Anda di halaman 1dari 6

Di Susun Oleh :

NAMA : ROZY AFRIANSYAH


NPM : 1602030065
KELAS :A
SEMESTER : 4
PRODI : AHS
M. KULIAH : HUKUM ACARA PERDATA

A.ALAT – ALAT BUKTI


Pada bagian ini, dibicarakan mengenai alat bukti,meliputi pengertian dan jenis
bukti
1.Pengertian Alat Bukti
Alat bukti (bewijsmiddel) bermacam-macam bentuk dan jenis, yang mampu
memberi keterangan dan penjelasan tentang masalah yang diperkarakan di
pengadilan. Alat bukti mana diajukan para pihak untuk membenarkan dalil gugat
atau dalil bantahan. Berdasar keterangan dan penjelasan yang di berikan alat bukti
itulah hakim melakukan penilaian,pihak mana yang paling sempurna
pembuktiannya.
a) Sistem Tertutup dan Terbatas
Para pihak tidak bebas mengajukan jenis atau bentuk alat bukti dalam proses
penyelesaian perkara. Undang-undang telah menentukan secara emumeratif apa
saja yang sah dan bernilai sebagai alat bukti.
Pembatasan itu berlaku juga kepada hakim. Hakim tidak bebas dan tidak leluasa
menerima apa saja yang diajukan para pihak sebagai alat bukti.
b)Perkembangan ke Arah Alat Bukti Terbuka
Di beberapa negara seperti Belanda, telah terjadi perkembangan hukum
pembuktian ke arah sistem terbuka. Dalam hukum pembuktian tidak lagi
ditentukan jenis atau bentuk alat bukti secara enumeratif. Kebenaran tidak hanya
diperoleh dari alat bukti tertentu, tetapi dari alat bukti mana saja pun harus
diterima kebenaran sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
Artinya alat bukti yang sah dan dibenarkan sebagai alat bukti,tidak disebut satu
persatu.1
Ditanggalkannya sistem yang menyebut satu persatu alat bukti berdasar
alasan,alat bukti yang lama dianggap tidak komplet,karena sistem itu tidak
menyebut dan memasukkan alat bukti modern yang dihasilkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.2

1
Ida Iswoyo kusumo, Peraturan Baru Hukum Pembuktian dalam Peyelesaian Perkara Perdata di
Nederland,Bina Yustisia, MA, 1994, hlm.202
2
Alan M Gatahan, Electronic Evidence, Carswell, Toronto, 1999, hlm.1.
2.Jenis Alat Bukti
Tidak sama jenis atau bentuk alat bukti yang diakui dalam perkara pidana dan
perdata. Demikian juga titik berat alat buktinya,berbeda. Dalam acara pidana,
sesuai dengan ketentuan Pasal 184 KUHAP,alat bukti yang diakui secara
enumeratif terdiri dari:
a) Keterangan saksi,
b) Keterangan ahli,
c) Surat,
d) Petunjuk, dan
e) Keterangan terdakwa.
Dalam acara pidana, titik berat alat bukti untuk membuktikan kesalahan yang
dilakukan terdakwa, diarahkan kepada alat bukti keterangan saksi, yaitu
mengandalkan kepada orang yang mengalami, melihat atau mendengar sendiri
secara langsung tindak pidana yang terjadi. Namun demikian tidak mengurangi
pentingnya alat bukti surat dalam bentuk pidana tertentu, seperti pemalsuan,
tindak pidana korupsi, tindak pidana Hak atas Kekayaan Intelektual dan
sebagainya.3 Mengenai alat bukti yang diakui dalam acara perdata diatur secara
enumeratif dalam pasal 1866 KUH Perdata, Pasal 164 HIR, yang terdiri dari:
a) Bukti tulisan,
b) Bukti dengan saksi,
c) Persangkaan,
d) Pengakuan, dan
e) Sumpah.
Alat bukti tulisan ditempatkan dalam urutan pertama. Hal ini sesuai dengan
kenyataan jenis surat atau akta dalam perkara perdata, memegang peran yang
penting. Semua kegiatan kegiatan yang menyangkut bidang perdata, sengaja
dicatat atau dituliskan dalam surat akta.
3.Bukti Langsung dan Tidak Langsung
Ditinjau dari sifatnya alat bukti yang disebut dalam Pasal 1866 KUH Perdata,
Pasal 164 HIR, dapat diklasifikasi.

3
Subekti, op cit., hlm. 19.
a) Alat Bukti Langsung (Direct Evindence)
Disebut alat bukti langsung, karena diajukan secara fisik oleh pihak yang
berkepentingan di depan persidangan. Alat buktinya diajukan dan ditampilkan
dalam proses pemeriksaan secara fisik. Yang tergolong alat bukti langsung adalah:
1. Alat bukti surat,dan
2. Alat bukti saksi
Secara teoritis, hanya jenis atau bentuk ini yang benar-benar disebut alat
bukti,karena memiliki fisik yang nyata mempunyai bentuk,dan menyampaikannya
di depan persidangan, benar-benar nyata secara konkret.4
b) Alat Bukti Tidak Langsung
Di samping alat bukti langsung, terdapat juga alat bukti tidak langsung.
Maksudnya pembuktian yang diajukan tidak bersifat fisik, tetapi yang diperoleh
sebagai kesimpulan dari hal atau peristiwa yang terjadi di persidangan. Yang
termasuk pada kelompok ini adalah alat bukti persangkaan (vermoeden).5

4. Alat Bukti Tulisan


1) Pengertian Tulisan dari Segi Yuridis
Tulisan ditinjau dari segi yuridis dalam kaitannya sebagai alat bukti
memerlukan penjelasan ditinjau dari berbagai aspek.
a) Tanda Bacaan, Berupa Aksara
Inilah syarat pertama. Tulisan atau surat terdiri dari tanda bacaan dalam
bentuk aksara. Tidak dipersoalkan aksaranya. Boleh aksara Latin,Arab,Cina dan
sebagainya. Boleh juga aksara lokal seperti Bugis,Jawa,Batak. Bahkan dibenarkan
bentuk aksara stenografi.6 Semua diakui dan sah sebagai aksara yang berfungsi
sebagai tanda bacaan untuk mewujud bentuk tulisan atau surat sebagai alat bukti
b) Disusun Berupa Kalimat sebagai Pernyataan
Agar aksara tersebut dapat berbentuk menjadi tulisan atau surat maupun
akta,harus disusun berbentuk kalimat:

4
Ida Iswoyo kusumo, op. Cit., hlm. 204.
5
Raymond Emson, , op. Cit.,hlm. 11.
6
Pitlo, op. Cit .,hlm. 51
 Sebagai ekspresi atau pernyataan cetusan pikiran atau kehendak orang yang
menginginkan pembuatannya;
 Rangkaian kalimat itu sedemikian rupa susunan dan isinya, dapat
dimengerti dengan jelas oleh yang membacanya sesuai dengan apa yang
dikehendaki dalam surat itu.
c) Ditulis Pada Bahan Tulisan
Pada umumnya ditulis pada kertas. Dapat juga pada bahan lain, seperti masa
dulu, ditulis pada kulit kayu, bambu atau kain, dan lain-lain. Bagi hukum, bukan
hanya tulisan yang dituangkan dalam kertas saja yang dapat dijadikan alat bukti.
d) Ditanda tangani Pihak yang Membuat
Kalau surat itu merupakan pernyataan sepihak, harus ditanda tangani orang
yang membuat pernyataan, dan apabila merupakan kesepakatan dua belah pihak
mesti ditanda tangani dua belah pihak. Syarat pendatanganan, ditegaskan dalam
pasal 1869 dan pasal 1874 KUH Perdata atau Pasal 1 Ordonasi 1867 No.29.
Menurut ketentuan pasal diatas, kekuatan tulisan sebagai akta di bawah tangan
harus ditanda tangani para pihak.7

2) Pengertian Tanda Tangan Menurut Hukum


Salah satu syarat pokok surat atau tulisan sebagai alat bukti, harus tercantum
di dalamnya tanda tangan (handtekening singnature). Tanpa tanda tangan, suatu
surat tidak sah sebagai alat bukti tulisan.
a) Tanda Tangan Terdiri dari Nama Penanda Tangan
Fungsi tanda tangan dalam suatu surat tidak lain dari pada memastikan
identifikasi atau menentukan kebenaran ciri-ciri penanda tangan. 8 Dan sekaligus
penanda tangan menjamin kebenaran isi yang tercantum dalam tulisan tersebut.
Bertitik tolak dari praktik mau putusan HR yang dikemukakan Pitlo, 9 terdapat
berbagai bentuk tanda tangan yang dibenarkan hukum, antara lain:
1. Menuliskan nama penanda tangan dengan atau tanpa menambah
nama kecil;
7
Subekti, op.cit., hlm. 25.
8
Teguh Samudera, op. Cit., hlm. 38.
9
Pitlo, op.cit., hlm. 52.
2. Tanda tangan dengan cara menuliskan nama kecil saja, dianggap
cukup;
3. Ditulis tangan oleh penanda tangan, tidak dibenarkan dengan stempel
dengan huruf cetak;
4. Dibenarkan mencantumkan kopi tanda tangan si penanda tangan, tidak
dibenarkan dengan stempel dengan huruf cetak;
 Orang yang mencantumkan kopi itu, berwenang untuk itu dalam
hal ini orang yang bersangkutan sendiri, atau
 Oranng yang mendapat kuasa atau mandat dari pemilik tanda
tangan;
5. Dapat juga mencantumkan tanda tangan dengan mempergunakan
karbon.
Dari penjelasan di atas tanda tangan merupakan pencantuman identitas
penanda tangan dalam surat yang bersangkutan. Tanda tangan sama artinya
mencantumkan nama atau nama kecil yang ditulis tangan sendiri oleh penanda
tangan, tanpa mengurangi kebolehan mencantumkan kopi tanda tangan, asal
mendapat kuasa dari pemilik tanda tangan.

Anda mungkin juga menyukai