I. PENDAHULUAN
Atrofi papil saraf optikus adalah kematian serabut saraf optik yang tampak
sebagai papil yang berwarna pucat akibat menghilangnya pembuluh darah kapiler
serta akson dan selubung myelin saraf. Atrofi papil ini adalah stadium akhir dari suatu
proses pada serabut saraf optikus, baik yang berada di retina, di papil itu sendiri,
maupun yang berada di belakang papil.
Gejala atrofi papil meliputi perubahan papil dan penurunan fungsi visual.
Perubahan fungsi visual antara lain penurunan ketajaman penglihatan, penurunan
penglihatan perifer, dan buta warna.
Beberapa kemungkinan penyebab atrofi papil antara lain neuritis optikus,
Leber's hereditary optic atrophy, neuropati toksik dan nutrisional, glaukoma, kelainan
vaskular, trauma, dan kelainan sitemik lainnya.
II. DEFINISI
Atrofi papil saraf optikus didefinisikan sebagai kerusakan saraf optikus yang
menyebabkan degenerasi atau destruksi saraf optikus.1,2 Secara klinis keadaan ini
dikenal sebagai pucatnya papil akibat menghilangnya pembuluh darah kapiler serta
akson dan selubung myelin saraf seperti yang terlihat pada pemeriksaan funduskopi. 3
Atrofi papil ini adalah stadium akhir dari suatu proses pada serabut saraf optikus, baik
yang berada di retina, di papil, maupun yang berada di belakang papil. 4
Perdarahan
Pasokan darah untuk saraf optikus di anterior lamina kribosa berasal dari arteri
siliaris. Bagian orbital mendapatkan darah dari arteri oftalmikus beserta cabang-
cabangnya termasuk arteri retina sentralis. Saraf optikus yang berada di kanalis
optikus mendapat darah dari arteri oftalmikus. Sedangkan bagian intrakranial
mendapatkan darah secara sentripetal dari pembuluh darah pial. Drainase vena dari
bagian okular dan orbital saraf optikus akan mengalir ke vena sentralis retina. 2,4
Gambar 4. Gambaran papil saraf optikus (kiri) dan cup-disc ratio (kanan)
5
IV. PATOFISIOLOGI ATROFI PAPIL SARAF OPTIKUS
Infiltrat selular:
Drusen papil resolusi Inflamasi
Jika tidak Neoplasia
tertangani:
Kerusakan akson:
Penyakit retina
ekstensif
Kompresi saraf Glaukoma
optikus
Neuropati optikus
V. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, atrofi papil dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1,6,7
Vaskular
Oklusi Arteri Retina
Penyebab paling sering oklusi arteri retina pada orang tua adalah
embolisasi trombus atau ateroma dari arteri karotis ke arteri retina sentralis.
Penyebab lainnya antara lain arteritis temporalis, neuritis optikus,
hiperkoagulabilitas darah, dan peningkatan tekanan intraokular. Dalam waktu
satu jam setelah terjadinya oklusi, spasme arterial yang reaktif akan
menghilang sehingga aliran darah ke retina kembali normal. Meskipun
demikian, beberapa jam sesudahnya retina akan mengalami edema dan
berwarna abu-abu karena iskemia yang terus berlanjut serta matinya sel-sel
ganglion retina. Karena retina pada daerah fovea tidak mengandung sel
ganglion, maka warna kemerahan di bawah koroid tetap terlihat, dan
memberikan gambaran yang khas berupa cherry-red spot yang dikelilingi
Degeneratif
Neurodegeneratif
Berbagai penyakit neurodegeneratif dengan awitan antara masa anak-
anak sampai dewasa muda bermanifestasi sebagai gangguan neurologik dan
penglihatan yang progresif. Contohnya adalah ataksia herediter dan penyakit
Charcoat-Marie-Tooth. Sebagian besar sfingolipidosis pada tahap akhir
perjalanan penyakitnya memperlihatkan atrofi papil. Leukodistrofi (Krabbe,
leukodistrofi metakromatik, adrenoleukodistrofi, distrofi globoid, penyakit
Pelizaeus-Merzbacher, penyakit Schilder) berkaitan dengan atrofi papil pada
tahap yang lebih awal. Degenerasi spongiform Canavan dan distrofi
glioneuronal (penyakit Alper) juga berkaitan dengan atrofi papil. Gangguan-
gangguan peroksisom (penyakit Zellweger, penyakit Refsum) dapat
Herediter
Leber’ Hereditary Optic Neuropathy
Penyakit ini merupakan penyakit genetik mitokondrial yang hanya
diturunkan oleh ibu kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, meskipun
biasanya lebih banyak mengenai pria muda yang di usia awal 20an,1 dan
dapat menyebabkan kebutaan.10 Pada Leber’ Hereditary Optic Neuropathy
terdapat kebutaan yang terjadi secara akut, awalnya menyerang satu mata dan
diikuti oleh mata lainnya dalam beberapa minggu. Keadan ini akan berakhir
pada atrofi saraf optikus yang berat dan penurunan ketajaman penglihatan
secara permanen. Pada stadium akut yang berlangsung beberapa minggu, mata
yang terkena akan memperlihatkan edema serabut saraf dan pelebaran
pembuluh darah peripapiler (mikroangiopati) pada pemeriksaan funduskopi.
Pemeriksaan mata lainnya memberikan hasil penurunan ketajaman
penglihatan, adanya buta warna, dan adanya skotoma sekosentralis pada
pemeriksaan lapang pandang. Diagnosis Leber’ Hereditary Optic Neuropathy
sangat sulit dan biasanya memerlukan evaluasi neurooftalmologi serta
pemeriksaan DNA.11 Hingga saat ini belum ada pengobatan yang diketahui
dapat menyembuhkan penyakit ini, sehingga prognosisnya tidak baik. 10
Kompresi
Saraf optikus menjulur ke belakang mata, dan melintasi orbita serta kanalis
optikus menuju kiasma optikus. Panjang saraf optikus intraokular sekitar 1 mm,
pada segmen intraorbital sekitar 25 mm, pada segmen intrakanalikular sekitar 9 mm,
dan pada komponen intrakranial sekitar 16 mm. Saraf optikus paling rentan
terhadap penekanan pada tempat-tempat yang dikelilingi oleh tulang.16 Atrofi papil
sendiri merupakan akibat dari neuropati optikus yang disebabkan karena penekanan
oleh keganasan intrakranial, keganasan intraorbital (meningioma, hemangioma,
schwannoma), keganasan pada saraf optikus (glioma atau meningioma saraf
optikus), aneurisma sirkulus anterior Willisi, oftalmopati tiroid, serta proses
inflamasi pada saraf optikus. 1,16
Ciri khas dari neuropati optikus akibat penekanan adalah hilangnya
penglihatan yang perlahan namun progresif, disertai oleh kelainan pupiler aferen
dan skotoma sekosentral. Terlambatnya diagnosis pada neuropati optikus akibat
penekanan bukan hal yang jarang dijumpai karena biasanya pasien tidak mengenali
gejala awal, atau karena gejala hilangnya penglihatan disalahartikan sebagai akibat
dari neuritis optikus. Penatalaksanaannya sendiri masih sulit, bahkan banyak dari
penyebabnya yang resisten terhadap pengobatan.16
Metabolik
Penyakit metabolik yang dapat menyebabkan atrofi papil antara lain diabetes,
penyakit gangliosida, dan lain sebagainya. Pada diabetes, saat neuropati berubah
menjadi stadium proliferatif, maka pada papil saraf optikus dapat dilihat sejumlah
pembuluh darah baru yang rapuh. Adanya gambaran yang demikian
mengindikasikan perlunya intervensi seperti PRP (panretinal photocoagulation)
yang digunakan untuk menurunkan neovaskularisasi di papil saraf optikus. 4
Traumatik
Gangguan penglihatan akibat trauma tidak langsung pada saraf optikus dapat
terjadi pada 1% dari semua cedera kepala. Deksametason intravena dalam dosis
yang tinggi atau sangat tinggi dapat memberi hasil baik bagi pasien dengan
perdarahan subperiosteum, perdarahan orbita, atau edema intrakanalikulus.
Dekompresi kanalis optikus transetmoid saraf optikus tampaknya merupakan
tindakan yang aman dan efektif dikombinasikan dengan kortikosteroid. 6
Glaukomatosa
Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disebabkan
oleh gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut
kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke
sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). 6
Angka kejadian glaukoma sebanding dengan penuaan, dan frekuensinya
meningkat pada usia 60an, serta diperkirakan mengenai enam puluh juta orang di
Gambar 18. Gambaran funduskopik papil yang normal (kiri) dan papil yang atrofik
(kanan) pada glaukoma
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis atrofi papil saraf optikus ditegakkan dengan: 1
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menentukan ada tidaknya riwayat kondisi yang
sama dalam keluarga. Selain itu pada anamnesis juga ditanyakan riwayat
penggunaan obat-obatan tertentu dan riwayat keracunan.
Gambar 23. Gambaran fluorescein angiography pada stadium awal neuropati optikus iskemik
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan neuritis optikus dengan kortikosteroid hingga saat ini masih
kontroversial. Sedangkan penatalaksanaan atrofi papil saraf optikus karena penyebab
yang lain tergantung pada penyakit yang mendasari.1
X. PROGNOSIS
Banyak pasien dengan neuritis optikus pada akhirnya akan mengalami
multipel sklerosis. Sebagian besar pasien akan pulih penglihatannya secara bertahap
setelah satu episode neuritis optikus, bahkan tanpa pengobatan. Sedangkan
kemungkinan perbaikan penglihatan pada Leber’s hereditary aptic neuropathy sangat
kecil. Pada neuropati optikus toksik atau nutrisional, jika penyebabnya dapat
diketahui dan ditangani secara dini, penglihatan dapat kembali normal setelah
beberapa bulan. 1
XI. KESIMPULAN
Atrofi papil merupakan akibat degenerasi serat saraf dari saraf optikus dan
jalur penglihatan sensoris. Keadaan ini dapat merupakan kelainan bawaan atau
didapat. Jika didapat, maka penyebabnya adalah gangguan vaskuler, sekunder karena
penyakit degeneratif pada retina, karena penekanan pada saraf optikus, atau karena
penyakit metabolik. Gejala yang muncul berupa penurunan fungsi penglihatan, dan
ditandai dengan pucatnya papil saraf optikus dan hilangnya reaksi pupil.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan tergantung pada penyakit yang mendasari.
Degenerasi dan atrofi papil saraf optik merupakan keadaan yang ireversibel, dan
kemungkinan perbaikan fungsi penglihatan tergantung dari penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Optic Atrophy
http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/common/standard/transform.jsp?
requestURI=/healthatoz/Atoz/ency/optic_atrophy.jsp
2. Montgomery TM. Anatomy, Physiology, and Pathology of the Human Eye.
Dalam: http://www.tedmontgomery.com/the_eye/optcnrve.html
3. Barnard S. An Introduction to Diseases of the Optic nerve. Dalam
http://www.academy.org.uk/lectures/barnard3.htm
4. Haddad W. Intraocular Anatomy. Dalam: www.eyeweb.org/anatomy.htm
5. Batterbury m and Bowling B. Ophthalmology: An Illustrated Colour Text. China:
Churchill Livingstone, 1999
6. Vaughan DG, Taylor Asbury, dan Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum Edisi
Ke-14. Jakarta: Penerbit Widya Medika , 1996
7. Optic Atrophy. Dalam:
http://www.spedex.com/resource/documents/veb/optic_atrophy.html
8. Vascular Disorders. Dalam:
http://www.merck.com/mrkshared/mmg/sec15/ch127/ch127f.jsp
9. Optic Neuritis. Dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/Optic_neuritis
10. Berro D. Leber's Hereditary Optic Neuropathy. Dalam: http://www-
personal.umd.umich.edu/~jcthomas/JCTHOMAS/1997%20Case
%20Studies/D%20Berro.html
11. Leber's Hereditary Optic Neuropathy. Dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/Leber
%27s_hereditary_optic_neuropathy
12. Howard JG. And Stone EM. Dominant Optic Atrophy: 47 year-old female with
chronic, mildly subnormal vision. Dalam:
webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases
13. Nakamura M, Ito S, Chang-Hua Piao, dan Terasaki H, dan Miyake Y.
Retinal and Optic Disc Atrophy Associated With a CACNA1F Mutation in a
Japanese Family. Arch Ophthalmol. 2003;121:1028-1033