Anda di halaman 1dari 41

Kasus

Seorang perempuan, umur 29 tahun, G2P1A0, hamil 40 minggu datang


ke klinik untuk memeriksakan kehamilanya. Riwayat Sectio Caserea
anak pertama. Bidan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG
ke dokter. Hasil: dokter menyampaikan dikhawatirkan plasenta ada
yang infark. Advice Sectio Caesarea jika dalam 1 minggu belum ada
tanda persalinan ditambah ibu belum pernah melahirkan normal. Ibu
tetap ingin dan yakin akan melahirkan normal. 1 minggu kemudian
datang kontrol, dokter menyarankan Sectio Caesarea.
Tugas

What is known
W W What is not known

What need to be Search 1 temuan


known w S setiap orang
What is Known
Data Subyektif
Sex: Perempuan
Usia: 29 tahun
Riwayat kehamilan : G2P1A0
Usia Kehamilan : 40 minggu
Riwayat persalinan: Sectio Caserea anak pertama
Lokasi kasus: Klinik bidan
Saran bidan : Menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG ke dokter
Hasil pemeriksaan dokter: Resiko Plasenta Infark
Advice dokter: Sectio Caesarea (jika dalam 1 minggu belum ada tanda persalinan ditambah ibu belum
pernah melahirkan normal)
Psychology ibu : Ibu tetap ingin dan yakin akan melahirkan normal
Kunjungan ke dokter berikunya: Advice dokter Sectio Caesarea.
What is not known
A. Data Subyektif yang belum lengkap
Tanggal Pengkajian
Biodata Ibu dan Suami
Keluhan ibu
Riwayat menstruasi: HPHT, , dll
Riwayat Kehamilan sekarang : Riwayat ANC, Pergerakan janin, pola keseharian, perosnal hygiene, Imunisasi
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu (Riwayat persalinan anak pertama : Indikasi Sectio Caesarea
anak pertama, tempat (RS/klinik, Ada komplikasi persalinan, jarak dengan kehamilan yang lalu, anak lahir
sehat/meninggal?)
Riwayat Kesehatan: Penyakit yang pernah diderita, penyakit yang sedang diderita dan riwayat penyakit keluarga.
Aktivitas/kebiasaaan sehari hari
Kondisi Psiko Sosial ekonomi : Penerimaan ibu, pengetahuan ibu, persiapan ibu dan keluarga, kepercayaan.
Ikhitiar yang sudah dilakukan dalam persiapan persalinan
B. Data objective yang belum ada dari pemeriksaan Bidan dan dokter
Pemeriksaan umum Pemeriksaan penunjang
a. Keadaan Umum
a. Hasil pemeriksaan lab lengkap
b. Tanda-tanda vital
(Goldar, Hb, Status HIV, HBSag,
c. BB, TB, IMT, Lila
Sifilis, protein urine, glukosa urine,
malaria)
b. Hasil NST (CTG), USG belum
lengkap : cairan ketuban,
Pemeriksaan fisik
a. (head to toe) Kepala dan Leher, Muka, Mata,
mulut, leher, payudara,
b. Perut: Palpasi (Leopold), Auskultasi (Djj)
c. Genetalia
d. Ekstremitas
C. Assesment
Diagnosanya Apa?

D. Planning
Apa yang sudah direncanakan bidan dan apa yang direncanakan
bidan untuk asuhan yang akan datang
What Need to be Known

1. Apakah plasenta infark indikasi SC ?


2. Evidence vbac ?
3. Apakah ada peraturan izin vbac ?
4. Apakah vaginal birth after caesarea (vbac) diperbolehkan ditolong bidan ?
5. Kasus keberhasilan vbac ?
6. Hasil luaran vbac ?
7. Prosedur vbac ?
8. Syarat2 vbac ?
9. Apa Ikhtiar mempercepat persalinan dengan metode induksi alami.
10. Apakah perlu second opinion?
11. Apakah bidan bisa menyarankan second opinion ke dokter lain?
12. Apakah pasien berhak melakukan second opinion ke dokter lain?
13. Apa yang harus disarankan terkait kebutuhan dan asuhan psycology & spiritual
Infark Placenta
Definisi Infark adalah jaringan yang berwarna keputihan, ada bercak bercak, dan keras yang dapat berukuran kecil ataupun
besar yang terletak di bagian permukaan plasenta maternal maupun fetalis. Pada infark plasenta terjadi pemadatan plasenta, nuduler dan keras
sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi. Infark plasenta disebabkan oleh infeksi pada pembuluh darah arteri dalam bentuk pariartritis
dan enatritis yang menimbulkan nekrosis/kematian jaringan yang menyebabkan pembekuan darah di ruang intervilli yang disertai penumpukan
fibrin. Keadaan tersebut menyebabkan aliran darah ibu melaui plasenta berkurang, sehingga menyebabkan pertukaran gas dan nutrisi antara
ibu dan janin terganggu. Infark plasenta terjadi seperempat (25%) pada kehamilan aterm tanpa komplikasi. Sedangkan kehamilan dengan
komplikasi penyakit hipertensi berat mengalami infark pada sekitar 2/3 kasus (Leveno, 2009 : 273).

Menurut Sujatha (2008) Infark kecil terlihat pada sekitar 25% plasenta dari kehamilan normal, dan infark bertambah luas terlihat pada plasenta
dari ibu preeklampsia. Preeklampsia menyebabkan kelainan sistem vaskular plasenta dalam bentuk atheorosis sehingga mengurangi aliran
darah uteroplasenta. Pada kehamilan preeklampsia ditandai oleh nekrosis, adanya sel busa dan sel inflamasi. Kerusakan pada pembuluh-
pembuluh darah ini sering menyebabkan area-area plasenta menjadi infark.
Makna klinis infark plasenta pada ibu dan janin
Untuk janin :

Hipoksia
Batasan pertumbuhan intrauterin
Prematur
Kematian janin intrauterine

Untuk ibu :

Luas menyiratkan penyakit ibu yang signifikan.


Preeklamsia - tingkat keparahan yang terkait dengan luasnya infark.
Kondisi trombofilik ibu.

Jenis-jenis infark plasenta


Terdapat pada tepi atau dekat tepi plasenta yang dijumpai pada plasenta marginata dan plasenta sirkumvalata. Biasanya disebut “infark
marginal”.
Terdapat hanya pada permukaan fetal, yang tidak besar arti klinisnya, kecuali bila sangat luas.
Infark yang lebih luas dan tebal dari kotiledon, yang meliputi sebagian atau seluruh plasenta bias terjadi gangguan nutrisi. (Mochtar,1998
: 247).
Apakah plasenta infark indikasi sc?

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam persalinan SC (Rasjidi, 2009)

Indikasi Persalinan Sectio Caesarea

Indikasi Mutlak Faktor mutlak untuk dilakukan SC dapat dibagi menjadi dua indikasi, yang pertama adalah indikasi ibu,
antara lain: panggul sempit absolut, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang kuatnya stimulasi, adanya tumor
jalan lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, dan ruptur uteri. Indikasi yang kedua adalah indikasi
janin, antara lain: kelaianan otak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terhambat, dan mencegah
hipoksia janin karena preeklamasi.
Indikasi Relatif Yang termasuk faktor dilakukan persalinan SC secara relatif, antara lain : riwayat sectio caesarea
sebelumnya, presentasi bokong, distosia fetal distress, preeklamsi berat, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu atau gemeli.
Vaginal Birth After Caesarean (VBAC)

Filosofi asuhan kebidanan yaitu Kehamilan merupakan proses alamiah dan


mengutamakan kesinambungan pelayanan yang berpusat pada perempuan dan
keluarga, serta menghormati hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan menimba
ilmu atau pengalaman terkait kehamilannya.

Evidence based: Adanya keterbatasan bidan dalam pengetahuan dan


kewenangan terhadap ibu dengan Riwayat SC dan juga tentang Vaginal Birth
After Caesarean section (VBAC), namun bidan tetap memberikan edukasi
dan motivasi kepada ibu untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinannya
dengan sebaik mungkin untuk tujuan mendapatkan ibu dan bayi yang sehat
(Zulianti et al., 2022)
Operasi caesar adalah prosedur bedah menyelamatkan nyawa saat terjadi komplikasi tertentu yang timbul selama kehamilan
dan persalinan (Betrán et al., 2016).
Terdapat 4 indikasi utama untuk melakukan operasi caesar yaitu distosia bahu, gawat janin, kelainan letak dan parut uterus
(Prawirohardjo, 2016).
Operasi caesar juga merupakan operasi besar yang memberikan resiko pada maternal dan perinatal secara langsung dan
implikasi untuk kehamilan di masa depan serta efek jangka panjang yang masih terus diselidiki ( Gregory et al., 2012; Timor-
Tritsch and Monteagudo, 2012).
Menurut hasil Cochrane Database of Systematic Reviews Waterfall, Grivell and Dodd (2016), komplikasi utama adalah
perdarahan dan infeksi yang terkait luka bekas operasi, cedera pada ligamen, leher rahim, gangguan pembuluh darah rahim
dan kandung kemih serta tromboemboli (RCOG, 2015; Dempsey et al., 2017) yang dapat berdampak pada lama perawatan
dan pemulihan ibu (Waterfall, Grivell and Dodd, 2016).
Operasi caesar yang sulit juga dapat menyebabkan cedera untuk bayi seperti patah tulang, kerusakan saraf perifer,
cedera tulang belakang dan hematoma (subdural), serta cedera paling umum yang terjadi pada bayi adalah laserasi pada kulit
(Waterfall, Grivell and Dodd, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Fahmy, Crispim and Cliffe (2018) serta sistematic review dan meta-analysis yang dilakukan
oleh Sobhy et al. (2019) menemukan bahwa rasio kematian ibu untuk operasi caesar sekitar 5 kali lebih besar dari itu untuk
kelahiran normal.
Angka Kejadian VBAC

● Menurut standar yang telah ditetapkan oleh WHO bahwa persalinan caesar adalah sekitar 5 -15 % per 1000 kelahiran di
dunia (Sihombing,Saptarini and Putri, 2017),
● Menurut data terakhir WHO, di Indonesia telah terjadi peningkatan selama 18 tahun dari tahun 1994 sebanyak 5,19 %
hingga tahun 2012 sebanyak 15,39 % (WHO, 2020).
● Angka kejadian persalinan dengan operasi caesar di Jawa Timur sendiri juga terus meningkat selama tiga tahun terakhir
yaitu dari tahun 2017 berjumlah 110.473 operasi hingga tahun 2019 yaitu berjumlah 138.534 yaitu sebesar 22,5% dari
613.652 total persalinan yang ada (Laporan LB3 KIA, 2019).
● Jumlah persalinan dengan operasi caesar di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Bersalin di Kota Surabaya tahun 2017 hingga tahun
2019 yaitu sebanyak 7.683 operasi meningkat menjadi 8.743 operasi caesar yaitu sebesar 19,4% dari 45.075 total persalinan
(Laporan LB3 KIA, 2019)
● Persalinan dengan operasi caesar di Puskesmas Benowo pada tahun 2017 berjumlah 464 (53%) dari 881 persalinan, pada
tahun 2018 berjumlah 503 (62%) dari 800 persalinan, dan pada tahun 2019 sebanyak 498 (61%) dari 816 persalinan
(LP-KIA and Profil Kesehatan, 2020).
Persepsi Ibu yang ingin VBAC

Sebuah meta-sintesis dari delapan studi kualitatif yang


dilakukan oleh Lundgren et al. (2012) menemukan
bahwa wanita dengan riwayat operasi caesar
sebelumnya merasa mereka seperti “meraba - raba
melalui kabut” ketika mereka datang ke tenaga
kesehatan untuk mencoba mengakses informasi
tentang VBAC
Dalam hal yang menyangkut tentang Vaginal Birth After Caesarean -section (VBAC), bidan
harus memberikan informasi kepada ibu bahwa keseluruhan dari pengalaman kehamilan dan
melahirkan merupakan suatu hal yang normal, dimana semua hormon dan sistem saraf dalam
tubuh akan memberikan respon yang akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan (Walsh
Denis & Downe Soo, 2010; Cuningham et al., 2014).
Serta memberikan pengetahuan kepada ibu melahirkan dengan operasi caesar pada
persalinannya tentang rencana kehamilan selanjutnya agar ibu dapat mempersiapkan diri untuk
memenuhi syarat VBAC atau kepada ibu hamil dengan riwayat operasi caesar yang kehamilannya
saat ini memenuhi syarat untuk VBAC agar ibu bisa mempersiapkan diri untuk melakukan VBAC
(Horey et al., 2013).
Panduan yang direkomendasikan oleh ACOG, SCOG, Queensland Clinical Guidelines maupun Royal College of
Obstetricians and Gynaecologist (RCOG) bahwa tenaga kesehatan (bidan maupun dokter) harus menyediakan
informasi berbasis bukti tentang risiko dan manfaat serta bagaimana pelaksanaan dari VBAC untuk membantu dalam
pengambilan keputusan mereka.
Pedoman yang dirilis oleh American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) bahwa ibu ditawarkan jika
tidak ada kontraindikasi (ACOG,2019) yaitu yang berupa konseling kepada wanita dengan riwayat SC (terutama SC
segmen rendah) mengenai VBAC (tingkat keberhasilan, faktor risiko, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan),
ketersediaan fasilitas yang mampu mengakomodasi jalannya VBAC, bahkan mampu melakukan SC darurat secara
efektif dan efisien (Cuningham et al., 2014).
Hal ini memang yang bisa dan harus dilakukan bidan karena sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan yaitu Kehamilan
merupakan proses alamiah dan mengutamakan kelangsungan pelayanan yang berpusat pada perempuan dan keluarga
serta menghormati hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan menimba ilmu atau pengalaman yang berhubungan dengan
kehamilannya (Pearson dan Vaugha tahun (1986) di dalam Yani, 2017).
Tetapi edukasi yang diberikan terkait VBAC yang diberikan masih terbatas untuk dapat mempersiapkan ibu dalam
pengambilan keputusan. Seperti yang ditulis oleh penulis meta - sintesis Cochrane review yang dilakukan oleh Horey et
al.(2013), merekomendasikan bahwa tenaga kesehatan harus menyediakan informasi berbasis bukti tentang risiko dan
manfaat serta bagaimana pelaksanaan dari VBAC untuk membantu dalam pengambilan keputusan mereka
Aspek Yang Membentuk Persepsi

Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi persepsi


dan pengetahuan seseorang baik itu faktor internal
maupun eksternal. Pada dasarnya persepsi terjadi di
dalam diri seseorang, tetapi persepsi juga dibentuk oleh
pengalaman, oleh proses belajar dan pengetahuan
(Gaspersz and Belt, 2013).
Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014).
Seperti yang dipaparkan oleh Donsu (2016) bahwa Pengetahuan terutama hasil dari rasa ingin tahu melalui proses
indra pada mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan area penting yang membangun
perilaku terbuka atau open behavior.
Syarat- syarat dilakukannya VBAC tinggi badan harus lebih dari 145 cm, tinggi fundus tidak boleh lebih dari
40 cm,dan riwayat SC pertama bukan karena penyakit penyerta seperti jantung yang merupakan bagian
syarat VBAC dari kontraindikasi persalinan pervaginam secara umum (Prawirohardjo, 2016), dan hal yang
menunjang keberhasilan VBAC yang berkaitan dengan tinggi fundus uteri yaitu berat lahir kurang dari 4 kg
(Queensland Clinical Guidelines, 2015).
Keberhasilan VBAC adalah jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sesuai dengan jarak kehamilan minimal untuk
dilakukan VBAC yaitu 12 bulan karena tubuh memerlukan waktu minimal 12 bulan untuk mengembalikan
fungsi dan anatomi dari uterus. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ruptur uteri (Cuningham et al., 2014).
VBAC dilakukan di Rumah Sakit dan dibawah pengawasan
dokter, hal ini sesuai dengan Panduan dari American College
of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) tentang
VBAC yang membutuhkan kehadiran dokter kandungan,
ahli anestesi dan staf yang ahli dalam persalinan sesar
darurat. Untuk mendukung hal ini, kamar operasi dan
staf disiagakan, darah yang dicocokkan silang (crossmatch)
disiapkan dan pemantau denyut jantung janin manual atau
elektronik harus tersedia (ACOG, 2019).
Asuhan kebidanan sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan pengalaman praktisi bidan karena dengan
pengalaman bidan yang baik akan menimbukan kepercayaan diri dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan. Dan sebaliknya dengan pengalaman kerja yang kurang membuat kurang percaya diri dalam
keterampilan mereka sehingga kurang mendukung kelahiran normal. Serta ini telah menunjukkan hubungan
antara pengalaman klinis dan sikap dan perilaku penyedia perawatan khususnya bidan (Goemaes et al., 2016;
Zinsser, Stoll and Gross, 2016) dimana berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari
keadaan lingkungan sekitarnya (Thoha, 2010).
Pengetahuannya tentang VBAC yang didapatkan dari pengalaman pasien yang berhasil melakukan
VBAC, hal ini membenarkan bahwa Pengalaman adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dialami oleh
seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan (Rahayu, 2018) dimana pengalaman yang didapatkan dari
orang yang melaporkan pengalamannya dapat memengaruhi persepsi seseorang, dan pengalaman juga dapat
memengaruhi seseorang, karena orang pada umumnya membuat kesimpulan yang sama dari apa yang mereka
lihat, dengar, dan rasakan (Gaspersz and Belt, 2013)
Pengulangan/Repetation

Pengulangan (repetation) adalah salah satu faktor ekstrinsik


yang mempengaruhi persepsi di mana dengan dilakukan
pengulangan, bahkan jika awalnya stimulus gagal untuk menarik
perhatian orang tersebut, akhirnya menarik perhatiannya juga
(Notoatmodjo, 2014)
Berkaitan dengan metode VBAC yang meskipun VBAC sudah lama
menjadi praktik umum di banyak negara Eropa, hal yang sama tidak
berlaku di Utara Amerika (Flamm, 2001) apalagi Indonesia yang
keberhasilan VBAC masih rendah yaitu 25% sampai 40%
(Setyopati and Ismawati;, 2014; Andayasari et al., 2015; Yuniartika,
Hadisubroto and Rachmania,2016).
Kebijakan
Kebijakan sangat mempengaruhi persepsi bidan dan pelayanan yang diberikan, karena walaupun seluruh responden mendukung
jika ibu hamil dengan riwayat operasi caesar tetapi tetap mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia, khususnya Jawa Timur yaitu
dalam pendekatan resiko yang berkaitan dengan proses persalinan yaitu dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati
(KSPR) (Manuaba, Manuaba and Manuaba, 2010).
Skor kehamilan secara keseluruhan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan total skor 2,
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan total skor 6 sampai 10 dan Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) skor total 12.
Skor yang digunakan adalah angka sekitar 10 ya itu 2, 4, 8. Skor awal untuk ibu hamil adalah 2 dan masing-masing faktor risiko
memiliki skor 4, kecuali riwayat operasi caesar, presentasi sungsang, posisi melintang, perdarahan antepartum, preeklamsia berat,
dan eklampsia (Saifuddin, 2015).
Dalam KPRS ibu hamil yang pernah operasi caesar diberikan skor 8 yang persalinannya harus dilaksanakan di Rumah Sakit
(Rochjati, 2011) sehingga dilakukan rujukan dini berencana sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 97 tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual bagian kedua yaitu Pelayanan Kesehatan Masa Hamil pasal 12 ayat (4)
d yang berbunyi perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/ komplikasi dan ayat (4)e
yang berbunyi bahwa pelaksanaan kasus dan rujukan cepat dan tepat waktu (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Evidence Based VBAC

Dalam hal yang menyangkut tentang Vaginal Birth After Caesarean-section (VBAC), bidan harus memberikan
informasi kepada ibu bahwa keseluruhan dari pengalaman kehamilan dan melahirkan merupakan suatu hal yang
normal, dimana semua hormon dan sistem saraf dalam tubuh akan memberikan respon yang akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan (Walsh Denis & Downe Soo, 2010; Cuningham et al., 2014). Serta memberikan
pengetahuan kepada ibu melahirkan dengan operasi caesar pada persalinannya tentang rencana kehamilan
selanjutnya agar ibu dapat mempersiapkan diri Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal 126 untuk
memenuhi syarat VBAC atau kepada ibu hamil dengan riwayat operasi caesar yang kehamilannya saat ini
memenuhi syarat untuk VBAC agar ibu bisa mempersiapkan diri untuk melakukan VBAC (Horey et al., 2013)
Apakah VBAC Boleh Ditolong Bidan

Prinsip terpenting yang mutlak pada VBAC adalah harus dilakukan di rumah sakit. Karena
pada VBAC dapat beresiko komplikasi robekan rahim yang membutuhkan penanganan
(operasi) sangat cepat. Keterlambatan penanganan robekan rahim dapat berujung pada
kematian ibu dan janin. Dengan melakukan VBAC di luar RS maka akan ada potensi
keterlambatan penanganan karena harus melalui proses merujuk ke RS.(Lina Karlina, dr.
SPOG).
Keberhasilan VBAC

Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) yaitu persalinan pervaginam pada ibu hamil
yang telah memiliki riwayat operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.

American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) berpendapat bahwa sangat


mungkin jika seorang wanita melahirkan normal setelah operasi caesar. Prosedur VBAC
bahkan bisa jadi pilihan yang aman dilakukan karena tingkat keberhasilannya tinggi dan sudah
dibuktikan oleh banyak ibu hamil yang pernah melahirkan secara caesar. Melansir WebMD,
riset melaporkan ada sekitar 75 persen wanita yang berhasil menjalani prosedur VBAC.
Hasil Luaran VBAC
Perbandingan Keuntungan Dan Resiko VBAC

RESIKO
KEUNTUNGAN
● 20-40% jika tidak berhasil Operasi emergensi yang
beresiko lebih tinggi pada ibu dan bayi
● Proses pemulihan lebih cepat dibading SC
● Jika gagal bisa membuat rahim robek karena bekas
● Menurunkan resiko komplikasi operasi
sayatan dari operasi caesar sebelumnya terbuka
● keberhasilan lahir normal yang tinggi pada kehamilan
● Dalam beberapa kasus pendarahan yang cukup parah,
selanjutnya
operasi angkat rahim (histerektomi) harus dilakukan
● menurunkan resiko dampak buruk kehamilan
● Jika terjadi robekan rahim maka janin akan
selanjutnya
menunjukkan pola denyut jantung yang abnormal pada
bayi
Syarat-Syarat VBAC

Syarat-syarat dilakukannya VBAC seperti yang diungkapkan Responden R1 bahwa tinggi badan harus lebih dari 145 cm,
tinggi fundus tidak boleh lebih dari 40 cm,dan riwayat SC pertama bukan karena penyakit penyerta seperti jantung yang
merupakan bagian syarat VBAC dari kontraindikasi persalinan pervaginam secara umum (Prawirohardjo, 2016), dan hal yang
menunjang keberhasilan VBAC yang berkaitan dengan tinggi fundus uteri yaitu berat lahir kurang dari 4 kg (Queensland
Clinical Guidelines, 2015)
Diketahui tentang syarat dilakukannya VBAC adalah tidak adanya penyulit atau komplikasi persalinan seperti usia lebih dari
35 tahun, memiliki riwayat abortus, dan riwayat kehamilan lebih dari 4 kali. Hal ini sesuai dengan kontraindikasi persalinan
pervaginam secara umum (Prawirohardjo, 2016).
Keberhasilan VBAC adalah jarak kehamilan lebih dari 2 tahun sesuai dengan jarak kehamilan minimal untuk dilakukan
VBAC yaitu 12 bulan karena tubuh memerlukan waktu minimal 12 bulan untuk mengembalikan fungsi dan anatomi dari
uterus. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ruptur uteri (Cuningham et al., 2014)
Bahwa VBAC dilakukan di Rumah Sakit dan dibawah pengawasan dokter, hal ini sesuai dengan Panduan dari American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) tentang VBAC yang membutuhkan kehadiran dokter kandungan, ahli
anestesi dan staf yang ahli dalam persalinan sesar darurat. Untuk mendukung hal ini, kamar operasi dan staf disiagakan, darah
yang dicocokkan silang (crossmatch) disiapkan dan pemantau denyut jantung janin manual atau elektronik harus tersedia
(ACOG, 2019).
Ikhtiar mempercepat Persalinan dengan metode induksi alami.

Bersalin lama dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu yaitu ketakutan. Ketakutan

merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri dalam persalinan, yang seyogyanya normal dan tanpa rasa nyeri

yang berarti. Ketakutan mempunyai pengaruh yang tidak baik pula terhadap his dan lancarnya pembukaan (Rohani et al,

2016).

Banyak metode yang dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun non

farmakologi. Penggunaan metode farmakologi mempunyai efektifitas yang lebih baik dibanding dengan metode non

farmakologi, namun penggunaan metode farmakologi sering menimbulkan efek samping dan kadang tidak

memiliki efek yang diharapkan. Sedangkan Metode nonfarmakologi selain menurunkan nyeri pada

persalinan juga mempunyai efek noninvasif, sederhana, efektif, dan tanpa efek yang membahayakan (Budiarti, 2016).
Titik akupresur yang digunakan
untuk induksi persalinan ada beberapa titik diantaranya adalah
SP6 dan L14. Akupresur pada
titik ini diyakini untuk merangsang melepaskan
oksitosin dan kelenjar pituitary yang pada
gilirannya merangsang kontraksi rahim
untuk meningkatkan proses persalinan
atau mengelola nyeri persalinan (Budiarti,
2016). Akupresur adalah tindakan yang sangat sederhana,
mudah dilakukan,memiliki efek samping yang minimal, dan
aplikasi prinsip healingtouch pada akupresur menunjukkan
perilaku caring yang dapat mendekatkan
hubungan terapeutik bidan dan pasien
(Budiarti, 2016)
● Berhubungan Seks

1
Effect of coitus at term on length of gestation, induction of labor, and mode of delivery ( Peng Chiong Tan , Anggeriana Andi,

Noor Azmi, M N Noraihan): Hubungan seksual yang dilaporkan saat aterm dikaitkan dengan onset persalinan yang lebih awal dan

berkurangnya kebutuhan untuk induksi persalinan pada 41 minggu.

The association of sexual intercourse during pregnancy with labor onset (2014) (Mahboobeh Kafaei Atrian, Zohre Sadat,

Mahbobeh Rasolzadeh Bidgoly, Fatemeh Abbaszadeh Mohammad, Asghari Jafarabadi): Aktivitas seksual pada minggu terakhir

kehamilan mungkin berhubungan dengan permulaan persalinan. Oleh karena itu, dengan tidak adanya komplikasi pada kehamilan aterm,

aktivitas seksual dapat dianggap sebagai cara alami untuk mencegah kehamilan postmatur..
● Stimulasi Puting

Ujung saraf mmenjadi ereksi ketika menerima rangsangan seperti dingin, sentuhan dan aktivitas sensual, sisanya 10% wanita memiliki

puting susu yang datar atau terbalik (Very Well Health). Stimulasi pada puting susu meningkatkan produksi oksitosin yang membuat

uterus berkonraksin(Saifudin, 2002) (Marilynn 2001).


Birth Ball

Birth ball merupakan salah satu metode pereda nyeri nonfarmakologis untuk membantu ibu

mengatasi proses persalinan. Sebuah uji coba terkontrol secara acak (RCT) dilakukan untuk

mengevaluasi efektivitas, keamanan dan bahaya penggunaan bola bersalin oleh ibu hamil

dalam persalinan dibandingkan dengan kelompok pengobatan seperti biasa.

Analisis multivariat menggunakan Model 4 diperoleh nilai R² sebesar 0,49 yang berarti bahwa

latihan birth ball dan dukungan suami dan keluarga memberikan kontribusi terhadap nyeri

persalinan sebesar 49%. Terdapat perbedaan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif yang

signifikan. antara primigravida yang melakukan latihan birth ball dan yang tidak. Intensitas

nyeri lebih rendah pada wanita yang melakukan latihan bola kelahiran dibandingkan dengan

mereka yang tidak.( Ade Kurniawati, Djaswadi Dasuki, Farida Kartini)


Apakah Perlu Second Opinion?

Sarankan untuk mencari second opinion sesuai aturan :Undang-undang No.29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 52 huruf (b) :Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.Undang Undang no.
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 32 poin h : Setiap pasien memiliki hak: meminta
konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit. Permenkes No 4/2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien. Ps 17 ayat (2) huruf h: meminta konsultasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada Dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP)
baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
Apakah bidan bisa menyarankan second opinion ke dokter lain?

Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Tahun 2012 pasal 9 dan 10, disebutkan bahwa
seorang dokter wajib bersikap jujur terhadap pasien dan sejawatnya. Seorang dokter wajib
mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien bila dia mengetahui sejawat tersebut memiliki
kekurangan dalam karakter/kompetensi, atau melakukan tindak penipuan/penggelapan. Seorang
dokter juga wajib menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu dokter wajib menjaga kepercayaan pasien terhadap profesi. (Permana MY, Harinda F, Yusri
A, Rozaliyani A. Celetukan Beracun: Pendiskreditan Dokter pada Second ISSN 2598-179X (cetak)
Opinion. JEKI. 2019;3(2):53–5. doi: 10.26880/jeki.v3i1.35. ISSN 2598-053X (online)
Apakah pasien berhak melakukan second opinion ke dokter lain?

Dalam prinsip etika kedokteran, dikenal asas otonomi, yaitu adanya kebebasan bagi pasien untuk
menentukan pelayanan yang dihendaki oleh pasien. Salah satu contoh dari asas tersebut adalah
kebebasan bagi pasien untuk memperoleh informasi medis mengenai penyakit yang dideritanya. Hal
ini dapat diperoleh dari pencarian melalui mesin pencari, seperti google. Selain itu, pasien juga dapat
mendatangi dokter lain untuk mendapatkan informasi medis dari dokter tersebut. (Permana MY,
Harinda F, Yusri A, Rozaliyani A. Celetukan Beracun: Pendiskreditan Dokter pada Second ISSN
2598-179X (cetak) Opinion. JEKI. 2019;3(2):53–5. doi: 10.26880/jeki.v3i1.35. ISSN 2598-053X
(online)
Advice terkait Kebutuhan dan Asuhan Psikologi dan Spiritual

Model holistic pada proses persalinan terkait aspek power, passage, passage, psikologis ibu dan spiritual ibu. Menurut penelitian dari Harahap 2018 mendapatkan
bahwa perlakuan seimbang antara Kesehatan fisik, psikis dan spiritual selama kehamilan dapat menurunkan intervensi medis.

Efikasi adalah keyakinan individu memperkirakan kemampuanya melakukan tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu

Factor yang mempengaruhi efikasi diri :

1. Mastery ekperience: Pengalaman masa lalu,

2. Vicarious ekperience: Pengalaman orang lain

3. Verbal persuasion : Membujuk individu secara lisan

4. Psikological feedback dan emotional state somatic: Keadaan seseorang merenungkan mengenai kegagalan atau keberhasilan dalam melakukan sesuatu.
Lanjutan
Pada kasus ini bidan memberikan asuhan dengan melakukan edukasi (pendkes)holistic. Diharapkan dengan edukasi holistic ibu mampu memahami proses persalinan yang akan terjadi pada
ibu, menurunkan kecemasan, dan memperbaiki kualitas hidup. Adapun komponen edukasi holistic pada kasus ini :

1. Bidan memberi edukasi tentang syarat, manfaat dan resiko dari VBAC seperti hasil pemeriksaan dari dokter . Diharapkan dengan ibu mengerti tentang proses persalinan VBAC ibu dapat
meberdayakan diri dan memilih proses persalinan yang tepat dan di tambah jika ibu melakukan second opinion bisa membuat ibu lebih yakin dalam mengambil keputusan terbaik untuk
Kesehatan ibu dan bayi

2. Bidan menggali psikologis ibu untuk mengurangi kecemasan ibu dengan melakukan pendekatan apa yang menyebabkan ibu menginginkan untuk melahirakan normal dengan Riwayat
sebelumnya melahir kan SC, misalnya; ibu takut karena dengan SC proses penyembuhan lama, tidak bisa IMD, luka mengalami infeksi, lebih sakit dll.

3. Dukungan sosial misalnya ibu merasa kurang mendapat dukungan suami pada SC sebelumnya sehingga ibu harul melakukan semua sendiri sedangkan ibu masih merasa sakit dan
mobilisasi masih terbatas. Dengan mengetahui hal ini bidan bisa juga melakukan pendekatan dan edukasi dengan suami atau orang terdekat ibu

4. spiritual ibu. : bidan bisa menyarankan ibu agar mengurangi kecemasan dengan berdoa dan beribadah mendekatkan pada tuhan agar ibu yakin dan merasa persalinan yang ibu pilih tepat

5. cultural : contohnya banyak tetangga bilang bahwa kalau Sc tidak menjadi ibu seutuhnya.

Setelah dilakukan pendekatan dan edukasi holistic diharapkan keputusan yang ibu ambil bahwa pada akhirnya bisa menjadikan ibu bertanggung jawab untuk Kesehatan dan kesejahteraan ibu
itu sendiri serta mampu menyelesaikan proses persalinan dengan baik.
Daftar Pustaka
● (Permana MY, Harinda F, Yusri A, Rozaliyani A. Celetukan Beracun: Pendiskreditan Dokter pada Second
ISSN 2598-179X (cetak) Opinion. JEKI. 2019;3(2):53–5. doi: 10.26880/jeki.v3i1.35. ISSN 2598-053X
(online)
● ACOG (2019) ‘Clinical Management Guidelines for Obstetrician–Gynecologists’,Obstetrics &
Gynecology, 133(76), pp. 168-186.
● Kartini, Farida. 2021. “Edukasi Holistik Meningkatkan Swlf Efficacy Ibu Menghadapi Persalinan”.
Yogyakarta: Deepublish
● Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan. Kelima. Edited by A. Bari Saifuddin, T. Rachimhadhi,
and G. Wiknjosastro. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
● RCOG (2015) ‘Royal College of Obstetrician and Gynaecologists (RCOG) Green-topGuideline No. 45:
Birth After Previous Caesarean Birth’, Green-top Guideline,45(45),p.31.Available
at:https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/gtg_45.pdf.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik
Icon pack
Alternative resources

Anda mungkin juga menyukai