ENDOFTALMITIS
Disusun Oleh:
Preseptor :
2016
1
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
- Nama : Tn. A
- Usia : 61 tahun
- Pekerjaan : Pensiunan
- Agama : Islam
Anamnesa
Seorang pasien laki-laki berusia 61 tahun dirawat di bangsal Mata RSUP Dr M Djamil
Keluhan Utama :
- Keluhan mata kiri nyeri (+), merah (+), disertai sakit kepala
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
Status Oftalmikus :
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
Refleks fundus + -
3
Kamera Okuli Cukup dalam Hipopion hampir penuh,
- Media Bening
okuli
okuli
4
Gambar
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Kerja
5
Diagnosa Banding
Panoftalmitis OS
Terapi
- Cefoperazone 2 x 1 gr IV
- Lfx ed
- Glaucon 4x1/2
- Aspar K 2x1
- SA ed 2 x 1 OS
6
Follow Up
14 April 2016 S/ Nyeri (+) pada mata kiri GDS 367, Ur 68, Cr 2,0
Jam 07.00 O/ OS
udara (+)
P/ Cefoperazone 2x1gram IV
LFX ed OS
SA ed 2x1 OS
7
USG
DPJP
Rencana:
- Parasentese
- Spooling ceftazidine
1,25mg/0,1cc CITO
TL Post Op:
Cefoperazone 2x1gram IV
Glaucon 4x1/2
Aspar K 2x1
8
15 April 2016 s/ Penglihatan kabur (+), nyeri (+)
udara (+),
TIO: N+1(P)
Gerak: terbatas
- Aspar K 2x1
- Nancort 6x1 OS
- inj novorapid SC
9
- Amlodipin 1x5mg
membayang koagulum
Gerak: terbatas
a/panoftalmitis eksogen OS
post parasentesis
10
injeksi intravitreal ceftazidine hari ke
- Glaucon 4x1/2 mg
- Aspar K 2x1
- Noncort ed 6x1 OS
- Inj novorapid SC
- Amlodipin 1x5 ng
17 April 2016
o/ status oftalmologi OS
11
COA: hipopion (+) menempel di
koagulum
Gerak: terbatas
pseudofakia OD
p/ - Cefoperazone 2x1 OS
- Noncort ed 6x1
OS
- Glaucon 4x1/2
- Aspar K 2x1
- Amlodipin 1x5 ng
12
s/ penglihatan kabur (+), nyeri (+)
o/ status oftalmologi OS
endotel
Gerak: terbatas
a/ panoftalmitis OS
pseudofakiaOD
p/ - Cefoperazone 2x1 gr IV H6
- Noncort ed 6x1 OS
OS
13
- Glaucon 4x1
- Aspar K 2x1
- Nancarf ed 6x1 OS
- Amlodipin 1x5 ng
o/ status oftalmologi OS
Gerak: terbatas
14
a/ panoftalmitis OS post parasentese +
pseudofakia OD
p/ - Cefoperazone 2x1 gr
- Noncort ed 6x1 OS
- Glaucon 4x1
- Aspar K 2x1
- Cek kultur
s/
o/ status oftalmologi OS
15
konjungtiva: inj konjungtiva (+), inj
maserasi (+)
endotel
Gerak: terbatas
pseudofakia OD
p/ - Cefoperazone 2x1
- Noncort ed 6x1 OS
- Glaucon 4x1 mg
- Aspar K 2x1
16
21 April 2016 - Timol 0,5% ed 2x1 os
-Masukkan Konjungtiva
- Inj novorapid SC
- Inj levemir SC
- Amlodipin 1x5mg
o/ status oftalmologi OS
siliar (+)
maserasi (+)
endotel
Gerak: terbatas
17
a/ panoftalmitis OS post parasentese +
pseudofakia OD
- Glaucon 4x1 mg
- Aspar K 2x1
- Noncort ed 6x1 OS
Jam 18.00 OS
- EDTA OS
- Tetrasiklin 2x500mg
- Inj novorapid SC
- Inj levemir SC
Hasil Kultur
Sensitif : - Meropenem
- Fosfomycin
- Levofloxacin
Resisten : - Ampicilin
18
-Amoxicilin
-Kloramfenikol
trimetoprim
- Cefotaxime
- Gentamisin
- Ceftriaxone
- Cefoperazone
o/ status oftalmologi OS
siliar (+)
19
a/ panoftalmitis OS post parasentese +
pseudofakia OD
- Aspar K 2x1
- Noncort ed 6x1 OS
OS
- EDTA 6x1 OS
- Tetrasiklin 2x500 mg
- Injeksi novorapid SC
- Injeksi levemir SC
- Amlodipin 1x5mg
o/ status oftalmologi OS
20
konjungtiva: inj konjungtiva (+), inj
siliar (+)
OD
- Glaucon 4x1
- Aspar L 2x1
- EDTA ed 6x1 OS
- Tetrasiklin 2x500mg
- Inj Levemir
21
- Inj Noverapid
- Amlodipin 1x5mg
o/ status oftalmologi OS
siliar (+)
OD
- Glaucon 4x1
22
- Aspar L 2x1
- EDTA ed 6x1 OS
- Tetrasiklin 2x500mg
- Inj Levemir
- Inj Noverapid
- Amlodipin 1x5mg
o/ status oftalmologi OS
siliar (+)
23
a/ panoftalmitis OS post parasentese+
OD
- Glaucon 4x1
- Aspar L 2x1
- SA ed 3x1 OS
- EDTA ed 6x1 OS
- Tetrasiklin 2x500mg
- Inj Levemir
- Inj Noverapid
- Amlodipin 1x5mg
24
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Korpus vitreus adalah suatu struktur tidak berwarna, merupakan gel transparan
yang mengisi suatu kavitas yang disebut kavitas vitreus. Korpus vitreus mempunyai
bentuk hampir spheris, kecuali bagian anterior yang mempunyai bentuk konkaf karena
adanya lensa kristalina. Korpus vitreus merupakan gel transparan, tapi transparannya
tidak homogenous. Korpus vitreus dibagi dalam dua bagian yaitu Bagian paling luar
dari korpus vitreus (atau Hyaloid), disebut kortex yang dibagi dalam kortex anterior
25
1. Kortex vitreus
Kortex vitreus berbatasan dengan retina pada bagian posterior dan mempunyai
Densitas fibril kolagen lebih besar pada bagian perifer. Kondensasi dari fibril
kolagen ini akan membentuk suatu membrane anatomik palsu yang disebut
membrane hyaloids anterior (terletak pada anterior dari ora serrata) dan membrane
hyaloids posterior (terletak pada bagian posterior dari ora serrata). Pada daerah
antara vitreus anterior dan kapsul lensa posterior terdapat suatu daerah yang disebut
Berger’s space atau disebut juga ruang retrolental erggelet. Perlekatan kuat antara
ligament yang disebut Weigert’s ligament atau juga dikenal sebagai Egger’s line
Mortegiani space.1,5
Suatu bagian dari vitreous sekitar 2 sampai 3 mm anterior dari ora serrata,
dimana tempat ini merupakan tempat perlekatan paling kuat dari vitreus dan
memiliki ketebalan bebarapa millimeter. Daerah ini disebut Vitreus base. Vitreous
26
2. Korpus Vitreus utama (Nukleus)
kurang (tidak sepadat kortex) sehingga membentuk struktur gel yang disebut
sebagai true biological gel. Hyaloid canal yang berjalan dari discus optic (area
Martegiani) ke posterior pole dari lensa dapat dilihat pada nukleus korpus vitreus .
Disekitar area Martegiani, lebar kanal sekitar 1-2 mm dan diarea fossa patellaris
yaitu sekitar 4-5 mm. Pada fetus dibelakang dari Cloquet’s canal berjalan arteri
hyaloids, dan arteri ini akan menghilang 6 minggu sebelum lahir dan hyaloids canal
27
3. Neurovascularisasi
Korpus vitreus tidak memiliki pembuluh darah dan serabut saraf, sehingga
waktu yang relatif lama sebelum akhirnya muncul suatu respon immune dari
struktur didekatnya.6
mengenai korpus vitreus dan COA, dapat mengenailapisan atau dinding bola mata
seperti retina dan atau koroid. Bentuk endoftalmitis adalah radang supuratif dalam
rongga mata.5
endogen. Dikatakan eksogen bila port d’entrée-nya ekstrinsik, dikatakan endogen bila
28
2.3 EPIDIMIOLOGI8,9
Bentuk endoftalmitis yang paling sering di Amerika Serikat adalah endoftalmitis pasca
pasca trauma terjadi pada 4-13% trauma tajam mata. Keterlambatan menutup luka
2-15% dari seluruh kasus endoftalmitis. Insiden tahunan rata-rata adalah 5 dari 10.000
pasien yang dirawat. Pada kasus endoftalmitis unilateral, mata kanan dua kali lebih
sering terinfeksi dibanding mata kiri. Hal ini disebabkan letak mata kanan yang lebih
proksimal dan aliran darahnya yang langsung ke arteri karotis kanan. Sejak 1980,
makin sering, dan peningkatan prosedur invasif (seperti transplantasi sumsum tulang).
2.4 ETIOLOGI10
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto
imun (non infeksi). Agen penyebab endopthalmitis yang umun adalah bakteri dan
jamur.
29
1. Edonftalmitis Endogen
sekunder secara hematogen dan menyebar dari sumber infeksi yang jauh dari dalam
tubuh. Agen infeksi yang paling umum menyebabkan endoftalmitis endogen adalah
2. Edonftalmitis Eksogen
1. Acute Postoperative
species
2. Chronic Postoperative
species
3. Traumatic Penetrating
30
4. Filtering Bleb-Associated
S aureus.
3. Edonftalmitis Fakoanafilaktik
jaringan tubuh (lensa) sendiri. Akibat jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa
yang tidak terletak didalam kapsul. Pada tubuh terbentuk antibody terhadap lensa
endoftalmitis fakoanalitik.12
mengganggu integritas bola mata seperti ekstraksi katarak, implantasi lensa sekunder,
glaukoma atau operasi retina, atau radial keratotomi dan bentuk lain dari operasi mata.
Komplikasi intraoperatif, seperti kapsul pecah posterior selama operasi katarak, bahan
lensa yang dipertahankan pada disisi lensa,atau kebocoran luka dapat meningkatkan
Risiko selanjutnya meningkat jika ada badan intraokular asing, gangguan lensa,
31
melibatkan penyebaran hematogen organisme dari infeksi sistemik (misalnya,
2.6 PATOFISIOLOGI10
mikroorganime yang melalui darah menembus sawar darah mata baik invasi langsung
atau oleh perubahan endotelium vaskular yang disebabkan subtrat yang dilepaskan
infeksi. Kerusakan jaringan intraokuler dapat juga disebabkan oleh invasi langsung
mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon imun. Endopthalmitis
dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hai ini
juga dapat timbul pada peradangan endogen semua jaringan okular, mengarah kepada
eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke
jaringan lunak orbital. Setiap prosedur opersi yang mengganggu integritas bola mata
Tampilan utama pasien endoftalmitis yaitu nyeri atau iritasi okuli, injeksi
organism, durasi infeksi, dan derajat inflamasinya. Pada endoftalmitis akut post
32
operasi, biasanya terjadi dalam 6 minggu setelah pembedahan, sering dalam 2 minggu,
dan pucaknya yaitu 3-5 hari. Inflamasi dengan onset cepat 24 jam post operasi mungkin
endoftalmitis kronik post operasi terjadi lebih dari 6 minggu setelah pembedahan,
biasanya pasien mengeluhkan gejala ringan yang semakin progresif dari waktu ke
waktu. Endoftalmitis post traumatic terjadi segera setelah trauma. Dan endoftalmitis
endogen biasanya memiliki onset yang tidak diketahui dan terjadi pada kedua mata
Gejala:
Tanda:
33
Endoftalmitis jamur: infiltrate putih yang sering menempel pada iris atau
permukaan kornea posterior dan juga fluffy white fungus ball infiltrate atau
2.8 DIAGNOSIS16
cairan intraocular, meskipun hasil kultur yang negative ditemukan pada 30% kasus.
Sampel dapat berasal dari aqueous humor yang diambil melalui aspirasi jarum atau
vitreus humor melalui vitrektomi atau aspirasi jarum. Aspirasi viterus yang diambil
dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan vitrektor 20G. Kanul juga gunakan
34
Gambar Aspirasi Jarum dan Vitektomi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu B-scan, USG untuk bola
mata. Pemeriksaan ini dapat mengkonfirmasi adanya inflamasi viterus atau retinal
detachment pada kasus viterus tidak dapat dilihat (densitas katarak atau inflamasi
aqueous luas). Vitreus normal menunjukkan echo free, sedangkan pada vitritis akan
Endoftalmitis post operasi kronik: lens induced uveitis dari material korteks
35
Endoftalmitis endogen jamur: toxoplasmic retinochoroiditis, retinitis
inflamasi post operatif steril akut yang terjadi jika substansi toksik memasuki
edema kornea.
2.10 TATALAKSANA18
Endophthalmitis adalah keadaan darurat mata dan terapi yang tepat adalah
Medikamentosa
Karena antibiotik diperlukan cepat, tidak perlu menunggu untuk hasil kultur
atau bahkan pemeriksaan gram strain. Meskipun kebanyakan studi, telah menunjukkan
mayoritas hasil isolasi dari infeksi pascaoperasi dan pasca-trauma adalah gram positif.
Vankomisin diterima secara luas sebagai intravitreus untuk cakupan gram positif. studi
menunjukkan bahwa dosis 1,0 mg ditoleransi dengan baik dan tidak beracun di kelinci
enterococci, tetapi dapat menghasilkan macula infark. Amikasin memiliki risiko yang
36
respon baik untuk organisme gram-negatif tanpa risiko kerusakan retina.
terapi sistemik juga harus diberikan, tetapi toksisitas ginjal harus dimonitor jika
amfoterisin digunakan.
pascaoperasi, tapi tidak ada perbedaan pada hasil akhir untuk ketajaman visual dan
adalah wajib pada kasus endophthalmitis endogen dan disesuaikan dengan organisme
rongga vitreous.
37
Bedah
Di satu sisi, manajemen bedah endophthalmitis dimulai sebelum infeksi terjadi.
Berhati-hati pada saat teknik operasi untuk meminimalkan luka yang terjadi,
menghindari kehilangan vitreous selama operasi katarak, dan berhati-hati bedah mikro
dalam manajemen luka dan penutupan cedera terbuka bola mata dapat menurunkan
risiko. Setelah endophthalmitis terjadi, pilihan awal terapi utama berpusat metode
intraocular sampel cairan dan respon terhadap terapi. Bedah selanjutnya dalam
atau tanpa intervensi bedah sebelumnya terjadi. Keuntungan vitrectomy terapi awal
traksi ablasio retina dapat terjadi. Kerugian meliputi delay dalam pengobatan sampai
waktu ruang operasi yang tersedia, retina iatrogenic lubang atau detasemen, perdarahan
koroid, dan masalah visualisasi segmen posterior di mata yang telah menjalani operasi.
tidak hanya untuk mengkonfirmasi diagnosis tetapi juga untuk menghilangkan bahan
38
2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan
Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata termasuk sclera dan
kapsula tenon.
2.12 PROGNOSIS
48 jam. Dari hasil kulturlah kita dapat menentukan kemungkinan keadaan membaik
atau tidak. Pemberian ulang injeksi antibiotik intravitreous dibutuhkan pada keadaan
yang lebih buruk, bisa juga dengan dilakukan pemeriksaan USG untuk memonitor
39
BAB 3
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki berusia 61 tahun dirawat di bangsal Mata RSUP Dr M
Djamil Padang pada tanggal 13 April 2016. Pasien datang dengan keluhan mata kiri
memutih sejak 2 hari SMRS. Mata kiri memutih pada pasien disebabkan oleh adanya
hipopion (penumpukan pus di COA). Hipopion dapat terjadi akibat adanya inflamasi
4 hari SMRS. Endoftalmitis merupakan salah satu komplikasi operasi katarak yang
merupakan hasil dari pemecahan dan eksudasi sel inflamasi, produk jaringan, dan
Pasien juga mengeluhkan merah dan sakit pada mata kiri. Mata merah dan nyeri
disebabkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah di mata. Bisa disebabkan karena
injeksi konjungtiva atau melebarnya arteri konjungtiva posterior dan injeksi siliar
ditandai oleh adanya injeksi yang difus disertai kemosis yang hebat.19,23
40
Pada pemeriksaan oftalmologi mata kiri didapatkan visus tanpa koreksi 1/∞
proyeksi salah. Visus 1/~ proyeksi salah atau 0 bisa diakibatkan oleh kelainan pada
retina, nervus optikus, atau system saraf pusat. Visus pada pasien ini sangat menurun
solid, dan pasif. Pada endoftalmitis, yang mana terjadi inflamasi pada okuli dapat
Pada kornea didapatkan adanya edem dan hecting yang positif. Riwayat operasi
pada pasien menyebabkan gangguan integritas struktur bola mata. Edem kornea terjadi
karena adanya gangguan pada pompa endotel. Fungsi endotel kornea adalah sebagai
barier aquos humor dan pompa metabolic, yang apabila terjadi trauma atau reaksi
inflamasi dapat menyebabkan insufisiensi pompa endotel sehingga terjadi excess cairan
ke daerah stroma.
umumnya tidak ditemukan keterbatasan dalam gerakan bola mata. Namun apabila
Pasien telah menderita DM selama 15 tahun dan dalam kondisi tidak terkontrol.
Pasien DM diketahui memiliki respon imun selular dan humoral yang suboptimal,
gangguan fungsi bakterisidal neutrofil, dan perubahan pada tear film yang mana
41
merupakan barier imunologi pertama pada system ocular. Anomali ini menyebabkan
operasi akut.24
post ECCE+IOL OS dan didiagnosis banding dengan panoftalmitis OS. Pada pasien
42
DAFTAR PUSTAKA
Missouri.2002;293-313.
3. Snell RS and Lemps MA; Clinical anatomy of the eye, 2 nd Ed. Blackwell science,
4. Vaughan DG, Asburg T, Paul Riodan-Eva. Anatomi and Embriologi of The Eye in
:General Ophthalmology. 16th Edition. Mc. Graw Hill Companies. USA. 2004: 5-
6, 25-7
6. Holekamp MN; The Vitreous Gel: More than Meets the Eye, In American Journal
7-11.
43
11. Travis A. Meredith, J. Niklas U. Infectious Endophthalmitis. Elsavier. 2013:
5(122) :2019-39
12. Kresloff MS, Castellarin AA, Zarbin MA. Endophthalmitis. Surv Ophthalmol
1998:43:193-224
13. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitisafter cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology
2009;116(3):425-30.
14. Miller JJ,Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus
pneumoniae. Am JOphtalmol 2004; 138:2:231-6
15. Smith MA, Sorenson JA, D'Aversa G, Mandelbaum S, Udell I, Harrison
W. Treatment of experimental methicillin-resistant Staphylococcus
epidermidis endophthalmitis withintravitreal vancomycin and intravitreal
dexamethasone.J Infect Dis 1997; 175(2):462-6.
16. Durand ML. Endophthalmitis. Clinical Microbiology Infection. 2013; 19: 227-34
17. American Academy of Ophthalmology. Endophthalmitis. Sectin Intraocular
Inflamation and Uveitis. 2014-2015:269-73
18. Yanoff M Duker J. Infectious causes of Uveitis-bacterial. Section 3.2009 : 817-18
19. Ilyas, S.H. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2006;
175-8
20. American Academy Ophthalmology. Lens and Cataract. Section 11. 2014-2015:
179-81
21. Kampik A dan Kernt M. Endophthalmitis: Pathogenesis, Clinical Presentation,
2001; 46:1-18
23. Graham RH. Red Eye. Medscape. 2016 diakses pada tanggal 26 April 2016 jam
23.56
44
24. El-Mollayess GM, Saadeh JS, dan Salti HI. Exogenous Endophthalmitis in Diabetic
Patient: A Systemic Review. ISRN Ophthalmology.2012
45