1
Ida Iswoyo kusumo, Peraturan Baru Hukum Pembuktian dalam Peyelesaian Perkara Perdata di
Nederland,Bina Yustisia, MA, 1994, hlm.202
2
Alan M Gatahan, Electronic Evidence, Carswell, Toronto, 1999, hlm.1.
2.Jenis Alat Bukti
Tidak sama jenis atau bentuk alat bukti yang diakui dalam perkara pidana dan
perdata. Demikian juga titik berat alat buktinya,berbeda. Dalam acara pidana,
sesuai dengan ketentuan Pasal 184 KUHAP,alat bukti yang diakui secara
enumeratif terdiri dari:
a) Keterangan saksi,
b) Keterangan ahli,
c) Surat,
d) Petunjuk, dan
e) Keterangan terdakwa.
Dalam acara pidana, titik berat alat bukti untuk membuktikan kesalahan yang
dilakukan terdakwa, diarahkan kepada alat bukti keterangan saksi, yaitu
mengandalkan kepada orang yang mengalami, melihat atau mendengar sendiri
secara langsung tindak pidana yang terjadi. Namun demikian tidak mengurangi
pentingnya alat bukti surat dalam bentuk pidana tertentu, seperti pemalsuan,
tindak pidana korupsi, tindak pidana Hak atas Kekayaan Intelektual dan
sebagainya.3 Mengenai alat bukti yang diakui dalam acara perdata diatur secara
enumeratif dalam pasal 1866 KUH Perdata, Pasal 164 HIR, yang terdiri dari:
a) Bukti tulisan,
b) Bukti dengan saksi,
c) Persangkaan,
d) Pengakuan, dan
e) Sumpah.
Alat bukti tulisan ditempatkan dalam urutan pertama. Hal ini sesuai dengan
kenyataan jenis surat atau akta dalam perkara perdata, memegang peran yang
penting. Semua kegiatan kegiatan yang menyangkut bidang perdata, sengaja
dicatat atau dituliskan dalam surat akta.
3.Bukti Langsung dan Tidak Langsung
Ditinjau dari sifatnya alat bukti yang disebut dalam Pasal 1866 KUH Perdata,
Pasal 164 HIR, dapat diklasifikasi.
3
Subekti, op cit., hlm. 19.
a) Alat Bukti Langsung (Direct Evindence)
Disebut alat bukti langsung, karena diajukan secara fisik oleh pihak yang
berkepentingan di depan persidangan. Alat buktinya diajukan dan ditampilkan
dalam proses pemeriksaan secara fisik. Yang tergolong alat bukti langsung adalah:
1. Alat bukti surat,dan
2. Alat bukti saksi
Secara teoritis, hanya jenis atau bentuk ini yang benar-benar disebut alat
bukti,karena memiliki fisik yang nyata mempunyai bentuk,dan menyampaikannya
di depan persidangan, benar-benar nyata secara konkret.4
b) Alat Bukti Tidak Langsung
Di samping alat bukti langsung, terdapat juga alat bukti tidak langsung.
Maksudnya pembuktian yang diajukan tidak bersifat fisik, tetapi yang diperoleh
sebagai kesimpulan dari hal atau peristiwa yang terjadi di persidangan. Yang
termasuk pada kelompok ini adalah alat bukti persangkaan (vermoeden).5
4
Ida Iswoyo kusumo, op. Cit., hlm. 204.
5
Raymond Emson, , op. Cit.,hlm. 11.
6
Pitlo, op. Cit .,hlm. 51
Sebagai ekspresi atau pernyataan cetusan pikiran atau kehendak orang yang
menginginkan pembuatannya;
Rangkaian kalimat itu sedemikian rupa susunan dan isinya, dapat
dimengerti dengan jelas oleh yang membacanya sesuai dengan apa yang
dikehendaki dalam surat itu.
c) Ditulis Pada Bahan Tulisan
Pada umumnya ditulis pada kertas. Dapat juga pada bahan lain, seperti masa
dulu, ditulis pada kulit kayu, bambu atau kain, dan lain-lain. Bagi hukum, bukan
hanya tulisan yang dituangkan dalam kertas saja yang dapat dijadikan alat bukti.
d) Ditanda tangani Pihak yang Membuat
Kalau surat itu merupakan pernyataan sepihak, harus ditanda tangani orang
yang membuat pernyataan, dan apabila merupakan kesepakatan dua belah pihak
mesti ditanda tangani dua belah pihak. Syarat pendatanganan, ditegaskan dalam
pasal 1869 dan pasal 1874 KUH Perdata atau Pasal 1 Ordonasi 1867 No.29.
Menurut ketentuan pasal diatas, kekuatan tulisan sebagai akta di bawah tangan
harus ditanda tangani para pihak.7