Anda di halaman 1dari 13

DIPLOPIA

Kartika yulianti
1310211028

1
Definisi
Definisi
• Diplopia adalah persepsi bayangan ganda saat melihat satu benda.
Dipopia bisa terjadi monokuler maupun binokuler.
- Diplopia monokuler ada jika salah satu mata dibuka sedangkan diplopia
binokuler hilang jika salah satu mata ditutup

• Sedangkan menurut kamus besar Dorland, didefinisikan sebagai adanya


persepsi dua gambar dalam satu obyek.

2
Patogenesis
Patogenesis
• Dua mekanisme utama : misalignment okuler dan aberasi
okuler (misal defek kornea, iris, lensa, atau retina)

• Misalignment okuler menyebabkan terganggunya kapasitas


fusional sistem binokuler. Koordinasi neuromuskuler yang
normal tidak dapat menjaga korespondensi visual objek pada
retina kedua mata. Dengan kata lain, sebuah objek yang
sedang dilihat tidak jatuh pada fovea kedua retina, maka
objek akan tampak pada dua tempat spasial berbeda dan
diplopia pun terjadi.

3
DiplopiaBinokuler
Diplopia Binokuler

• Diplopia binokuler adalah penglihatan ganda terjadi bila melihat


dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup

• etiologi :
1. Displacement orbital atau okuler: trauma, massa atau tumor,
infeksi, oftalmopati terkait-tiroid.
2. Restriksi otot ekstraokuler: oftalmopati terkait-tiroid, massa
atau tumor, penjepitan otot ekstraokuler, lesi otot ekstraokuler,
atau hematom karena pembedahan mata.

4
3.Kelemahan otot ekstraokuler: miopati kongenital, miopati
mitokondrial, distrofi muskuler.
4.Kelainan neuromuscular junction: miastenia gravis, botulism.
5.Disfungsi saraf kranial III, IV, atau VI: iskemia, hemoragik, tumor
atau massa, malformasi vaskuler, aneurisme, trauma, meningitis,
sklerosis mutipel.
6.Disfungsi nuklear saraf kranial di batang otak: stroke, hemoragik,
tumor atau massa, trauma, malformasi vaskuler.
7.Disfungsi supranuklear yang melibatkan jalur ke dan antara nukleus
saraf kranial III, IV atau VI: stroke, hemoragik, tumor atau massa,
trauma, sklerosis multipel, hidrosefalus, sifilis, ensefalopati
Wernicke, penyakit neurodegeneratif.

5
Diagnosis
Diagnosis
• Anamnesis
Tiga gejala yang penting harus diketahui dengan jelas:
1. Apakah menutup salah satu mata membuat diplopia hilang?
2. Apakah deviasi sama pada semua arah gaze (pandangan) atau oleh
penekukan dan pemutaran kepala dalam berbagai posisi?
3. Apakah objek kedua terlihat horizontal (bersisian) atau vertikal (atas dan
bawah)?

6
Pemeriksaan Diplopia Binokuler
1. Pemeriksaan Bola Mata, Orbita, dan Kelopak Mata
2. Pemeriksaan Pergerakan Otot Ekstraokuler
3. Pemeriksaan Neuromuscular Junction
4. Pemeriksaan Saraf Kranial III, IV, dan VI
5. Pemeriksaan batang otak
6. Pemeriksaan jalur supranuklear

7
Temuan yang dapat mengindikasikan terjadinya defisit dari saraf kranial:

• Saraf III: kelopak mata terasa berat, mata melenceng ke arah bawah,
• pelebaran pupil kadang-kadang
• Saraf IV: Vertikal diplopia buruk pada pandangan ke bawah; pasien
• memiringkan kepala untuk memperbaiki penglihatan
• Saraf VI: mata menyimpang medial, diplopia buruk pada pandangan
• lateral; pasien ternyata kepala untuk memperbaiki penglihatan

8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
• Pada kasus diplopia monokuler dilakukan koreksi refraksi
• Untuk kelainan orbita pemeriksaan CT scan dan MRI adalah
suatu indikasi
• Penatalaksaan dilakukukan secara klinis atau pembedahan

9
Penatalaksanaan Klinis
• Menutup satu mata
• Lensa oklusif stick-on
• Prisma Fresnel: prisma ini dapat melekat ke kacamata. Meski
prisma ini hanya cocok untuk deviasi stabil yang ada di semua
arah gaze, prisma ini mengaburkan gambar dari mata itu dan
berfungsi dalam banyak hal seperti lensa oklusif.
• Pengobatan miastenia gravis: mestinon atau agen
antikolinergik kerja lama, serta kortikosteroid.

10
Pembedahan
• Pembedahan strabismus kadang-kadang diperlukan.
• Pembedahan transposisi (pembedahan
Hummelsheim)
• Paralisis otot obliks superior Knapp
– Dengan kelemahan permanen otot obliks superior, mungkin
dapat dilakukan pelemahan otot yoke mata yang lain
• Kemodenervasi : Membantu mencegah kontraktur di
mata dengan paresis otot ekstraokuler, khususnya saat
kembalinya fungsi diharapkan.

11
Komplikasi
Komplikasi
• Pada bayi dan balita, diplopia dapat menyebabkan
supresi atau ambliopia

12
Prognosis
Prognosis
Penyebab diplopia bervariasi dari yang ringan hingga kondisi yang memiliki
konsekuensi kesehatan yang besar. 1
• Sebagai patokan, pasien dengan multipleks mononeuritis diabetik yang sembuh
spontan dalam 6 minggu.
• Penyebab optikal (misal dislokasi lensa, kelainan korneal) dapat diperbaiki.
• Fraktur blow out memiliki prognosis berbeda tergantung jumlah jaringan yang
rusak
• Pusat (neurologik) menyebabkan diplopia dapat memiliki konsekuensi yang serius
dan dalam hal tumor primer atau sekunder, prognosisnya jelek.

13

Anda mungkin juga menyukai