OLEH KELOMPOK 14 :
Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun berkat arahan,
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak termasuk dosen dan teman-teman, makalah ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari
bayi sampai menjadi tua. Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia
telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa
dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu
ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun.
Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai
usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung
secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia
seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan seperti penyakit degeneratif yang perlu
penangan segera dan terintegrasi. Selain masalah fisik tersebut, lansia juga sering
mengalami masalah psikologis, salah satunya adalah depresi. Jumlah penduduk
lanjut usia mengalami peningkatan hampir mencapai 50% dari penduduk lanjut usia
yang mengalami depresi (Kantor Menteri Kependudukan/BKKBN, 1999).
Kalangan ilmuwan di National Institute of Aging dalam sebuah artikel yang dimuat
dalam jurnal Gerontologi (dalam Peplau, 1990) mengatakan bahwa berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, separuh dari jumlah orang tua berusia lanjut
meninggal dalam perasaan hampa, terasing, tidak berdaya serta depresi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Bagaimana batasan umur orang dikatakan lansia?
3. Apa yang dimaksud dengan depresi?
4. Apa penyebab depresi pada lansia?
5. Apa tanda dan gejala depresi pada lansia?
1
6. Bagaimana tingkat depresi pada lansia?
7. Bagaimana gambaran klinis depresi pada lansia?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic depresi pada lansia
9. Bagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia?
10. Bagaimana contoh kasus asuhan keperawatan lansia dengan depresi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lansia
2. Untuk mengetahui batasan umur pada lansia
3. Untuk mengetahui pengertian depresi
4. Untuk mengetahui penyebab depresi pada lansia
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala depresi pada lansia
6. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia
7. Untuk mengetahui gambaran klinis depresi pada lansia
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic depresi pada lansia
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan depresi pada lansia
10. Untuk mengetahui contoh kasus asuhan keperawatan lansia dengan depresi
D. Manfaat
Dengan mempelajari asuhan keperawatan lansia dengan depresi diharapkan
mahasiswa mampu memahami tentang hal tersebut dan dapat memberikan
pelayanan terbaik bagi lansia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lansia
Menurut UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
menyatakan bahwa lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 dalam
Sunaryo, 2016), lanjut usia (lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan
individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berumur diatas 60
tahun.
C. Pengertian Depresi
1. Depresi menurut WHO (2010) merupakan suatu gangguan mental umum
yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat,
perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang
energi,dan konsentrasi yang rendah.
2. Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho,
2012)
3. Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan tidak berarti dan bersalah,
3
menarik diri dari orang lain dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan,
hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa
dilakukan (Davison dkk, 2006).
D. Penyebab
Dalam Kaplan & Sadock, 2010 penyebab terjadinya depresi adalah :
1. Faktor Biologis
Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenic- seperti
asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA) dan 3
metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG)- di dalam darah, urine dan cairan
serebrospinalis pasien dengan gangguan mood. Laporan data ini paling
konsisten dengan hipotesisi bahwa gangguan mood disebabkan oleh
disregulasi heterogen amin biogenic.
2. Faktor Genetik
Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang
signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan
genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya
menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin
memiliki peranan kausatif didalam timbulnya gangguan mood pada beberapa
orang. Komponen genetik memiliki peranan yang bermakna didalam
gangguan bipolar I daripada gangguan depresi berat.
3. Faktor Psikososial
Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode
gangguan mood yang mengikuti. Hubungan ini telah dilaporkan untuk
pasien gangguan depresif berat dan gangguan depresif I. sebuah teori yang
diajukan untuk menerangkan pengamatan ini adalah bahwa stress yang
menyertai episode pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama
didalam biologi otak.Perubahan yang bertahan lama ini, dapat menghasilkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system
pemberian sinyal interaneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya
neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan. Akibatnya
4
seseorang memiliki resiko tinggi mengalami episode gangguan mood
berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal.
Sejumlah klinis bahwa peristiwa hidup memegang peranan utama dalam
depresi. Klinisi lain menunjukkan bahwa peristiwa hidup hanya memegang
peranan terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data yang paling
meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa hidup yang paling sering
menyebabkan timbulnya depresi dikemudian hari pada seseorang adalah
kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling
sering menyebabkan timbulnya awitan depresi adalah kematian pasangan.
Factor resiko lain adalah PHK.Seseorang yang keluar dari pekerjaan
sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan gejala episode
depresif berat daripada orang yang bekerja.
4. Faktor Kepribadian
Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara khas
merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi dibawah situasi yang
sesuai. Orang dengan gangguan kepribadian tertentu seperti objektif
kompulsif, histrionic dan borderline mungkin memiliki resiko yang lebih
besar untuk mengalami depresi daripada orang dengan gangguan kepribadian
antisocial atau paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat
menggunakan mekanisme defense proyeksi dan mekanisme eksternalisasi
lainnya untuk melindungi diri mereka dari kemarahan didalam dirinya. Tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian tertentu terkait
dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian hari. Meskipun demikian,
orang dengan gangguan distemik dan siklotimik memiliki resiko gangguan
depresi berat atau gangguan bipolar I kemudian hari.
5. Faktor Psikodinamik Depresi
Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund freud dan
dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan pandangan klasik mengenai
depresi. Teori ini memiliki 4 poin penting :
a. Gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18 bulanpertama
kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap
depresi
5
b. Depresi dapat terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau
khayalan
c. Introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang
dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek
d. Kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga
rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.
F. Tingkat Depresi
Berpedoman pada PPDGJ III dalam penelitian Ani (2012) dijelaskan bahwa,
depresi digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan
banyk dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Gejala tersebut terdiri atas gejala utama dan gejala lainnya yaitu :
1. Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi utama
ditambah dua dari gejala lainnya namun tidak boleh ada gejala berat
diantaranya. Lama periode depresi sekurang- kurangnya selama dua minggu.
Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan.
6
2. Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi
seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala
lainnya. Lama episode depresi minimum dua minggu serta menghadaapi
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial.
3. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala utama harus ada
ditambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode
sekurang-kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan
onset sangat cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam
kurun waktu dalam dua minggu. Orang sangat tidak mungkin akan mampu
meneruska kegiatan sosialnya.
7
c. Mulai menarik diri dari kegiatan dan interaksi sosial.
Gambaran klinis depresi pada usia lanjut dibandingkan dengan pasien yang
lebih muda berbeda, usia lanjut cenderung meminimalkan atau menyangkal
mood depresinya dan lebih banyak menonjolkan gejala biologisnya, disamping
mengeluh tentang gangguan memori, juga pada umumnya kurang mau mencari
bantuan psikiater karena kurang dapat menerima penjelasan yang bersifat
psikologis untuk gangguan depresi yang mereka alami.
H. Pemeriksaan Diagnostic
Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI merupakan
salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat
keparahan depresi.
Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki
skor 1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita dapat
menjumlahkan skor tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden mengisi 3
poin keseluruhan pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika responden mengisi
poin 0 pada keseluruhan pertanyaan. Total dari keseluruhan akan menjelaskan
derajat keparahan yang akan dijelaskan di bawah ini.
1-10 = normal
11-16 = gangguan mood ringan
17-20 = batas depresi borderline
21-30 = depresi sedang
31-40 = depresi berat
>40 = depresi ekstrim
(Lumongga Namora. 2009)
8
dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan
sampai ada perbaikan gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh
diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif
dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap,
unilateral untuk mengurangi confusion/memory problem. Terapi ECT
diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan
dengan anti depresan untuk mencegah kekambuhan.
2. Terapi Psikologi
a. Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika
dilakukan bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik
pendekatan psikodinamik maupun kognitif behaviour sama
keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya
dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman,
lebih mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang
selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak
mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif.
Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode
ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.
Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi
kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.
c. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit
depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting.
Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi
dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi
terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan
9
perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap /
struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan
pasien.
d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif
baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis
okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan
dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini
diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.
e. Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi Pada Lansia
Keluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam kehidupan
pada hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika keluarga tidak
menjadi bagian kehidupan seseorang yang telah lansia, umumnya
menyebabkan orang tersebut tidak mempunyai tempat tinggal, atau
ada masalah-masalah yang telah berlangsung lama dan keterasingan.
Sebaliknya, kepercayaan yang umum, ketika orang lansia akan
membutuhkan bantuan keluarga menyediakan sekurang-kurangnya
80% dukungan / bantuan. Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari
tua", keluarga saat ini menyediakan kepedulian yang lebih luas
selama periode waktu yang lama (Schmall, Pratt, 1993).
Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama
yang memberi bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend
demografi dan sosial mempunyai akibat / impak yang signifikan pada
kemampuan anggota keluarga dalam menyediakan dukungan. Hal ini
tidak berarti bahwa keluarga bertanggung jawab atas timbulnya
depresi pada seseorang namun sudah jelas bahwa banyak masalah
depresi berkisar di seputar kesulitan dalam cara anggota keluarga
saling berkomunikasi dan saling berhubungan.
10
II. Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Lansia dengan Depresi
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tn. “WD” DENGAN DEPRESI
DI PANTI WREDHA WANA SERAYA DENPASAR
TANGGAL 2-4 MARET 2018
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal pukul 08.00 WITA di panti wredha wana seraya
Denpasar.Data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
A. DATA BIOGRAFI
Nama Pasien : Tn. WD
Jenis kelamin : Laki-laki
Golongan darah :-
Tempat & tanggal lahir : Ketewel, 1 Juli 1952
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Hindu
Status perkawinan : Menikah
Tinggi badan/berat badan : 162 cm / 52 kg
Penampilan : Bersih
Alamat : Br. Tengah, Desa Ketewel, Kec. Sukawati, Kab. Gianyar
11
B. Riwayat Keluarga
Genogram :
Keterangan :
= meninggal
= laki-laki masih hidup
= perempuan masih hidup
= hubungan perkawinan
= lansia
= tinggal serumah
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : Pemborong
12
Alat tranportasi : Mobil
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
Tn.WD mengatakan sumber pendapatannya dari anaknya yang terkadang datang ke
panti memberikan uang
F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Klien mengatakan apabila sakit langsung
dicarikan dokter oleh pengurus panti
Jarak dari rumah :-
Pelayanan kesehatan di rumah : Pengurus Panti
Makanan yang dihantarkan : Klien mengatakan sehari-hari makan nasi dengan
lauk pauk yang tidak menentu tiap harinya,
terkadang dengan lauk tahu tempe dengan sayur
maupun ikan dan kacang-kacangan.
13
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Klien mengatakan anaknya jarang
datang ke panti dikarenakan
kesibukan anaknya bila merasakan
sakit langsung dibantu oleh
pengurus panti
Kondisi lingkungan rumah : Lingkungan panti terlihat bersih dan rapi,
rumah klien terdiri dari 2 bangunan permanen.
Tn.WD berada pada bangunan dengan 5 kamar.
Satu kamar digunakan oleh Tn. WD dengan lansia
lainnya. Terdapat 10 buah kamar mandi dan
sebuah dapur serta.Sumber air pasien diperoleh
dari air PDAM.
G. Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu :
- Hipertensi
Tn. WD mengatakan sudah menderita penyakit hipertensi selama 2 Tahun.
Keluhan utama :
Klien mengatakan tidak berguna dan merasa bersalah kepada anaknya karena
semenjak ia bangkrut anaknya yang menanggung semua kebutuhannya selain itu ia
juga merasa bersalah kepada almarhum istrinya karena dulu sering menghamburkan
uang untuk kepentingan pribadinya. Hal tersebut telah dirasakan klien dari 5 tahun yang
lalu
Obat-obatan
NO NAMA OBAT DOSIS KET
1 Amlodipine Besylate Diminum saat sakit Obat penurun tekanan
kepala. darah
BB : 52 kg
TL : 50 cm
TB : (2,02 x TL) – (0,04 x umur) + 64,19
(2,02 x 50) – (0,04 x 65) + 64,19
101-2,6 + 64,19
= 162,39 cm
= 162 cm
IMT :BB/(TB)2
52/(1,62)2 = = 19,85 kg/m2 (Normal)
Klasifikasi nilai IMT :
15
17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus
Vital Sign :
Suhu : 36,2°C
Nadi : 82 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
TD tidur : 160/ 80 mmHg
TD duduk : 160/ 90 mmHg
TD berdiri : 160/ 90 mmHg
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Metis
GCS : E4V5M6
Tanda-tanda vital : S: 36,20C, N: 82x/mnt, R: 20x/mnt, TD: 160/90 mmHg
1. Kepala :
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam sedikit beruban, hematoma tidak
ada, kebersihan rambut cukup.
2. Mata-Telinga-Hidung :
a) Penglihatan :
Mata pasien simetris, persebaran alis merata, konjungtiva berwarna merah,
pupil isokor, visus 6/7,5.
b) Pendengaran :
Telinga pasien simetris, tidak ada nyeri tekan.Pendengaran pasien tidak ada
masalah dan masih berfungsi normal.
a) Hidung,Pembau :
Bentuk simetris, sekret (-), nyeri tekan (-), lesi (-), penciuman baik.
3. Leher :
Bentuk simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba bendungan
vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, nyeri tekan (-), lesi (-)
4. Dada dan punggung :
a. Paru – paru : Bentuk simetris, vesikuler +/+, wheezing -/-, Ronchi -/-
b. Jantung : S1 dan S2 tunggal regular, suhu akral hangat
18
a) Sistem Pencernaan : Tidak mengalami asites, tidak terdapat nyeri
tekan, bising usus 8 x/mnt.
b) Sistem Genetaurinariue : saat pengkajian pasien mengatakan tidak
memiliki keluhan dalam berkemih. Sebelum maupun setelah pengkajian
pasien BAK ± 7x sehari dengan warna kuning jernih, dan bau khas urine.
6. Ektremitas atas dan bawah,
Kekuatan otot : 555 555
555 555
ROM : 1. penuh 2. terbatas
Hemiplegi/parese : 1. tidak 2. ya, kanan
Akral : 1. hangat 2. dingin
Capillary refill time : 1. < 2 detik 2. > 2 detik
Edema : 1. tidak ada 2. ada di daerah………….
Lain-lain :
7. Sistem immune : pasien mengatakan sakit yang biasa dirasa hanya lemah,
Dan sakit kepala
8. Genetalia : tidak terkaji
9. Reproduksi : tidak terkaji
10. Persarafan : respon klien tampak baik
11. Pengecapan : pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam
pengecapannya. Pasien mampu merasakan rasa makanan
secara normal
19
+ 4. Tahun berapa sekarang? 2018
+ 5. Apa nama tempat ini? Di panti wredha
+ 6. Berapa usia Anda? Sekitar 65 tahun
- 7. Kapan Anda lahir? Lupa
+ 8. Siapa nama presiden Indonesia Jokowi
sekarang?
+ 9. Siapa presiden Indonesia sebelum SBY
jokowi?
- 10. Siapa nama kecil ibu Anda? Tidak tahu
No Pertanyaan YA TIDAK
L
1 a Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
2 n Apakah klien sering merasa gelisah?
j
3 u Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
4 t Apakah klien sering was-was atau kuatir?
k
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan
2 Ada/banyak pikiran
3 Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain
4 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
4. Pengkajian Spiritual
Klien beragama Hindu. Klien sembahyang 2 kali sehari di kamar . Klien juga
sering berdoa terutama mendoakan anaknya.
5. Pengkajian Depresi
No PERTANYAAN Ya Tdk
pendam ?
7 Apakah anda merasa bersemangat disetiap waktu ? 1
22
21 Apakah anda merasa penuh dengan energy ? 1
anda?
24 Apakah anda merasa sering kecewa berlebihan karena hal kecil ? 0
Keterangan :
- Setiap jawaban mempunyai skor 1 :
Skor 0-9 : tidak depresi/normal
Skor 10-19 : depresi ringan
Skor 20-30 : depresi berat
Klien mendapat nilai 20 (Depresi Berat)
6. Risiko jatuh (skala morse dan TUG (The Time Up and Go))
1) Skala morse
No. Pengkajian Jawaban Nilai
1 Riwayat jatuh: apakah lansia pernah - TIDAK - 0
jatuh dalam 3 bulan terakhir? - 25
2 Diagnosa sekunder: apakah lansia - TIDAK - 0
memiliki lebih dari satu penyakit? - 15
3 Alat Bantu jalan:
- Bed rest/ dibantu perawat - 0
- Kruk/ tongkat/ walker - 15
- Berpegangan pada benda-benda - 30
di sekitar
4 Terapi Intravena: apakah saat ini TIDAK - 0
23
lansia terpasang infus? - 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah: Normal
- Normal/ bed rest/ immobile - 0
(tidak dapat bergerak sendiri) - 10
- Lemah (tidak bertenaga) - 20
- Gangguan/ tidak normal
(pincang/ diseret)
6 Status Mental
- Lansia menyadari kondisi Ya - 0
dirinya - 15
- Lansia mengalami keterbatasan Tidak
daya ingat
NILAI TOTAL :
Klien tidak memiliki resiko jatuh sehingga klien hanya perlu perawatan dasar
2) Skala TUG
THE TIMED UP AND GO (TUG) TEST
No. Langkah
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3meter),
kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik
Keterangan :
- ≤ 10 detik : low risk of falling
- 11 - 19 detik : low to moderate risk for falling
- 20 – 29 detik : moderate to high risk for falling
- ≥ 30 detik : impaired mobility and is at high risk of falling
Klien memiliki resiko jatuh yang rendah klien dapat kembali duduk dalam waktu 10
detik.
7. APGAR Keluarga
Instrument Penilaian APGAR Keluarga
24
No. Items Penilaian Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah
(2) (1) (0)
1 A : Adaptasi Saya puas
bahwa saya dapat
kembali pada
keluarga ( teman-
teman ) saya untuk
membantu pada
waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership Saya
puas dengan cara
keluarga ( teman
teman ) saya
membicarakan
sesuatu dengan
saya dan
mengungkapkan
masalah saya.
25
dengan cara
keluarga (
temanteman ) saya
mengekspresikan
afek dan berespon
terhadap emosi-
emosi saya, seperti
marah, sedih atau
mencintai.
5 R : Resolve Saya puas
dengan cara teman-
teman saya dan
saya menyediakan
waktu
bersamasama
mengekspresikan
afek dan berespon
Jumlah 6
L. Data Penunjang
i. Laboratorim : -
ii. Radiologi :-
iii. EKG :-
iv. USG :-
v. CT- Scan :-
vi. Obat - obatan : Amlodipine Besylate
26
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Klien mengatakan tidak berguna dan Koping Individu tidak Harga Diri Rendah
merasa bersalah kepada anaknya efektif Kronis
karena semenjak ia bangkrut anaknya
yang menanggung semua
kebutuhannya selain itu ia juga
merasa bersalah kepada almarhum
istrinya karena dulu sering
menghamburkan uang untuk
kepentingan pribadinya. Hal tersebut
telah dirasakan klien dari 5 tahun
yang lalu
DO: Skala Depresi pasien 20 (Depresi
Berat)
2. DS: Klien hanya dapat tidur 3-4 jam karena Faktor Psikologis Gangguan Pola Tidur
susah memejamkan mata dan (Depresi)
terkadang teringat dengan anaknya
yang menderita akibat dirinya.
DO: Klien tampak lesu dan tampak adanya
kantung mata
B. Prioritas Masalah Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu ditandai dengan Klien mengatakan tidak berguna
dan merasa bersalah kepada anaknya karena semenjak ia bangkrut anaknya yang
menanggung semua kebutuhannya selain itu ia juga merasa bersalah kepada
almarhum istrinya karena dulu sering menghamburkan uang untuk kepentingan
pribadinya. Hal tersebut telah dirasakan klien dari 5 tahun yang lalu dan skala
depresi klien : 20 (Depresi Berat)
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan factor psikologis (Depresi) ditandai
dengan Klien hanya dapat tidur 3-4 jam karena susah memejamkan mata dan
27
terkadang teringat dengan anaknya yang menderita akibat dirinya, klien tampak lesu
dan tampak adanya kantung mata.
28
III. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan
No. Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
29
interaksi sosial dengan yang masih
orang lain dapat
digunakan,
g. Pasien menunjukkan
bantu pasien
penurunan perasaan
memilih atau
negatif tentang dirinya
menetapkan
kemampuan
yang akan
dilatih, latih
kemampuan
yang sudah
dipilih dan
susun jadwal
pelaksanaan
kemampuan
yang telah
dilatih dalam
rencana
harian.
d. Dengarkan
pasien,
berikan
30
respon
dengan
penerimaan
yang tidak
menghakimi,
perhatian
yang
sungguh-
sungguh dan
ketulusan
e. Kaji status
mental pasien
melalui
observasi dan
wawancara
minimal
sekali sehari
f. Kaji risiko
bunuh diri
dan
kemungkinan
perilaku
31
mematikan
pada pasien
g. Libatkan
pasien secara
bertahap
dalam
pengambilan
keputusan
h. Atur situasi
untuk
mendorong
interaksi
sosial atau
profesional
antara pasien
dan orang lain
i. Berikan
umpan balik
positif kepada
pasien ketika
pasien
menunjukkan
32
peningkatan
harga diri
2 Gangguan Pola NOC: Jumlah jam tidur Sleep
Tidur dalam batas normal Enhancement
Anxiety Control
Pola tidur,kualitas a. Kaji
Comfort Level pola
dalam batas normal
Pain Level tidur pasien
Perasaan fresh sesudah b. Jelaskan
Rest : Extent and
tidur/istirahat pentingnya
Pattern
Mampu tidur yang
Sleep : Extent
mengidentifikasi hal- adekuat
ang Pattern
hal yang meningkatkan c. Fasilitasi
Setelah dilakukan
tidur untuk
tindakan
mempertahan
keperawatan selama
kan aktivitas
3x 45 menit
sebelum tidur
gangguan pola tidur
(membaca)
pasien teratasi
d. Ciptakan
lingkungan
yang nyaman
33
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ jam No. Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Jumat,2 Maret 2018 1,2 Membina hubungan Tn. WD tampak sedikit
Pukul 09.00 Wita saling percaya membuka diri dan
menunduk saat melihat
perawat baru
Pukul 09.05 Wita 1 Mendorong pasien untuk Tn WD mulai menceritakan
mengungkapkan perasaannya dan rasa tidak
34
bisa tidur 3-4 jam karena tidak
bisa memejamkan mata akibat
teringat akan penderitaan
anaknya
Pukul 09.25 wita 2 Jelaskan pentingnya tidur Tn. WD mengatakan mengerti
yang adekuat dengan penjelasan yang
diberikan
Pukul 09.35 wita 1 Mengkaji risiko bunuh diri Tn. WD mengatakan belum
dan kemungkinan perilaku pernah berfikir sampai kesitu
mematikan pada pasien
35
Pukul 09.05 Wita 2 Mengkaji pola tidur pasien Tn. WD mengatakan
tidurnya masih sekitar 3-4
jam di malam hari
Pukul 09.10 wita 1 - Melatih kemampuan - Tn. WD mencoba
yang sudah dipilih dan melukis pemandangan
susun jadwal dengan alat-alat yang
pelaksanaan
telah dibawa perawat
kemampuan yang telah
- Tn. WD ingin melukis
dilatih dalam rencana
saat memiliki waktu
harian.
senggang
- Melibatkan pasien
secara bertahap dalam
pengambilan keputusan
Pukul 09.30 wita 1 Atur situasi untuk - Tn. WD mengatakan
mendorong interaksi sosial dekat dengan lansia
atau profesional antara yang satu kamar
pasien dan orang lain
dengannya.
- Tn WD tampak
berkenalan dengan
lansia yang baru datang
ke panti wredha
Pukul 09.45 wita 2 - Memfasilitasi untuk - Tn. WD tampak senang
mempertahankan diberikan buku
36
aktivitas sebelum tidur - Klien mengatakan akan
(membaca) membaca saat klien akan
- Ciptakan suasana tidur
nyaman untuk tidur - Tn. WD tampak senang
karena spraynya diganti
dengan yang baru dan
perawat memberikan
aroma terapi lavender
yang nanti akan
dinyalakan saat tidur
Minggu, 4 Maret 1 Mendorong pasien untuk Tn. WD tampak terbuka
2018 mengungkapkan dengan kehadiran perawat
Pukul 09.00 Wita perasaannya. kembali.
Pukul 09.15 wita 2 Mengkaji pola tidur klien - Tn. WD mengatakan
tidur 4-5 jam.
- Tn. WD mengatakan
lebih tenang saat
mencium bau lavender
yang diberikan perawat
37
sekali sehari berguna dan merasa jadi
beban anaknya
Pukul 09.30 Wita 1 Melatih kemampuan yang Tn. WD melukis barong
sudah dipilih dan susun
jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana
harian.
Pukul 09.45 Wita 1 Memberikan umpan balik Tn. WD tampak malu saat
positif kepada pasien ketika dipuji perawat
pasien menunjukkan
peningkatan harga diri.
38
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal/jam No. Evaluasi Paraf
Dx
Minggu, 4 Maret 1 S : “Tn. WD mengatakan masih merasa bersalah
2018 kepada anaknya karena menjadi beban untuk
Pukul 09.45 wita anaknya”.
O : Ny. NS tampak kooperatif dan mau terbuka serta
menerima kehadiran perawat.
A : Tujuan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan (membina
hubungan saling percaya, menggali aspek positif
yang dimiliki).
Minggu, 4 Maret 2 S : “Tn. WD mengatakan sudah dapat tidur 4-5 jam
2018 berkat terapi lavender serta membaca buku di
Pukul 09.45 wita malam hari”.
O : Kantung mata Tn. WD tampak berkurang
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan (Memberiakn
terapi lavender setiap pasien tidur)
39
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Depresi menurut WHO (2010) merupakan suatu gangguan mental umum yang
ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau
harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi,dan konsentrasi yang rendah
Dalam Kaplan & Sadock, 2010 penyebab terjadinya depresi adalah : Faktor Biologis ,
Faktor Genetik , Faktor Psikososial , Faktor Kepribadian, Faktor Psikodinamik Depresi
Gejala utama meliputi :
1. Perasaan depresif atau perasaan tertekan
2. Kehilangan minat dan semangat
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
Penatalaksanaan Depresi pada Lanjut Usia yaitu ada Terapi fisik maupun psikologi
B. Saran
- Pelayanan lanjut usia diselenggarakan dalam bentuk pelayanan kepererawatan secara
komprehensif dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu meliputi bidang kesehatan,
rehabilitasi dan sosial.
- Peningkatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan media yang
sehingga dapat mengoptimalkan lansia dalam memenuhi kehiudpan sendiri secara mandiri
sehingga siap diresosialisasikan.
- Bagi mahasiswa perawat seharusnya dapat lebih memahami masalah psikologis lansia
terutama depresi karena perawatan yang paling diinginkan seseorang yang telah lanjut usia
adalah perawatan psikologis.
40
DAFTAR PUSTAKA
41