2010. Available from:
http://en.wikipedia.org/wiki/Bartholin%27s_cyst
Linda J. Vorvick, MD et al. 2010. Bartholins abscess. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001489.html
Mayo clinic Staff. 2010. Bartholin's cyst. Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/bartholin-cyst/DS00667

Anda mungkin juga menyukai