Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fauqi Amalia

NIM : 132011101090

RESUME JURNAL

Judul Jurnal Diplopia


Diplopia

Khathutshelo Percy Mashigea* and Alvin Jeffrey Munsamya

a
Discipline of Optometry, School of Health Sciences, University of
KwaZulu-Natal, Durban, South Africa

*Corresponding author, email: mashigek@ukzn.ac.za

South African Family Practice 2015; 1–6

Pendahuluan Kata diplopia, berasal dari kata Yunani "diplous" dan "Ops", yang
berarti "ganda" dan "mata", masing-masing, adalah keluhan visual yang
umum di mana satu benda dianggap dua. Pasien akan mengeluh seperi
melihat dua gambar dari objek tunggal sepanjang waktu (konstan) atau
beberapa waktu (intermiten), dan ini mungkin horizontal, vertikal, atau
diagonal. Diplopia bisa monokular atau binokular, dan mungkin lebih
buruk pada jarak jauh atau dekat. Ada berbagai penyebab, mulai dari
kondisi yang relatif ringan dengan resolusi spontan atau kondisi serius
yang mengancam jiwa. Hal ini juga bisa berupa manifestasi okular
sistemik seperti myasthenia gravis dan penyakit mata dysthyroid.

Diplopia monokuler jarang terjadi, dan pasien melihat dua objek dengan
hanya satu mata terbuka, dengan penglihatan ganda terjadi pada satu
mata, dan berlanjut saat mata yang tidak terpengaruh tertutup. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti lubang/celah di iris akibat
dari iridotomi, kesalahan refraksi, penyakit kornea (astigmatisme tidak
teratur), luka iris, katarak, penyakit makula, dan gangguan korteks
visual primer atau sekunder, dan biasanya sembuh dengan uji pinhole.
Jika itu dengan uji pinhole tidak ada perbaikan, mungkin karena lesi di
korteks visual, yang biasanya berhubungan dengan defek bidang visual.

Diplopia fisiologis adalah suattu hal yang normal, tidak ada gangguan
neurologis yang mendasarinya, dan sering kali tidak diketahui
penyebabnya karena otak pasien biasanya mengkompensasi jenis ini
diplopia. Biasanya terjadi pada anak-anak dan biasanya terjadi saat
tidak memusatkan perhatian pada objek (yaitu latar belakang benda)
muncul dua kali lipat. Terapi binocular vision digunakan untuk
mensejajarkan mata pasien dengan strabismus (squints) dengan latihan
mata, yang meliputi string Brock, lingkaran eksentrik, lifesaver card,
stereogram, dan latihan diplopia fisiologis. Diplopia fisiologis
digunakan sebagai latihan bertujuan untuk umpan balik dari pasien
untuk memastikan otak tidak menekan gambar dari mata strabismik.
Binokular diplopia adalah pemecahan kapasitas fusional sistem
binokular yang mengakibatkan koordinasi neuromuskular normal tidak
menjaga korespondensi objek visual di retina dari kedua mata. Pasien
dengan diplopia binokular melihat benda menjadi 2 objek bila kedu
amata terbuka dan hanya jika kedua mata terbuka dapat teratasi dengan
baik juga.

Diplopia memiliki berbagai penyebab yang mungkin, masing-masing


dengan riwayat pasien dan morbiditas terkait. Diplopia memiliki angka
morbiditas yang signifikan dalam hal orientasi yang terganggu dan
hilangnya persepsi. Kematian adalah berpotensi sebagai komplikasi
serius dari kondisi ini, diagnosis dan manajemen yang tepat dapat
dilakukan agar mengurangi resiko fatal dari komplikasi. Penyebab
paling umum dari diplopia binokuler akan dibahas di bawah ini,
termasuk alat diagnostik, manajemen, dan strategi yang paling tepat.

Penyebab Penyebab diplopia yang paling umum termasuk kondisi seperti,


gangguan refraksi, gangguan penglihatan binokular, motorik palsy
okular, diplopia pasca operasi, diplopia pasca trauma, neurologis, dan
penyebab myogenic lainnya.

1. Refraksi. Pemindahan pusat optik secara tidak disengaja atau


penggunaan kacamata bisa menyebabkan diplopia atau
memperburuk keadaan heterophoria yang sudah ada, dan pasien
akan mengalami daya prismatik dan penyimpangan lainnya. Hal
ini biasa terjadi pada penderita dengan penggunaan kacamata
baca yang tidak di periksa oleh dokter.
2. Gangguan penglihatan binokular. Masalah heterophoria dan
insufisiensi konvergensi, adalah penyebab paling umum dari
diplopia intermiten jarak dekat. Jenis diplopia ini Biasanya
berhubungan dengan gejala asthenopik seperti sakit kepala dan
cenderung terjadi setelah aktivitas visual tertentu.adanya
insufisiensi konvergensi, mata memiliki kemampuan melihat
dekat yang berkurang, hal ini menjadi penyebab umum diplopia
horisontal yang bermanifestasi pada penglihatan dekat seperti
membaca, mengetik, dan menghitung.insufisiensi konvergensi
juga dapat dikaitkan dengan kesalahan refraksi yang tidak
dikoreksi, dan diperburuk oleh mata kering.
3. Motorik palsy okular. Ini adalah penyebab diplopia yang
sangat umum pada orang tua karena terjadi iskemia
mikrovaskular ke salah satu saraf motorik okular (saraf kranial
ketiga, keempat, atau keenam) . Iskemia mikrovaskuler biasanya
berhubungan dengan aterosklerosis, diabetes, dan hipertensi. Tes
motilitas okular akan mengkonfirmasi otot yang terkena.
Kelumpuhan saraf kranial yang paling umum yang melibatkan
mata akibat pengaruh penyakit vaskular yang serius adalah palsi
saraf ketiga. Tes motilitas okular yang bisa dilakukan meliputi,
 The Cover test
 Ocular motility
 Bielschowsky head tilt test
4. Diplopia post operasi
5. Diplopia post trauma
6. Kondisi neurologis. Diplopia dapat berkembang dari penyakit
korteks serebral, dalam white matter, thalamus, batang otak,
aparatus vestibular, nuromuskular junction, dan serebelum.
7. Stroke
8. Myasthenia gravis
9. Parkinson
10. Lesi atau massa intrakranial
11. Kelainan myogenic. Kondisi sistemik yang secara langsung
mempengaruhi otot ekstra-okular, seperti penyakit Graves,
sering menyebabkan pembatasan pergerakan tipe mekanik.
Gambaran klinis tipikal seperti proptosis, edema otot ekstra
okuler biasanya terjadi sebelum awitan diplopia.
12. Lainnya. Penyebab lain dari diplopia binokuler dapat meliputi
selulitis orbital, fistula vena karotis, trombosis sinus kavernosa,
Miller Fisher sindrom, kekurangan tiamin, membran epiretinal,
dan whipple’s disease. Obat seperti anti epilepsi dan obat anti-
konvulsi lannya dapat menyebabkan diplopia karena efek
samping yang tidak diinginkan.

Alat Diagnostik Manifestasi klinis diplopia bisa jadi tampak jelas atau mungkin
kompleks dan membutuhkan pemeriksaan neurooftalmik. Pendekatan
manajemen sistemik yang komprehensif mencakup riwayat penderita
dan karakteristik diplopia (seperti tanda dan gejala) sangat penting
dalam menentukan etiologi dan manajemen. Sejumlah alat uji telah
dikembangkan untuk mendiagnosis diplopia monokuler dan binokuler.
Manajemen Manajemen terapi diplopia yang tepat adalah mengobati penyebab
mendasar dari diplopia. Pilihan terapi secara pasif atau aktif, keduanya
dapat digunakan. Terapi pasif meliputi kompensasi dengan
menggunakan prisma dan prisma Fresnel. Selain itu, insufisiensi
konvergensi dan phoria yang tidak dikompensasi merespons dengan
baik terhadap terapi visual/ortoptik seperti string Brock, lingkaran
eksentrik, kartu lifesaver, stereogram cat, dan latihan diplopia fisiologis.
Lensa permeabel udara kaku efektif dalam pengobatan diplopia
monokuler yang terkait dengan astigmatisme kornea. Meski tidak ada
obat khusus untuk meringankan diplopia, perawatan khusus tersedia
untuk kondisi tertentu, seperti steroid untuk multiple sclerosis dan
pseudotumour cerebri. Computed Tomography (CT) scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI) kepala dapat digunakan untuk mendeteksi
bila adanya massa intrakranial atau proses patologis lainnya, seperti
karotid fistula kavernosa, aneurisme arteri karotid intrakranial, fraktur
blow-out, dan tumor orbital.

Kesimpulan Beberapa penyebab diplopia relatif kecil, tapi yang lain butuh perhatian
medis yang mendesak karena bisa mengancam nyawa. Penyelidikan
khusus mengenai onset dan frekuensi, perkembangan, dan perubahan
dengan pandangan atau posisi kepala, dan juga episode serupa
sebelumnya (terutama jika dikaitkan dengan gejala neurologis, riwayat
strabismus atau ambliopia, kehilangan penglihatan, nyeri) dan atau
resolusi spontan, sangat penting untuk tepat diagnosis dan manajemen.
Banyak pasien yang diplopianya disebabkan karena penyebab optik dan
gangguan penglihatan binokular dan bisa diobati dengan resep optik dan
latihan mata yang tepat. Diplopia akibat trauma dan kondisi neurologis
mungkin memerlukan intervensi bedah saraf.

Anda mungkin juga menyukai