Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN KASUS

SKOLIOSIS
Yustina Nada Jon Putri, S.Ked | 1508010005
Yolanda Yasinta Ina Tuto, S.Ked | 1508010035

Pembimbing :
dr. Yusni Sinatra, Sp.KFR

BAGIAN REHABILITASI MEDIK


Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
2019
PENDAHULUAN
SKOLIOSIS

deviasi garis vertikal normal tulang belakang, yang


terdiri dari kelengkungan lateral dengan rotasi tulang
belakang di dalam kurva.

- Perempuan > laki-laki


- Usia > 10 tahun, biasa sejak dari kanak-kanak
- Bentuk PALING UMUM deformitas tulang belakang
pada anak dan remaja
- 80% idiopatik
- 1,5% - 3% populasi penduduk Amerika, Eropa, dan
Asia
- Indonesia : 2% total populasi
SKOLIOSIS
- Impairment : nyeri pada tulang
belakang/punggung
Rehabilitasi - Disabilitas : keterbatasan dalam
Medik melakukan aktifitas sehari-hari
- Handicap : keterbatasan dalam
melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial

PENTING rehabilitasi medik : penderita kembali kepada


kondisi semula atau mendekati keadaan sebelum sakit,
menghindari timbulnya cacat sekunder, mengusahakan
penderita cepat kembali ke pekerjaan semula atau pekerjaan
baru, serta psikologi penderita menjadi lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
DEFINISI
• Bahasa Yunani : Skoliosis ->
Lengkungan
• Deformitas tulang belakang
yang menggambarkan deviasi
vertebra ke arah lateral dan
rotasional, membentuk huruf
‘S’ atau ‘C’.
• deformitas tripanal : lateral,
anterior posterior dan rotasional.
• Pada kasus, harus ada 10° dari
kelengkungan tulang belakang
pada pemeriksaan foto polos
posterior-anterior.
EPIDEMIOLOGI
• Perempuan > Laki-laki = 2 : 1
• dapat dilihat pada semua umur, namun sering terlihat pada usia
lebih dari 10 tahun, telah dialami sejak masa kanak-kanak
• merupakan bentuk paling umum deformitas tulang belakang di
masa kanak-kanak dan remaja.
• 80% kasus bersifat idiopatik
• 1,5%-3% dari populasi penduduk Amerika, Eropa, Asia
• Indonesia : 2% populasi
• Jakarta : 4 – 4,5% (perempuan > laki-laki)
• Surabaya (9 – 16 tahun) : 2,93% (perempuan > laki-laki)
ETIOLOGI
• Faktor Genetik
• Faktor Hormonal
• Perkembangan spinal dan teori biomekanik
• Abnormalitas jaringan
FAKTOR RESIKO
- Jenis Kelamin
- Usia
- Sudut kurva
- Lokasi
KLASIFIKASI
1. Bds derajat kurva skoliosis : ringan, sedang, berat
2. Bds bentuk : Kurva C, kurva S
3. Bds usia penderita : Infantile, Juvenile, Adolescent
4. Bds penyebab
- Non struktural : postural, perbedaan panjang
tungkai
- Struktural : idiopatik, osteopatik (kongenital,
didapat), neuropatik (congenital, didapat)
5. Bds lokasi : thoracic, lumbar, toracolumbar
MANIFESTASI KLINIS
• Badan condong ke lateral flexion
• Salah satu bahu lebih tinggi dari yang lain
• Salah satu hip lebih tinggi dari yang lain
• Terdapat penonjolan salah satu scapula (shoulder blade)
• Payudara yang asimetris pada wanita
• Rib cage menonjol di satu sisi
• Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI
– Tulang belakang melengkung abnormal
ke samping -> badan miring ke salah
satu sisi
– Bahu kanan-kiri asimetris.
– Pinggul kanan-kiri asimetris
– skoliosis idiopatik : neurofibromatosis -
“café au lait” atau Spina Bifida, tanda
hairy patches.
PALPASI
– berjalan dengan kedua kaki lebar.
apakah terdapat krepitasi,
– kasus berat dapat menyebabkan : adanya tanda-tanda
Kepala agak menunduk ke depan, inflamasi dan ada
punggung lurus dan tidak mobile, tidaknya gibus.
pangggul yang tidak sama tinggi
PEMERIKSAAN SPESIFIK
- The Adam’s Forward Bending test
Pemeriksaan Penunjang
• X-ray
- Metode Cobb
• Scoliometer
Metode Cobb
• Cari ruas tulang yang paling miring di bagian atas kurva
dan menarik garis sejajar dengan ujung ruas tulang
belakang.
• Cari ruas tulang yang paling miring di bagian bawah
kurva dan menarik garis sejajar dengan ujung ruas
tulang belakang.
• Buat garis siku dari garis yang dibuat pada point
pertama dan point kedua.
• Sudut yang terbentuk antara dua garis paralel tersebut
adalah sudut Cobb
REHABILITASI MEDIK
• Fisioterapi : modalitas fisik, terapi latihan
• Terapi Okupasi
• Orthotik : Penyangga Milwaukee, penyangga boston
Fisioterapi
• Corel traction
• Terapi Latihan
- Latihan peregangan sisi concave
- latihan elongasi trunk
- latihan peregangan otot leher, bahu atau hip
- Latihan penguatan otot sisi convex
- Latihan deep breathing untuk meningkatkan fungsi
paru, dapat dilakukan bersamaan dengan latihan
penguatan abdominal, stretching trunk, dan saat
stretching otot pectoralis
- Latihan derotasi trunk, sambil deep breathing exercise
dan lateral fleksi trunk (untuk meregangkan sisi
concave)
- Latihan Yoga disarankan melakukan derotasi vertebra
Orthotik
• Penyangga Milwaukee / Cervico Torakal
Lumbo Sacral Orthosis (CTLSO)
• Penyangga Boston
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. PT
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 14 tahun
• Status Pernikahan : Belum Menikah
• Agama : Katholik
• Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Naikoten
Kel. Utama •Bahu kanan dan kiri tidak sama tinggi.

• Pasien datang dengan keluhan bahu kanan dan kiri tidak


sama tinggi. Awalnya orang tua pasien menyadari bahwa
bahu anak sebelah kiri dan kanan terlihat tidak sama
tinggi (bahu kanan lebih tinggi) baik saat duduk maupun
berjalan sejak sekitar 5 bulan yang lalu, tetapi dibiarkan
karena tidak mengganggu. Orang tua pasien baru
membawa pasien ke RS saat ini karena pasien mulai
RPS mengeluhkan adanya gangguan aktivitas sejak kurang
lebih 1 bulan terakhir. Pasien juga mengatakan badannya
cenderung miring ke kanan. Keluhan tersebut menetap
dan bertambah berat. Pasien mengeluhkan bahwa ada
keterbatasan gerak seperti membungkuk, jongkok-berdiri,
berjalan jauh, maupun duduk lama. Pasien juga kadang
merasakan nyeri dipunggung bawah pasien.
•Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa
Riwayat Penyakit Terdahulu
sebelumnya. Riwayat trauma (-)

Riwayat Keluarga • Tidak ditemukan keluarga yang menderita


keluhan serupa seperti pasien.

Pasien memiliki kebiasaan menulis dengan posisi


duduk sedikit menunduk dan sedikit miring ke kiri.
Riwayat Kebiasaan Pasien juga memiliki kebiasaan ke sekolah dengan
membawa tas jinjingan di bahu kiri yang berat
setiap harinya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Kesadaran : CM, GCS E4V5M6
• Tinggi Badan : 150cm
• Berat Badan :48 kg
• IMT :21,3 (normoweight)

Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
• Frekuensi nadi : 76 x/menit, reguler, kuat angkat
• Frekuensi napas : 20 x/menit, reguler
• Suhu aksiler : 36⁰C
• VAS skor :3
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala / leher
• Anemis (-/-), ikterik (-/-),sianosis (-), pembengkakan KGB (-/-) trakea
tepat di tengah (+)
Toraks
• Jantung : S1S2 reguler, bising jantung(-)
• Paru : Gerakan pernafasan simetris kiri=kanan, suara pernafasan
vesikuler +/+,ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen
• Flat (+), nyeri tekan (-), timpani (+), bising usus (+) normal
Ekstremitas
• Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
STATUS LOKALIS DAN NEUROLOGIS
• Inspeksi
• Thorax : deviasi prosessus spinosus v.thorakolumbal
(+) ke arah kanan, tampak bahu kanan lebih tinggi, asimetris
skapula (skapula kanan tampak lebih tinggi)
• Pelvis : pelvis tampak asimetris (hip kiri lebih tinggi)
• Ekstremitas bawah : panjang tungkai simetris kanan dan kiri
Anggota gerak atas
• Motorik Kanan Kiri
• Pergerakan : (+) (+)
• Kekuatan : 5-5-5 5-5-5
• Tonus : N N
• Refleks Kanan Kiri
• Refleks biceps : (+) (+)
• Refleks triceps : (+) (+)
• Refleks radius : (+) (+)
• Refleks ulna : (+) (+)
• Refleks Hoffmann : (-) (-)
• Refleks Tromner : (-) (-)
• Sensibilitas Kanan Kiri
• Sensibilitas : (+) (+)
• Perasaan nyeri : (+) (+)
• Termal : (+) (+)
• Diskriminasi dua titik : (+) (+)
• Perasaan lokalis : (+) (+)
• Posisi : (+) (+)
Anggota gerak bawah
• Motorik Kanan Kiri
• Pergerakan : (+) (+)
• Kekuatan : 5-5-5 5-5-5
• Tonus : N N
• Refleks Kanan Kiri
• Refleks Patella : (+) (+)
• Refleks Achilles : (+) (+)
• Refleks Babinsky : (-) (-)
• Refleks Chaddock : (-) (-)
• Refleks Schaefer : (-) (-)
• Refleks Oppenheim : (-) (-)
• Refleks Gordon : (-) (-)
• Refleks Gonda : (-) (-)
• Refleks Bing : (-) (-)
• Refleks Mendel-Bechterew : (-) (-)
• Refleks Rosolimo : (-) (-)
• Klonus paha : (-) (-)
• Klonus kaki : (-) (-)
• Tes Laseque : >70 >70
• Sensibilitas Kanan Kiri
• Sensibilitas : (+) (+)
• Perasaan nyeri : (+) (+)
• Termal : (+) (+)
• Diskriminasi dua titik : (+) (+)
• Perasaan lokalis : (+) (+)
• Posisi : (+) (+)
• Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
• Cara berjalan : normal gait
• Test Romberg : normal
• Ataxia : negatif
• Gerakan – gerakan abnormal
• Tremor : (-)
• Athetose : (-)
• Myocloni : (-)
• Chorea : (-)
• Alat Vegetatif
• Miksi : dalam batas normal
• Defekasi : dalam batas normal
STATUS LOKALIS
• Regio Lumbosakral
• Inspeksi : Alignment vertebra deviasi, edema (-
), kemerahan (-), deformitas (-)
• Palpasi : Nyeri tekan paravertebral (+), nyeri tekan sacroiliaca
(-), nyeri tekan piriformis (-)/(-), spasme otot paravertebral lumbal
(+)
• Lingkup Gerak Sendi

LGS Trunkus Hasil Pemeriksaan Normal


Fleksi 0°-80° 0°-80°
Ekstensi 0°-45° 0°-45°
Rotasi D/S 0°-60 ° 0°-60°
LGS Hip Dekstra Sinistra Normal
Fleksi-Ekstensi 100 °-0°-30° 100°-0°-30° 120°-0°-30°
Abduksi –Adduksi 45°-0°-35° 45°-0°-35° 45°-0°-35°

Internal Rotasi- 45°-0°-45° 45°-0°-45° 45°-0°-45°


Eksternal Rotasi
Pemeriksaan Ekstremitas Inferior
Dekstra Sinistra
Gerakan Normal Normal
Kekuatan Otot (miotom) 5/5/5 5/5/5
Tonus Normal Normal
Atrofi Otot - -
Refleks Fisiologis Normal Normal
Refleks Patologis - -
L2 (fleksor panggul) 5 5
L3 (ekstensor lutut) 5 5
L4 (dorsofleksor pergelangan kaki) 5 5
L5 ( ekstensor jempol kaki) 5 5
S1 (plantarfleksor pergelangan kaki) 5 5
Sensibilitas Normal Normal
• Tes Provokasi
• Tes Nafziger : (-)
• Tes Valsava : (-)
• Tes Laseque : (-)/(-)
• Tes Patrick : (-)/(-)
• Tes Kontra Patrick : (-)/(-)
• Tes Bragard : (-)/(-)
• Tes Sicard : (-)/(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Polos
Kesan : Skoliosis
thorakolumbalis
DIAGNOSIS
• Diagnosis Klinis : Skoliosis thorakolumbalis
• Diagnosis Etiologik : Skoliosis fungsional
• Problem Rehabilitasi Medik
• Impairment :Vertebra thorakolumbal membengkok ke
sebelah kanan.
• Disability : Ada keterbatasan gerak, seperti membungkuk,
jongkok-berdiri, berjalan jauh, maupun duduk lama. Kadang
terdapat nyeri pada punggung bawah.
• Handicapt :Tidak ada keterbatasan dalam melakukan
aktifitas/kegiatan sebagai pelajar maupun di masyarakat.
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa : Paracetamol 3x500mg (po) p.r.n. nyeri.
• Non medikamentosa :
• Fisioterapi
• Evaluasi: Postur tubuh, Alignment vertebra, simetrisitas
skapula dan pelvis
• Program: Traksi , Infrared di regio thorakolumbal, Back
exercise, TENS.
• Okupasi Terapi
Evaluasi: Postur tubuh, kebiasaan mengangkat atau membawa
beban berat menggunakan salah satu sisi tubuh, kebiasaan
bertumpu dengan menggunakan satu sisi tubuh (seperti
menulis, duduk dan berbaring).
• Program:
Edukasi cara melakukan aktivitas harian dengan proper body
mechanism, postural training menggunakan korset pada
penderita skoliosis.
• Ortotik Prostetik
Evaluasi: - Postur tubuh.
• Program: penggunaan alat bantu penyangga.

• Psikologi
Evaluasi : Kontak, pengertian, dan komunikasi baik, semangat untuk
melakukan terapi.
Program :
• memberi dukungan mental pada pasien dan keluarga untuk
menjalani pengobatan.
• motivasi untuk berobat teratur.
• Sosial Medik
Evaluasi :
• Menilai kasur yang digunakan dan kursi.
• Menilai cara penderita menggangkat dan membawa barang yang
bertumpu pada tulang belakang seperti kegiatan membawa tas dll.
• Tidak ada masalah dalam biaya pengobatan.
Program :
• Edukasi penderita untuk menggunakan kasur yang padat dan datar.
• Edukasi penderita untuk menggunakan kursi dengan punggung kursi
berbentuk huruf S.
• Edukasi penderita cara mengangkat dan membawa barang tanpa
menimbulkan nyeri dengan proper back mechanism.
• Edukasi
Waktu beraktivitas:
• Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu
mengangkat barang terlalu berat pada satu sisi tubuh.
• Dianjurkan untuk sementara waktu menggunakan korset.
Waktu berjalan:
• Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk:
• Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin kontak dengan
punggung kursi.
Waktu tidur:
• Sebaiknya menggunakan alas yang padat.
• Sebaiknya tidur tidak miring pada satu sisi.
• Home program
• Melakukan latihan-latihan dan edukasi di rumah:
• Menghindari mengangkat beban yang berat.
• Back exercises.
• Proper body mechanism : (cara berdiri, cara berjalan, cara duduk,
cara tidur yang benar).
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Definisi scoliosis merupakan Pada kasus, saat anamnesis pasien
deformitas tulang belakang yang didapatkan keluhan sesuai dengan
menggambarkan deviasi vertebra ke manifestasi klinis scoliosis, pada
pemeriksaan fisik didapatkan deviasi
arah lateral dan rotasional, dapat
prosessus spinosus v.thorakolumbal
membentuk huruf ‘S’ atau ‘C’. (+) ke arah kanan, tampak bahu
kanan lebih tinggi, asimetris skapula
(skapula kanan tampak lebih tinggi),
dan pelvis tampak asimetris (hip kiri
lebih tinggi). Pada foto x-ray PA
vertebra thoracolumbal pasien
didapatkan malalignment vertebra
thoracolumbal. deviasi ke arah
dextra, dan membentuk huruf ‘S’.
Teori Kasus
Berdasarkan epidemiologi diketahui Pasien merupakan An. AT dengan
bahwa angka kejadian skoliosis jenis kelamin perempuan dan usia
adalah kira-kira dua kali lebih sering 14 tahun, dan jenis deformitas yang
dialami pasien yang termasuk
pada perempuan daripada laki-laki,
remaja merupakan scoliosis.
sering terlihat pada usia lebih dari 10
tahun. Skoliosis merupakan bentuk
paling umum deformitas tulang
belakang yang terjadi pada masa
kanak-kanak dan remaja.
Teori Kasus
Skoliosis dapat diakibatkan dari posisi tubuh Pasien memiliki kebiasaan
yang salah misalnya duduk dengan berulang- menulis dengan posisi
ulang, punggung terlalu membungkuk, duduk sedikit menunduk
dan sedikit miring kekiri.
kepala terlalu terangkat, menyandarkan
Pasien juga memiliki
tubuh pada posisi yang salah pada satu sisi kebiasaan ke sekolah
tubuh, maka karena hal tersebut kerja otot dengan membawa tas
tidak akan pernah seimbang. Deviasi tulang jinjingan di bahu kiri yang
pada scoliosis dapat diakibatkan karena salah berat setiap harinya.
sikap tubuh yang terjadi pada masa anak-
anak dan remaja, disebabkan karena
kebiasaan yang salah terutama dalam sikap
duduk di sekolah.
Teori Kasus
Manifestasi klinis yang dapat timbul Berdasarkan anamnesis pasien pada
pada pasien scoliosis adalah badan kasus, pasien mengeluhkan bahu kanan
condong ke lateral flexion, salah satu dan kiri tidak sama tinggi, badan
cenderung miring ke kanan, ada
bahu lebih tinggi dari yang lain, salah
keterbatasan gerak, seperti
satu hip lebih tinggi dari yang lain, membungkuk, jongkok-berdiri, berjalan
terdapat penonjolan salah satu scapula jauh, maupun duduk lama. Pasien juga
(shoulder blade), payudara yang kadang merasakan nyeri di punggung
asimetris pada wanita, rib cage bawah pasien. Keluhan nyeri otot dan
menonjol di satu sisi, kepala tidak keterbatasan gerak yang dialami pasien
dapat merupakan akibat dari overuse
sejajar langsung dengan panggul.
pada salah satu sisi otot yang dalam
waktu terus menerusakibat dari suatu
mekanisme untuk menjaga
keseimbangan pada penderita skoliosis.
.
Teori Kasus
Pada pemeriksaan fisik skoliosis Pada saat melakukan pemeriksaan
dapat dilakukan inspeksi dan palpasi fisik pada pasien, didapatkan deviasi
tulang belakang dan daerah prosessus spinosus v.thorakolumbal
(+) ke arah kanan, tampak bahu
sekitarnya. Pada inspeksi didapatkan
kanan lebih tinggi, asimetris skapula
tulang belakang melengkung secara (skapula kanan tampak lebih tinggi),
abnormal ke arah samping, badan dan pelvis tampak asimetris (hip kiri
miring ke salah satu sisi, maupun lebih tinggi).
keasimetrisan scapula atau hip. Pada .

palpasi, perlu diperhatikan adanya


tanda krepitasi, tanda inflamasi,
maupun ada/tidaknya gibus.
Teori Kasus
Fisioterapi yang dapat Pada pasien kasus, diberikan tatalaksana
medikamentosa berupa analgesic untuk mengatasi
dilakukan pada pasien
keluhan nyeri otot pasien. Tatalaksana non-
scoliosis adalah farmakologis berupa edukasi dan rehabilitasi medic.
menggunakan Fisioterapi yang diberikan berupa traksi, infrared di
modalitas traksi dan regio thorakolumbal, back exercise, dan TENS. Okupasi
terapi yang diberikan berupa cara melakukan aktivitas
latihan. Pada
harian dengan proper body mechanism, postural
penggunaan ortotik, training, menggunakan korset/brace. Ortotik yang
dapat menggunakan diberikan berupa penggunaan alat bantu penyangga.
Cervico Torakal Lumbo Dan diberikan edukasi pasien pada waktu beraktivitas,
waktu berjalan, waktu duduk, waktu tidur. Home
Sacral Orthosis (CTLSO) Program yang diberikan berupa latihan dan edukasi
brace atau penyangga menghindari mengangkat beban yang berat, back
boston. exercises, proper body mechanism : cara berdiri, cara
berjalan, cara duduk, cara tidur yang benar.
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus skoliosis pada An. AT berusia 14 tahun.
Pasien ini didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien mendapatkan perawatan yang sesuai
indikasi. Pada pasien, diberikan tatalaksana medikamentosa berupa
analgesic untuk mengatasi keluhan nyeri otot pasien. Tatalaksana non-
farmakologis berupa edukasi dan rehabilitasi medic. Fisioterapi yang
diberikan berupa traksi, infrared di regio thorakolumbal, back exercise,
dan TENS. Okupasi terapi yang diberikan berupa cara melakukan
aktivitas harian dengan proper body mechanism, postural training,
menggunakan korset/brace. Ortotik yang diberikan berupa
penggunaan alat bantu penyangga. Dan diberikan edukasi pasien pada
waktu beraktivitas, waktu berjalan, waktu duduk, waktu tidur. Home
Program yang diberikan berupa latihan dan edukasi menghindari
mengangkat beban yang berat, back exercises, proper body mechanism
: cara berdiri, cara berjalan, cara duduk, cara tidur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
• Janicki, J. A., & Alman, B. (2007). Scoliosis: Review of Diagnosis and
Treatment. Paediatr Child Health, 771-776.
• Suyono, Slamet KE. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid ll
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
• Kuester V. Idiopathic Scoliosis [homepage on the Internet]. Nodate
[cited June 2017]. Available from: http://w3.cns.
org/university/pediatrics/Scoliosis.html
• Braddon L Randall, Chan L, Harrast MA,.2011. Physical Medicine
&Rehabilitation. Ed 4th.Elsevier.
• Anderson S. 2007. Spinal Curves and Scoliosis Radiologic
TechnologySeptember-October Vol.79/No.1. Virginia.
• Apley GA, Solomon L. 2013. Buku Ajar : Ortopedi dan Fraktur Sistem
Apley . Edisi 7. Jakarta : Widya Medika,.
• Murphy K, Wunderlich CA, Pico EL, Driscoll SW, Moberg-Wolff E, Rak
M. 2010. Orthopaedic and musculoskeletal condition. In: Alexander
MA, Matthews DJ (editors). Pediatic Rehabilitation Principles and
Practice (Fourth Edition). New York: Demos Medical Publishing
• Satria M. 2011. Deskripsi Gangguan Bentuk Tulang Belakang. FKUI:
Jakarta.Ballinger P, Frank E. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic
Positions and Radiographic Procedures. 10th ed. St. Louis, MO:
Mosby Inc.
• Tirza Z.Tamin. 2010. Bahan Mata Ajar Fisioterapi Pediatri.
Fisioterapi UI. Jakarta: Vokasi Kedokteran
• Soultanis K. 2008. Identification of a high-risk young population for
progressive idiopathic scoliosis. from5th International Conference
on Conservative Management of Spinal Deformities Athens, Greece.
3–5 April 2008
• Nachemson AL & Sahlstrand A. 2007. Etiologic factors in adolescent
idiopathic scoliosis. Spine. 2:176-84
• Suriani S. 2013. Tesis “Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Tidak
Terbukti Lebih Baik Dalam Memperkecil Derajat Skoliosis Idiopatik
Daripada Klapp Exercise dan Koreksi Postur Pada Anal Usia 11-13
tahun. Udayana Denpasar.
• Sabatini. 2002. Radiologic Evaluation of Scoliosis in Young People.
Harvard Medical School Year III.
• Paul SM. 2005. Scoliosis and other spinal deformities. In: DeLisa JA,
Frontera FW, Gans BM, Walsh NE, Robinson LR, editors. Physical
Medicine and Rehabilitation: Principles and Practice (Fourth
Edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
• Harjono, J. 2005 .Scoliosis Temu Ilmiah Tahunan Fisiterapi XX.
Cirebon
• Yohanes, P. 2009. Terapi latihan pada penderita skoliosis dengan
metode klapp. FKUA: Surabaya.
• Gordon.C.M., Katzman. D.K., Rausen. D.S., Woods.E.R. 2006.
Adolescent Health Care A practical Guide. Fifth Edition.
• Romano M, Minozzi S, Bettany-Saltikov J, Zaina F, Chockalingam N,
Kotwicki T, et al. Exercises for adolescent idiopathic scoliosis
(Protocol). The Cochrane Library. Issue 4. New Jersey: JohnWiley &
Sons, Ltd.; 2012
• Kaiser. 2008. Scoliosis Exercises Physical Therapy Department.
Harvard Medical School.
• Emans JB, Hedequist D, Miller R, Cassella M, Hresko MT, Karin L, et
al. Reference Manual for the Boston Scoliosis Brace. Boston Brace
International, Inc. 2003.
• Safitri. W. P.,2010. Waspadai Scoliosis Pada Anak. FK Unair:
Surabaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai