Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PERILAKU MEROKOK

Penelitian kami menunjukkan tidak ada hubungan signifikan atara tingkat pendapatan
dengan perilaku merokok (p = 0,320). Penelitian ini bertentangan dengan penelitan
oleh Greenhalgh pada tahun 2016 tentang hubungan antara merokok dan stres
finansial yang menunjukan bahwa pengeluaran rata-rata individu dalam membeli
rokok sebagai persentase dari jumlah total pengeluaran mingguan berjumlah lebih
besar pada kelompok pendapatan rendah. Pada kelompok dengan pendapatan
terendah, persentase pengeluaran untuk membeli rokok sebagai proporsi dari total
pengeluaran mingguan berjumlah lebih dari dua kali lipat daripada kelompok dengan
pendapatan terbanyak. Perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami stres
finansial daripada bukan perokok. Faktor-faktor seperti penghasilan yang rendah,
kecanduan nikotin, ruang lingkup sesama perokok, dan usia muda mulai merokok
diasosiasikan dengan kecenderungan untuk tetap merokok. Para pelaku merokok
dilaporkan mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli rokok daripada
kebutuhan pokok (Siahpush, 2007).

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian oleh Leinsalu pada tahun 2011 yang
menunjukkan bahwa pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan dengan
konsumsi rokok di Hungaria dengan kelompok umur 25-64 tahun. Penelitian tersebut
memiliki n = 5072 dan α = 0,05. Variabel terikat berupa konsumsi rokok
dikategorikan menjadi tiga, yitu: rutin merokok, pernah merokok namun sudah
berhenti, dan terkadang merokok. Variabel bebas berupa tingkat pendidikan diukur
dengan pertanyaan tentang rata-rata jumlah pendapatan per bulan. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikanantara tingkat pendidikan dengan
perilaku merokok.laki-laki pada kelompok pendidikan rendah memiliki resiko 2,3 kali
lipat untuk merokok (OR = 2,25). Peneltian tersebut juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendapatan dengan perilaku merokok.
Laki-laki pada kelompok pendapat rendah memiliki resiko 2 kali lipat untuk merokok
(OR = 1,8).

Penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian oleh Masitho pada tahun 2018 yang
menunjukkan bahwa pendapatan memiliki pengaruh secara nyata terhadap konsumsi
rokok (p = 0,028). Koefesien korelasi sebesar 0,306 yang berarti ada hubungan positif
sedang antara pendapatan dengan konsumsi rokok. Penelitian tersebut memiliki n = 30
dan α = 0,05.

Penelitian kami sesuai dengan penelitian oleh Sarosa (2019) tentang pengaruh
kenaikan harga rokok, pendapatan dan karakteristik perokok terhadap konsumsi rokok
di kota Semarang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara tingkat pendapatan dengan konsumsi rokok (p = 0,927). Hal ini
berarti dengan pendapatan tinggi atau rendah tidak mempengaruhi jumlah konsumsi
rokok.

Penelitian kami menunjukkan tidak ada hubungan signifikan atara tingkat pendapatan
dengan perilaku merokok. Peneliti berasumsi bahwa ketidaksignifikan ini terjadi
karena perbedaan karakteristik sampel yang diteliti, yaitu berupa masyarakat pedesaan
yang cenderung memiliki persebaran pendapatan lebih rendah daripada masyarakat
perkotaan. Peneliti juga mengasumsikan bahwa ketidaksignifikan ini terjadi karena
rokok mengandung zat nikotin yang dapat menyebabkan kecanduan. Ahsan (2012)
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecanduan untuk merokok, tingkat
konsumsinya menjadi tidak rasional, meski pendapatan berkurang. Oleh karena itu
dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan tidak mempengaruhi perilaku merokok
secara signifikan dalam penelitan ini.

Siahpush M, Borland R, and Yong H. 2007. Socio-demographic and psychosocial correlates of smoking-induced deprivation and
its effect on quitting: Findings from the international tobacco control policy evaluation survey. Tobacco Control; 16:e2.
Available from: http://www.tobaccocontrol.com/cgi/content/full/16/2/e2

Greenhalgh, EM, Scollo, MM, & Pearce, M. 2016. The relationship between tobacco smoking and financial stress. In Scollo, MM
and Winstanley, MH [editors]. Tobacco in Australia: Facts and issues. Melbourne: Cancer Council Victoria. Available from:
http://www.tobaccoinaustralia.org.au/chapter-9-disadvantage/9-4-the-relationship-between-tobacco-smoking-and-f

Leinsalu, Mall. Csilla, Kaposvari. Kunst, Anton E. 2011. ‘Is income or employment a stronger predictor ofsmoking than education
in economically less developed countries? A cross-sectional study in Hungary’ BMC Publich Health. Bio Med Central.
Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/97

Masitho, O. Dewi. 2018. ‘Pengaruh Pendapatan dan Kebijakan Pemerintah terhadap Konsumsi Rokok Di Kota Bogor’ Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38965/1/OKTAVIANI%20DEWI%20MASITHO-FEB.pdf

Ahsan, A. 2008. “Kondisi Petani Tembakau Di Indonesia: Studi Kasus di Tiga Wilayah Penghasil Tembakau” Skripsi
dipublikasikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia: Jakarta.

Sarosa, C. Sagitha. Purwanti, E. Yulia. 2019. ‘Pengaruh Kenaikan Harga Rokok, Pendapatan Dan Karakteristik Perokok Terhadap
Konsumsi Rokok Di Kota Semarang’ Skripsi dipublikasikan, Diponegoro Journal of Economics.

Anda mungkin juga menyukai