Anda di halaman 1dari 27

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul :

“Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare Kronik “

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Penyakit Dalam RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Disusun oleh :

ANDRE ERLIS

Telah diterima dan disetujui oleh dr.Rina, Sp.PD selaku dokter penguji dan pembimbing

departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung

Bandar Lampung, October 2019

Mengetahui

dr. Rina Sp.PD


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang berjudul

“Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare Kronik“.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian

Ilmu Penyakit Dalam Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malahayati Bandar

Lampung.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar di SMF

Ilmu Penyakit Dalam, khususnya dr. Rina, Sp.PD atas bimbingannya selama

berlangsungnya pendidikan di bagian Ilmu Penyakit Dalam ini sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas ini dengan maksimal.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu

saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini

dan untuk melatih kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh

pendidikan.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak-anak

maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana feses

hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun setengah cair, dan

kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain dari konsistensinya, bisa

disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar lebih dari 3 kali dalam

sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang berlangsung dalam waktu kurang dari 14

hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada

feses yang paling sering menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri

dan parasit.(Riddle,M,2016)

Gastroenteritis akut masih menjadi salah satu penyumbang morbiditas tertinggi

hingga saat ini di berbagai negara di dunia dan khususnya di negara berkembang dengan

tingkat sanitasi yang masih tergolong kurang seperti Indonesia.(DepkesRI,2012)

Menurut data dari World Health Organization (WHO ) tahun 2003, terdapat 1,87 juta

orang meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia.

Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam mengatasi

gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah. Mulai dari

diagnosis, pemberian terapi sampai nutrisi bagi penderita harus diberikan dengan tepat.

Dalam penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa dilihat langsung dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan penentuan diagnosis definitif bisa

menggunakan pemeriksaan laboratorium.


1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan laporan kasus yang berjudul “ Hipokalemia+Syok

hipovolemik e.c Diare Kronik“ ini adalah untuk mengetahui faktor risiko dan penyebab

dari Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare Kronik pada pesien yang menderita

penyakit ini. Dengan begitu kita mampu menegakkan diagnosis dan mampu

memberikan terapi dengan tepat.


BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Rekam Medis

Identitas Pasien

Nama : Ny.R

Tanggal Lahir : 29/10/1951

Usia : 70 tahun

Status : Menikah

Alamat : Desa

Maja,Kalianda,Lampung

Pekerjaan : IRT

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

No RM : 13.37.54

Tanggal Masuk RS : 29 September 2019

Tanggal Keluar RS : 3 October 2019

2.2 Anamnesa

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis

 Keluhan Utama

Penurunan kesadaran

 Keluhan Tambahan

 Riwayat Perjalanan Penyakit


Ny. R, 70 tahun diantar ke IGD RSPBA dengan keluhan Penurunan kesadaran,

sejak kemarin sebelum datang ke RS. BAB cair disertai warna hitam.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Thypoid - Infeksi saluran - Diabetes + Batu -

kemih empedu
Tuberkulosi - Hepatitis - Pneumonia - Batu -

s ginjal
Varisela - Penyaktit - Alergi - Demensia -

jantung
Batuk + Hipotensi - Cholesterol - Stroke +
Campak - Hipertensi - Athritis - Malaria -

Gout
Influenza + Dispepsia - Alergi - Cephalgia -

 Riwayat Penyakit Keluarga

Hubunga Kondisi Penyebab


Diagnosis
n kesehatan meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -

Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak - - -

 Riwayat Kebiasaan

Konsumsi obat jangka - Konsumsi alkohol -

panjang
Konsumsi jamu - Merokok -
Konsumsi minuman - Makan jengkol -

bersoda
Minum teh + Makan petai +
Makan tempe tahu + Sayuran hijau +
Makan buah + Minum kopi -

 Riwayat Gizi

Frekuensi/hari 3x/hari
Jumlah/hari 1 porsi
Variasi/hari Bervariasi
Nafsu makan Turun

2.3 Anamnesa Organ

Kulit :

Bisul - Luka - Kering +


Bintik - Kuning - Keringat malam -

merah

Kepala :

Pusing - Pandangan kabur + Tengkuk tegang -


Sakit kepala - Mimisan - Trauma -
Nyeri telinga - Telinga berdenging - Benjolan di leher -
Gusi - Mata cekung + Susah menelan +

berdarah

Thorax :

Nyeri dada - Sesak nafas +


Sesak nafas saat berbaring + Batuk berdarah -
Berdebar – debar - Batuk berdahak -

Abdomen :

Rasa kembung - Perut membesar -


Mual + Wasir -
Muntah + Mencret +
Nyeri perut + Tinja berdarah -
Susah kentut - Tinja seperti air cucian beras -
Muntah darah - Tinja berwarna hitam +

Saluran Kemih

Nyeri saat BAK - Tidak BAK -


BAK sedikit – - Tidak ada kemampuan -

sedikit berkemih
BAK sering - Kencing menetes -
BAK darah - Kencing nanah -
Kencing batu - Air kencing keruh/tidak jernih -

Saraf dan Otot

Sensitifitas menurun + Sering lupa / hilang ingatan -


Kesemutan + Gangguan koordinasi otot +
Otot melemah + Sensitivitas meningkat -
Kejang - Pingsan -
Tremor - Kedutan (TIK) -
Gangguan berbicara + Pusing (vertigo) -

Ekstremitas superior Ekstremitas inferior


Bengkak - Bengkak -
Nyeri sendi - Nyeri sendi -
Perubahan bentuk + Perubahan bentuk +
Kebiruan - Kebiruan -
Bintik – bintik merah - Bintik – bintik merah -
Luka/bekas luka - Luka/bekas luka -

2.4 Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik umum


KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis GCS : 15

Skala nyeri :5

Tanda – tanda vital

TD :90/60 mmHg RR : 20 x/menit regular

Nadi : 102 x/menit, reguler Suhu : 36,5 oC

GDS: 225

Aspek kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/Gelisah/Hipoaktif/Hiperaktif

Alam Perasaan : Biasa/Sedih/Gembira/Cemas/Takut/Marah

Proses berfikir : Wajar/Cepat/Waham/Fobia/Obsesi/Menurun

 Pemeriksaan fisik khusus

Kepala

Tidak ada kelainan. Normocephal (+) Muka simetris (+) Hematoma (-) Rambut

(Normal)

Mata

Anemis (+) ikterik (-) pupil (isokor) diameter 3,3 mm dengan refleks cahaya (+/

+) eksoftalmus (-) enoftalmus (-) nistagmus (-) visus (6/6)

Telinga

Tidak ada kelainan. Tuli (-) darah (-) seruman (-) sekret (-) edem (-) perforasi

membran (-)

Hidung

Tidak ada kelainan. Trauma (-) nyeri (-) sekret (-) epitaksis (-) fraktur (-)

pernafasan cuping hidung (-)


Mulut

Mulut pelo,Disfasia, Sianosis (-) Bibir kering (+) Trismus (-) Tonsil (T1/T1)

Faring hiperemis (-)

Leher

Tekanan JVP : Normal tidak ada peningkatan

Kelenjar tiroid : Normal tidak ada pembesaran

Kelenjar limfe : Normal tidak ada pembesaran

Kelenjar Getah Bening (KGB)

Submandibula : Tidak teraba

Subclavikula : Tidak teraba

Leher : Tidak teraba

Ketiak : Tidak teraba

Lipat paha : Tidak teraba

Paru – paru

Ispeksi : Hematoma (-), retraksi (-), pergerakan (simetris)

Palpasi : Krepitasi (-), edem (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Kanan (vesikuler) Kiri (vesikuler)

Jantung

Ispeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Thrill (-)

Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kiri ICS IV linea midclavikula sinistra

Batas kanan ICS IV linea parasternalis sinistra


Auskultasi : S1 (+) S2 (+), Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

Ispeksi : Bentuk datar (+) Striae (-) Caput medusa (-)

Auskultasi : Peristaltik usus (ada), metalic sound (-)

Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastric. Hati dan Ginjal (tidak teraba)

Perkusi : Timpani pada lapang perut

Ekstremitas

Superior dextra dan sinistra

Motorik : Kanan 3 – Kiri 1

Refleks fisiologis : (+/-)

Sensitbilitas : Normal

Edem : Tidak ada

Sendi : Nyeri (-) deformitas (-) edem (-)

Tremor : Tidak ada

Inferior dextra dan sinistra

Motorik : Kanan 1 – Kiri 1

Refleks fisiologis : (+/+)

Refleks Patologis : (-/-)

Sensitbilitas : Normal

Edem : (-)

Sendi : Nyeri (-) deformitas (-) edem (-)

Tremor : Tidak ada


2.5 Pemeriksaan Penunjang

Hematologi (29 september 2019)

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan KET


Hemoglobin 11,0 Lk 14 – 18 Wn 12 – 16 gr/dl
Leukosit 18.000 4.500 – 10.700 %
Hit. Jenis leukosit basophil 0 0–1 %
Hit. Jenis leukosit eosinofil 0 0–3 %
Hit. Jenis leukosit batang 2 2–6 %
Hit. Jenis leukosit segmen 80 50 – 70 %
Hit. Jenis leukosit limposit 12 20 – 40 %
Hit. Jenis leukosit monosit 6 2–8 %
Eritrosit 5,0 Lk 4,6-6,2 Wn 4,2-6,4 10 6/ul
Hematoktit 33 Lk 50-54 Wn 38-47 %
Trombosit 240.00 159.000-400.000 ul

0
MCV 71 80-96 fl
MCH 22 27-31 pg
MCHC 31 32-36 g/dl

Kimia Darah (29 september 2019)

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan KET


Gula Darah Sewaktu 225 < 200 mg/dl

Kimia Darah (29 september 2019)

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan KET


HbsAg Non Reaktif (-)

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan KET


HbA1c 7,4 <6.5 %
Urea 163 10-50 mg/dl
Creatinin 3,2 Lk 0,6 – 1,1 Wn 0,5 – 0,9 mg/dl
Natrium 134 135-145 nmol/l
Kalium 2,6 3,5-5,5 nmol/l
Chloride 92 96-106 mmol/l
2 October 2019

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan KET


Urea 111 10-50 mg/dl
Creatinin 1,9 LK 0,6-1,1 Wn 0,5-0,9 mg/dl

2.6 Resume

Ny. R, 70 tahun diantar ke IGD RSPBA dengan Penurunan kesadaran Os juga

susah makan.Keluarga os mengaku BAB cair dan bewarna hitam,Riwayat stroke

sebelumnya.

2.7 Daftar Masalah

Anamnesa :Penurunan kesadaran SMRS

Pemeriksaan fisik :

1. Skala nyeri 5

2. Nyeri tekan epigastric

3. TD 90/60 mmHg

4. Motoric dextra 4/1 sinistra1/1

Pemeriksaan penunjang :

1. Hb 11

2. Leukosit 18.000

3. Creatinin 3,2

4. GDS 225

5. Urea 163
6. Kalium 2,6

2.8 Diagnosa Kerja

Hopokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare kronik

2.9 Diagnosa Banding

1. GEA + Dehidrasi Berat

2. Hipokalemia + GEA

2.10 Penatalaksanaan

Non-Farmakologi :

1. Menambah input cairan

2. Mengkonsumsi makanan berkarbohidrat

3. Mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat

Farmakologi :

IVFD RL xx/gtt

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial

New diatab 3 x 1 tab

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp

2.11 Anjuran Pemeriksaan

 GDS

 Darah Lengkap
 Creatinin, urea, natrium, kalium, HbA1c,chloride

2.11 Prognosis

Qou ad vitam : Dubia ad bonam

Qou ad functionam : Dubia ad bonam

Qou ad sanationam : Dubia ad bonam

Tanggal Waktu Pemeriksaan

29/09/2019 23.00 S : BAB cair lebih 10 x,lemes mual,muntah,diare

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 90/60 mmHg. N 102 x/m.

RR 20 x/m. T 36,5 oC GDS 225

A : Hipokalemia+GEA

P:

IVFD RL xxxx/gtt loading 2 kolf

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial

New diatab 3 x 1 tab

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp

Oksigen

30/09/2019 06.00 S : BAB cair,lemas,mual,muntah

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 120/70 mmHg. N 104

x/m. RR 20 x/m. T 36 oC GDS 222

A : Hipokalemia+GEA

P:
IVFD RL xxxx/gtt loading 2kolf

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial

New diatab 3 x 1 tab

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp- STOP

30/09/2019 13.00 S : Mencret +,lemas,bicara tidak jelas

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 120/70 mmHg. N 88 x/m.

RR 20 x/m. T 36 oC SPO2 93

A : Hipokalemia+GEA

P:

Terapi lain lanjut

Lodia 3x1 tab

30/09/2019 20.00 S : BAB cair berkurang,mual dan muntah,serta bicara

kurang jelas

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 130/70 mmHg. N 102

x/m. RR 22 x/m. T 36,3 oC

A : Hipokalemia+GEA

P:

IVFD RL XXXXtpm loading 2 kolf

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial


New diatab 3 x 1 tab-STOP

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp

Lodia 3x1 tab

1/09/2019 06.00 S : BAB cair,dan muntah,susah menelan,bicara kurang

jelas

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 140/80 mmHg. N 89 x/m.

RR 21 x/m. T 36,2 oC GDS 124

A : Hipokalemia+GEA

P:

IVFD RL XXXX tpm

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp

Lodia 3x1 tab

Codein 3x1 tab

1/10/2019 14.00 S : lemas,BAB cair berkurang,bicara kurang jelas,susah

menelan

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 120/80 mmHg. N 90 x/m.

RR 24 x/m. T 36 oC
A : Hipokalemia +GEA

P:

IVFD RL XXXX tpm

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp

Lodia 3x1 tab

Codein 3x1 tab

2/10/2019 07.00 S : lemas,BAB cair berkurang,bicara masih kurang

jelas,susah menelan.

O : GCS : 15, Skala nyeri 5, TD 130/90 mmHg. N 87 x/m.

RR 20 x/m. T 36,2 oC GDS 131

A : Hipokalemia+GEA

P:

IVFD RL XXXX tpm

Ondansetron amp/12jam

Cefriaxon 2x1 vial

KCL /12jam

Ksr 3x1 tab

Ranitidin 2x1 amp

Lodia 3x1 tab

Codein 3x1 tab


Ulsafat 3x2 C

2/10/2019 12.00 S : lemas,susah menelan,bicara kurang jelas

O : GCS : 15, Skala nyeri 4, TD 120/90 mmHg. N 84 x/m.

RR 20 x/m. T 36,4 oC

A : Hipoklaemia+GEA

P:

Cefixim 2x1

Ulsafat 3x1

KSR 3x1

Codein 2x1

IVFD RL XXXX gtt loading 4 kolf


2/10/2019 20.00 S : lemas,BAB cair tidak lagi

O : GCS : 15, Skala nyeri 4, TD 130/90 mmHg. N 84 x/m.

RR 20 x/m. T 36,1 oC

A : Hipokalemia+GEA

P:

Lanjutkan terapi
3/10/2019 06.00 S : lemas,susah makan

O : GCS : 15, TD 130/70 mmHg. N 80 x/m. RR 22 x/m. T

35,6 oC

A : Hipokalemia+GEA

P:

Cefixim 2x1

Ondancetron 2x1 amp

Ulsafat 3x1
KSR 3x1

Codein 2x1

IVFD RL XXXX gtt


3/10/2019 08.00 S : Lemas

O : GCS : 15, TD 110/70 mmHg. N 82 x/m. RR 22 x/m. T

35,8 oC

A : Hipokalemia+GEA

P:

Cefixim 2x1

Ulsafat 3x1

KSR 3x1

Codein 2x1

IVFD RL XXXX gtt

BLPL-Hari ini
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Gastroenteritis

3.1.1 Definisi

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada

bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.

(How.C,2010) Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat

dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih

lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih

dari 200 gram atau 200ml/24jam).Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset

mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah

dan berlangsung kurang dari 14 hari.(Sudowo,2009)

3.1.2 Etiologi

Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari

World Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa

menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi.

Lebih dari 90 % diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 %

karena sebab lain yaitu(Worldgastroenterology,2017) :

Bakteri:
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri yang

sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella

species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan

gastroenteritis akut.

Virus:

Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di rumah sakit

dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya, biasanya diare

akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada umumnya dan

menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 –

5 tahun adalah umur tersering dari infeksi virus ini.

3.1.3 Epidemiologi

Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada Negara

berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi

lebih baik.(How.C,2010) Menurut data dari World Health Organization (WHO)

dan UNICEF, terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis

setiap tahunnya di seluruh dunia.(Anon,2017) Secara global, diperkirakan terdapat

179.000.000 insiden gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan

angka pasien yang dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien

mengalami kematian.(Sudoyo AW,2009) Di amerika serikat setidaknya 8.000.000

dari pasien gastroenteritis akut yang berobat ke dokter dan lebih dari 250.000

pasien dirawat di rumah sakit menurut data dari The American Journal of

Gastroenterology.

3.1.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah

satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah

(81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala

yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-

tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering,

penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada

hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan,

batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%.(Bresee.J,2012)

Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau

memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea)

dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya

ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.

Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau

minurnan yang terkontaminasi.(Sudoyo AW,2009)

Terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat akibat peningkatan

resistensi vaskuler sistemik salah satu kemungkinan faktor yang mencetuskan

hipertensi emergensi. Dalam homeostasis tekanan darah, endotelium merupakan

aktor utama dalam mengatur tekanan darah. Dengan mengeluarkan nitric oxide

dan prostacyclin yang dapat memodulasi tekanan vaskuler. Disamping itu peran

renin – angiotensin sistem juga sangat berpengaruh dalam terjadinya hipertensi

emergensi.

Saat tekanan darah meningkat dan menetap dalam waktu yang lama,

respon vasodilatasi endotelial akan berkurang, yang akan memperparah


peningkatan tekanan darah. Keadaan ini akan berujung pada disfungsi endotel dan

peningkatan resistensi vaskuler yang menetap.

3.1.6 Diagnosis

Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(Sudoyo AW,2009)

3.1.7 Terapi

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: rehidrasi

sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik, dan

memberikan terapi definitif.(Sudoyo AW,2009)

Terapi Rehidrasi

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana lebih

disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan

penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan berat

badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani kehilangan

cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan agar dapat

memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat.


ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?

Diagosis pada kasus ini sudah tepat yaitu “Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c

Diare Kronik”. Penegakan diagnosis Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare Kronik

berdasarkan alloanamnesa didapatkan Penurunan kesadaran dan keluarga os

mengaku ,BAB cair>10X berwarna hitam,susah makan. Riwayat stroke. Pada

pemeriksaan fisik didapakan hasil skala nyeri 5, tekanan darah 90/60 mmHg dan dan

nadi 102 x/menit.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil GDS 225. BB semakin turun.

Dari hasil yang didapatkan pada kasus ini ,Diagnosis ditegakan berdasarkan

keluhan, gejala dan keterlibatan organ target. Pada pemeriksaan fisik otot

melemah,mata cekung,turgor menurun.dapat mengacu pada Diare Kronik.

2. Apakah faktor risiko terjadinya Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare

Kronik pada kasus ini ?

Faktor risiko pada kasus ini adalah pasien memiliki riwayat Stroke,susah makan

BAB terus menerus. Hal ini sesuai dengan teori faktor risiko terjadinya

Hipokalemia+Syok hipovolemik e.c Diare Kronik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-adolescent-

health/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf) A manual for physicians and other

senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].

2. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C., Eberhard,

M., Hall, A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The Etiology of Severe

Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in the

United States. Journal of Infectious Diseases, 205(9), pp.1374-1381.

3. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.

http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]

4. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and

Experimental Gastroenterology, p.97.

5. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline:

Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults.

The American Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.

6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009


7. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology

Organisation. [online] Available at: http://www.worldgastroenterology.org

/guidelines/global-guidelines/acute-diarrhea/acute-diarrhea-english [Accessed 5

Mar. 2017].

Anda mungkin juga menyukai