Oleh :
Preseptor :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasinya. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan ( < 37 minggu ) atau pada bayi cukup bulan.
Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah diseluruh dunia, karena menjadi salah satu
penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalens BBLR masih cukup
tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia,
15.5 % dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dengan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir>2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
Bayi Berat Lahir Rendah meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat berbagai
komplikasi yang dapat ditimbulkan. Di Indonesia, kejadian bayi prematur belum dapat
dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada
tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada tahun yang sama
adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR. 1,2Oleh sebab itu, penting
untuk memahami permasalahn Bayi Berat Lahir Rendah dari segi medis agar dapat melakukan
1.1.BatasanMasalah
Lahir Rendah.
1.3.MetodePenulisan
Makalahiniditulisdenganmenggunakanmetodetinjauanpustaka yang
merujukdariberbagailiteratur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat
badannya kurang atau sama dengan 2500 gram (≤2500 gram) disebut bayi prematur.
Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat
- Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu.
- Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu.
- Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih. 1,2
1. Prematuritas murni
- Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil
2.2 Epidemiologi
Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara dengan
sosio ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara
berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi
Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan
jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami
Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di
Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di Indonesia,
kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di
rumah sakit pada tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan
2.3 Etiologi
A. Prematuritas murni
1. Faktor ibu
a. Penyakit
b. Usia
dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada
ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
2. Faktor janin
zat antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas
plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi
ibu. 2,3
2.4 Patogenesis
tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan
dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum
dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap
tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang terus menerus. Serupa
A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan
45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa
gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis,
ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum
sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis
dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun
telinga masih kurang. Jaringan mamma belum sempurna, puting susu belum
terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus
lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada
bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan
apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi,
sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna,
begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas
bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan
besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema
pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak
mengkilat dan licin serta terdapat ‘pitting edema’. Edema ini seringkali berhubungan
frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada
atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya,
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan
terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam
hal ini berat badan kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi
prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan ‘wasting’. Pada
bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah ‘wasting’,
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit,
plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur
dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan
3. Stadium ketiga
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin
2.6 Diagnosis
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
2.7 Penatalaksanaan
makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah
- Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi,
atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan metode kangguru,
- Cegah sianosis
saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal.
- Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,
- Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K
pada bayi imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan
Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna.
masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi
dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau
susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum
dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal
ini sangat penting untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah
harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernapadan terutama dalam 24 jam
pertama harus diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau
pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thorax. Pencegahan
terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu
karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Temperatur harus dikelola,
jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermik,
hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan
kelembaban bayi agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal,
alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi
kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi berat lahir rendah dan
bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada suhu mendekati suhu
lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan
yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran udara sehingga
produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu lingkungan
lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang optimum
diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal
sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5-
37,5 oC. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan
bayi. Dalam keadaaan tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya
diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan
lagi soal perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang para
sebuah pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru yang berkantung, bayi
tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat di rumah setelah
keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan lebih
dari 1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil
selama tiga hari berturut-turut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah
mampu mengisap dan menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan
memberi minum. Metode kangguru ini cukup efektif sebab selain membuat
bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih percaya diri merawat bayinya
2.8 Komplikasi
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler
4. Fibroplasias retrolental
5. Hiperbilirubinemia
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar
6. Infeksi
gamma globulin.
‘gasping’ dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor
amnion, akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk
ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan menderita
2. Hipoglikemia simptomatik
sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah yang
bayi biasa.
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan
5. Hiperbilirubinemia
bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.
2.9 Prognosis
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya
masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tingggi
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
ILUSTRASI KASUS
3.1 IdentitasPasien
JenisKelamin : Perempuan
No. RM : 488933
Ayah Ibu
Pendidikan SMP D1
3.2 Alloanamnesis
KeluhanUtama
RiwayatPenyakitSekarang
Kebiruantidakada, muntahtidakada
Riwayatibudemamselamahamiltidakada
RiwayatKeluarga
RiwayatKehamilanIbuSekarang
G3P2A0H2
Presentasibayi : Kepala
Penyakitselamahamil : Tidakada
Tindakanselamakehamilan : Tidakada
Kesan : Aterm
Pemeriksaansaathamil :
- Nadi: 140x/menit
- Suhu: 36,4°C
P/ - ASI OD
- Nadi: 122x/menit
- Frekuensi napas: 35x/menit
- Suhu: 36,8°C
P/ - ASI OD
DISKUSI
Telah dirawat seorang bayi perempuan, usia 2 hari, di bagian perinatologi RS Achmad
Mochtar, Bukittinggi, dengan diagnosis Neonatus Berat Badan Lahir Rendah 2000gram,
panjang badan lahir 43 cm. Apgar score 7/8, lahir spontan, cukup bulan (38 – 39 minggu),
ketuban jernih.
Berdasarkan jenis kelamin, bayi adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan di India yang menunjukkan bahwa bayi laki-laki memiliki perlindungan yang
lebih terhadap terjadinya berat lahir rendah, dibandingkan bayi perempuan. Mekanisme efek
perlindungan ini masih belum jelas. Rata-rata berat bayi laki-laki lebih berat 150 gram
dibandingkan bayi wanita. Perubahan pada berat ini mulai tampak pada usia 28
pada antigen fetal maternal, atau pada kromosom Y yang membawa materi genetik untuk
pertumbuhan fetus.7
Berat badan lahir bayi adalah 2000 gram. Berat badan lahir 2000 gram dikategorikan
dalam berat badan lahir rendah. Berat badan lahir rendah pada bayi didefinisikan sebagai
berat lahir <2500 gram. Berat badan lahir rendah dapat terjadi akibat kurang masa kehamilan,
maupun gangguan pertumbuhan intrauterin, atau kombinasi dari keduanya. Berat badan lahir
Untuk riwayat penyakit saat ini, yaitu Neonatus Berat Badan Lahir Rendah 2000
gram, panjangbadanlahir 43 cm, lahirspontan, cukupbulan 38-39 minggu, Apgar score 7/8.
Pada bayi dengan masa kehamilan >37 minggu dengan berat badan lahir rendah, disebut
dengan dismaturitas, yaitu neonates cukup bulan kecil masa kehamilan8. Panjang badan lahir
43cm kecil dari masa kehamilan, dimana untuk usia kehamilan 38-39 minggu bayi
perempuan normalnya memiliki panjang 45,4 – 52,9cm . Apgar score 7/8 dimana
Stained Amniotic Fluid atau cairan amnion terkontaminasi mekonium, sehingga dapat
aspirasi mekonium yang berakibat hipoksia, hiperkapnia dan asidosis. Leukosit ibu
satu faktor risiko infeksi awitan dini pada neonatus, sehingga pada bayi harus diperhatikan
Selama kehamilan, ibu kontrol rutin setiap bulan. Namun pada minggu ke-8 ibu
mengeluhkan mual dan muntah, serta berkurangnya nafsu makan. Pada trimester ke dua
(minggu ke 16) , ibu mulai makan lebih sedikit, yaitu setengah porsi dewasa, 3 kali sehari.
Pada kontrol Desember 2017, dokter menemukan keadaan IUGR pada janin. Diperkirakan
Bayi tidak demam, namun suhu bayi 35,40C, hal ini merupakan tanda hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi akibat mekanisme termoregulasi yang masih imatur pada bayi dan
kecilnya ukuran bayi yang membuat bayi dengan berat badan lahir rendah lebih rentan
menderita keadaan ini. Bayi akan kehilangan panas akibat masih sedikitnya lemak subkutan,
masih belum berkembangnya dengan baik respon termoregulasi, dan luasnya permukaan
kejadian hipoglikemia, hipoksia, infeksi berat, dan mortalitas neonatus. 20% angka kematian
Hipotermia dibagi menjadi tiga jenis yaitu stres dingin, hipotermia sedang, dan hipotermia
berat. Batasan stres dingin suhu antara 35,5-36,4°C, hipotermia sedang suhu antara 32-
35,4°C, dan hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C. Hipotermia ditatalaksana
dengan menghangatkan bayi dengan incubator atau dibawah infant warmer. Neonatus dengan
hipotermia harus di monitor dan jika perlu ditatalaksana untuk hipoglikemia, hipoksemia, dan
apnea11.
perinatologi karena kondisi hipotermia dan membutuhkan infant warmer. Ibu juga diberikan
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4,Jakarta : FKUI,
1985;1051-7.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: IlmuKebidanan; edisi
ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;771-83.
4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2000; 376-8.
6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant During the
First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York : Medical Publishing
Division, 2002; 120-31.
8. Khotimah H. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah pada RSUD Wonosari. Naskah Publikasi. 2017. Yogyakarta : Universitas
‘Aisyiah. Available at:
http://digilib.unisayogya.ac.id/3018/1/naskah%20publikasi_Khusnul%20Khotimah.pdf
[Accessed 4 Jan. 2018].
9. Hendrarto, TW. Leukositosis pada Ibu Sebagai Salah Satu Faktor Risiko Infeksi Neonatal
Awitan Dini : Telaah Klinis di RSAB Harapan Kita. Dalam : Sari Pediatri. 2011;13(1):33-40.