Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM


DI BANGSAL HAMKA RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU

Disusun oleh :
Novi Nurvitasari
2020060048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2021/2022
A. PENGERTIAN
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi akibat suhu tubuh yang tinggi diatas 38 ℃ karena kelainan pada
ekstrakranial. Kejang demam atau Febrile Convulsion merupakan kejang yang sering terjadi pada anak serta bayi dan
kemungkinan berulang. Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi akibat proses ekstrakranium akibat dari
suhu tubuh yang tinggi dan terjadi kurang dari 15 menit. Proses infeksi yang terjadi di ekstrakranium dapat
mengakibatkan suhu tubuh menjadi tinggi dan bisa mengakibatkan kejang (Novi Indrayati, 2019).
B. PENYEBAB DAN FAKTOR PRESDIPOSISI
Kakalang et al., (2016) pada anak usia 1 sampai 2 tahun terjadinya kejang demam biasanya di akibatkan oleh infeksi
saluran pernafasan. Bila terjadi pada anak usia kurang dari 6 bulan harus diperhatikan lagi penyebab lainnya seperti
infeksi susunan saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan adanya kejang. Faktor penting terjadinya
kejang demam yaitu demam, usia, faktor genetik, prenatal (usia saat kehamilan) dan perinatal (asfiksia, usia kehamilan
dan bayi berat lahir rendah).
C. MANIFESTASI KLINIK ( TANDA & GEJALA )
Nurarif (2015), Gejala yang sering di jumpai pada saat terjadinya kejang demam pada anak dan bayi,
sebagai berikut :
1. Suhu badan mencapai lebih dari 38℃
2. Kejang berlangsung selama 15 menit bahkan bisa lebih
3. Pada saat terjadi kejang anak sering kehilangan kesadaran
4. Kulit pucat dan membiru
5. Akral dingin
6. Badan bergetar hebat
7. Badan panas tanpa disertai menggigil
8. Pada sebagian anak ada yang mengalami muntah dan terkadang sesak nafas
9. Nafsu makan menurun
PATHWAY KEPERAWATAN BERDASARKAN MASALAH
KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA PASIEN

Glukosa Sumber energi ota k

Proses oksidasi

CO2 Air

Lipoid Ionik

Da lam keadaan norma l, konsentrasi Ka lium dan elektrolit


ka lium da la m sel neuron tinggi, da lam konsentrasi
sehingga dila lui dengan mudah oleh rendah
ka lium

Semua sumber ion

Pelepasan muatan listrik

Perluasan ke seluruh sel dengan bantuan


neurotransmiter

Peningkatan kebutuhan O2

Peningkatan metabolisme ota k

Kejang demam

Parsia l Umum
Sederhana Kompleks Absens Meoklonik Tonik kloinik Atonik
atoato
nokk
Kejang tidak terkontrol Gangguan peredaran darah Kontraksi otot ↑

Kurang pengawasan Kesadaran menurun Hipoksia Metabolisme ↑

Pemanfaatan fasilitas yang tidak maksimal Hipertermi

Risiko Jatuh Risiko Cidera


D. PATOFISIOLOGI
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan biasanya tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang demam yang berlangsung lama atau sekitar 15 menit biasanya akan disertai apnea, peningkatan kebutuhan
oksigenasi dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya akan mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi aternal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh aktifitas otot anak yang akan mengakibatkan metabolisme pada otak
mengalami peningkatan (Lestari, 2016 dan Ngastiyah, 2012).
E. PENATALAKSANAAN
IDAI (2016), tatalaksana saat kejang demam yaitu, pada umumnya kejang berlangsung singkat (4 menit) dan pada waktu
pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat paling cepat menghentikan
kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut
mengikuti alogaritma kejang pada umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua dirumah (prehospital)
adalah diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg
dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. Jika setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulangi l agi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam
rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena. Bila kejang telah
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IDAI (2016), dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
anak yang mengalami kejang demam, sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit dan gula darah.
2. Lumbal fungsi untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Lebih
dianjurkan pada pasien dengan kejang demam meliputi :
a. Umur bayi kurang dari 12 bulan
b. Bayi antara umur 12 sampai 18 bulan
c. Bayi dengan umur lebih dari 18 bulan, dianjurkan untuk melakukan lumbal fungssi, kecuali pasti
bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG (elektroensefalografi), dilakukan pada kejadian kejang demam yang tidak
khas. Misalnya : kejang demam pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pemeriksatan foto kepala, CT-scan atau MRI tidak dianjurkan untuk anak yang tidak ada kelainan
neurrologis karena hampir semua menunjukkan gambaran normal. CT-scan atau MRI dilakukan
untuk mencari lesi organil di otak.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M
DENGAN DIAGNOSA KEJANG DEMAM
DI BANGSAL HAMKA RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KESEHATAN ANAK
Identitas individu
Nama : An. M Usia : 1.11 tahun
Nama Panggilan : An. M Alamat : Polanharjo Klaten
Tanggal Lahir : 07-10-2020 Agama : Islam
Tanggal Interview : 03-10-2022 Informan : Ny. A
Tanggal dirawat : 02-10-2022
Diagnosa : Kejang Demam
Orangtua/ ibu : Ny. A Pendidikan : SMA
Usia : 26 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Ayah : Tn. S Pendidikan : SMA
Usia : 28 tahun Pekerjaan : Karyawan Swasta
B. Status Kesehatan
Keluhan Utama : Kejang
Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Onset terjadinya : Ibu An. M mengatakan An. M demam sejak kemarin sore.
2. Karakteristik : Demam sejak kemarin sore, suhu 40℃.
3. Perkembangan Penyakit: Ibu An. M mengatakan An. M demam sejak kemarin sore sudah diberi
paracetamol syrup demam tidak turun, kemudian anak kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki kaku, mata
melirik keatas sekitar 5 menit. Kemudian ibu An. M membawa An. M ke rumah sakit PKU Delanggu
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal pemeriksaan : 03-10-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.2 9.5 - 14.0
Lekosit 19.6 4.0
Trombosit 461.0 150 - 400.0
Eritrosit 5.00 4.50 - 5.50
Hematokrit 36.4 40.0 - 48.0
HITUNG JENIS
Basofil 0 0–3
Eosinofil 1 0–3
Neutrofil 64 42 – 75
Limfosit 25.2 20.5 - 51.1
Monosit 10 2–9
NLR 2.54 -
MCV, MCH,
MCHC
MCV 72.8 80.3 – 103.4
MCH 24.4 26.0 – 34.4
MCHC 33.5 31.8 – 36.3
RDW 14.7 11.6 – 14.6
SERO-
IMUNOLOGI
COVID-19
Antigen Covid 19 Negatif Negatif
 TERAPI
 1. Infus D5 ½ NS 10 tpm
 2. Injeksi Ampicillin 500mg/12jam
 3. Paracetamol infus 90mg ( kp demam, bila suhu > 39℃ )
 4. Paracetamol syrup 5cc ( kp )
 5. Injeksi Diazepam 3-5mg bila kejang
 6. Diazepam puyer 3x3mg ( untuk 2 hari )
 7. Caviplek syrup 1x2.5cc
ANALISIS DATA
Data focus Masalah Etiologi
Subyektif (S) & Obyektif (O)
DS: Hipertermia Proses penyakit
Ibu An. M mengatakan An. M demam
DO :
Akral teraba hangat,
S : 39,80C
DS : Resiko cedera Kejang demam
Ibu An. M mengatakan An. M demam
Ibu An. M mengatakan anaknya tadi
kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki
kaku, mata melirik keatas sekitar 5 menit,
mulut geget
DO :
Ku lemah
Kulit tampak kemerahan
Akral hangat
S : 39,8℃
DS : Resiko jatuh Penurunan
Ibu An. M mengatakan anaknya tadi kesadaran
kejang seluruh tubuh, tangan dan kaki
kaku, mata melirik keatas sekitar 5 menit,
mulut geget
DO :
Kesadaran delirium
Ku lemah
Kulit tampak kemerahan
Akral hangat
S : 39,8℃

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
2. Risiko cedera berhubungan dengan kejang demam ( D.0136 )
3. Risiko jatuh behubungan dengan penurunan kesadaran ( D.0143 )
PERENCANAAN
No Waktu Tujuan dan kriteria Perencanaan Rasional
Dx (tanggal/ jam) hasil
1 3-10-2022 Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
10.00 intervensi selama 3 x hipertermia mengetahui
24 jam, (I.15506) kenaikan
termoregulasi 1. Monitor suhu ataupun
membaik dengan tubuh menurun
kriteria hasil : 2. Longgarkan suhu tubuh
Termoregulasi atau lepaskan 2. Untuk
(L.14134) pakaian membantu
1. Menggigil 3. Berikan cairan proses
menurun ( 5 ) oral penurunan
2. Pucat menurun ( 5 4. Lakukan suhu tubuh
) pendinginan 3. Agar
3. Suhu tubuh eksternal (mis: kebutuhan
membaik ( 5 ) selimut cairan
4. Suhu kulit hipotermia pasien tetap
membaik ( 5 ) atau kompres terjaga
dingin pada 4. Agar suhu
dahi, leher, permukaan
dada, tubuh tetap
abdomen, hangat
aksila) maupun
5. Kolaborasi dingin
pemberian 5. Untuk
cairan atau menghindari
elektrolit dehidrasi
2 3-10-2022 Setelah dilakukan Manajamen 1. Mengetahui
Jam 10.00 intervensi selama 3 x Kejang : ( I.06193 tingkat
24 jam, tingkat ) kelelahan
cidera menurun 1. Monitor ttv dan
dengan kriteria hasil : 2. Baringkan emosional
( L.14136 ) pasien agar yang
1. Kejadian cidera tidak jatuh dialami
menurun ( 5 ) 3. Anjurkan klien saat itu
2. Luka/lecet keluarga 2. Memberikan
menurun ( 5 ) untuk tidak kesempatan
3. Ketegangan otot memasukkan pada klien
menurun ( 5 ) apapun ke untuk
4. Fraktur menurun dalam mulut beristirahat
(5) pasien saat 3. Membantu
periode melatih
kejang klien dalam
4. Kolaborasi melakukan
pemberian aktivitas
anti konvulsan secara
bertahap
3 3-10-2022 Setelah dilakukan Manajemen a. Mengidentifikasi
Jam 10.00 intervensi selama 3 Delirium ( faktor reiko
x 24 jam, tingkat I.06189 ) delirium
Delirium menurun a. Identifikasi b. Memonitor
dengan kriteria faktor reiko status neurologis
hasil : ( L.09095 ) delirium dan tingkat
a. Tingkat b. Monitor status delirium
kesadaran neurologis dan c. Menyediakan
meningkat ( 5 ) tingkat informasi
b. Kemampuan delirium tentang apa yang
mengikuti c. Sediakan terjadi dan apa
perintah informasi yang dapat
meningkat ( 5 ) tentang apa terjadi
c. Gelisah menurun yang terjadi seslanjutnya
(5) dan apa yang d. Menganjurkan
d. Orientasi waktu, dapat terjadi kunjungan
tempat, orang seslanjutnya keluarga
membaik ( 5 ) d. Anjurkan
kunjungan
keluarga
CATATAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
No Dx Waktu Tindakan Respon pasien Tanda
(tanggal keperawatan tangan
& jam)
1, 3 03-10- Memonitor suhu tubuh S: Ibu An. M mengatakan
2022 Memonitor status suhu tubuh An. M tidak Novi
10.00 neurologis dan tingkat stabil
delirium Ibu mengatakan anak
masih mengantuk
O : Suhu tubuh pasien
39.80C
Pasien tampak
mengantuk setelah
diberikan obat anti kejang
1. 03-10- Melonggarkan atau S : Ibu An. M mengatakan Novi
2022 melepaskan pa kaian pakaian An. M sela lu
10.15 longgar
O : Pakaian An. M
tampak longgar dan tidak
ketat
1,2 03-10- Melakukan kompres S : Ibu An. M mengatakan Novi
2022 hangat mengompres air hangat di
11.45 dahi, ketiak dan lipatan-
lipatan
O : S : 40℃
1. 03-10- Memberikan cairan S : Ibu An. M mengatakan Novi
2022 intravena sanmol infus anaknya diberikan obat
11.50 dari infus
O : An. M disuntik dari
infus
1, 2, 3 03-10- Memberikan obat S : Ibu mengatakan Novi
2022 antikonvulsan memberikan dan
11.55 Mengidentifikasi meminumkan obat anti
faktor resiko delirium kejang kepada anaknya
O : An. M meminum obat
anti kejang
Anak tampak sering
mengantuk
2 03-10- Memonitor ttv S : Ibu An. M mengatakan Novi
2022 demam anaknya mulai
13.05 turun
O : S : 37,4℃

1, 3 04-10- Memonitor suhu tubuh S: Ibu An. M mengatakan


2022 Menyediakan anaknya demam masih Novi
10.00 informasi tentang apa naik turun
yang akan terjadi dan Ibu mengatakan paham
apa yang dapat terjadi dengan informasi yang
selanjutnya telah diberikan
O : S : 38.4 ℃

1,2 04-10- Membaringkan pasien S : Ibu mengatakan Novi


2022 agar tidak jatuh anaknya tidur
10.15 O:-
1. 04-10- Memberikan cairan S : Ibu mengatakan Novi
2022 oral anaknya minum
10.45 paracetamol syrup
O:-
2 04-10- Memonitor ttv S : ibu mengatakan anak Novi
2022 demam turun
14.00 O : S : 36,4 ℃

1 05-10- Memonitor suhu tubuh S: ibu mengatakan Novi


2022 anaknya sudah tidak
09.00 demam
O : S : 36.8℃
CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)

No Dx Waktu Respon perkembangan Tanda


(tanggal & jam) tangan
1 05-10-2022 S : Ibu An. M mengatakan anaknya sudah Novi
14.00 tidak demam
O : S : 36.8℃
A : Masalah hipertermia teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
2 05-09-2022 S: Ibu An. M mengatakan anaknya sudah Novi
14.00 tidak kejang
O : S : 36.8℃
A : Risiko cidera teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor ttv
3 05-09-2022 S : Ibu mengatakan anaknya sudah tidak Novi
14.00 sering mengantuk, bisa diajak berbicara
O : kesadaran : composmentis
A : Risiko jatuh teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor status neurologis dan
tingkat delirium
ANALISA JURNAL
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
Febrile convulsion atau kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak-anak yang suhu tubuhnya melebihi 38℃
tanpa disebabkan oleh infeksi ataupun kelainan otak yang jelas, biasanya terjadi pada anak dibawah usia lima tahun
(Ismet, 2017).
2. Pencairan Jurnal dengan metode PICO
P : Pasien hipertermi
I : Kompres hangat
C : Tidak ada
O : Signifikan
3. Judul Jurnal
PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK FEBRILE CONVULSION DENGAN
MENGGUNAKAN KOMPRES HANGAT “
4. Pengarang
Nur Aini
5. Tahun Terbit, No. Dan Volume
Tahun Terbit 2021, No. 1 dan Volume 1.
6. Tujuan : Mengidentifikasi penurunan suhu tubuh pada anak febrile convulsion dengan
menggunakan kompres hangat.
7. Metode yang digunakan : Pencarian literature menggunakan PICOS framework dan keyword
terkait dengan febrile convulsion dan kompres hangat, yang sesuai dengan judul, identifikasi abstrak
dan kriteria inklusi dan eksklusi
Hasil :
Hasil review yang diperoleh yaitu pemberian kompres hangat pada anak dengan kejang demam
mengalami penurunan hampir setengahnya (40%) yaitu (0,4℃ - 0,8 ℃), dan sebesar (20%)
mengalami penurunan (0,88℃) dan (0,247℃), sedangkan sebagian kecil ada yang mengalami
penurunan sekitar (0,17℃) dan (1,9℃).
Kesimpulan :
Berdasarkan literature review dari 10 jurnal yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian
kompres hangat merupakan suatu tindakan yang efektif sebagai upaya penurunan suhu tubuh pada
anak yang mengalami febrile convulsion
B. TELAAH KRITIS JURNAL
1. Apakah penelitian relevan dengan praktik ?
Penelitian kompres air hangat relevan dengan praktik.
2. Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat ?
Penelitian kompres air hangat dapat diaplikasikan oleh perawat karena dapat
menurunkan suhu tubuh jangka pendek.
3. Apakah keuntungan penelitian lebih besar daripada resikonya jika hasil penelitian
diaplikasikan oleh perawat ?
Resiko pengaplikasian kompres air hangat sangat kecil karena tidak adanya efek
berbahaya dari kompres air hangat dan waktu minimal yang diperlukan untuk melatih
pasien, terapi ini masih dapat digunakan oleh perawat dalam menurunkan suhu tubuh
pada pasien hipertermi.
4. Kemukakan tentang pendapat anda mengenai hasil penelitian ini, apakah dapat diaplikasikan
pada praktik keperawatan anda saat ini, jika iya kemukakan alasannya dan jika tidak kemukakan
alasannya.
Penelitian ini dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan karena kompres hangat juga sangat
aman dan mudah dilakukan. Bahkan tidak perlu mengeluarkan uang agar bisa diterapkan dalam
proses asuhan keperawatan ( Evidence Based Research ( EBN ) ) dirumah sakit maupun dirumah.
5. Jika dapat diaplikasikan kemukakan pendapat anda bagaimana cara pengaplikasian dalam
praktik. Apakah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan mengaplikasikan hasil
penelitian tersebut.
Kompres hangat dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain menggunakan teknik tapid
sponge dan handuk yang diletakkan di satu area saja. Kompres menggunakan tepid sponge
merupakan kombinasi teknik block dengan wipe. Dalam teknik ini, kompres dilakukan dengan
menggunakan spon atau waslap yang disimpan di satu tempat dan beberapa tempat dengan
pembuluh darah besar seperti dahi, aksila, dan femoralis.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai