Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Program Gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktifitas
kerja. Oleh karena salah satu program Puskesmas Nosarara yaitu program meningkatkan
status gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Nosarara. Upaya meningkatkan status gizi
masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk mencegah dan menangani permasalahan gizi
yang dihadapi masyarakat. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan eseorang/masyarakat
yang disebabkan tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari
makanan.

Beberapa program yang sering dilakukan di Puskesmas Nosarara, terkait masalah gizi antara
lain:

a. Penimbangan Balita di Posyandu


Dalam upaya untuk meningkatkan gizi di Posyandu de menimbang berat badan bayi
dan deteksi dini gangguan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan sangat penting
dilakukan untuk menentukan adanya pertumbuhan hambatan pada tahap awal. Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, perlu untuk menimbang anak
sebulan sekali. (6)
b. Pemantauan Status Gizi
Gizi yang baik adalah salah satu unsur penting untuk mewujudkan manusia yang
berkualitas. Pemenuhan gizi anak harus diperhatikan terutama pada balita karena pada masa
ini pertumbuhan mengalami peningkatan yang sangat pesat (fase "Golden Age") yang dapat
berpengaruh terhadap status gizi balita. Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh.(7) Penilaian status
gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain), tidak didasarkan
pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk
memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi
(gizi kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di masyarakat
(misalnya posyandu) atau di sarana pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik
Tumbuh Kembang Rumah Sakit), dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang
Anak dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak laki-
laki dan perempuan (7).
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan table Berat Badan
menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥2 tahun ditentukan dengan
menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).
c. Pemberian Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan
dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar
(essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian
dan angka kesakitan, karena itu vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA. Akibat lain yang
berdampak sangat serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan manifestasi
lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan.
Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun kebawah mengalami kekurangan
Vitamin A, bahkan World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 250
juta anak prasekolah yang mengalami kebutaan dan separuh anak ini kemudian
meninggal dalam jangka waktu 12 bulan akibat kekurangan Vitamin A. Menurut
International Vitamin A Consltative Group merekomendasikan bahwa program
supplementasi vitamin A dosis tinggi perlu diberikan kepada balita dan juga ibu nifas.
Di Indonesia pemberian vitamin A diberikan dalam rangka mencegah kebutaan pada
anak, dengan pemberian dilakukan pada bulan Februari dan Agustus, dengan rentang
pemberian pada anak usia 6-59 bulan. Begitupun dengan pelaksanaan di Puskesmas
Nosarara, dimana pemberian vitamin A ini diadakan pada usia anak 6-59 bulan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian vitamin A yaitu
salah satunya dengan cara mempromosikan melalui penyebarluasan informasi
khususnya tentang vitamin A dan program terpadu lainnya, hal ini perlu dilakukan
sebelum bulan kapsul (Februari dan Agustus) dengan tujuan untuk meningkatkan
cakupan pemberian kapsul vitamin A yang melibatkan unsur masyarakat dan
keluarga.

d. Pemberian Tablet Tambah Darah


Anemia merupakan salah satu dari 6 masalah gizi yang ada di Indonesia saat ini.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) proporsi anemia ibu hamil sebesar 46,9% dan
anemia remaja sebesar 48,9%. Berdasarkan hal tersebut anemia lebih banyak dialami
pada remaja. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas,
konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja, khususnya pada remaja putri yang
mengalami menstruasi setiap bulan.(9,10)
Oleh karena itu Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengatasi hal tersebut
yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 yaitu pada sasaran pokok yang pertama
berupa meningkatnya status kesehatan ibu dan Anak. Usaha yang dilakukan
pemerintah indonesia yaitu melalui usaha kesehatan sekolah dan remaja.(9,10)
Salah satu program pemerintah yaitu pemberian Tabet Tambah Darah (TTD)
pada remaja putri. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) bahwa Remaja puteri yang
mendapatkan tablet tambah darah (TTD) sebesar 76,2% yang terdiri dari sebanyak
80,9% diantaranya mendapatkan TTD di sekolah dan 19,1% menyatakan tidak
didapatkan dari sekolah. Sedangkan yang tidak mendapatkan TTD sama sekali yaitu
sebesar 23,8%. Tingkat konsumsi TTD yang < 52 butir sebesar 98,6% dan yang
mengkonsumsi = 52 butir sebesar 1,4%. TTD ini juga diberikan pada ibu hamil, hal
ini disebabkan karena rendahnya ibu hamil dalam mengkonsumsi suplemen
penambah darah merupakan terjadinya salah satu angka penyebab prevalensi anemia
masih tinggi.
Mengacu pada hal tersebut maka program ini juga dilakukan Puskesmas
Nosarara, sebagai bagian program Gizi, yang diberikan pada remaja putri dan ibu
hamil.

e. ASI Ekslusif
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan
bersih karena langsung diminum dari payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi
dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan
pertamanya.
ASI memberikan beberapa manfaat bagi bayi antara lain, dapat memberikan
kehidupan yang baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan bayi, mengandung
antibodi yang melindungi bayi dari penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan
parasite, mengandung komposisi yang tepat karena kandungan ASI diciptakan sesuai
dengan kebutuhan bayi, meningkatkan kecerdasan, terhindar dari alergi yang
biasanya timbul karena konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih sayang ibu
secara langsung saat proses menyusui. Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat
bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu
menyusui dan sebelum menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko
terkena kanker payudara dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak.
World Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya di susu ibu (ASl) selama paling sedikit
enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan
pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan angka
kesakitan dan kematian anak.(11)
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah malnutrisi
karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah
digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi. World
Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling
sedikit enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan
makanan pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan
angka kesakitan dan kematian anak.(II)

f. Inisiasi Menyusui Dini


Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang sudah disosialisakan di
Indonesia sejak Agustus 2007 yaitu melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Fungsi
dilakukannya IMD adalah salah satunya mencegah kematian bayi baru lahir, karena
ketika dilakukan IMD dapat menurunkan resiko terjadinya hipotermia.(12)

Selain itu IMD juga bermanfaat bagi ibu dalam mengurangi perdarahan pasca
persalinan karena proses menyusu akan merangsar kontraksi uterus. Ketika IMD tidak
dilakukan maka akan meningkatkan terjadinya kematian bayi baru lahir yang bisa
diakibatkan oleh hipotermia, dan ketika jarangnya dilakukan IMD dan kesalahan-
kesalahan pelaksanaan kegiatan IMD menyebabkan keberhasilan menyusui tidak
optimal karena IMD dapat mengetahui apakah bayi bisa mendapatkan cukup ASI atau
tidak.(12)

Adapun indikator keberhasilan dan pencapaian program Puskesmas Nosarara


bulan Januari-Juni 2020 adalah sebagai berikut:

No Cakupan Pelayanan Target Capaian

1. Persentase kasus balita gizi buruk (80%) (80%)


yang mendapat perawatan

2. Persentase balita yang ditimbang (60%) (50%)


berat badannya (D/S)

3. Persentasi bayi usia kurang dari 6 (35%) (39,5%)


bulan mendapat ASI eksklusif

4. Persentase balita 6-59 bulan (86%) (86%)


mendapat kapsul vitamin A

5. Persentase ibu hamil yang mendapat (80%) (70%)


tablet tambah darah (TTD) minimal
90 tablet selama kehamilan
6. Persentase ibu hamil Kurang Energi (80%) (80%)
Kronik yang mendapat makanan
tambahan
7. Persentase balita kurus yang (50%) (50%)
mendapat makanan tambahan

8. Persentase remaja putri mendapat (50%) (38%)


tablet tambah darah (TTD)
9. Persentase ibu nifas mendapat kapsul (70%) (70%)
vitamin A

10. Persentase bayi baru yang mendapat (54%) (54%)


IMD

11. Persentase bayi dengan berat badan (5,4%) (6,1%)


lahir rendah (berat badan <2500
gram)
12. Persentase balita persentase balita (65%) (65%)
mempunyai buku KIA/KMS

13. Persentase balita ditimbang yang naik (80%) (80%)


berat badannya

14. Persentase balita ditimbang yang (18%) (18)


tidak naik berat badannya (T)

15. Persentase balita ditimbang yang (<13%) (0%)


tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (2T)
16. Persentase balita dibawah garis (<5%) (0%)
merah (BGM)

17. Persentase ibu hamil Anemia (45%) (45%)

Berdasarkan indikator keberhasilan program ada beberapa program yang


belum mencapai target pencapaian yaitu:

 Program persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) belum


mencapai target dengan peresentasi 50%. Hal ini terjadi karena kurangnya
masyarakat yang membawa anaknya untuk melakukan pemeriksaan di
Posyandu, dilihat juga letak puskesmas yang berada di kota sehingga sulit
untuk mengumpulkan balita-balita ke posyandu dan kurangnya perhatian
masyarakat, karena biasanya orang tua membawa anaknya periksa di rumah
sakit, atau ke prakter dokter sehingga kunjungan ke puskesmas menjadi
menurun.
 Program Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah (TTD) minimal
90 tablet selama kehamilan belum mencapai target dengan presentasi 70%.
Hal ini terjadi karena pada situasi pandemi ini kurangnya ibu hamil yang
datang untuk memeriksakan kehamilannya sehingga ada ibu hamil yang tidak
medapatkan tablet Fe, dan ada juga ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe
namun tidak diminum karena merasakan takut berbahaya terhadap janinnya
setelah minum tablet Fe. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil
tentang manfaat tablet Fe.
 Program Persentase remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah belum
mencapai target dimana dengan presentasi 38%. Hal ini dikarenakan pandemi
covid-19 ini semua sekolah belum dibuka dan ada pembagian tablet tambah
darah yang dijadwalkan untuk setiap kunjungan sekolah yang diberikan pada
orang tua siswa namun hanya sedikit orang tua dari siswa yang datang,
mungkin disebabkan kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dengan
orang tua siswa.

Output yang dicapai dari program gizi pada puskesmas Nosarara, yaitu :

1. Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan 80%,

2. Persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 50%.

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif

39,5%.

4. Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium 90%.

5. Persentase balita 6 - 59 bulan mendapat kapsul Vitamin A 85%.

Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah

minimal 90 tablet selama kehamilan 70%.


7. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat

Makanan Tambahan 80%.

8. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan 50%.

9. Persentase remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah 38%.

10. Persentase ibu nifas mendapat kapsul Vitamin A 70%.

11. Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD 54%,

12. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan < 2500

gram) 6,1%.

13. Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS 65%.

14. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya 80%.

15. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T) 18%.

16. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali

berturut-turut (2T) 0%.

17. Persentase balita di Bawah Garis Merah (BGM) 0%.

Anda mungkin juga menyukai