Anda di halaman 1dari 23

HUKUM ACARA

PERDATA
DOSEN PENGAMPU:

M. HOTIBUL ISLAM SH., M.HUM.

FATHIYAH TRISNAWATI HAULIYA


DIA022402 | F1
HAKIM
PEMERIKSAAN
MEDIASI PERKARA PERDATA
Di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama

PENGGUGAT TERGUGAT 1. Hakim melakukan mediasi (pihak netral).


2. Jika sudah sepakat, ada putusan
perdamaian. Bila salah satu pihak tidak
mau damai, dilanjutkanlah perkara
Replik Duplik tersebut (pembacaan gugatan).
3. Kalau dari jawab menjawab (replik &
duplik) sudah diketahui pokok
perkaranya maka oleh hakim
PEMBUKTIAN PEMBUKTIAN
dinyatakan selesai.
PENGGUGAT TERGUGAT
4. Pembuktian itu berupa alat bukti dan saksi. Jika sudah sepakat
tidak perlu pembuktian.
KESIMPULAN 5. Kesimpulan sidang berupa pokok-pokok sengketa dan alat bukti
6. Kemudian diputuskan. Pada tahap ini hakim menyampaikan semua
pendapatnya dan menyimpulkannya dalam amar putusan tentang
pihak yang dikalahkan.
PUTUSAN 7. Ada tahap banding, kasasi, dan peninjauan kembali.
ALAT-ALAT BUKTI DALAM HUKUM
ACARA PERDATA

Alat-alat bukti di atur dalam


KUH Perdata pasal 1866 yaitu:
1. Alat bukti surat
2. Alat bukti saksi
3. Persangkaan (dugaan)
4. Pengakuan
5. Sumpah
6. Dokumen elektronik / Informasi
elektronik (UU No. 11 Tahun
2006)
ALAT BUKTI SURAT
1. Akta otentik
2. Akta di bawah tangan 1. AKTA OTENTIK
3. Akta sepihak Akta otentik adalah akta yang dibuat dihadapan pejabat yang berwenang.
Contoh; akta cerai, akta nikah, akta jual beli tanah, akta hibah, dll.
4. Surat lain yang bukan akta Kekuatan pembuktiannya sangat kuat/sempurna dan mengikat, dibuat
dihadapan pejabat yang berwenang, dibuat untuk surat bukti, sifatnya
partai.
Ada tiga kekuatan pembuktian diantaranya yaitu:
a). Kekuatan pembuktian formal --> para pihak sudah menjalankan apa yang
tertulis di dalam akta,
b). Kemudian kekuatan pembuktian materiil --> peristiwa/kejadian dalam akta
sudah terjadi, dan
c). kekuatan pembuktian mengikat --> para pihak sudah menghadap kepada
pihak yang berwenang sesuai tanggal dan menerangkan yang tertulis di dalam
akta.
2. AKTA DI BAWAH TANGAN

Akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat tidak dihadapan


pejabat yang berwenang.
Syarat formalnya yaitu kesepakatan kedua belah pihak,dibuat tidak
dihadapan pejabat yang berwenang, harus bermaterai, kemudian
ditanda tangani kedua belah pihak.
Syarat materiilnya yaitu sengaja dibuat untuk alat bukti, isinya
tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, ketertiban umum, dan
agama. Dan juga isinya harus sama dengan yang diperkarakan.
Kekuatan bukti ini, sama dengan akta otentik apabila akta ini diakui
oleh pihak lawan, jika disangkal maka harus disempurnakan dengan
membawa saksi/alat bukti yang lain. Atau nantinya hakim akan
menerapkan sumpah pelengkap bagi pihak yang hanya mengajukan
*menggunakan materai 10.000
bukti akta di bawah tangan.
.
3. AKTA SEPIHAK

Alat bukti surat secara sepihak ini merupakan surat pengakuan dari
salah satu pihak yang mana dia akan membayar sejumlah uang/akan
menyerahkan sesuatu/akan melakukan sesuatu kepada seseorang
tertentu.
Syarat formilnya yaitu, ditulis sendiri, ditandatangani sendiri, diberi
tanggal sesuai tanggal dibuatnya surat.
Syarat materiilnya yaitu, isinya berkaitan langsung dengan pokok
perkara, isinya tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama
dan ketertiban umum. Dibuat untuk alat bukti.
Kekuatan bukti sepihak ini tidak sempurna seperti akta otentik,
dikatakan setara dengan akta otentik apabila pihak lawan mengakui,
*dibuat dan ditandatangani sendiri jika tidak maka dibutuhkan bukti lain/saksi.
4. SURAT LAIN “BUKAN AKTA”

Surat ini bisa berupa surat biasa/koresponden, catatan


harian dan sebagainya selama surat itu sesuai dengan
fakta. Kekuatan pembuktiannya tergantung pada
penilaian hakim. Jika terkandung fakta maka bisa
digunakan sebagai bukti permulaan (memerlukan dukungan
alat bukti lain).
ALAT BUKTI Syarat formalnya:
1. Memberikan keterangan di depan sidang

SAKSI
pengadilan.
2. Mengangkat sumpah menurut agama yang di
anutnya.
Saksi fakta: orang yang mengalami, mendengar,
3. Bukan orang sedarah dan semenda.
melihat, dan merasakan sendiri suatu kejadian
4. Bukan suami atau istri.
atau hubungan hukum terkait perkara yang 5. Bukan orang di bawah pengampuan.
sedang diperiksa pengadilan. Saksi ini sengaja
diminta untuk datang untuk menyaksikan Orang-orang yang mengundurkan diri jadi
peristiwanya. Saksi ini secara kebetulan saksi:
melihat atau mengalami sendiri 1. Saudara atau keluarga ipar dari pihak yang
berperkara.
Saksi cerita: yang pengetahuannya 2. Keluarga istri/suami sampai derajat ke dua.
diperoleh dari mendengar cerita 3. Orang-orang yang karena jabatannya
orang lain. Saksi ini dikenal harus menyimpan rahasia.
dengan saksi testimonium de auditu
Syarat materiilnya:
1. Keterangan yang diberikan mengenai
peristiwa langsung disaksikan oleh saksi.
2. Keterangan harus berasal dari sumber yang
jelas.
3. Keterangan saksi harus saling bersesuaian.

UNUS TESTIS NULUS TESTIS (satu saksi bukan


saksi), artinya jika hanya terdapat satu saksi
tanpa di sertai alat bukti lain, maka tidak bisa
dikatakan sebagai pembuktian.
Hakim bisa mengajukan sumpah tambahan bagi
pihak yang hanya memiliki satu saksi tanpa alat
bukti lainnya.
ALAT BUKTI
PERSANGKAAN

1. Persangkaan berdasarkan 2. Persangkaan Hakim


undang-undang/hukum
Persangkaan hakim adalah
Persangkaan undang-undang persangkaan yang ditarik
berdasarkan ketentuan oleh hakim berdasarkan
khusus dari undang-undang fakta atau kenyataan atau
berkenaan atau berhubungan bersumber dari fakta yang
dengan perbuatan tertentu telah terbukti dalam
atau peristiwa tertentu persidangan.
ALAT BUKTI
PENGAKUAN
Macam-macam pengakuan:
1. Pengakuan murni/bulat
2. Pengakuan berkualifikasi
3. Pengakuan berklausula
Syarat formalnya:
1. Disampaikan dalam persidangan
2. Disampaikan oleh pihak yang berperkara/kuasanya
Syarat materiilnya:
1. Pengakuan berhubungan dengan pokok perkara.
2. Tidak merupakan kebohongan kepalsuan yang nyata.
3. Tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, dan ketertiban umum.
1. Sumpah pelengkap/tambahan (kurangnya saksi
dan alat bukti).
2. Sumpah penaksir (sumpah yang diperintahkan oleh
hakim karena jabatannya kepada penggugat untuk

BUKTI SUMPAH menentukan sejumlah uang ganti kerugian).


3. Sumpah decisoir (bukan karena kehendak hukum
tapi permintaan salah satu pihak).
4. Sumpah li'an (sumpah suami yang menuduh
istrinya berzina, sedangkan dia tidak mampu
mendatangkan empat orang saksi).
Salah satu alat bukti yang dapat digunakan dalam

BUKTI
proses pembuktian di persidangan yakni keterangan
ahli. Dalam konteks hukum, keterangan ahli berupa

KETERANGAN AHLI
keterangan dari seseorang yang memiliki keahlian
khusus terhadap suatu hal yang sedang
disengketakan atau diperkarakan guna membuat
terang suatu peristiwa hukum
PEMERIKSAAN
SETEMPAT Pelaksanaan pemeriksaan
setempat harus dilakukan untuk
memberikan kepastian mengenai
letak atau batas objek perkara
INTERVENSI TERHADAP
GUGATAN PENGGUGAT
1. Gugatan Gugur
2.Perkara gugatan
dibatalkan
3. Pencabutan Gugatan
4. Perkara Verstek
5. Perubahan Gugatan
6. Gugatan Rekonvensi
(Gugat Balik) dari Tergugat
GUGATAN GUGUR

1. Penggugat yang telah mendaftarkan gugatannya di PN atau PA


telah dipanggil secara resmi dan patut, tetapi tidak hadir / tidak
mengirimkan kuasanya yang sah;
2. Pnggugat dapat mengajukan kembali gugatannya sekali lagi dengan
membayar panjar biaya perkara;
3. Gugatan yg dinyatakan gugur dituangkan dalam Putusan Pengadilan,
sedangkan gugatan yang dicabut dituangkan dalam bentuk Penetapan;
4. Apabila Penggugat pernah hadir kemudian tidak hadir lagi, maka
penggugat dipanggil sekali lagi dengan peringatan dan jika tetap tidak
hadir, sedangkan tergugat tetap hadir, maka pemeriksaan dilanjutkan
dan diputus secara Kontradiktoir.
GUGATAN DIBATALKAN

1. Apabila panjar biaya perkara sudah habis, maka pihak


berperkara yakni Penggugat akan ditegur oleh pihak
pengadilan (PN/PA) agar membayar tambahan panjar biaya
perkara dalam tenggang waktu 30 hari setelah surat
teguran itu disampaikan;
2. Jika setelah ditegur tidak membayar tambahan panjar
biaya perkara, maka perkara tersebut dapat dibatalkan
dalam bentuk Putusan dengan amar
PENCABUTAN GUGATAN
1. Pencabutan gugatan yang dilakukan sebelum penunjukan Majelis
Hakim, dituangkan dalam bentuk Penetapan Ketua Pengadilan;
2. Pencabutan gugatan yang dilakukan setelah penunjukan Majelis
Hakim dan belum ditetapkan hari sidangnya dituangkan dalam bentuk
penetapan ketua Majelis Hakim;
3. Pencabutan gugatan setelah ditetapkan hari sidang dituangkan
dalam bentuk penetapan di depan persidangan;
4. Pencabutan gugatan yang dilakukan sebelum tergugat memberikan
jawaban atas gugatan penggugat tidak perlu meminta persetujuan
dari tergugat;
5.Pencabutan gugatan yang dilakukan oleh penggugat setelah
tergugat memberikan jawabannya, maka harus dengan persetujuan
tergugat;
PERKARA VERSTEK

Perkara Verstek adalah perkara yang diputus jika tergugat tidak


menghadiri persidangan, yaitu :
1. Tergugat tidak hadir sebanyak 3x panggilan.
2. Tidak semua perkara penggugat dikabulkan, bisa jadi perkara
tersebut ditangani oleh pengadilan yang bukan kewenangannya.
3. Tergugat dinyatakan menyetujui bila tidak hadir, kecuali
Posita/petitum tidak sesuai/tidak jelas(kontradiksi).
4. 14 hari sejak dikeluarkannya putusan verstek, tergugat bisa
melakukan perlawanan. Kalau lewat 14 hari dan tergugat tidak
melawan maka putusan sudah ingkrah, dan tergugat bisa melakukan
tinjauan kembali.
PERUBAHAN GUGATAN
Prinsip perubahan gugatan :
1. Perubahan gugatan dapat dilakukan jika tidak menyimpang dari
kejadian materiil, misal dalam gugatan sebelum dirubah disebutkan
dalam surat gugatan Penggugat bahwa objek sengketa adalah tanah
(kebun) seluas 1 Hektar, setelah diteliti bukan seluas 1 Hektar,
melainkan 75 are sehingga penggugat mau merubahnya dari 1 Hektar
menjadi 75 are. Hal ini tidak dibenarkan;
2. Perubahan gugatan dilakukan atas inisiatif Penggugat. Hakim
perdata tidak boleh meminta Penggugat merubah gugatannya. Sebab
Hakim bersifat Pasif;
3. Perubahan gugatan yang dilakukan setelah Tergugat
menyampaikan/menyerahkan jawabannya pada Hakim, maka tidak
dibenarkan kecuali atas persetujuan Tergugat.
GUGATAN REKONVENSI
(GUGATAN BALIK)
PRINSIP GUGATAN REKONVENSI:
1. Gugatan Rekonvensi yg diajukan Tergugat kepada Penggugat harus
diajukan secara bersama dengan jawaban tergugat terhadap
gugatan Penggutat selambat-lambatnya sebelum pemeriksan
pembuktian. Jadi sebelum diajukan alat-alat bukti.
2. Apabila dalam pemeriksaan pengadilan tingkat pertama Tergugat
tdk mengajukan Gugatan Rekonvensi terhadap gugatan Penggugat,
maka dalam pemeriksaan tingkat Banding tdk dapat diajukan gugatan
Rekonvensi. Hal ini berarti gugatan Rekonvensi hanya dapat diajukan
dalam pemeriksaan Pengadilan Tingkat Pertama.
KUMULASI GUGATAN
(PENGGABUNGAN GUGATAN)
Kumulasi gugatan dapat berupa Kumulasi Subjektif dan Kumulasi
Objektif.
Kumulasi Subjektif adalah Penggabungan beberapa Penggugat atau
Beberapa Tergugat atau beberapa Turut Tergugat, misal Penggugat
4 orang sdg Tergugat 1 orang. Atau Penggugat 1 orang dan Tergugat
4 orang. Pokoknya Penggugat lebih dari satu orang atau Tergugat
lebih dari 1 orang, maka itu adalah kumulasi Subjektif. Sedangkan
kumulasi objektif (Beberapa objek gugatan) adalah penggabungan
beberapa tuntutan terhadap beberpa peristiwa hukum dalam satu
gugatan.
TERIMA KASIH
Tidak ada masalah yang
tidak memiliki jalan keluar.

Anda mungkin juga menyukai