Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

DIPLOPIA
Yolanda Yasinta Ina Tuto, S.Ked | 1508010035

Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
dr. Komang Dian Lestari, Sp.M

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
2019
PENDAHULUAN
DIPLOPIA

Diplous : Ganda melihat 2 gambaran dari 1 objek


Ops : Mata

DIPLOPIA ≠ penyakit, Penyebab diplopia dapat terjadi


Manifestasi dari suatu penyakit dari berbagai macam penyebab
(muskular atau neurologis) (ringan-mengancam jiwa)

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN YANG LENGKAP DAN


MENYELURUH = DIAGNOSIS PASTI DAN TATALAKSANA TEPAT
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
ANATOMI
Penglihatan Binokuler
- Penglihatan simultan
- Fusi
- Penglihatan stereoskopis
(a) Horopter Geometrik. Berkas sinar dari titik fiksasi mencapai fovea sentralis pada kedua
mata pada penglihatan simultan normal. Karena itu, objek A dan B pada horopter
geometrik diproyeksikan pada titik korespondensi di retina.
(b) Horopter Fisiologis. Pada jangkauan sempit di depan dan di belakang horopter (area
Panum) 2 gambaran retinal masih bisa berfusi. Titik A dan B yang berada di luar area
Panum, diproyeksikan ke titik nonkoresponden di retina.
DEFINISI
• Bahasa Latin :
- Diplous : Ganda
- Ops : Mata
• keluhan berupa melihat
dua gambaran dari satu
objek.
KLASIFIKASI
1. Diplopia Monocular
2. Diplopia Binokular
ETIOLOGI
ETIOLOGI
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
• menentukan apakah ini diplopia monokular atau diplopia
binokular
• Onset : mendadak/perlahan-lahan
• objek bayangan : horizontal atau vertikal
• sifat : menetap/intermitten
• faktor yang memperingan dan memperberat
• gejala penyerta
• riwayat trauma, riwayat penyakit mata, riwayat penyakit
Pemeriksaan Fisik
semua fungsi sensorik visual normal dan fungsi motorik okuler :
• Tajam penglihatan
• lapangan pandang
• penampakan pupil
• reaksi terhadap cahaya
• fundus posterior
Diplopia Monokular
• Pinhole
• Amsler chart
• Oftalmoskopi direct
Diplopia Binokular
• Pemeriksaan Bola Mata, Orbita, dan Kelopak
Mata
• Pemeriksaan Pergerakan Otot Ekstraokuler
• Pemeriksaan Neuromuscular Junction
• Pemeriksaan Saraf Kranial III, IV, dan VI
• Pemeriksaan batang otak
Penatalaksanaan
Klinis Pembedahan
• Menutup satu mata • Pembedahan strabismus
• Lensa oklusif stick-on • Pembedahan transposisi
• Prisma fresnel
KOMPLIKASI PROGNOSIS
Pada bayi dan balita, • Penyebab optikal (misal
diplopia dapat dislokasi lensa, kelainan
menyebabkan supresi atau korneal) dapat diperbaiki.
ambliopia • Pusat (neurologik)
menyebabkan diplopia
dapat memiliki
konsekuensi yang serius
dan dalam hal tumor
primer atau sekunder,
prognosisnya jelek.
KESIMPULAN
• Diplopia (double vision) adalah keluhan berupa melihat 2 gambaran
dari 1 objek.
• Diplopia sering menjadi manifestasi dari banyak kelainan,
khususnya proses muskuler atau neurologis. Disebabkan oleh
berbagai macam penyebab, dari keadaan yang tidak berbahaya
sampai kondisi yang mengancam jiwa.
• Dengan pendekatan yang tepat dari gejala-gejala yang dikeluhkan,
maka penyebab dari diplopia dapat diketahui.
• Penatalaksanaan diplopia bergantung pada penyebab diplopia itu
sendiri. Pada kasus diplopia monokuler dilakukan koreksi refraksi.
Untuk kelainan orbita pemeriksaan CT scan dan MRI adalah suatu
indikasi. Pada kasus-kasus kronik, diplopia binokuler, MRI adalah
suatu indikasi kecuali jika etiologi sudah jelas. Pembedahan atau
pemberian obat-obatan atau penggunaan lensa prisma dapat
mengurangi gejala diplopia bila etiologinya telah ditemukan dan
keadaan umum telah baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adriana ID, Mihaela TC, Nicolae A, Elena G. Management of diplopia. Rom J Ophthalmol. 2017;61(3):166–70.
2. Adrianti NKT, Pamungkas KA, Azrin M. Angka Kejadian Diplopia pada Pasien Fraktur Maksilofasial di Bangsal
Bedah RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau. JOM FK. 2014;1(2):1–2.
3. Alves M, Miranda A, Narciso MR, Mieiro L, Fonseca T. Diplopia : A Diagnostic Challenge with Common and Rare
Etiologies. Am J Case Rep. 2015;220–3.
4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Alih bahasa: Handoyono SM. Jakarta. PT Gramedia. 2014:314-
324
5. Wessels IF. 2014. Diplopia. Medscape. 2014;
6. Silverthorn DU. Fisiologi Manusia. 6th ed. Ilyas EI, Widjajakusumah MD, Tanzil A, editors. Jakarta: EGC; 2014. 372-
375 p.
7. Mashige KP, Munsamy AJ. Diplopia. South African Fam Pract. 2015;6190(November):1–6.
8. Danchaivijitr C, Kennard C. Diplopia and Eye Movement Disorders. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2014;75(Suppl
IV).
9. Tan AK, Faridah HA, Ukm MS. THE TWO-MINUTE APPROACH TO MONOCULAR DIPLOPIA. Malaysian Fam
Physician. 2014;5(3):115–8.
10. Pelak VS. Evaluation of Diplopia : An Anatomic and Systematic Approach. Turn White Commun. 2014;(March):16–
25.
11. MacEwen CJ. Double vision. Br Med J. 2015;5385(November):1–3.
12. Dudee J. Diplopia (Double Vision) Treatment and Management. Medscape. 2018;
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai