NIM : 132011101090
RESUME JURNAL
a
Discipline of Optometry, School of Health Sciences, University of
KwaZulu-Natal, Durban, South Africa
Pendahuluan Kata diplopia, berasal dari kata Yunani "diplous" dan "Ops", yang
berarti "ganda" dan "mata", masing-masing, adalah keluhan visual yang
umum di mana satu benda dianggap dua. Pasien akan mengeluh seperi
melihat dua gambar dari objek tunggal sepanjang waktu (konstan) atau
beberapa waktu (intermiten), dan ini mungkin horizontal, vertikal, atau
diagonal. Diplopia bisa monokular atau binokular, dan mungkin lebih
buruk pada jarak jauh atau dekat. Ada berbagai penyebab, mulai dari
kondisi yang relatif ringan dengan resolusi spontan atau kondisi serius
yang mengancam jiwa. Hal ini juga bisa berupa manifestasi okular
sistemik seperti myasthenia gravis dan penyakit mata dysthyroid.
Diplopia monokuler jarang terjadi, dan pasien melihat dua objek dengan
hanya satu mata terbuka, dengan penglihatan ganda terjadi pada satu
mata, dan berlanjut saat mata yang tidak terpengaruh tertutup. Hal ini
dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti lubang/celah di iris akibat
dari iridotomi, kesalahan refraksi, penyakit kornea (astigmatisme tidak
teratur), luka iris, katarak, penyakit makula, dan gangguan korteks
visual primer atau sekunder, dan biasanya sembuh dengan uji pinhole.
Jika itu dengan uji pinhole tidak ada perbaikan, mungkin karena lesi di
korteks visual, yang biasanya berhubungan dengan defek bidang visual.
Diplopia fisiologis adalah suattu hal yang normal, tidak ada gangguan
neurologis yang mendasarinya, dan sering kali tidak diketahui
penyebabnya karena otak pasien biasanya mengkompensasi jenis ini
diplopia. Biasanya terjadi pada anak-anak dan biasanya terjadi saat
tidak memusatkan perhatian pada objek (yaitu latar belakang benda)
muncul dua kali lipat. Terapi binocular vision digunakan untuk
mensejajarkan mata pasien dengan strabismus (squints) dengan latihan
mata, yang meliputi string Brock, lingkaran eksentrik, lifesaver card,
stereogram, dan latihan diplopia fisiologis. Diplopia fisiologis
digunakan sebagai latihan bertujuan untuk umpan balik dari pasien
untuk memastikan otak tidak menekan gambar dari mata strabismik.
Binokular diplopia adalah pemecahan kapasitas fusional sistem
binokular yang mengakibatkan koordinasi neuromuskular normal tidak
menjaga korespondensi objek visual di retina dari kedua mata. Pasien
dengan diplopia binokular melihat benda menjadi 2 objek bila kedu
amata terbuka dan hanya jika kedua mata terbuka dapat teratasi dengan
baik juga.
Alat Diagnostik Manifestasi klinis diplopia bisa jadi tampak jelas atau mungkin
kompleks dan membutuhkan pemeriksaan neurooftalmik. Pendekatan
manajemen sistemik yang komprehensif mencakup riwayat penderita
dan karakteristik diplopia (seperti tanda dan gejala) sangat penting
dalam menentukan etiologi dan manajemen. Sejumlah alat uji telah
dikembangkan untuk mendiagnosis diplopia monokuler dan binokuler.
Manajemen Manajemen terapi diplopia yang tepat adalah mengobati penyebab
mendasar dari diplopia. Pilihan terapi secara pasif atau aktif, keduanya
dapat digunakan. Terapi pasif meliputi kompensasi dengan
menggunakan prisma dan prisma Fresnel. Selain itu, insufisiensi
konvergensi dan phoria yang tidak dikompensasi merespons dengan
baik terhadap terapi visual/ortoptik seperti string Brock, lingkaran
eksentrik, kartu lifesaver, stereogram cat, dan latihan diplopia fisiologis.
Lensa permeabel udara kaku efektif dalam pengobatan diplopia
monokuler yang terkait dengan astigmatisme kornea. Meski tidak ada
obat khusus untuk meringankan diplopia, perawatan khusus tersedia
untuk kondisi tertentu, seperti steroid untuk multiple sclerosis dan
pseudotumour cerebri. Computed Tomography (CT) scan atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI) kepala dapat digunakan untuk mendeteksi
bila adanya massa intrakranial atau proses patologis lainnya, seperti
karotid fistula kavernosa, aneurisme arteri karotid intrakranial, fraktur
blow-out, dan tumor orbital.
Kesimpulan Beberapa penyebab diplopia relatif kecil, tapi yang lain butuh perhatian
medis yang mendesak karena bisa mengancam nyawa. Penyelidikan
khusus mengenai onset dan frekuensi, perkembangan, dan perubahan
dengan pandangan atau posisi kepala, dan juga episode serupa
sebelumnya (terutama jika dikaitkan dengan gejala neurologis, riwayat
strabismus atau ambliopia, kehilangan penglihatan, nyeri) dan atau
resolusi spontan, sangat penting untuk tepat diagnosis dan manajemen.
Banyak pasien yang diplopianya disebabkan karena penyebab optik dan
gangguan penglihatan binokular dan bisa diobati dengan resep optik dan
latihan mata yang tepat. Diplopia akibat trauma dan kondisi neurologis
mungkin memerlukan intervensi bedah saraf.