BY :
ANDRE ERLIS
19360170
Preceptor :
dr. Fonda Octarianingsih Sp. OG
Knowing,
Renderer, Preceptor,
2
I. Definisi VBAC
tahun 1999 dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang
1) Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
3) Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
1) Tidak ada indikasi untuk harus dilakukan seksio sesarea pada kehamilan
saat ini seperti letak lintang, sungsang, bayi besar, plasenta previa.
3
4) Tersedia darah untuk transfusi
fasilitas)
Gynecologists pada tahun 1999 dan 2004 tentang VBAC atau yang juga
kebidanan, dokter ahli anastesi dan tenaga medis yang mempunyai keahlian
disiapkan dan alat monitor denyut jantung janin manual ataupun elektronik
persalinan yang melakukan VBAC harus tersedia tim yang siap untuk
Seorang ibu hamil dengan bekas seksio sesarea akan dilakukan seksio
4
Tentu saja menjadi hak pasien untuk meminta jenis persalinan mana yang
bekas seksio. 2
pasien dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah
dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesarae klasik, insisi T pada
uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu misalnya
tiada perbedaan dalam mortalitas maternal dan perinatal pada insisi seksio
sebelumnya maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali
berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea
sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada
5
bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 – 3.7 %. Pasien dengan
bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur uteri lima kali lebih
uterus. Daerah uterus yang ditutupi oleh kandung kencing disebut segmen
seperti ini disebut "Low Transverse Cesarean Section". Insisi uterus ini
ditutup/jahit akan sembuh dalam 2 – 6 hari. Insisi uterus dapat juga dibuat
dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea klasik, irisan
ini dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin
tidak dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang
pada seksio sesarea sebelumnya atau jika adanya penyulit obstetrik lain
6
menandakan parut yang sembuh sempurna. Parut yang tidak sembuh
sempurna didapat jika ketebalan SBR < 3,5 mm. Oleh sebab itu
sesarea yang lalu dilakukan pada saat pembukaan serviks kecil dari 5 cm,
5) Usia Maternal
berumur lebih dari 35 tahun mempunyai angka seksio sesarea yang lebih
tinggi. Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dengan bekas seksio
besar tiga kali dari pada wanita yang berumur kecil dari 40 tahun. 4
7
6) Usia Kehamilan Saat Seksio Sesarea Sebelumnya
sempurna kemungkinan insisi uterus tidak pada segmen bawah rahim dan
dapat mengenai bagian korpus uteri yang mana keadaannya sama dengan
Gambaran laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea yang berhasil
pervaginal pada fase laten rata-rata 0.88 cm/jam dimana fase aktif 1.25
cm/jam. Sebaliknya laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea yang
gagal pervaginal pada fase late rata-rata 0.44 cm/jam dan fase aktif adalah
0.42 cm/jam.
8
9) Keadaan Selaput Ketuban
dengan ketuban pecah dini pada usia kehamilan diatas 37 minggu dengan
ketuban pecah dini sampai terjadinya persalinan adalah 42,6 jam dengan
V. Kontraindikasi VBAC
5) Kehamilan kembar.
9
Komplikasi paling berat yang dapat terjadi dalam melakukan
persalinan pervaginam adalah ruptur uteri. Ruptur jaringan parut bekas seksio
sesarea sering tersembunyi dan tidak menimbulkan gejala yang khas (Miller
DA, 1999). Dilaporkan bahwa kejadian ruptur uteri pada bekas seksio sesarea
insisi segmen bawah rahim lebih kecil dari 1 % (0,2 – 0,8 %). Kejadian ruptur
uteri pada persalinan pervaginal dengan riwayat insisi seksio sesarea korporal
partus percobaan pada bekas seksio sesarea sebanyak 0,8% dan dehisensi
0,7%. 10
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi
akan keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta ibu.
lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan dengan seksio
sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri pada seksio sesarea klasik
terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada segmen bawah rahim 0,5-1
%. 8 Tanda yang sering dijumpai pada ruptur uteri adalah denyut jantung janin
tak normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun menjadi deselerasi
lambat, bradiakardia, dan denyut janin tak terdeteksi. Gejala klinis tambahan
10
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
6) Perdarahan pervaginam
VII. Monitoring
akan menambah lama perawatan masa nifas di rumah sakit. Selain itu, juga
Sebagai tambahan biaya rumah sakit akan dua kali lebih mahal. 7
Walaupun
angka kejadian ruptur uteri pada persalinan pervaginam setelah seksio sesarea
adalah rendah, tapi hal ini dapat menyebabkan kematian pada janin dan ibu.
bekas seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Flamm
11
sesarea dalam bentuk sistem skoring. Weinstein dkk juga telah membuat suatu
No Karakteristik Skor
1 Usia < 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginal
- sebelum dan sesudah seksio sesarea 4
- persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea 2
- persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea 1
- tidak ada 0
3 1
Alasan lain seksio sesarea terdahulu
4
Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di
Rumah Sakit dalam keadaan inpartu:
- 75 % 2
- 25 – 75 % 1
- < 25 % 0
5
Dilatasi serviks > 4 cm 1
12
Dari hasil penelitian Flamm dan Geiger terhadap skor development group diperoleh
Weinstein (1996) juga telah membuat suatu sistem skoring yang bertujuan untuk
FAKTOR TIDAK YA
Bishop Score ≥ 4 0 4
Riwayat persalinan pervaginal sebelum seksio 0 2
sesarea
Indikasi seksio sesarea yang lalu
- Malpresentasi, Preeklampsi/Eklampsi, 0 6
Kembar
13
- HAP, PRM, Persalinan Prematur 0 5
- Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat 0 4
- Makrosemia, IUGR 0 3
Angka keberhasilan persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea pada sistem
14
DAFTAR PUSTAKA
2. Caughey, A.B., dan Mann, S., 2001. Vaginal Birth After Cesarean, E-
Medicine Journal. Available from:
http//www.emedicine.com/med/topic3434.html.
5. Depp R., 2001. Cesarean Delivery. In: Obstetrics Normal & Problem
Pregnancies. 4th Edition. USA: Churchill Livingstone. 599-612.
6. Flamm B.L., dan Geiger A.M., 1997. Vaginal Birth After Cesarean: An
Admission
Scoring System. American Journal Obstetrics and Gynecology
90(6): 907 – 1010.
7. Golberg, B., 2000. Vaginal Birth After Cesarean. Obgyn.net Pub. Available
from : http://www.obgyn.net/displayarticle.asp?page=/pb/articles/vbac.
8. Hill, D.A., 2002. Issues and Procedures in Women's Health Vaginal Birth
After Cesarean. Obgyn.net Publications. Available from:
http://www.obgyn.net/women/women.asp?page=/women/articles/vbac_ dah.
9. Jukelevics, N., 2000. Evaluating the Risk of Uterine Rupture. ICCE. Available
from : http://www.abcbirth.com/hVBAC.html
10. Martel, MJ et al, Guidelines for Vaginal Birth After Previous Caesarean Birth.
SOGC Clinical Practic e Guidelines. No.155. February 2005.
11. Ravasia DJ, Wood SL, Pollard JK. Uterine rupture during induce trial of labor
among women with previous cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol, 2000;
183: 1176-9
15
13. Weinstein, D., Benshushan, A.,dan Tanos, V., 1996. Predictive Score for
Vaginal Birth After Cesarean Section. American Journal Obsterics and
Gynecology. 174: 192 – 198.
16