INFERTILITAS
Oleh
Preseptor :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2
pasangan tetap tidak hamil setelah setahun. Untuk pasangan dengan umur 35
tahun atau lebih peluang kehamilan menjadi 60% pada tahun pertama dan 85%
pada tahun kedua. Kurang lebih 15 persen tetap belum mendapatkan kehamilan
setelah tahun ke-3 perkawinan. 1,2,3
Penyebab infertilitas harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan
suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu
kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas
suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma,
cairan/lendir serviks dan reaksi imunologi isteri terhadap semen/sperma suami.
Termasuk juga sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi. 2.3 Infertilitas dapat
juga tidak diketahui penyebabnya yang dikenal dengan istilah infertilitas
idiopatik. 3
3
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui definisi, klasifikasi,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan
teratur tanpa kontrasepsi, atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer.
meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil normal.1
pemeriksaan standar meliputi ter ovulasi, potensi tuba, dan analisis semen dengan
hasil. 2,3
2.3 Epidemiologi
infertilitas pada 8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga 80 juta pasangan. Di
Eropa angka kejadiannya mencapai 14%. Pada tahun 2002, dua juta wanita usia
5
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
meningkat mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan. Infertilitas dapat
disebabkan oleh pihak istri maupun suami. Kondisi yang menyebabkan infertilitas
dari faktor istri didapatkan sebanyak 65%, faktor suami 20%, kondisi lain-lain dan
dengan permasalahan dari pihak istri adalah tuba (27,4%), tidak diketahui
seksual (2,7%). Angka kejadian infertilitas pada wanita terjadi pada berbagai
rentang umur, 20-29 tahun (64,5%), 30-39 tahun (20%), 40-49 tahun (11,8%),
diatas 50 tahun (3,7%). Penelitian lain nya menemukan 54,4% wanita infertile
merupakan wanita yang bekerja penuh waktu, 33,3 % wanita yang bekerja paruh
waktu, 3,5% merupakan ibu rumah tangga. Sebanyak 84% perempuan akan
mengalami kehamilan dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila
mereka melakukan hubungan suami istri secara teratur tanpa menggunakan alat-
alat kontrasepsi. Angka kehamilan kumulatif akan meningkat menjadi 92% ketika
Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi faktor tuba
dan pelvik (35%), faktor lelaki (35%), faktor ovulasi (15%), faktor idiopatik
518 pasangan suami istri yang berusia antara 24 - 34 tahun dijumpai 50%
6
kehamilan terjadi di dalam dua siklus haid pertama dan 90% kehamilan terjadi di
dalam enam siklus haid pertama. Vang menemukan bahwa angka fekunditas per
1. Non-Organik
a. Usia
di usia 35 tahun atau 77% perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami
kehamilan dalam kurun waktu tiga tahun lama pernikahan. Ketika usia istri
mencapai 40 tahun maka kesempatan untuk hamil hanya sebesar lima persen
tahun atau bahkan lebih tua lagi. Hal ini menyebabkan usia rata-rata
perempuan masa kini melahirkan bayi pertamanya 3,5 tahun lebih tua
dibandingkan dengan usia perempuan yang dilahirkan pada 30 tahun yang lalu.
Tentu hal ini akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap penurunan
b. Frekuensi Senggama
7
Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan suami
c. Pola Hidup
Alkohol
Merokok
Berat Badan
Perempuan dengan indeks massa tubuh yang lebih dari 29, yang
hamil. Usaha yang paling baik untuk menurunkan berat badan adalah
8
dengan cara menjalani olahraga teratur serta mengurangi asupan kalori di
dalam makanan. 3
2. Organik
a. Masalah Vagina
yang sehat dan berfungsi normal. Masalah pada vagina yang memiliki kaitan
berkemih.
o Faktor organik, seperti vaginismus, nodul endometriosis di vagina,
adanya rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi ke dalam vagina.
Hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya zat lubrikans atau pelumas
9
vagina, tetapi terutama disebabkan oleh diameter liang vagina yang
seperti episiotomi atau karena luka trauma di vagina yang sangat hebat
ditimbulkannya.
b. Masalah Uterus
memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas adalah serviks, kavum uteri,
Faktor serviks
Servisitis. Memiliki kaitan yang erat dengan teriadinya infertilitas.
imunologi.
Trauma pada serviks. Tindakan operatif tertentu pada serviks
10
menyebabkan cacat pada serviks, dapat menjadi penyebab
terjadinya infertilitas.
Faktor kavum uteri.
Faktor yang terkait dengan kavum uteri meliputi kelainan anatomi kavum
infertilitas.
Faktor endometriosis. Endometriosis kronis memiliki kaitan yang
Faktor miometrium
11
Mioma uteri merupakan tumor jinak uterus yang berasal dari
mioma uteri terhadap miometrium, serviks dan kavum uteri, maka mioma
(the junctional zona) yang secara ontogeni merupakan sisa dari duktus
c. Masalah Tuba
Tuba Fallopii memiliki peran yang besar di dalam proses fertilisasi, karena
pada penderita infertilitas adalah sumbatan tuba baik pada pangkal, pada
12
bagian tengah tuba, maupun pada uiung distal dari tuba. Berdasarkan bentuk
dan ukurannya, tuba yang tersumbat dapat tampil dengan bentuk dan ukuran
yang normal, tetapi dapat pula tampil dalam bentuk hidrosalping. Sumbatan
tuba dapat disebabkan oleh infeksi atau dapat disebabkan oleh endometriosis.
kerusakan tuba.3
d. Masalah Ovarium
Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah terkait dengan fungsi
utama yang seringkali dijumpai pada kasus infertilitas. Saat ini untuk
ultrasonografi (USG).
Terdapat gambaran hiperandrogenisme baik klinis maupun
biokimiawi.
Empat puluh sampai tujuh puluh persen kasus sindrom ovarium polikistik
polikistik. Masalah gangguan ovulasi yang lain adalah yang terkait dengan
Kista ovarium yang sering dijumpai pada penderita infertilitas adalah kista
13
endometriosis tidak hanya mengganggu fungsi ovulasi, tetapi juga dapat
Fertility Sociery (AFS). Pada kista endometriosis dengan AFS derajat sedang
kegagalan maturasi oosit, dan kegagalan fungsi tuba akibat deformitas tuba.
e. Masalah Peritoneum
dengan mudah dalam bentuk yang khas yaitu nodul hitam, nodul hitam
kebiruan, nodul cokelat, nodul putih, nodul kuning, dan nodul merah yang
juga dapat tampil tersembunyi tipis di bawah lapisan peritoneum yang dikenal
dengan istilah nodul powder burn, dan ada pula bercak endometriosis yang
3. Faktor Laki-laki1-3
14
Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki, dan setidaknya sebesar
Pemeriksaan dasar merupakan hal yang sangat penting dalam tata laksana
infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan lengkap, maka
terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga penderita infertilitas dapat
2.5.1 Anamnesis
15
Pada awal pertemuan, penting sekali untuk memperoleh data apakah
pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau
minum, minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau salah
dikatakan siklus haid normal jika berada dalam kisaran antara 21 - 35 hari.
Sebagian besar perempuan dengan siklus haid yang normal akan menunjukkan
siklus haid yang berovulasi. Untuk mendapatkan rerata siklus haid perlu
diperoleh informasi haid dalam kurun 3 - 4 bulan terakhir. Perlu juga diperoleh
informasi apakah terdapat keluhan nyeri haid setiap bulannya dan perlu
dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas fisik saat haid akibat nyeri atau
terdapat penggunaan obat penghilang nyeri saat haid terjadi. Perlu dilakukan
Akibat sulitnya menentukan saat ovulasi secara tepat, maka dianjurkan bagi
per minggu. Upaya untuk mendeteksi adanya olulasi seperti pengukuran suhu
basal badan dan penilaian kadar luteinizing bormone (LH) di dalam urin
dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan
16
(m2). Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25kg/m2
termasuk ke dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan
erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari 19 kg/m2 seringkali
dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan
dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya (hirsutisme) atau
biokimiawi. 3
adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron
pada fase luteal madia, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya
haid. Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal madia
Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia menjadi tidak memiliki
nilai diagnostik yang baik jika terdapat siklus haid yang tidak normal seperti
siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari), atau siklus haid yang terlalu sering
dan prolactin hanya dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak
berovulasi, terdapat keluhan galaktore atau terdapat kelainan fisik atau gejala
17
Pemeriksaan kadar luteinizing hormone (LH) dan follicles stimulating
hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3 - 5) terutama jika
seperti hirsutisme atau akne yang banyak, maka perlu dilakukan pemeriksaan
kadar testosteron atau pemerlksaan free androgen index (FAI), yaitu dengan
melakukan kajian terhadap kadar testosteron yang terikat dengan sex bormone
perempuan kadar FAI normal jika dijumpai lebih rendah dari 7. Pemeriksaan
yang bertujuan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir serviks.
Metode ini sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena memberikan hasil
diperhatikan agar menjamin hasil analisis sperma yang baik adalah sebagai
berikut. 3
Lakukan abstinensia (pantang sanggama) selama 2 - 3 hari.
Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara
sanggama terputus.
Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi.
Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma.
18
Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat
penampungan sperma.
Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan
adalah kriteria normal berdasarkan kriteria WHO (Tabel 1). Hasil dari
19
Tabel 2.3 Terminologi dan definisi analisis sperma berdasarkan kualitas sperma
hasil analisis sperma normal, karena pemeriksaan analisis sperma yang ada
nilai positif palsu, maka pemeriksaan analisis sperma yang berulang hanya
dengan baik ke puncak vagina selama senggama. UPS dilakukan sekitar 2-3
hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 2-8 jam setelah
senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada
20
mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma per lapang pandang, harapan untuk
kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang pandang. Uji ini
c. Uji Pakis
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis
yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus
haid dan kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya
akan tampak pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis
setelah hari ke- 23 ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan
semen juga dapat menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB
diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat
tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika
wanita ovulasi, grafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipikal). 5
grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa
bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak selalu
21
mudah untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara
kita). 5
yang ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial.
tidaknya ovulasi. 5
f. Biopsi Endometrium
dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat
adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya. 5
g. Laparaskopi
ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya
korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu. 5
22
3. Menghindari bahan-bahan yang menyebabkan penurunan kualitas dan
jumlah dari sperma dan sel telur seperti rokok dan alkohol
4. Berperilaku hidup sehat
Penanganan infertilitas
2.7 Metode Penanganan Pasangan Infertil
23
Hiperspermia adalah jika volume semen lebih dari 6 ml.
Penyebabnya dapat berupa abstinensia seksualis yang terlalu lama
dan hipersekresi vesika seminalis. Hiperspermia dengan
spermiogram normal tidak memerlukan pengobatan spesifik, cukup
dengan menganjurkan peningkatan frekuensi senggama, tetapi jika
disertai dengan spermiogram abnormal dapat dilakukan terapi
dengan split ejaculate atau withdrawal coitus atau dengantreated
sperm invitro.14
c) Polizoospermia
Pada polizoospermia, jumlah spermatozoa lebih dari 250
juta/ml. Terapi dapat dengan anjuran meningkatkan frekuensi koitus
atau AIH dengan treated spermatozoa dengan jalan pengenceran,
swim up, sperm washing atau filtrasi.
d) Oligozoospermia
Sampai saat ini masih disepakati bahwa jumlah spermatozoa
kurang dari 20 juta/ ml disebut oligozoospermia dan jika kurang
dari 5 juta/ml disebut olgozoospermia berat.
Terapi medikamentosa yaitu :
a) Klomifen sitrat dengan dosis 1 x 50 mg selama 90 hari atau 1 x
50 mg 3 x 25 hari dengan interval antara terapi 5 hari.
b) Tamoxifen, dapat diberikan dengan dosis 2 x 1 tablet selama 60
hari.
c) Kombinasi HMG dan hCG; HMG (Pergonal®) diberikan
dengan dosis 150 IU 3 x/ minggu dan hCG (Profasi®) dengan
dosis 2000 IU 2 x/minggu selama 12-16 minggu.
d) Kombinasi FSH (Metrodin®) dan hCG; dosisFSH 75IU 3
x/minggu dan dosis hCG 2000 IU 2 x/minggu selama 12-16
minggu. Selain medikamentosa, terapi dapat dilakukan dengan
AIH(IBS) dengan atau tanpa treated sperm.
24
BAB 3
PENUTUP
Infertilitas memberikan dampak yang serius bagi pasangan suami istri, mulai dari
dampak medis, ekonomi dan psikologis. Infertilitas dapat terjadi baik oleh karena
faktor istri maupun faktor suami dan dapat juga tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik). Oleh sebab itu, dalam menangani kasus infertilitas, pasangan suami
25
istri harus diperlakukan sebagai satu kesatuan sehingga penyebab infertilitas dapat
diketahui. Baik suami dan istri harus sama-sama bekerja sama dan diperiksa untuk
DAFTAR PUSTAKA
26
5. Oktarina A, Abadi A, Bachsin R. Faktor-faktor yang Memengaruhi
MKS. 2014;46(4):295-300.
6. Anwar M, Baziad A, Prabowo P. Ilmu Kandungan (edisi ketiga). Jakarta:
27