Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang

sering dijumpai di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti

Indonesia. Kelainan tersebut merupakan penyebab disabilitas kronik yang

berdampak besar terhadap kondisi kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan

sosial. Penduduk dunia yang mengalami anemia berjumlah sekitar 30% atau

2,20 miliar orang dengan sebagian besar diantaranya tinggal di daerah tropis.

Prevalensi anemia secara global sekitar 51% (Lukman, 2018)

Anemia merupakan penyebab kecacatan kedua tertinggi didunia. Hal

tersebut menjadikan anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat yang

serius di seluruh dunia. Anemia bisa menyerang siapapun, tak terkecuali

remaja yang masih berusia dini. Anemia lebih sering terjadi pada remaja

perempuan dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja

putri kehilangan zat besi (Fe) saat menstruasi sehingga membutuhkan lebih

banyak asupan zat besi (Fe). (Lukman, 2018)

Di dunia, ada 1,62 milyar orang yang terkena anemia, dimana

golongan anak sekolah ada 33%. Prevalensi anemia dunia menurut WHO

masih berkisar 40-88%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga,

prevalensi anemia anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Prevalensi

anemia nasional menurut publikasi Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)


tahun 2008 adalah 11,3% dimana anemia pada perempuan dewasa sebesar

11,9% dan anak-anak 12,8%. (Ayu Hartarani, 2019).

Penyebab anemia dapat dibagi menjadi dua jenis. Penyebab yang

pertama menjelaskan bahwa penyebab utama anemia adalah berkurangnya

kadar hemoglobin dalam darah atau terjadinya gangguan dalam pembentukan

sel darah merah dalam tubuh. Berkurangnya sel darah merah secara signifikan

dapat disebabkan oleh terjadinya perdarahan atau hancurnya sel darah merah

yang berlebihan. Dua kondisi yang dapat memengaruhi pembentukan

hemoglobin dalam darah, yaitu efek keganasan yang tersebar seperti kanker,

radiasi, obat-obatan dan zat toksik, serta penyakit menahun yang melibatkan

gangguan pada ginjal dan hati, infeksi, dan defisiensi hormon endokrin.

(Lukman, 2018)

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi dapat dibedakan antara gizi buruk, kurang baik

dan lebih. Status gizi dipengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi sehingga

dapat memperlihatkan keadaan gizi seseorang. (Sandrayayuk, 2013).

Anemia terjadi karena beberapa faktor diantaranya pendarahan akibat

kecelakaan atau menstruasi, menderita kecacingan atau penyakit infeksi, dan

konsumsi zat gizi yang kurang. Kurangnya asupan zat gizi terutama asupan

zat besi dan zat lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi seperti

vitamin C dan protein dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia.

Berdasarkan hasil penelitian Kirana (2011) didapatkan bahwa 36,7%

responden mengalami anemia. Siswi memiliki asupan protein, dan vitamin C


diatas angka kecukupan masing-masing sebanyak 62% dan 41,8%, dan

sebanyak 81% siswi memiliki asupan zat besi yang tergolong defisit tingkat

berat. Semakin tinggi asupan zat besi, protein, dan vitamin C yang masuk,

maka kadar hemoglobin akan semakin meningkat, sehingga kejadian anemia

rendah. (Cynthia, 2019)

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Manyar Gresik Jawa

Timur menunjukkan hasil Sebanyak 48,4% responden yang berumur 17 tahun

dan 40,3% remaja putri menstruasi pertama kali pada umur 13 tahun. Rerata

kadar hemoglobin sampel sebesar 11,8±11,6 g/dl. Lebih dari separuh sampel

(59,7%) mengalami anemia. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

kadar hemoglobin salah satunya adalah asupan zat gizi. Kebutuhan zat gizi

yang cukup berguna dalam pembentukan hemoglobin dan memperlancar

proses produksi sel darah merah.

Hasil analisis hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin

(p=0,000;r=0,635) menunjukan adanya hubungan yang kuat antara asupan zat

besi dengan kadar hemoglobin. Semakin tinggi asupan zat besi maka kadar

hemoglobin juga akan bertambah tinggi, sehingga dapat menyebabkan

rendahnya angka kejadian anemia. (Cynthia, 2019)

Dari uraian tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai

hubungan gizi terhadap kejadian anemia di Puskesmas Pandan Kabupaten

Mojokerto.
B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara gizi terhadap kejadian anemia di Puskesmas

Pandan Kabupaten Mojokerto.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara gizi dengan kejadian anemia di

Puskesmas Pandan, Kabupaten Mojokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi anemia pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas

Pandan, Kabupaten Mojokerto.

b. Mengidentifikasi status gizi pada pasien anemia yang berkunjung ke

puskesmas Pandan, Kabupaten Mojokerto.

c. Menganalisis hubungan antara gizi terhadap kejadian anemia di

Puskesmas Pandan, Kabupaten Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti

a. Mengetahui apakah ada hubungan status gizi terhadap kejadian

anemia.

b. Sarana peningkatan pengetahuan dalam melakukan penelitian ilmiah

bagi dokter muda


c. Menambah wawasan mengenai hubungan status gizi terhadap kejadian

anemia.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi mengenai

program pengendalian anemia yang aplikatif

3. Manfaat bagi Masyarakat

a. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai hubungan antara

status gizi terhadap terjadinya anemia.

b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk

hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

 Ayu Hartarani., Made Wihandani. 2019. Hubungan Antara Anemia dengan Prestasi

Belajar pada Siswi Kelas XI di SMAN 1 Abiansemal Badung. Directoty Of Open

Access Journals. E-Jurnal Medika. Volume 8 No. 1.

 Cynthia Almaratus., Lailatul Muniroh. 2019. Hubungan Zat Besi, Protein, Vitamin C,

dan Pola Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMAN 1

Manyar Gresik. Departemen Gizi Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya.

 Lukman Dwi Priyanto. 2018. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Aktifitas

Fisik Santriwati Husada dengan. Anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi. Universitas

Airlangga Surabaya. Volume 6 Nomor 2.

 Sandrayayuk Marlapan., Benny Wantouw. 2013. Hubungan Status Gizi dengan

Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kec.

Tuminting Kota Manado. E-Journal Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas

Sam Ratulangi Manado. Volume 1 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai