SIROSIS HEPATIS
Oleh:
Muhamad Valdi Prasetia, S.Ked 04052822022042
Nadia Fernanda Berendhuysen, S.Ked 04054822022101
Pembimbing:
dr. Nur Riviati, Sp.PD, KGer
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Sirosis Hepatis”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nur Riviati, Sp.PD, KGer
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
2
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
SIROSIS HEPATIS
Oleh :
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................15
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
4
1
BAB I
PENDAHULUAN
sering terkena daripada perempuan. Usia berperan sebagai faktor risiko dalam
jenis abses yang berkembang. Orang berusia 40-60 tahun lebih rentan terkena
abses hati yang tidak diakibatkan oleh trauma.5
Melihat diagnosis banding abses hepar yang cukup banyak dan tingkat
kejadian abses hepar yang masih tergolong banyak per tahunnya, diperlukan
pembahasan mengenai abses hepar yang komprehensif agar dapat ditangani
dengan tatalaksana yang tepat. Mulai dari mencari penyebab yang mendasari
terlebih dahulu karena abses hepar mempunyai dua klasifikasi sesuai etiologinya
yaitu abses hepar piogenik dan abses hepar amuba. Abses hepar berada di tingkat
kemampuan 3A dalam SKDI yang berarti lulusan dokter umum mampu membuat
diagnosis klinik, memberikan terapi pendahuluan, menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya serta mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan. Oleh karena itu, pada laporan kasus ini penulis
akan membahas lebih lanjut mengenai etiologi abses hepar hingga tatalaksana
yang perlu dilakukan sebagai dokter umum.
3
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Nn. RA
b Tanggal Lahir : 31 Desember 1997
c Umur : 23 tahun
d Jenis Kelamin : Perempuan
e Alamat : Dusun I, OKI
f Pekerjaan : Mahasiswi
g Agama : Islam
h Bangsa : Indonesia
i Suku Bangsa : Sumatera
j MRS : 13 April 2021
k No. RM : 0001197456
2. Keadaan Spesifik
a. Kepala
Normosefali, deformitas (-), warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
alopesia (-)
b. Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+),
pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+), penurunan ketajaman
penglihatan (-), lensa keruh (-)
6
c. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (-),
epistaksis (-)
d. Mulut
Bibir pucat (+), kering (-), sianosis (-), sariawan (-), glositis (-), gusi
berdarah (-), lidah berselaput (-), atrofi papil lidah (-), tonsil T1/T1,
faring hiperemis (-)
e. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, keluar cairan telinga (-), sekret (-),
nyeri tekan mastoid (-)
f. Leher
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-) normal, pembesaran kelenjar
tiroid (-)
g. Thoraks : Simetris, venektasi (-), retraksi (-), scar (-)
Paru
● Inspeksi : Statis dan dinamis simetris kanan = kiri
● Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
● Perkusi : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
● Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
● Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
● Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
● Perkusi : Batas jantung atas ICS II sinistra
Batas jantung kanan linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri ICS V linea midclavikula
sinistra
● Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
h. Abdomen
Inspeksi : Cembung, caput medusae (+), skar (-), striae (-)
Auskultasi : Bising usus sulit dinilai
7
3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (16 Februari 2021)
Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 9,8 g/dL 11,48-15,40
Leukosit (WBC) 6,25 103/mm3 4,73 – 10,89
Eritrosit (RBC) 3,32 106/mm3 4,00 – 5,70
Hematokrit 30 % 35-45
Trombosit (PLT) 172 103/uL 189-436
MCV 90,1 fL 85-95
MCH 30 Pg 28-32
MCHC 33 g/dL 33-35
RDW 22,70 % 11-15
Hitung Jenis: 0/2/65/25/8 % 0-1/1-6/50-
Basofil/Eosinofil/Netr 70/20-40/2-8
ofil/Limfosit/Monosit
Immunologis Hepatitis
HBsAg Non-reaktif mg/dL Non-reaktif
Anti-HCV Non-reaktif mg/dL Non-reaktif
Hati
AST/SGOT 183 U/L 0-32
ALT/SGPT 49 U/L 0-31
Albumin 2,8 g/dL 35-50
Bilirubin total 16,20 mg/dl 0,1-1
Bilirubin direk 12 mg/dl 0-0,2
Bilirubin indirek 4,20 mg/dl <0,8
Ginjal
Ureum 17 Mg/dL 16,6 - 48,5
Kreatinin 0,52 Mg/dL 0,50 - 0,90
Elektrolit
Natrium (Na) 136 mEq/L 135 – 155
8
4. Pemeriksaan Radiologis
USG Abdomen (12-04-2021)
Kesan: Sirosis hepatis, asites.
5. Diagnosis Kerja
- Sirosis hepatis dekompensata + asites massif + pecah varises esofagus
6. Diagnosis Banding
7. Tatalaksana
1. Non-Farmakologi
- Tirah baring
- Edukasi mengenai penyakit, tatalaksana dan prognosis kepada
pasien dan keluarga
- Diet tinggi kalori, rendah garam 2gr per hari
- Batasi cairan
2. Farmakologi
- Somatostatin
- Vasopressin
- Tenofovir 800mg PO (1x1)
- Metoclopramide 10mg PO (3x1)
- Spironolactone 100 mg PO (2x1)
- Furosemid 1x40 mg PO (3x1)
8. Rencana Pemeriksaan
- USG abdomen
- CT-Scan Abdomen
- Fibroscan (bila asites sudah berkurang)
9
9. Prognosis
a. Quo ad vitam : dubia ad malam
b. Quo ad functionam : dubia ad malam
c. Quo ad sanationam : dubia ad malam
10. Follow Up
FU (18 Februari 2021)
S: Perut membesar sejak 3 hari SMRS.
O:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70mmHg
Heart rate : 80 kali/menit
Respiratory rate : 20 kali/menit, reguler
Temperature : 36,5oC
Berat badan : 36 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 24 kg/m2
Status gizi : Underweight
VAS : 4 / 10
Status Lokalis
Kepala
Normosefali, deformitas (-), warna rambut hitam, tidak mudah dicabut,
alopesia (-)
Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat isokor, refleks cahaya (+/+), penurunan ketajaman penglihatan (-),
lensa keruh (-)
10
Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (-), epistaksis
(-)
Mulut
Bibir pucat (-), kering (-), sianosis (-), sariawan (-), glositis (-), gusi
berdarah (-), lidah berselaput (-), atrofi papil lidah (-), tonsil T0/T0, faring
hiperemis (-)
Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, keluar cairan telinga (-), sekret (-), nyeri
tekan mastoid (-)
Leher
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-) normal, pembesaran kelenjar
tiroid (-)
Thoraks : Simetris, venektasi (-), retraksi (-), scar (-)
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas ICS II sinistra
Batas jantung kanan linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri ICS V linea midclavikula sinistra
Auskultasi : HR = 86 x/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (+), nyeri ketok CVA (-/-)
11
Palpasi : Lemas, nyeri tekan regio kanan atas (+), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, nyeri tekan (-), ballotement test (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, pucat (-), edema pretibial (+), CRT >2
detik, nyeri (-).
A:
- Sirosis hepatis dekompensata + asites masif
P:
Non-Farmakologi
- Tirah baring
- Edukasi mengenai penyakit, tatalaksana dan prognosis
kepada pasien dan keluarga
- Diet rendah garam 2gr per hari
- Batasi cairan
Farmakologi
- IVFD RL (gtt X/ menit micro)
- Spironolactone 100 mg PO (3x1)
- Furosemid 1x40 mg PO (3x1)
- Transplantasi hati
12
A:
- Sirosis hepatis dekompensata + asites masif
P:
14
Non-Farmakologi
- Tirah baring
- Edukasi mengenai penyakit, tatalaksana dan prognosis
kepada pasien dan keluarga
- Diet rendah garam 2gr per hari
- Batasi cairan
Farmakologi
- IVFD RL (gtt X/ menit micro)
- Spironolactone 100 mg PO (3x1)
- Furosemid 1x40 mg PO (3x1)
- Transplantasi hati
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Etiologi
inflamasi hati atau fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis kriptogenik
(penyebab tidak diketahui pasti).2
2.2.5 Patofisiologi
2.2.6 Diagnosis
Anamnesis3
1. Perasaan mudah lelah dan berat badan menurun
2. Anoreksia, dispepsia
3. Nyeri abdomen
4. Jaundice, gatal, warna urine lebih gelap dan feses dapat lebih pucat
5. Edema tungkai atau asites
6. Perdarahan: hidung, gusi, kulit, saluran cerna
7. Libido menurun
8. Riwayat: jaundice, hepatitis, obat-obatan hepatotoksik, transfuse darah
9. Kebiasaan minum alkohol
10. Riwayat keluarga: penyakit hati, penyakit autoimun
11. Mencari gejala dan tanda:
Gejala awal sirosis (kompensata) yaitu perasaan mudah lelah dan
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual,
dan berat badan menurun
20
Pemeriksaan Fisik3
1. Status nutrisi, demam, fetor hepatikum, ikterus, pigmentasi, purpura,
clubbing finger, white nails, spider naevi, eritema palmaris, ginekomastia,
atrofi testis, distribusi rambut tubuh, pembesaran kelenjar parotis,
kontraktur dupuytren (dapat ditemukan pada sirosis akibat alkoholisme
namun dapat juga idiopatik), hipogonadisme, asterixis bilateral.
2. Abdomen: asites, pelebaran vena abdomen, ukuran hati bisa
membesar/normal/mengecil, splenomegali
3. Edema perifer
4. Perubahan neurologis: fungsi mental, stupor, tremor
Pemeriksaan Penunjang3
1. Laboratorium
a. Tes biokimia hati
SGOT/SGPT: dapat meningkat tapi tidak begitu tinggi, biasanya
SGOT lebih meningkat dibandingkan SGPT, dapat pula normal
Alkali fosfatase: dapat meningkat 2-3x dari batas normal atau
normal
GGT: dapat meningkat atau normal
Bilirubin: dapat normal atau meningkat
Albumin: menurun
Globulin: meningkat, rasio albumin dan globulin terbalik
Waktu protrombin: memanjang
21
b. Laboratorium lainnya
Sering terjadi anemia, trombositopenia leukopenia, neutropenia
dikatikan dengan hipersplenisme. Bila terdapat asites, periksa elektrolit,
ureum, kreatinin, timbang setiap hari, ukur volume urin 24 jam dan
ekskresi natrium urin,
2. Pencitraan
USG: sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan ada
tidaknya massa, pada sirosis lanjut hati mengecil dan nodular,
permukaan irregular, peningkatan ekogenitas parenkim hati, vena
hepatica sempit dan berkelok-kelok.
Transient Elastography
CT scan: informasi sama dengan USG, biaya relative mahal
EEG bila ada perubahan status neurologis
2.2.8 Tatalaksana
Sirosis hati secara klinis fungsional dibagi atas:
1. Sirosis hati kompensata
2. Sirosis hati dekompensata, disertai dengan tanda-tanda kegagalan
hepatoselular dan hipertensi portal
Direkomendasikan jika
natrium serum kurang
dari 120-125 mmol/L
Ensefalopati Laktulosa 30-45 ml sirup oral 3-4
Hepatikum kali/hari atau 300 ml
enema sampai 2-4 kali
BAB/hari dan
Neomisin perbaikan status mental
4-12 g oral/hari dibagi
tiap 6-8 jam; dapat
ditambahkan pada
pasien refrakter
laktulosa
Varises Propranolol 40-80 mg oral 2
Esofagus Isosorbid mononitrat kali/hari
Saat perdarahan akut diberikan 20 mg oral 2 kali/hari
somatostatin atau okreotid
24
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal, asites, peritonitis
bakterial spontan, pendarahan varises esofagus, sindroma hepatorenal,
ensefalopati hepatikum, dan kanker hati.
1. Hipertensi Portal
Definisi hipertensi portal adalah peningkatan hepatic venous pressure gradient
(HVPG) lebih dari 5 mmHg. Hipertensi portal merupakan suatu sindroma klinis
yang sering terjadi. Bila gradient tekanan portal (perbedaan tekanan antara vena
portal dan vena cava inferior) diatas 10-20 mmHg, komplikasi hipertensi portal
dapat terjadi. Hipertensi portal terjadi akibat adanya 1). Peningkatan resistensi
intra hepatik terhadap aliran darah porta akibat adanya nodul degeneratif dan 2).
Peningkatan aliran darah splanchnic sekunder akibat vasodilatasi pada splanchnic
vascular bed.
2. Asites
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adalah hipertensi portal,
disamping adanya hipoalbuminemia (penurunan fungsi sintesis pada hati) dan
disfungsi ginjal yang akan mengakibatkan akumulasi cairan dalam peritoneum.
Penanganan asites yaitu tirah baring, diet rendah garam yaitu konsumsi garam 5,2
gram atau 90 mmol/hari. Bila tidak berhasil dapat dikombinasikan dengan
spironolakton 100-200 mg/hari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan adanya
penurunan berat badan 0,5 kg/hari tanpa edema dan 1 kg/hari bila ada edema. Bila
pemberian spironolakton tidak adekuat, bisa dikombinasi dengan furosemid
dengan dosis 20-40 mg/hari, dengan dosis maksimal 160 mg/hari. Parasintesis
dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites sampai 4-6 liter perlu
disertai dengan pemberian albumin.
3. Varises Gastroesofagus
Varises gastroesofagus merupakan kolateral portosistemik yang paling penting.
Pecahnya varises esofagus (VE) mengakibatkan perdarahan varieses yang
berakibat fatal. Varises ini terdapat pada sekitar 50% penderita sirosis hepatis dan
berhubungan dengan derajat keparahan sirosis hepatis. Pencegahan untuk
26
6. Sindrom Hepatorenal
Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organik ginjal, yang ditemukan
pada sirosis hepatis lanjut. Sindrom ini sering dijumpai pada penderita sirosis
hepatis dengan asites refrakter. Sindroma Hepatorenal tipe 1 ditandai dengan
gangguan progresi fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin secara bermakna
dalam 1-2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus dengan
peningkatan serum kreatinin. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi
glomerulus dengan peningkatan serum kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik
prognosisnya daripada tipe 1. Penangan SHR yang terbaik adalah dengan
transplantasi hati. Belum banyak penelitian yang menguji efektivitas pemberian
preparat somatostatin, terlipressin. Untuk prevensi terjadinya SHR perlu dicegah
terjadinya hipovolemia pada penderita sirosis hepatis dengan menghentikan
pemberian diuretik, rehidrasi, dan infus albumin.
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA