Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

Bayi Berat Lahir Rendah

Oleh :

1. M. Helridho Budiman 1210311012

2. Melati Dwianugrah Khalik 1310311095

3. Shaviera Lazwardi 1310311023

Preseptor :

Dr. Lydia Aswati, Sp. A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang usia gestasinya. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah

lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan ( < 37 minggu ) atau pada bayi cukup bulan.

Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah diseluruh dunia, karena menjadi salah satu

penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalens BBLR masih cukup

tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia,

15.5 % dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dengan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat

lahir>2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lainnya yang berkisar antara 9-30%.

Bayi Berat Lahir Rendah meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat berbagai

komplikasi yang dapat ditimbulkan. Di Indonesia, kejadian bayi prematur belum dapat

dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada

tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada tahun yang sama

adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR. 1,2Oleh sebab itu, penting

untuk memahami permasalahn Bayi Berat Lahir Rendah dari segi medis agar dapat melakukan

diagnosis, penatalaksanaan, serta pencegahan pada Bayi Berat Lahir Rendah.

1.1.BatasanMasalah

Makalah ini membahas tentang definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan

penatalaksanaanBayi Berat Lahir Rendah


1.2.TujuanPenulisan

Untukmengetahuidefenisi, etiologi, pathogenesis, diagnosis, danpenatalaksanaanBayi Berat

Lahir Rendah.

1.3.MetodePenulisan

Makalahiniditulisdenganmenggunakanmetodetinjauanpustaka yang

merujukdariberbagailiteratur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat

badannya kurang atau sama dengan 2500 gram (≤2500 gram) disebut bayi prematur.

Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat

badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.1

Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II

di London (1970) telah diusulkan defenisi berikut : 1,2

- Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu.

- Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu

sampai 42 minggu.

- Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau

lebih. 1,2

Sehingga, bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Prematuritas murni

- Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk

masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi

itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilan (KMK). 1,3

2.2 Epidemiologi

Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara dengan

sosio ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara

berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi

dibandingkan bayi dengan berat lahir di atas 2500 gram. 4

Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan

jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami

dismaturitas, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang

sekitar 70% bayi BBLR tergolong dismaturitas. 4

Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di

Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di Indonesia,

kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah

Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di

rumah sakit pada tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan

oleh BBLR. 1,2

2.3 Etiologi

A. Prematuritas murni
1. Faktor ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.

Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial

vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan

faktor etiologi prematuritas.

b. Usia

Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun

dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada

ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering

ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal

yang kurang.

2. Faktor janin

Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan

mengakibatkan BBLR. 1,4


B. Dismaturitas

Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran

zat antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas

dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi

plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi

ibu. 2,3

2.4 Patogenesis

Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan

pretermnya biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat

ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin (incompetent cervix/premature

dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan

tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan

mencapai umur cukup bulan. 2

Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi

dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum

dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap

kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga masalahnya bukan pada dismaturitasnya,

tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang terus menerus. Serupa

halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang menandakan perlunya persalinan

cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi merugikan. 2,4


2.5 Gejala Klinik

A. Prematuritas murni

Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan

45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa

gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis,

transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak sedikit,

ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum

sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis

dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun

telinga masih kurang. Jaringan mamma belum sempurna, puting susu belum

terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus

lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada

bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan

apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi,

sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,2

Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna,

begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas

bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan

besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema

pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak

mengkilat dan licin serta terdapat ‘pitting edema’. Edema ini seringkali berhubungan

dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum. 1,2


Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila

frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada

kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik

atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya,

misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis toraks. 1,2

B. Dismaturitas

Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan

terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam

hal ini berat badan kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi

prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’. Pada

bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah ‘wasting’,

demikian pula pada post term dengan dismaturitas. 1,3

Bayi dismatur dengan tanda ‘wasting’ tersebut, yaitu :

1. Stadium pertama

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti

perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.

2. Stadium kedua

Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit,

plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur
dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan

plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin.

3. Stadium ketiga

Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning,

demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin

yang sudah berlangsung lama. 1,3

2.6 Diagnosis

Bayi berat lahir rendah didiagnosis bila termasuk dalam golongan :

1. Prematuritas murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-

Sesuai Masa Kehamilan (BKB-SMK).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

merupakan bayi yang Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK). 1

2.7 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Prematur Murni


Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup

di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian

makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah

kekurangan vitamin dan zat besi. 2

- Atur suhu

BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi,

kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah lampu

atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan metode kangguru,

yaitu meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin to skin). 5

- Cegah sianosis

Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar

saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal.

- Cegah infeksi

BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya

tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk

membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan

belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan

infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,

membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi,

membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan baik. 5,6

- Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K

pada bayi imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan

maturitas yang normal.

- Intake harus terjamin

Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna.

Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase

masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar

bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi

dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi

dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau

susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum

melalui sonde lambung. 2,6

B. Penatalaksanaan bayi dismaturitas

Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti

pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi

dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal

ini sangat penting untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah

harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernapadan terutama dalam 24 jam

pertama harus diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau

sindrom gangguan pernapasan idiopatik. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi

pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thorax. Pencegahan

terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu

karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Temperatur harus dikelola,
jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermik,

hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan

jaringan lemak subkutan kurang. 1,6 Perawatan bayi dalam inkubator

Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan

kelembaban bayi agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal,

alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi

kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi berat lahir rendah dan

bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada suhu mendekati suhu

lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan

yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran udara sehingga

produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan

dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu lingkungan

lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang optimum

diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal

sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5-

37,5 oC. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan

bayi. Dalam keadaaan tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya

memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga memerlukan

pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian. 2,6

Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat

diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan

pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian

oksigen melalui pipa intubasi. 6


Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu khawatir

lagi soal perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang para

ahli di bidang kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk merawat

BBLR itu. Metode tersebut memungkinkan panas tubuh ibunya memberikan

kehangatan bayinya. Metode kangguru ini memang terkesan unik, dengan

sebuah pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru yang berkantung, bayi

bisa mendapatkan kehangatan cukup karena bersentuhan langsung dengan

tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat di rumah setelah

keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan lebih

dari 1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil

selama tiga hari berturut-turut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah

mampu mengisap dan menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan

memberi minum. Metode kangguru ini cukup efektif sebab selain membuat

bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih percaya diri merawat bayinya

di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR bisa mendapatkan ASI eksklusif dan

menurunkan resiko bayi terkena kehilangan panas tubuh. 6

2.8 Komplikasi

Komplikasi prematuritas 1,5,6

1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik

Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium

akhir akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.

2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk

belum sempurna.

3. Perdarahan intraventrikuler

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak.

Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.

4. Fibroplasias retrolental

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh

gangguan oksigen yang berlebihan.

5. Hiperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan

dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar

yang tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin

direk belum sempurna.

6. Infeksi

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG

gamma globulin.

Komplikasi dismaturitas 1,2,5

1. Sindrom aspirasi mekonium


Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan

‘gasping’ dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor

amnion, akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk

ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan menderita

gangguan pernapasan idiopatik.

2. Hipoglikemia simptomatik

Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin

sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi

dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar

gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah yang

kurang dari 20 mg%. 3. Asfiksia neonatorum

Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan dengan

bayi biasa.

4. Penyakit membran hialin

Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan

pada paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.

5. Hiperbilirubinemia

Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan

bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan

pertumbuhan hati.

2.9 Prognosis
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya

masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tingggi

angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan,

perdarahan intraventrikuler, fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan metabolik.

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan

perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu

lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi gangguan


2,4
pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).
BAB III

ILUSTRASI KASUS

3.1 IdentitasPasien

Nama : BayiNy. Roni Susanti

Umur/TanggalLahir : 1 hari/ 2 Januari 2018

JenisKelamin : Perempuan

No. RM : 488933

TanggalPemeriksaan : 3 Januari 2018

Ayah Ibu

Nama Indra Suryanto Roni Susanti

Umur 31 tahun 32 tahun

Pendidikan SMP D1

Pekerjaan Wiraswasta Guru Honor

Penghasilan Rp 2.000.000/bulan Rp 700.000/bulan

Perkawinan Pertama Pertama

Penyakit yang pernah diderita Tidak ada Tidak ada

3.2 Alloanamnesis

KeluhanUtama

Neonatusberatbadanlahirrendah 2000 gram

RiwayatPenyakitSekarang

 Neonatusberatbadanlahirrendah 2000 gram, panjangbadanlahir 43 cm, lahirspontan,

cukupbulan 38-39 minggu, Apgar score 7/8

 Ketubanjernih, leukositibu 16.320/mm3


 Demamtidakada, kejangtidakada

 Kebiruantidakada, muntahtidakada

 Buang air kecilsudahkeluar, mekoniumsudahkeluar

 Injeksi vitamin K telahdiberikan

 Riwayatibudemamselamahamiltidakada

 Riwayatibukeputihanada, tidakberbau, tidakdiobati

 Riwayatnyerisaatbuang air kecilselamahamiltidakada

RiwayatKeluarga

1. IbnuFaras/ 9 tahun/ Sehat

2. NaysilaFibriyanti/ 5 tahun/ Sehat

3. BayiNy. Roni Susanti/ 2 hari/ Pasien

RiwayatKehamilanIbuSekarang

G3P2A0H2

Presentasibayi : Kepala

Penyakitselamahamil : Tidakada

Pemeriksaanselamakehamilan : ANC rutinkePuskesmas

Tindakanselamakehamilan : Tidakada

Kebiasaanibuselamahamil : Tidakmerokok, tidak konsumsi alkohol

Lama hamil : 38-39 minggu

Kesan : Aterm

HPHT : 6 April 2017

TaksiranPartus : 13 Januari 2018

Pemeriksaansaathamil :

- Tekanandarah: 130/80 mmHg - Hb : 13,3 g/dl

- Suhu : 37ºC - Leukosit : 16.320/mm3


3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukupaktif Suhu : 35,4oC
Beratbadan : 2000 gram Sianosis : Tidakada
Panjangbadan : 43 cm Ikterus : Tidakada
FrekuensiJantung : 127 x/menit Anemis :Tidakada
FrekuensiNafas : 46 x/menit
Kepala : Bentuk : normochepal, bulat, simetris
Ubun-ubunbesar : 2 x 2 cm
Ubun- ubunkecil : 0,5 x 0,5 cm
Jejaspersalinan : Tidakada
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidakditemukankelainan
Hidung : Nafascupinghidungtidakada
Mulut : Mukosa bibir dan mulut basah, sianosistidakada
Leher : JVP sulitdinilai
Toraks
Paru :
Inspeksi : Normochest, simetriskiri = kanan, retraksi dinding dadatidakada,
pergerakandinding dada simetriskiri = kanan
Palpasi : Sulitdilakukan
Perkusi :Tidakdilakukan
Auskultasi : Suaranafasbronkovesikuler, rhonkitidakada, wheezing tidakada
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktuskordisteraba 1 jari medial lineamidclavicularissinistra RIC 5
Perkusi : Tidakdilakukan
Auskultasi : Iramateratur, bisingjantungtidakada
Abdomen :
Permukaan : Datar
Kondisi : Lemas
Hati :¼ x ¼
Limpa : Tidakteraba
Talipusat : Segar
Umbilikus :Tidakhiperemis
Alat kelamin : Labia minor tertutup labia mayor
Ekstremitas :
Atas : akral hangat, CRT <2 detik
Bawah : akral hangat, CRT <2detik
Kulit : Terabahangat, ikteriktidakada
Anus : Ada
Tulang- tulang :Tidakditemukankelainan
Refleks :
Moro :+ Isap :+
Rooting :+ Pegang : +
Ukuran :
Lingkarkepala : 31 cm Panjanglengan : 12 cm
Lingkar dada : 23 cm Panjang kaki : 22 cm
Lingkarperut : 24 cm Kepala- simfisis : 23 cm
Simfisis-kaki : 20 cm
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Darah :
Hb :-
Leukosit :-
Trombosit :-
Ht :-

3.5 Diagnosa Kerja


Neonatusberatbadanlahirrendah
2000 gram
3.6 Tatalaksana
- Hangatkan bayi (infant warmer)
- ASI OD
- Perawatantalipusat
Follow Up (Rabu, 3 Januari 2018)

S/ - Demam tidak ada, kejang tidak ada

- Kuning tidak ada, kebiruan tidak ada

- Muntah tidak ada

- BAB dan BAK ada

O/ - Keadaan umum: Cukup aktif

- Nadi: 140x/menit

- Frekuensi napas: 38x/menit

- Suhu: 36,4°C

- Kulit: ikterik tidak ada

- Toraks: Retraksi tidak ada

- Abdomen: Distensi tidak ada

- Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik

A/ Neonatus Berat Badan Lahir Rendah 2000 gram

P/ - ASI OD

- Jaga kehangatan bayi

- Perawatan tali pusat

Follow Up (Kamis, 4 Januari 2018)

S/ - Bayi mau menyusu, daya isap kuat

- Demam tidak ada, kejang tidak ada

- Kuning tidak ada, kebiruan tidak ada

- Muntah tidak ada

- BAB dan BAK ada

O/ - Keadaan umum: Aktif

- Nadi: 122x/menit
- Frekuensi napas: 35x/menit

- Suhu: 36,8°C

- Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

- Hidung: Napas cuping hidung tidak ada

- Mulut: Sianosis tidak ada

- Toraks: Retraksi tidak ada

- Abdomen: Distensi tidak ada

- Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik

A/ Neonatus Berat Badan Lahir Rendah 2000 gram

P/ - ASI OD

- Jaga kehangatan bayi

- Perawatan tali pusat


BAB IV

DISKUSI

Telah dirawat seorang bayi perempuan, usia 2 hari, di bagian perinatologi RS Achmad

Mochtar, Bukittinggi, dengan diagnosis Neonatus Berat Badan Lahir Rendah 2000gram,

panjang badan lahir 43 cm. Apgar score 7/8, lahir spontan, cukup bulan (38 – 39 minggu),

ketuban jernih.

Berdasarkan jenis kelamin, bayi adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan di India yang menunjukkan bahwa bayi laki-laki memiliki perlindungan yang

lebih terhadap terjadinya berat lahir rendah, dibandingkan bayi perempuan. Mekanisme efek

perlindungan ini masih belum jelas. Rata-rata berat bayi laki-laki lebih berat 150 gram

dibandingkan bayi wanita. Perubahan pada berat ini mulai tampak pada usia 28

minggu.Sebuah hipotesis menyebutkan bahwa hormon androgen menyebabkan perbedaan

pada antigen fetal maternal, atau pada kromosom Y yang membawa materi genetik untuk

pertumbuhan fetus.7

Berat badan lahir bayi adalah 2000 gram. Berat badan lahir 2000 gram dikategorikan

dalam berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah pada bayi didefinisikan sebagai

berat lahir <2500 gram. Berat badan lahir rendah dapat terjadi akibat kurang masa kehamilan,

maupun gangguan pertumbuhan intrauterin, atau kombinasi dari keduanya. Berat badan lahir

rendah berhubungan erat dengan morbiditas, mortalitas, hambatan pertumbuhan dan

perkembangan, dan penyakit kronik setelah dewasa.

Untuk riwayat penyakit saat ini, yaitu Neonatus Berat Badan Lahir Rendah 2000

gram, panjangbadanlahir 43 cm, lahirspontan, cukupbulan 38-39 minggu, Apgar score 7/8.

Pada bayi dengan masa kehamilan >37 minggu dengan berat badan lahir rendah, disebut
dengan dismaturitas, yaitu neonates cukup bulan kecil masa kehamilan8. Panjang badan lahir

43cm kecil dari masa kehamilan, dimana untuk usia kehamilan 38-39 minggu bayi

perempuan normalnya memiliki panjang 45,4 – 52,9cm . Apgar score 7/8 dimana

dikategorikan normal, menandakan tidak adanya asfiksia pada bayi.

Untuk riwayat kehamilan ibu, ketubanjernih, leukositibu 16.320/mm3,

demamtidakada, kejangtidakada, kebiruantidakada, muntahtidakada, buang air

kecilsudahkeluar, mekoniumsudahkeluar, injeksi vitamin K telahdiberikan,

riwayatibudemamselamahamiltidakada, riwayatibukeputihanada, tidakberbau, tidakdiobati,

riwayatnyerisaatbuang air kecilselamahamiltidakada9.

Ketuban jernih merupakan keadaan normal, menandakan tidak adanya Meconium

Stained Amniotic Fluid atau cairan amnion terkontaminasi mekonium, sehingga dapat

menyingkirkan kemungkinan aspirasi mekonium pada bayi yang menyebabkan sindroma

aspirasi mekonium yang berakibat hipoksia, hiperkapnia dan asidosis. Leukosit ibu

16.320/mm3 yang merupakan keadaan leukositosis. Leukositosis maternal merupakan salah

satu faktor risiko infeksi awitan dini pada neonatus, sehingga pada bayi harus diperhatikan

adanya tanda-tanda infeksi9.

Selama kehamilan, ibu kontrol rutin setiap bulan. Namun pada minggu ke-8 ibu

mengeluhkan mual dan muntah, serta berkurangnya nafsu makan. Pada trimester ke dua

(minggu ke 16) , ibu mulai makan lebih sedikit, yaitu setengah porsi dewasa, 3 kali sehari.

Pada kontrol Desember 2017, dokter menemukan keadaan IUGR pada janin. Diperkirakan

hal ini terjadi karena kurangnya intake nutrisi ibu.

Bayi tidak demam, namun suhu bayi 35,40C, hal ini merupakan tanda hipotermia.

Hipotermia dapat terjadi akibat mekanisme termoregulasi yang masih imatur pada bayi dan

kecilnya ukuran bayi yang membuat bayi dengan berat badan lahir rendah lebih rentan
menderita keadaan ini. Bayi akan kehilangan panas akibat masih sedikitnya lemak subkutan,

masih belum berkembangnya dengan baik respon termoregulasi, dan luasnya permukaan

tubuh. Hipotermia meningkatkan kebutuhan metabolisme neonatus dan berhubungan dengan

kejadian hipoglikemia, hipoksia, infeksi berat, dan mortalitas neonatus. 20% angka kematian

bayi berhubungan dengan komplikasi hipotermia10.

Temperatur tubuh bayi adalah 35,40C, digolongkan kedalam hipotermia sedang.

Hipotermia dibagi menjadi tiga jenis yaitu stres dingin, hipotermia sedang, dan hipotermia

berat. Batasan stres dingin suhu antara 35,5-36,4°C, hipotermia sedang suhu antara 32-

35,4°C, dan hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C. Hipotermia ditatalaksana

dengan menghangatkan bayi dengan incubator atau dibawah infant warmer. Neonatus dengan

hipotermia harus di monitor dan jika perlu ditatalaksana untuk hipoglikemia, hipoksemia, dan

apnea11.

Bayi ditatalaksana dengan pemberian ASI On Demand, dan di rawat di NICU

perinatologi karena kondisi hipotermia dan membutuhkan infant warmer. Ibu juga diberikan

edukasi tentang metode “Kangaroo mother care” untuk mencegah hipotermia.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4,Jakarta : FKUI,
1985;1051-7.

2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: IlmuKebidanan; edisi
ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;771-83.

3. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan TumbuhKembang. Jakarta :


FKUI, 2004;9-11.

4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson

Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.

5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2000; 376-8.

6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant During the
First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York : Medical Publishing
Division, 2002; 120-31.

7. Bharati P, Pal M, Bandyopadhyay M, Bhakta A, Chakraborty S, Bharati P. Prevalence and


causes of low birth weight in India. Malays J Nutr. 2011. Dec;17(3):301-13.PubMed PMID:
22655452.

8. Khotimah H. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah pada RSUD Wonosari. Naskah Publikasi. 2017. Yogyakarta : Universitas
‘Aisyiah. Available at:
http://digilib.unisayogya.ac.id/3018/1/naskah%20publikasi_Khusnul%20Khotimah.pdf
[Accessed 4 Jan. 2018].

9. Hendrarto, TW. Leukositosis pada Ibu Sebagai Salah Satu Faktor Risiko Infeksi Neonatal
Awitan Dini : Telaah Klinis di RSAB Harapan Kita. Dalam : Sari Pediatri. 2011;13(1):33-40.

10. Panda S, Majhi B, Panda A. Knowledge Regarding Prevention of Hypothermia Among


Mothers of LBS SNCU of M.K.C.G. Medical Colleger Hospital. Journal of Evidence Based
Medicine and Healthcare. 2017;4(86):5054-5057.

11.Hypothermia in Neonates - Pediatrics - MSD Manual Professional Edition [Internet]. MSD


Manual Professional Edition. 2018 [cited 4 January 2018]. Available from:
http://www.msdmanuals.com/professional/pediatrics/perinatal-problems/hypothermia-in-
neonate

Anda mungkin juga menyukai