Anda di halaman 1dari 40

CLINIC REPORT SESSION

Episode Depresif Sedang Dengan


Gejala Somatik

Pembimbing : dr. Tumpak Saragi, Sp.KJ

Alvin Pratama, S.Ked G1A217036


Primadita Asis Pratiwi, S.Ked G1A217055
Wegrimel Ariegara, S.Ked G1A217013

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
PENDAHULUAN
 Depresi = sindrom, ditandai dengan sejumlah gejala klinik
yang manifestasinya bisa berbeda pada tiap individu
 Terdapat gangguan afek yang dapat mempengaruhi pikiran,
tingkah laku, dan keadaan fisik
 PPDGJ III = episode depresi tunggal (ringan, sedang, berat,
lainnya, dan yang tak tergolongkan [YTT]) serta gangguan
depresif berulang.
 DSM V = gangguan depresif berat (tunggal dan rekuren)
STATUS PSIKIATRI
IDENTITAS PASIEN
 Tanggal : Selasa, 19 september 2017
 Jam : 10.00 WIB
 Nama : Tuan S
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tempat, Tgl Lahir/Umur : Pondok Tinggi, 04 Januari 1952/65 thn
 Status Perkawinan : Cerai Mati
 Bangsa : Indonesia
 Suku : melayu
 Agama : Islam
 Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
 Pekerjaan : Tani
 Alamat : Desa Karya Bakti RT.003 Kec. Pondok
Tinggi Kota Sungai Penuh
 Pernah Masuk Rumah Sakit : Tidak pernah
ANAMNESIS

Keterangan/Anamnesis di bawah ini diperoleh dari: Pasien


(Autoanamnesis)
Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan: Pasien
Keluhan Utama : Sulit tidur
Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang dengan keluhan sulit tidur
sejak ±7 tahun yang lalu SMRS, os bisa tidur hanya bila diberi obat tidur
dan merasa lebih parah dari sebelumnya kurang lebih 1 tahun terakhir.
Os mengeluhkan juga punggung sering sakit dan dada berdebar, sering
merasa banyak pikiran, mudah cemas dan takut serta cepat emosi.
Cemas dan takut dirasakan tanpa alasan dan waktu yang jelas. Mudah
marah pada siapa saja bila dirasa tidak sepaham. Os mengaku tidak
pernah mendengar bisikan ataupun melihat bayangan. Dada berdebar
dan sering merasa banyak pikiran mulai dirasakan sejak kematian istri.
Sering tidak ada nafsu makan sehingga sering merasa lemas dan mudah
lelah apabila melakukan aktifitas. Saat ini tidak mau lagi bekerja dan
lebih sering berada di rumah. Os juga mengalami penyakit maag.
Keluarga os sering melihat os tampak murung atau melamun.
Hendaya/disfungsi dalam hubungan sosial, pekerjaan,
dan penggunaan waktu senggangnya: Os tidak mau lagi
melakukan pekerjaannya
Riwayat penyakit dahulu: Os setelah menikah pernah
mengalami keluhan yang sama lalu sembuh.
Riwayat keluarga : Tidak ada data
Riwayat Pribadi: Os cerai mati dan memiliki 3 orang anak.
Istri sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Sebelumnya os
bekerja sebagai petani. Pendidikan terakhir SD. Saat ini
tinggal bersama anak. Os cukup aktif merokok dan minum
kopi. Tidak mengkonsumsi alkohol.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 19 September 2017 jam
10.00 WIB.

Keadaan umum  Arus pikir : Koheren


 Penampilan : Rapi  Isi pikir : preokupasi
 Kesadaran : Composmentis terhadap masalah tidur
 Orientasi : Alam perasaan
Waktu/Tempat/Orang :  Mood : eutimik
baik/baik/baik  Afek : koheren
 Sikap dan tingkah laku : Persepsi
kooperatif  Halusinasi : Tidak ada
Gangguan berpikir  Ilusi : Tidak ada
 Bentuk pikir : Realistik
Fungsi intelektual  Tilikan : 4
 Daya konsentrasi : baik  Taraf dapat dipercaya :
 Orientasi : dapat dipercaya
Waktu/Tempat/Orang :
baik/baik/baik
 Daya ingat : Segera/jangka
pendek/jangka panjang:
Baik/baik/baik
 Pikiran abstrak: Baik
 Pengendalian Impuls: Baik
 Daya Nilai: Baik
III. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
LEBIH LANJUT
 Keadaan umum: Tenang  Mata: dbn
 Kesadaran : kompos mentis  Leher: dbn
 Status Gizi : baik  Thoraks: dbn
 Tekanan darah: 140/80  Jantung: dbn
mmHg  Pulmo: dbn
 Nadi: 65x/menit  Abdomen: dbn
 Respirasi : 20x/menit  Ekstremitas: dbn
 Suhu : 36,5 oC
 Kulit: Turgor baik
 Kepala: Normochepal
STATUS NEUROLOGIS

 N I-XII : Tidak ada kelainan


 Gejala rangsang meningeal : Tidak ada
 Gejala TIK meningkat : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LAINNYA
Tidak ada dilakukan

VI. DIAGNOSIS BANDING


 F32.11 Episode Depresi Sedang Dengan Gejala Somatik
 F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
 F45.0 Gangguan Somatisasi
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
 Axis I : F32.11 Episode Depresi Sedang Dengan
Gejala Somatik
 Axis II : Tidak ada diagnosa
 Axis III : Gastritis dan hipertensi
 Axis IV : Masalah Psikososial
 Axis V : GAF Scale saat pemeriksaan 70-61 (beberapa
gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik)
TERAPI
1. Non farmakologis
 Psikoterapi suportif
 Terapi kognitif
 Edukasi
2. Terapi Farmakologi Dari Konsulen
 Nudep 50 mg ½ x 1 pagi
 Alganax 0,5mg
Onzapine 1,25 mg 1x1
Ketoprofen 25mg
 Bisoprolol 5mg 1x1
 Lansoprazole 30mg 1x1 malam
 Sukralfat syr
X. PROGNOSIS
 Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
 Quo Ad Sanactionam: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan
minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu
makan, berpikir untuk meninggal atau bunuh diri. Gangguan
ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial
dan fungsi pekerjaan
EPIDEMIOLOGI
Jenis kelamin
Perempuan : Laki-laki = 2 :1
Usia
Rata-rata 40 tahunan. Awitan 20-
50tahun
Status Perkawinan
Lebih besar dialami pada yang
bercerai daripada yang
menikah atau lajang
Sosial Ekonomi dan budaya
Lebih sering terjadi di pedesaan
1. FAKTOR GENETIK
ETIOLOGI Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak saudara
derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat
berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar daripada
sanak saudara derajat pertama.
2. FAKTOR BIOKOMIA
Kelainan metabolit amin biogenik (norepinefrin, serotonin,
dopamin). Penelitian lain menyebutkan juga GABA dan
peptida neuroaktif, regulasi endokrin, dan neuroanatomis

3. FAKTOR HORMON
dihubungkan dengan hipersekresi kortisol dan kegagalan
menekan sekresi kortisol sesudah pemberian
dexametason.
4. FAKTOR KEPRIBADIAN PREMORBID
5. FAKTOR LINGKUNGAN
Hipotesis depresi secara biokimia
1. Hipotesis Katekolamin
Beberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi
katekolamin pada reseptor otak. Reserpin yang menekan amina
otak diketahui kadang-kadang menimbulkan depresi
lambat.Disamping itu, MHPG (Metabolit primer noradrenalin
otak) menurun dalam urin pasien depresi sewaktu mereka
mengalami episode depresi dan meningkat di saat mereka
gembira.
2. Hipotesis Indolamin
Hipotesis indolamin membuat pernyataan serupa untuk 5-
hidroxitriptamin (5 HT). metabolit utamnya asam 5-hidroksi
indolasetat (5HIAA) menurun dalam LCS pasien depresi, dan 5
HIAA rendah pada otak pasien yang bunuh diri. L-Triptofan, yang
mempunyai efek antidepresi meningkatkan 5HT otak.
GEJALA KLINIS
 Gejala utama : mood deresi, kehilangan minat,
berkurangnya neergi
 Tidak menyadari dan tidak mengeluhkan gengguan mood
 Mengeluh masalah tidur, kurang konsentrasi, kurang
bersemangat, kecemasan, berkurangnya nafsu makan
Pemeriksaan Status Mental Episode Depresi
1. Deskripsi umum
2. Mood, Afek, Perasaan
3. Bicara
4. Gangguan Persepsi
5. Pikiran
6. Sensorium dan kognisi (Orientasi dan daya ingat)
7. Pengendalian Impuls
8. Pertimbangan dan tilikan
9. Realibilitas
10. Skala penilaian Objective untuk depresi
Klasifikasi
1. Menurut PPDGJ III

F32 Episode depresif


F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif yang tak tergolongkan (YTT)
F33 Gangguan depresif berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang yang tak tergolongkan (YTT)
Adapun gejala utama episode depresif adalah sebagai
berikut.
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya episode depresif adalah sebagai berikut:


1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang
Episode Depresif Ringan (F32.0)
Episode depresif ringan didiagnosis sebagai berikut.
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
seperti tersebut di atas.
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a)
sampai dengan (g).
3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
5. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial
yang biasa dilakukannya.
6. Karakter kelima:
F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
Episode Depresif Sedang (F32.1)
Episode depresif sedang didiagnosis sebagai berikut.
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi.
2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari
gejala lainnya.
3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar
2 minggu
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
5. Karakter kelima:
F32.10= Tanpa gejala somatik
F32.11= Dengan gejala somatik
Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
(F32.2)
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik didiagnosis sebagai
berikut.
1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
3. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat
dibenarkan.
4. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu
kurang dari 2 minggu.
5. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
(F32.3)
Episode depresif berat dengan gejala psikotik didiagnosis
sebagai berikut.
1. Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut
F32.2 tersebut di atas.
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran
atau daging busuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat
menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi
dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek
(mood congruent).
Gangguan depresif berulang (F33)
1. Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari:
Episode depresi ringan (F32.0)
Episode depresi sedang (F32.1)
Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
2. Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan gangguan
bipolar.
3. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan
F30.2).
4. Namun, kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan
yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode deresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan
oleh tindakan pengobatan depresi).
5. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang
akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
6. Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres
atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
7. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan (F33.0)
8. Episode depresif berulang, episode kini ringan didiagnosis sebagai berikut.
9. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif ringan (F32.0); dan
10. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
11. Karakter kelima :
F33.00 = tanpa gejala somatik
F33.01 = dengan gejala somatik
Menurut DSM - V

Gangguan depresif berat


296.xx Gangguan depresi berat
.2x Episode tunggal
.3x Rekuren
Kriteria Diagnostik untuk Episode
Depresif Mayor
TATALAKSANA DEPRESI
Pemberian Obat-Obatan Anti Depresan
Pengolongan Obat antidepresan :
1. Mono amine Uptake Inhibitor
a. Antidepresan trisiklik
b. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
c. NARI(Noradrenalin re uptake inhibitor)
d. SNRI (serotonin and noradrenalin re uptake Inhibitor)
2. Monoamine Oksidase Inhibitor (MAOI)
3. Monoamine Receptor Antagonis  Noradrenergic and
Specific Serotogenik Antidepresant (NaSSAs)
2. Non farmakologi
a. Psikoterapi suportif
b. Terapi kognitif
c. Terapi Interpersonal
d. Edukasi
3.7 PROGNOSIS

Prognosa baik apabila :  Prognosa buruk apabila :


 Episodenya ringan,  Depresi berat bersamaan dengan
 Tidak ada gejala psikotik distimik
 Waktu rawat inap singkat  Penyalahgunaan Alkohol dan zat lain
 Indikator psikososial meliputi  Ditemukan gejala gangguan cemas
mempunyai teman akrab selama  Ada Riwayat lebih dari satu episode
masa remaja, depresi sebelumnya
 Fungsi keluarga stabil
 Lima tahun sebelumnya sakit secara
umum fungsi sosial baik.
 Tidak ada kemorbiditasdan
gangguan psikiatri lain.
 Tidak lebih dari sekali rawat inap
dengan depresi berat,
 Onset awal pada usia lanjut.
ANALISA KASUS

Dari anamnesis dan pemeriksaan psikiatri yang dilakukan


terhadap pasien Tn.S umur 65 tahun yang datang ke poli RSJ
Jambi tanggal 19 September 2017. Os datang dengan
keluhan sulit tidur sejak ±7 tahun yang lalu dan telah
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan status psikiatri.
Dari hasil pemeriksaan pasien memenuhi kriteria diagnosis
episode depresif sedan dengan gejala somatik menurut
PPDGJ III
2 dari 3 Gejala utama: menurunnya aktivitas ditandai (os
tidak mau lagi melakukan pekerjaan nya sebagai tani) dan
kehilangan kegembiraan (os sering merasa cemas, merasa
banyak pikiran dan terlihat murung)
3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya: tidur terganggu,
nafsu makan berkurang, konsentrasi dan perhatian
berkurang, serta harga diri dan kepercayaan diri berkurang
gejala somatik : punggung sering sakit dan dada berdebar
Diagnosis banding
1. gangguan cemas menyeluruh
Ansietas sebagai gejala primer, berlangsung hampir tiap hari
sampai beberapa bulan, gejala kecemasan, ketegangan
motorik, overaktivitas otonomik.
2. gangguan somatisasi
Keluhan fisik bermacam-macam, tidak mau menerima
nasihan atau penjelasan dokter, doctor shopping
Terapi
1. Nonfarmakologis
a. Psikoterapi suportif
b. Terapi Kognitif
c. Edukasi
2. Terapi farmakologi
1. Nudep (sertraline): Antidepresan SSRI, efek samping
minimal, spektrum luas, gejala putus obat minimal, relatif
aman
2. Alganax (Alprazolam): gol. Benzodiazepine, toksisitas
rendah, efen antiansietas, hipnotik, amnestik, muscle
relaxant, antikonvulsan
3. Onzapine: efektif untuk gejala negatif
4. Ketoprofen: NSAID
5. Bisoprolol: beta blocker, obat hiperteni yang juga efektif
untuk gangguan cemas
6. Lansoprazol: PPI
7. Sukralfat: gastrointestine agent
Prognosis
 Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
 Quo Ad Sanactionam : dubia ad bonam
Kesimpulan
Depresi adalah gangguan afektif yang ditandai dengan
suasana perasaan yang murung, hilangnya minat dan
kegembiraan, serta berkurangnya energi untuk aktivitas
sehari-hari. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi pikiran,
tingkah laku, dan keadaan fisik seseorang
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai