Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktunya.
atas bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga
bermanfaat.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
dan populasi umum, namun secara nasional angka seksio sesarea makin
usia ibu saat hamil. Permintaan ibu juga berkontribusi untuk peningkatan
stabil yaitu antara 11-12 %, di Italia pada tahun 1980 sebesar 3,2% - 14,5%,
pada tahun 1987 meningkat menjadi 17,5%. Dari tahun 1965 sampai 1988,
4,5% menjadi 25%. Sebagian besar peningkatan ini terjadi sekitar tahun
1970-an dan tahun 1980-an di seluruh negara barat. Pada tahun 2002
4
persalinan dengan seksio sesarea yang cukup tajam. Hal ini memunculkan
seksio sesarea lagi atau partus pervaginam pada pasien dengan riwayat
operasi seksio sesarea tidak bebas dari risiko (Martel, 2005; Caughey, 2018;
ACOG, 2004)
bahwa ibu yang memiliki riwayat SC dengan insisi uterus transversal pada
lebih rendah, lama perawatan post partum lebih sedikit dan berkurangnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2010).
riwayat seksio sesaria sebanyak satu kali atau lebih atau pasca miomektomi
2.2 Prevalensi
3% pada tahun 1980, 20% pada tahun 1990, dan 28% pada tahun 1996. Hal
(VBAC) dan Trial of Labor After Cesarean (TOLAC). Namun, angka ini
6
menurun sebanyak 7,6 – 8,5% pada tahun 2006. Makin sedikit ibu hamil
peningkatan angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health
pada tahun 1980 menyatakan bahwa VBAC dengan insisi uterus transversal
pada segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat diterima
dalam rangka menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2000
7
Kadar seksio sesarea total, seksio sesarea primer dan VBAC (NIH
2.3 Indikasi dan Kontra indikasi Vaginal Birth After Cesarean (VBAC)
1. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
3. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
5. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat
8
Sedangkan kontraindikasi VBAC menurut ACOG antara lain (Martel,
2005):
5. Kehamilan kembar.
induksi persalinan aman selama terdapat indikasi pada ibu dan janin serta
pasien merupakan kandidat yang memenuhi syarat untuk VBAC. Obat yang
9
Prostaglandin E2 gel, yang pemberiannya bisa langsung pada forniks
posterior vagina atau dioleskan pada kanal serviks. Kedua metode ini
tampaknya cukup aman dan efektif pada pasien yang akan menjalani
digunakan untuk tujuan yang sama pada bekas SC karena tingginya kejadian
(Valentina, 2010).
control tentang hal ini dan menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam hal penggunaan oksitosin antara yang belum pernah SC dengan yang
pernah, baik dalam hal dosis awal, interval titrasi dosis, dosis maksimum,
10
1. Teknik operasi sebelumnya
dimana pasien dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptur yang lebih
rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesarae klasik, insisi T
pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu
sebelumnya maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali
berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea
(Cuningham, 2012).
sesarea sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptur uteri. Ruptur
uteri pada bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 – 3.7 %. Pasien
dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur uteri lima
kali lebih besar dari bekas seksio sesarea satu kali (Cuningham, 2012).
11
3. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
uterus ini ditutup/jahit akan sembuh dalam 2 – 6 hari. Insisi uterus dapat
juga dibuat dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea
klasik, irisan ini dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan
cara ini mungkin tidak dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi
sempurna didapat jika ketebalan SBR < 3,5 mm. Oleh sebab itu
12
Penyembuhan luka seksio sesarea adalah suatu generasi dari
daerah bekas sayatan seksio sesarea dan dari 2 tahap observasi yang pada
Pada uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik atau
hanya ditemukan suatu garis tipis pada permukaan luar dan dalam
apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan pada saat pembukaan serviks
13
Menurut Troyer (1992) pada penelitiannya mendapatkan
5. Usia maternal
berumur lebih dari 35 tahun mempunyai angka seksio sesarea yang lebih
tinggi. Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dengan bekas seksio
besar tiga kali dari pada wanita yang berumur kecil dari 40 tahun
(Caughey, 2018).
Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada
kemungkinan insisi uterus tidak pada segmen bawah rahim dan dapat
14
mengenai bagian korpus uteri yang mana keadaannya sama dengan insisi
2018).
VBAC. Dari 100 pasien bekas seksio sesarea segmen bawah rahim
seksio sesarea darurat. Gambaran laju dilatasi serviks pada bekas seksio
sesarea yang berhasil pervaginal pada fase laten rata-rata 0.88 cm/jam
manakala fase aktif 1.25 cm/jam. Sebaliknya laju dilatasi serviks pada
bekas seksio sesarea yang gagal pervaginal pada fase laten rata-rata 0.44
ruptur uteri pada maternal dengan bekas seksio sesarea. Dijumpai adanya
15
transversal selama dilakukan pematangan serviks dengan transvaginal
waktu antara ketuban pecah dini sampai terjadinya persalinan adalah 42,6
14 penelitian dan belum ada suatu penelitian yang baik untuk mengetahui
spontan, yang secara tak terduga konsisten terlihat pada pasien tanpa parut
uterus. Angka persalinan sesar pada pasien dengan riwayat sesar yang
ruptura parut uterus pada lebih dari 20 ribu pasien dengan riwayat sesar
antara tahun 1987-1996. Rata-rata terjadi ruptur 4,5 per 1000 (91 dari
16
20.095). Pada persalinan dengan induksi perlu pertimbangan selanjutnya
gangguan parut uterus yang lebih besar pada pasien yang menggunakan
karena tidak adanya data yang cukup dari percobaan random, kualitas
batas dosis yang dapat menyebabkan ruptura uteri tidak dapat dipastikan
pada wanita dengan satu atau lebih persalinan sesar (n=17.898 trials of
labor dan 15.801 seksio sesar ulangan) tidak tercakup dari analisis
17
oksitosin secara signifikan mempunyai risiko tertinggi terjadi ruptura
Tidak adanya data yang pasti menunjukkan risiko tinggi ruptura, Wing et
all menggunakan oksitosin untuk induksi persalinan pada VBAC jika ada
belum ada data dari percobaan random yang besar dan kurangnya data
18
Perhatian tentang penggunaan prostaglandin muncul setelah adanya
19
ACOG ( American College of Obstetricians and Gynecologists)
yang sama.
sama dengan persalinan spontan pada VBAC yaitu 5 dari 384 (1,3%)
1. Insiden demam lebih kecil secara bermakna pada persalinan pervaginal yang
4. Dehisensi atau ruptur uteri setelah gagal persalinan pervaginal adalah 2.8
20
5. Mortalitas ibu pada seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan pervaginal
sangat rendah
pada persalinan percobaan adalah 2.1 kali lebih besar dibanding seksio
sesarea elektif namun jika berat badan janin < 750 gram dan kelainan
Dilaporkan 463 dari 478 (97 %) dari bayi yang lahir pervaginal
mempunyai skor Apgar pada 5 menit pertama adalah 8 atau lebih. Skor
Apgar bayi yang lahir tidak berbeda bermakna pada VBAC dibanding
seksio sesarea ulangan elektif. Dilaporkan juga morbiditas bayi yang lahir
berhasil VBAC tidak berbeda bermakna dengan bayi yang lahir normal
21
2.8 Manajemen Persalinan Vaginal Birth After Cesarean (Vbac)
persalinan.
sesarea, dan indikasi seksio sesarea sebelumya. Weinstein dkk dan Alamia
22
ACOG, tidak ada suatu cara yang memuaskan untuk memperkirakan apakah
Skor Weistein :
Weinstein Tidak Ya
Indikasi SC yang lalu 0 4
Grade A 0 6
Malpresentasi
PIH (Pregnancy Induced Hypertension)
Gemelli
Grade B 0 5
Plasenta previa atau Solusio
Prematur
Ketuban pecah
Grade C 0 4
Gawat janin
CPD atau Distosia
Prolaps tali pusat
Grade D 0 3
Makrosomia
PJT
Interpretasi :
Skor > 4 : keberhasilan > 58%
Skor > 6 : keberhasilan > 67%
Skor > 8 : keberhasilan > 78%
Skor > 10 : keberhasilan > 85%
Skor > 12 : keberhasilan > 88%
23
Skor Alamia :
No. Skor Alamia Nilai
1 Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya 2
2 Indikasi SC sebelumnya
Sungsang, gawat janin, plasenta previa, elektif 2
Distosia pada pembukaan < 5 cm 1
Distosia pada pembukaan > 5 cm 0
3 Dilatasi serviks
> 4 cm 2
> 2,5 < 4 cm 1
< 2,5 cm 0
4 Station dibawah –2 1
5 Panjang serviks < 1 cm 1
6 Persalinan timbul spontan 1
Interpretasi :
Skor 7 – 10 : keberhasilan 94,5%
Skor 4 – 6 : keberhasilan 78,8%
Skor 0 – 3 : keberhasilan 60,0%
Skor Flamm-Geiger :
No. Kriteria Nilai
1 Usia dibawah 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginam:
- sebelum dan setelah seksio sesarea 4
- setelah seksio sesarea pertama 2
- sebelum seksio pertama 1
- Belum pernah 0
3 Indikasi seksio sesarea pertama bukan kegagalan 1
kemajuan persalinan
24
Interpretasi :
Skor 0-2 : keberhasilan VBAC 42-45 %
Skor 3 : keberhasilan VBAC 59-60 %
Skor 4 : keberhasilan VBAC 64-67%
Skor 5 : keberhasilan VBAC 77-79%
Skor 6 : keberhasilan VBAC 88-89%
Skor 7 : keberhasilan VBAC 93%
Skor 8-10 : keberhasilan VBAC 95-99%
dilakukan :
Pasien dirawat pada usia kehamilan 38 minggu atau lebih dan dilakukan
kembali).
forseps atau ekstraksi vakum) jika dalam waktu tersebut bayi belum lahir.
25
Dianjurkan untuk melakukan eksplorasi/pemeriksaan terhadap keutuhan
terjadinya ruptura uteri 2-5 kali dibandingkan dengan lahir secara spontan.
26
2.9 Komplikasi Vaginal Birth After Cesarean (Vbac)
khas. Dilaporkan bahwa kejadian ruptura uteri pada bekas seksio sesarea
insisi Segmen Bawah Rahim lebih kecil dari 1 % (0,2 – 0,8 % ). Kejadian
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi
akan keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta
uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan dengan
seksio sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptura uteri pada seksio sesarea
klasik terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada segmen bawah
Ruptura uteri pada jaringan parut dapat dijumpai secara jelas atau
27
hingga lapisan serosa uterus dan membran khorioamnion. Sedangkan
disebut dehisens bila terjadi robekan jaringan parut uterus tanpa robekan
Tanda yang sering dijumpai pada ruptura uteri adalah denyut jantung
janin tak normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun menjadi
f. Perdarahan pervaginam
kematian maternal dan perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
28
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sakit perut hilang timbul
29
Riwayat Menstruasi
Menarche umur ± 14 tahun, siklus teratur 28hari, lamanya3-4 hari tiap
kali menstruasi. Pasien mengganti pembalut sebanyak3 kali dalam
sehari saat menstruasi. Tidak ada keluhan saat menstruasi.
Hari pertama haid terakhir : 30 November 2017
Taksiran persalinan : 7 September 2018
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang, lama menikah 15 tahun, saat
pasien berusia 21 tahun.
Riwayat Kehamilan
1. Laki-laki, aterm, BBL 3200 gram, lahir dengan operasi SC di RSU atas
indikasi … , sekarang berumur 14 tahun.
2. Hamil ini.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakkan KB suntik 3 bulan setelah kelahiran anak
pertamaselama 12 tahun dan 1 tahun yang lalu tidak dilanjutkan karena ingin
hamil lagi.
30
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes
mellitus, asma, penyakit jantung, dan ginjal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
tertentu.
Riwayat Operasi
Pasien pernah menjalani operasi SC pada kehamilan pertamanya pada tahun
2004.
31
Respirasi : 20x/menit
Suhu Aksila : 36,5ºC
Berat Badan : 64 kg
Tinggi Badan : 145 cm
IMT : 30,4 kg/m2
Status Generalis
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata.
Mata :Pupil bulat isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
THT :Kesan tenang
Leher :Tidak teraba perbesaran kelenjar getah bening
Thoraks
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing-/-
Mammae : Bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran(-),
kebersihan cukup
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar:
Mammae
Inspeksi : Bentuk simetris, tampak hiperpigmentasi areola mammae,
puting susu menonjol, tidak tampak pengeluaran cairan
dari puting susu, kebersihan cukup
Abdomen
Inspeksi :
- Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan
striae ablicantus)
- Tampak jaringan parut atau luka bekas operasi
32
Auskultasi :
- Frekuensi denyut jantung janin (132x/menit)
Palpasi
- Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus
xiphoideus(31cm). Teraba bagian bulat dan lunak (kesan
bokong)
II. Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan bagian-
bagian kecil di kanan (kesan ekstremitas)
III. Teraba bagian bulat dan keras (kesan kepala)
IV. Bagian bawah seluruhnya teraba diatas simfisis pubis (5/5),
divergen
- TBJ : 3100 gram
- His : 1x/10 menit selama 5-10 detik
- Gerak janin (+) baik
Vagina
Inspeksi : Blood slyme(+), air ketuban (-)
Pemeriksaan Dalam
VT (02.20 WITA) :V/v normal, porsio lunak, pembukaan 1 cm,
effacement <25%, teraba kepala, UUK belum
teraba, penurunan kepalaHodge I, tidak teraba
bagian kecil atau tali pusat.
33
Pemeriksaan hematologi (9/9/2018)
Pemeriksaanurinalisis (9/9/2018)
3.5 DIAGNOSIS
G2P1001 UK 40-41 minggu Tunggal/Hidup + PK I fase laten + LMR 1x +
Primi Tua Sekunder
TBJ :3100 gram
3.6 PENATALAKSANAAN
Rencana Terapi
Ekspektatif pervaginam
Rencana Monitoring
Keluhan, tanda-tanda vital, his, dan detak jantung janin (kelola sesuai
partograf WHO).
Rencana Edukasi
KIE keluarga dan pasien tentang keadaan janin, rencana tindakan, risiko
tindakan, dan komplikasi tindakan yang akan dilakukan.
34
3.7 PERJALANAN PERSALINAN PASIEN
9September 2018
Pk 03.45 WITA
S : Pasien dipindahkan dari VK Ponek ke Ruang Kenanga. Sakit perut
dikatakan masih hilang timbul namun intensitasnya meningkat, gerak
anak (+) baik.
O : Status Present
TD : 110/80mmHg N : 86x/menit
RR : 20x/menit Tax : 36,7˚C
Status General
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Thoraks
Cor :S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo :Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas :Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status obstetri
Abdomen :His (+)1-2x/10’~ 10-15”
DJJ (+)142x/menit
Vagina : VT v/v normal, porsio lunak, PØ 1 cm,
effacement <25%, ketuban (+), teraba kepala,
penurunan kepala Hodge I, blood slyme (-)
Tidak teraba bagian kecil/ tali pusat.
A : G2P1001 UK 40-41minggu Tunggal/Hidup, PK I fase laten + LMR 1x +
Primi Tua Sekunder
TBJ : 3100 gram
P : IVFD RL 20 tpm
Mx – Observasi cortonen, his, penurunan bagian terendah janin, dan
bandle (CHPB)
35
9 September 2018
Pk 06.40 WITA
S : Sakit perut dirasakan bertambah, pasien merasa ingin mengedan, gerak
anak (+) baik.
O : Status Present
TD : 110/70mmHg N : 82x/menit
RR : 19x/menit Tax : 36,5˚C
Status General
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Thoraks
Cor :S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo :Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas :Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status obstetri
Abdomen :His (+)4-5x/10’~ 40-45”
DJJ (+)140x/menit
Vagina : VT PØ lengkap, effacement 100%, ketuban (-)
teraba kepala,UUK depan, penurunan Hodge III+,
tidak teraba bagian kecil/ tali pusat.
A : G2P1001 UK 40-41minggu Tunggal/Hidup, PK II + Primi Tua Sekunder
P : Pimpin persalinan
Mx - Observasi his, denyut jantung janin, keluhan, dan vital sign
KIE - Cara mengedan yang benar
9 September 2018
Pk 06.50 WITA
Lahir bayi laki-laki secara spontan, segera menangis, kulit kemerahan, gerak
aktif, BBL 3200 gram, panjang badan 49 cm, APGAR Score 7-8, anus (+),
kelainan kongenital (-).
S : Sakit perut bawah (+)
36
O : Status Present
TD : 110/70mmHg N : 88x/menit
RR : 18x/menit Tax : 36,7˚C
Status General
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Thoraks
Cor :S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo :Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas :Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status obstetri
Abdomen :Tinggi fundus uteri setinggi pusat
Kontraksi uterus (+) baik
Vagina : Sisa air ketuban jernih
Luka episiotomi (+)
Tali pusat menjuntai
Tampak semburan darah
A : G2P1001 persalinan spontan belakang kepala, post-partum hari ke-0, PK
III + Primi Tua Sekunder
P : Manajemen Aktif Kala III :
1. Injeksi oksitosin 10 IU (IM)
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali
3. Masase fundus uteri.
9 September 2018
Pk 06.55 WITA
Lahir plasenta kesan lengkap, kalsifikasi (-), hematoma (-).
S : Nyeri jalan lahir (+)
O : Status Present
TD : 110/70mmHg N : 85x/menit
RR : 20x/menit Tax : 36,2˚C
37
Status General
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Thoraks
Cor :S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo :Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas :Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status obstetri
Abdomen :Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus (+) baik
Vagina : Perdarahan aktif (-)
Robekan jalan lahir (+)
A : P2002 persalinan spontan belakang kepala, post partum hari ke-0, PK IV
+ Primi Tua Sekunder
P : Hecting perineum
Amoxicillin 3x500 mg PO
Sulfas ferosus 2x300 mg PO
Asam mefenamat 3x500 mg PO
Methylergometrine 3x0,125 mg PO
Mx –Observasi 2 jam post-partum
KIE - Mobilisasi dini, ASI eksklusif, menjaga kebersihan vulva dan
vagina
38
2 jari Tidak
07.40 110/70 80 (+) baik penuh ±20
bpst
2 jari Tidak
07.55 110/70 80 (+) baik penuh ±20
bpst
2 jari Tidak
08.25 110/70 80 36,0 (+) baik penuh ±10
bpst
2 jari Tidak
08.55 110/70 84 (+) baik penuh ±10
bpst
9 September 2018
Pk 08.55 WITA
Evaluasi 2 jam post-partum.
S : Nyeri luka jahitan (+), perdarahan aktif (-), ASI (+)
O : Status Present
TD : 110/70mmHg N : 82x/menit
RR : 20x/menit Tax : 36,0˚C
Status General
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Thoraks
Cor :S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo :Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas :Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status obstetri
Abdomen : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus (+) baik
Vagina : Perdarahan aktif (-)
Lokia rubra (+)
Jahitan terawat baik.
A : P2002 persalinan spontan belakang kepala,
P : Pasien diperbolehkan pulang
39
Amoxicillin 3x500 mg PO
Sulfas ferosus 2x300 mg PO
Asam mefenamat 3x500 mg PO
Methylergometrine 2x0,125 mg PO.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus yang dibahas dalam laporan ini adalah persalinan normal dengan
Locus Minorus Resisten (riwayat seksio sesarea). Diagnosis pasien dalam kasus
ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis dimana pasien datang ke RSU Bangli
dengan keluhansakit perut hilang timbul sejak pukul 18.00 WITA
(8/9/2018).Nyeri yang dirasakan semakin memberat dan semakin sering, serta
tidak menghilang saat istirahat. Keluhan tersebut tidak disertai dengan keluarnya
air maupun lendir bercampur darah dari kemaluan.Riwayat keputihan selama
hamil disangkal oleh pasien.Gerak janin dirasakan baik oleh pasien. BAB BAK
(+).
Pada anamnesis didapatkan pula mengenai riwayat menstruasi dan
persalinan pasien. Pasien menarche pada usia ±14tahun, siklus menstruasinya
teratur setiap bulan dengan siklus setiap 28 hari selama 3-4 hari tiap kali
menstruasi dan mengganti pembalut sebanyak 3 kali dalam sehari. Pasien
mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah kelahiran anak
pertamanya selama 12 tahun dan 1 tahun yang lalu tidak dilanjutkan karena ingin
hamil lagi.Hari pertama haid terakhir pasien pada tanggal 30 November 2017,
sehingga taksiran persalinan pasien berdasarkan rumus Naegle adalah tanggal 7
September 2018.Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua.Pada kehamilan
pertamanya pasien melahirkan denga metode seksio sesarea atas indikasi blablaba.
Pasien mengatakan rutin untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 6
kali di bidan dan dokter spesialis kandungan.
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan tanda-tanda inpartu pasien, yaitu
adanya sakit perut hilang timbul yang tidak menghilang saat istirahat, dengan
frekuensi yang semakin sering dan semakin memberat, namun belum disertai
dengan keluarnya lendir bercampur darah. Tanda inpartu yang lain adalah pada
pemeriksaan dalam atau VT didapatkan adanya pembukaan serviks 1 cm,
41
effacement <25%, ketuban (-), teraba kepala dengan ubun-ubun kecil kanan
melintang, penurunan Hodge II, tidak teraba bagian kecil atau tali pusat.
Pada kala I, pasien dijelaskan agar jangan mengedan terlebih dahulu dan
mengosongkan kandung kemihnya secara spontan, karena kandung kemih yang
penuh dapat menghambat penurunan kepala janin. Posisi berbaring pasien
sebaiknya ke arah kiri untuk menjaga sirkulasi uteroplasenta yang baik. Posisi
tersebut untuk mencegah tertekannya aorta abdominalis dan vena kava inferior
sehingga mencegah hipoksia intrauterin dan edema tungkai bawah. Pada pukul
07.45 WITA, pasien mengeluh ingin meneran seperti buang air besar.
Tanda masuknya persalinan kala II adalah keinginan ibu untuk meneran,
seperti ada tekanan pada anus, yang disertai dengan perineum menonjol dan vulva
yang membuka. Kala II juga dibuktikan dengan pemeriksaan dalam yang
mendapatkan pembukaan serviks sudah lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa kala
I telah berakhir dan proses persalinan sudah memasuki kala II. Pada
pukul07.45WITA di RSUD Mangusada Badung, pasien ingin mengeran sehingga
dilakukan tindakan memimpin persalinan. Pasien harus dipimpin meneran pada
puncak his dengan posisi setengah duduk. Saat kepala janin telah sampai di dasar
panggul, vulva mulai membuka lebih lebar, rambut kepala janin mulai tampak,
perineum dan anus tampak mulai meregang. Dilakukan prosedur episiotomi dan
perineum ditahan dengan tangan kanan yang beralaskan kain kasa steril untuk
mencegah terjadinya robekan perineum yang tidak beraturan (perasat Ritgen).
Setelah kepala lahir, mulut dan hidung dibersihkan dengan kasa steril. Lalu bayi
akan mengadakan putaran paksi luar sesuai letak punggung janin sambil diselidiki
apakah ada belitan tali pusat pada leher. Dilanjutkan melahirkan kedua bahu janin,
badan, trokanter anterior, dan trokanter posterior. Bayi lahir segera menangis.
Jalan napas dibersihkan, tali pusat diklem lalu digunting dan pada bayi dilakukan
inisiasi menyusui dini. Pasien disuntik oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada
paha anterolateral untuk membantu kontraksi ritmik uterus dan membantu
mengeluarkan plasenta serta mengurangi perdarahan.
Pukul 07.50 WITA lahir bayi laki-laki secara spontan, presentasi
belakang kepala, segera menangis, kulit kemerahan, gerak aktif, berat badan lahir
42
3.250 gram, panjang badan 50 cm, APGAR Score 8-9, anus (+), kelainan
kongenital (-).
Seterusnya dilanjutkan dengan kala III. Kala III dimulai sejak bayi lahir
sampai plasenta lahir lengkap. Penegangan tali pusat terkendali dilakukan dengan
perasat Kustner untuk mengetahui lepasnya plasenta. Setelah plasenta lahir,
diteliti apakahkotiledon-kotiledon lengkap atau ada bagian yang tertinggal dalam
kavum uteri karena sisa plasenta dapat menimbulkan perdarahan postpartum.
Masase fundus uteri dilakukan untuk membantu kontraksi uterus. Kontraksi uterus
pada pasien ini baik. Kemudian perdarahan dan robekan jalan lahir dievaluasi.
Setelah melewati kala III, pasien diobservasi selama 2 jam atau pasien
memasuki kala IV. Pada kala IV ini diperhatikan kontraksi uterus sudah baik,
tidak ada perdarahan aktif dari vagina, kandung kencing tidak penuh, bayi dalam
keadaan baik, ibu dalam keadaan baik, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Hasil observasi kala IV pada pasien ini adalah normal. Pasien kemudian
dipindahkan ke ruang Margapati dan dilakukan follow up tanda-tanda vital,
keluhan, serta diberikan KIE untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya,
mobilisasi dini, dan cara menjaga kebersihan diri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah persalinan
normal yang sesuai dengan definisi persalinan normal, yaitu bayi lahir melalui
vagina secara spontan, pada kehamilan cukup bulan, tanpa bantuan alat, tidak
terjadi komplikasi pada ibu ataupun janin, dengan presentasi belakang kepala, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
43
DAFTAR PUSTAKA
Abel, O'Brien N, 2003, Uterine rupture during VBAC trial of labor : risk factor
and fetal response. Journal of midwifery and women's health, Vol.48 (4),
Hal. 249 – 57.
Dodd, J.M., Crowther, C.A., 2007, Elective repeat caesarean section versus
induction of labour for woman with a previous caesarean birth. The
Cochrane Library, Issue 4
Gondo, H.K., Sugiharta, K., 2006, Operasi seksio Sesarea di SMF Obstetri &
Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar, Bali 2001 dan 2006. Dept. Obstetri
& Ginekologi Fakultas Udayana Bali.
Martel, M.J. et al, 2005, Guidelines for Vaginal Birth After Previous
Caesarean Birth, SOGC Clinical Practice Guidelines, No.155
McDonagh, M.S., Osterweil, P., Guise, J.M., 2005, The benefits and risks of
inducing labour in patients with prior caesarean delivery : a systematic
review, BJOG, Vol.112, No.1007
McMahon M.J., Luther, E.R., Bowes, W.A., Olshan, A.F., 1996, Comparison
of trial of labor with an elective second cesarean section. The New
England Journal of Medicine.Vol.335, No.689.
44
Mercer, B.M., Gillbert, S., dan Landon, M.B., 2008, Labor Outcomes With
Increasing Number of Prior Vaginal Birth After Caesarean Delivery,
Obstet Gynecol, Vol.111, No. 285.
Wing, D.A., 2007, Induction of labor in woman with prior cesarean delivery.
Up ToDate, https://www.uptodate.com/contents/induction-of-labor-in-
woman-with-prior-cesarean-
delivery?search=Induction%20of%20labor%20in%20woman%20with%
20prior%20cesarean%20delivery.&source=search_result&selectedTitle=
1~150&usage_type=default&display_rank=1 [diakses tanggal 10
Oktober 2018].
Zelop C.M., Shipp, T.D., Repke, J.T., Cohen, A., Caughey, A.B., Lieberman
E., 1999, Uterine rupture during induced or augmented labor in gravid
woman with one prior cesarean delivery, Am J Obstet Gynecol, Vol.181
45
Zinberg S., 2001, Vaginal delivery after previous cesarean delivery: A
continuing controversy, Clinical obstetrics and gynecology, Lippincott
Williams & Wilkins, Vol.44, No.561
46