TUMOR COLON
Disusun Oleh:
Yolanda Yasinta Ina Tuto, S.Ked
(1508010035)
Pembimbing:
dr. Herman P. L. Wungouw, Sp.Rad
8.7% 11.7%
Sekum Sigmoid
1.9% 9.7%
51.5%
CT-Scan
Tanggal pemeriksaan : September 2019
Jenis pemeriksaan : MSCT Abdomen tanpa dan dengan kontras.
Klinis : susp. tumor colon sigmoid, metastasis hepar, sulit
BAB – keluar seperti kotoran kambing.
Hasil Foto :
Hasil Pembacaan Foto:
1) Tampak massa solid, irregular, sirkuler, di colon sigmoid sepanjang
±7,9cm yang menyebabkan penyempitan lumen colon sigmoid di sekitar
massa
2) Tampak dilatasi colon proksimal dari massa
3) Hepar : ukuran membesar, tampak multiple lesi hypodense irregular
dengan ukuran terkecil 1,5cm dan terbesar 6cm di lobus kanan-kiri hepar,
IHBD/EHBD normal, VP/VH normal
4) Tampak densitas cairan bebas ekstralumen intraabdomen minimal di
perihepatic dan paracolic sekitar massa colon sigmoid
5) Gallbladder : ukuran normal, tak tampak penebalan dinding GB, tak
tampak sludge/batu/massa
6) Pankreas : ukuran normal, densitas parenchym normal, tak tampak
massa/kista/kalsifikasi, tak tampak dilatasi ductus
7) Lien : ukuran normal, densitas parenchym normal, tak tampak
nodul/kista/massa
8) Ginjal kanan : ukuran normal, densitas parenchym normal, tak tampak
ektasis pelvicocalyceal, tak tampak batu/kista/massa
9) Ginjal kiri : ukuran normal, densitas parenchym normal, tak tampak
ektasis pelvicocalyceal, tak tampak batu/kista/massa
10) Buli : terisi urine, tak tampak penebalan dinding buli, tak tampak
batu/massa
11) Prostat : ukuran normal, densitas parenchym normal, tak tampak
massa/kalsifikasi
12) Tak tampak densitas cairan bebas di cavum pleura kanan-kiri.
Kesan:
- Massa solid, irregular, sirkuler, di colon sigmoid sepanjang ±7,9cm
yang menyebabkan penyempitan lumen colon sigmoid di sekitar
massa: susp. Ca colon sigmoid yang menyebabkan dilatasi colon
proksimal dari massa (ileus obstruktif letak rendah)
- Hepatomegaly e.c multiple lesi hypodense irregular dengan ukuran
terkecil 1,5cm dan terbesar 6cm di lobus kanan-kiri hepar (metastase
proses di hepar)
- Ascites intraabdomen minimal di perihepatic dan paracolic sekitar
massa colon sigmoid.
2.6 ASSESSMENT
- Susp. Ca colon sigmoid
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Patofisiologi
Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik
dan faktor lingkungan. Kanker kolorektal yang sporadik muncul setelah melewati
rentang masa yang lebih panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan
berbagai perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker
kolorektal (herediter dan sporadik) tidak muncul secara mendadak melainkan melalui
proses yang diidentifikasikan pada mukosa kolon (seperti pada displasia adenoma)
(Abdullah, 2006).
Faktor lingkungan yang berperan pada karsinogenesis kanker kololrektal dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Faktor Lingkungan Yang Berperan Pada Karsinogenesis Kanker Kololrektal
1. Probably related
a. Konsumsi diet lemak tinggi
b. Konsumsi diet lemak rendah
2. Possibly related
a. Karsinogen dan mutagen
b. Heterocyclic amines
c. Hasil metabolisme bakteri
d. Bir dan konsumsi alkohol
e. Diet rendah selenium
3. Probably protektif
a. Konsumsi serat tinggi
b. Diet kalsium
c. Aspirin dan OAINS
d. Aktivitas fisik (BMI rendah)
4. Possibly protekstif
a. Sayuran hijau dan kuning
b. Makanan dengan karoten tinggi
c. Vitamin C dan E
d. Selenium
e. Asam folat
5. Cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor
6. Hormone Replacement Theraphy (estrogen)
(Sumber : Abdullah, 2006).
Kanker kolon terjadi sebagai akibat dari kerusakan genetik pada lokus yang
mengontrol pertumbuhan sel. Perubahan dari kolonosit normal menjadi jaringan
adenomatosa dan akhirnya karsinoma kolon menimbulkan sejumlah mutasi yang
mempercepat pertumbuhan sel. Terdapat 2 mekanisme yang menimbulkan instabilitas
genom dan berujung pada kanker kolorektal yaitu : instabilitas kromosom
(Cromosomal Insyability atau CIN) dan instabilitas mikrosatelit (Microsatellite
Instability atau MIN). Umumnya asl kenker kolon melalui mekanisme CIN yang
melibatkan penyebaran materi genetik yang tak berimbang kepada sel anak sehingga
timbulnya aneuploidi. Instabilitas mikrosatelit (MIN) disebabkan oleh hilangnya
perbaikan ketidakcocokan atau missmatch repair (MMR) dan merupakan
terbentuknya kanker pada sindrom Lynch (Abdullah, 2006).
Gambar di bawah ini menunjukkan mutasi genetik yang terjadi pada perubahan
dari adenoma kolon menjadi kanker kolon.
Awal dari proses terjadinya kanker kolon yang melibatkan mutasi somatik
terjadi pada gen Adenomatous Polyposis Coli (APC). Gen APC mengatur kematian
sel dan mutasi pada gen ini menyebabkan pengobatan proliferasi yeng selanjutnya
berkembang menjadi adenoma. Mutasi pada onkogen K-RAS yang biasnya terjadi
pada adenoma kolon yang berukuran besar akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel yang tidak normal (Abdullah, 2006).
(Sumber : http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/C/Cancer.html)
Transisi dari adenoma menjadi karsinoma merupakan akibat dari mutasi gen
supresor tumor p53. Dalam keadaan normal protein dari gen p53 akan menghambat
proliferasi sel yang mengalami kerusakan DNA, mutasi gen p53 menyebabkan sel
dengan kerusakan DNA tetap dapat melakukan replikasi yang menghasilken sel-sel
dengan kerusakan DNA yang lebih parah. Replikasi sel-sel dengan kehilangan
sejumlah segmen pada kromosom yang berisi beberapa alele (misal loss of
heterizygosity), hal ini dapat menyebabkan kehilangan gen supresor tumor yang lain
seperti DCC (Deleted in Colon Cancer) yang merupakan transformasi akhir menuju
keganasan (Abdullah, 2006).
Perubahan genetik yang terjadi selama evolusi kanker kolorektal dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
(sumber : Abdullah, 2006).
Harapan hidup pasien dengan kanker kolon bergantung pada derajat penyebaran
saat pasien datang. Prognosis pasien berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor
ke dinding kolon, keterlibatan KGB regional atau metastasis jauh, penyebaran lokal
yang dapat menyebabkan perlekatan dengan struktur yang tak dapat diangkat, dan
derajat histologi yang tinggi. Semua variabel ini digabung sehingga dapat ditentukan
sistem staging yang dimodifikasi dari skala Dukes-Turnbull. Untuk semua pasien
hasil kelangsungan hidup adalah sekitar 25% tetapi pada pasien yang bisa diobati
dengan reseksi meningkat menjadi 50% dan jika tidak menembus seluruh ketebalan
dinding kolon maka harapan hidupnya hampir normal. Kriteria terpenting adalah
keterlibatan KGB regional saat dilakukan reseksi primer, pasien dengan tumor yang
belum menembus dinding kolon dan belum terdapat keterlibatan KGB regional
mempunyai harapan hidup 90%, tapi bila KGB regional sudah terlibat angka harapan
hidup menurun tinggal 40%. Jumlah KGB regional yang terlibat juga penting, karena
apabila lebih dari 3 KGB regional terlibat angka harapan hidup menjadi lebih rendah
yaitu 15-26%. Pada intinya kanker yang sudah menunjukkan gejala biasanya pada
stadium yang sudah parah dan angka harapan hidup secara keseluruhan ahanya
berkisar 50%. Prognosis yang buruk juga terjadi pada pasien dengan usia muda,
menderita kanker koloid, dan menunjukkan gejala obstruksi atau perforasi
(Roediger, 1994).
Klasifikasi kanker kolorektal menurut Dukes-turnbull dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat
dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan. Pemeriksaan
kolon yang lengkap dapat mencapai >95% pasien. Rasa tidak nyaman yang timbul
dapat dikurangi dengan pemberian obat penenang intravena meskipun ada risiko
perforasi dan perdarahan. Kolonoskopi dengan enema barium terutama untuk
mendeteksi lesi kecil seperti adenoma. Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada
pasien yang diperkirakan menderita polip kolon. Kolonskopi mempunyai sensitivitas
95% dan spesitivitas 99% paling tinggi untuk mendeteksi polip adenomatous, di
samping itu dapat melakukan biopsi untuk menegakkan diagnosis secara histologis
dan tindakan polipektomi penting untuk mengangkat polip.
Evaluasi histologis
Adenoma diklasifikasikan sesuai dengan gambaran histologi yang dominan,
yang paling sering adalah adenoma tubular 85%, adenoma tubulovisum 10% dan
adenoma serrata 1%. Temuan sel atipik pada adenoma dikelompokkan menjadi
ringan, sedang dan berat. Gambaran atipik berat menunjukkan adanya fokus
karsinomatosus namun belum menyentuh membran basalis. Bilamana sel ganas
menembus membran basalis tapi tidak melewati muskularis mukosa disebut
karsinoma intramukosa. Secara umum displasi bearat atau adenokarsinoma
berhubungan dengan dengan ukuran polip dan dominasi jenis vilosum.
Gambaran histologis kanker kolon bisa dilihat pada gambar di bawah ini :
2.7 Penatalaksanaan
Meskipun adenoma kolon merupakan lesi pre maligna, namun perjalanan
menjadi adenokarsinoma belum diketahui. Pengamatan jangka panjang menunjukkan
bahwa perkembangan menjadi adenokarsinoma dari polip 1 cm 3% setelah 5 tahun,
8% setelah 10 tahun dan 24% setelah 20 tahun diagnosis ditegakkan. Pertumbuhan
dan potensi ganas bervariasi secara substansial. Rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk perubahan adenoma menjadi adebikarsinoma adalah 7 tahun, laporan lain
menunjukkan polip adenomatous dengan atipia berat menjadi kanker membutuhkan
waktu rata-rata 4 tahun dan bila atipia sedang 11 tahun (Abdullah, 2006).
Kemoprevensi
Obat Anti Inflamatori Steroid (OAIN) termasuk aspirin dianggap berhubungan
dengan penurunan motalitas kanker kolon. Bebrapa OAIN seperti sulindac dan
celecoxib telah terbukti sewcara efektif menurunkan insidens berulangnya adenoma
pada pasien dengan Familial Adenomatous Polyposis (FAP). Data epidemiologi
menunjukkan adanaya penurunan risiko kanker di kalangan pemakai OAIN namun
bukti yang mendukung manfaat pembrian aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah
kanker kolon sporadik masih lemah. (FKUI)
Endoskopi dan operasi
Umumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan tingkat polipektomi. Bila
ukuran <5mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau elektrokoagulasi
bipolar. Di samping polipektomi dapat diatasi dengan operasi, indikasi untuk
hemikolektomi adalah tumor di caecum, kolon ascenden, kolon transversum tetapi
lesi di fleksura lienalis dan kolon desenden di atasi dengan hemikolektomi kiri.
Tumor di sigmoid dan rektum proksimal dapat diangkat dengan tindakan Low
Anterior Resection (LAR). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila
operasi dikerjakan secara emergensi maka angka mortalitas menjadi lebih tinggi.
Reseksi terhadap metastasis di hepar dapat memberikan hasil 23-35% rata-rata bebas
tumor.
Beberapa contoh tindakan polipektomi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Penentuan stadium
A B C
Tumor metastasis
Tumor Dukes A dan B1 Tumor Dukes B2 dan C
Pembedahan
Pembedahan radikal Pembedahan radikal
paliatif
2.8 Komplikasi
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain :
a. Obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi
b. Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal
c. Perluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan
Komplikasi yang timbul setelah pembedahan (reseksi usus besar) dibagi
menjadi 2 berdasarkan perkiraan waktu munculnya komplikasi, yaitu komplikasi
segera dan komplikasi lambat. Komplikasi segera meliputi :
a. Kardiorespirasi
b. Kebocoran anastomosis
c. Infeksi luka
d.Retensi urine
e. Impoten
Komplikasi lambat meliputi :
a. Kekambuhan
b. Sistemik
c. Lokal
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta hal: 373-378
2. Aninomous,http://medicineworld.org/cancer/colon/epidemiology-of-colon-
cancer. html diupload tanggal 7 Oktober 2011 15:58 WIB.
3. Anonimous,http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/C/Cancer.htm
l diupload tanggal 7 Oktober 2011 16:39 WIB.
4. Jones & Schofield. 1996. Neoplasia Kolorektal dalam Petunjuk Penting
Penyakit Kolorektal. EGC : Jakarta hal :58-65
5. Roediger, WEW. 1994. Cancer of the Colon, rectum and Anus in Manual of
Clinical Oncology Sixth edition. UICC : Germany p:336-347
6. Rudy, David R & Zdon, Michael J. 2000. American family physician Update on
Colorectal Cance r < http://www.aafp.org/afp/20000315/1759.html>
7. Schein, Philips. 1997. Onkologi Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Binarupa Aksara : Jakarta.
8. Winawer SJ, Fletcher RH, Miller L, Godlee F, Stolar MH, Mulrow CD, et al.
Colorectal cancer screening: clinical guidelines and rationale.
Gastroenterology 1997;112:594-642 [Published errata in Gastroenterology
1997;112:1060 and 1998;114:635].)