1
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum
yang masih tumbuh (Guyton, 2002). Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar
Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun (kurang
lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita
ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil.
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak
pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi
yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma
2
teori menunjukkan bahwa mioma bertanggung jawab terhadap rendahnya
kesuburan. Adanya hubungan antara mioma dan rendahnya kesuburan ini telah
operasi yaitu histerektomi ( pengangkatan rahim ) atau pada wanita yan ingin
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui gejala gejala dari
mioma uteri, serta penyebab dan faktor resikonya sehingga dapat melakukan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos rahim yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan fibroid dan kolagen. Mioma uteri memiliki beberapa
fibroma, dan fibroid. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari
otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika
jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang
2.2 Epidemiologi
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan diusia produktif, tetapi
faktor penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3-9 kali lebih banyak
pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih (Prawirohardjo,
AC, 2008). Di Indonesia mioma ditemukan 2,39% - 11,7% pada semua penderita
wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan
60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya
4
hamil satu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
2.3 Etiologi
Penyebab mioma uteri masih belum diketahui secara pasti. Ada yang
pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%)
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal yang berada di antara otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai
terdiri dari reseptor esterogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding
meningkatkan aktifitas mitotik pada wanita muda namun mekanisme dan faktor
5
memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari
yaitu:
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun
yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20
tahun (Wiknjosastro, 2005). Hal itu disebabkan karena pada usia sebelum
menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta
b. Genetik
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
d. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang
6
mioma lebih sering ditemui salah satunya diduga karena: sekresi estrogen
wanita hamil sifatnya sangat berbeda dari sekresi oleh ovarium pada wanita
yang tidak hamil. Hampir semuanya adalah estriol, suatu estrogen yang relatif
lemah daripada estradiol yang disekresikan ovarium. Hal ini berbeda dengan
wanita yang tidak pernah hamil dan melahirkan, estrogen yang ada di tubuhnya
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah
7
Menurut letaknya di uterus, mioma dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Mioma Submukosa
dengan adanya benjolan waktu kuret. Mioma jenis ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
2005).
b. Mioma Intramural
terdesak. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma jenis ini, maka
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
c. Mioma Subserosa
sehingga menonjol pada permukaan uterus yang diliputi oleh serosa. Mioma
8
subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma intraligamenter.
Mioma uteri menimbulkan gejala hanya pada 35-50% kasus. Sebagian besar
penderita mioma uteri tidak menunjukkan adanya gejala. Gejala mioma uteri
tergantung pada lokasi, ukuran, jenis dan adanya kehamilan. (Decherney, 2007).
b. Perdarahan Abnormal
menorrhagi sebagai akibat ulserasi atau nekrosis. Mioma intramural juga dapat
(Thomason,2008).
c. Nyeri Perut
Gejala nyeri bukan merupakan gejala khas untuk mioma. Hal ini timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada mioma yang disertai dengan nekrosis
setampat dan peradangan. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi pada
mioma uteri bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa mual
9
dan muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan
karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, yang menjalar ke
d. Pressure Effects
organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan
dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urine. Bila berlarut-
dapat terjadi namun biasanya tekanan tidak begitu besar, hal tersebut yang
2007).
(Wiknjosastro, 2005).
10
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang
sudah terjadi.
b. Pemeriksaan Fisik
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
USG
11
gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
MRI
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap
berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat
Histerosalfingografi
Histeroskopi
2.8 Tatalaksana
a. Tatalaksana Medisinal
12
akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat
b. Tatalaksana Bedah
Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
13
2.9 Komplikasi
b. Torsio
2.10 Prognosis
tidak akan kambuh kembali. Mioma uteri dapat kambuh kembali (rekurens)
14
BAB III
KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 41 tahun
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Agama : Islam
No. RM : 12.74.11.77
15
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang hilang
timbul. Keluhan dirasakan sejak akhir tahun 2017. Pasien merasakan nyeri
perut semakin hebat saat pasien menstruasi. Sejak pasien merasakan nyeri
perut tersebut, darah yang keluar saat pasien menstruasi lebih banyak dari
September 2018
membaik.
Februari 2019
itu, pasien mengalami menstruasi selama 9-12 hari. Darah yang keluar
16
merasakan nyeri perut bagian bawah, sehingga akhirnya pasien dirujuk
17
3.3 Pemeriksaan Fisik
Thorax
p : tertutup, licin
cu : AF~membesar~12/14 minggu
fluksus (-)
18
3.4 Pemeriksaan Penunjang
(02/03/2019)
3.5 Diagnosis
3.6 Planning
a. Diagnosis: Cek lab lengkap. Kontrol jika hasil lab telah ada.
b. Terapi: -
19
DAFTAR PUSTAKA
Baziad A. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 151- 157.
p: 151 – 57.
Bromer, Jason G; Arici, Aydin. 2008. Impact of Uterine Myomas of IVF Outcome.
Decherney, Alan.H. Goodwin, T.Murphy. 2007. Current Diagnosis and Therapy, 10th
3:38-41.
Ganong, William.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22. Jakarta: EGC
20
Hurst BS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic myomectomy for symptomatic
Marshall LM, Spiegelman D, Goldman MB. 1998. Sebuah studi prospektif faktor
Memarzadeh, S. dkk. 2003. Leiomyoma of the uterus. In: Current obstetric &
Gynecologic diagnostic & treatment. Ninth edition. New York: Lange medical
Schorge et al. 2008. Menopause dalam Williams Gynecology edisi 23. New York: The
McGraw-Hill Companies
Wiknjosastro, H., et.al. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
21