Anda di halaman 1dari 7

2.

Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang dimaksudkan adalah cara atau teknik memperoleh data
tentang kepadatan populasi serangga yang diamati. Ukuran kepadatan populasi suatu serangga
yang biasa digunakan adalah dalam bentuk jumlah individu per suatu satuan luas permukaan
tanah.Data ini dapat digunakan untuk menghitung atau menduga berapa jumlah individu yang
ada pada suatu daerah atau wilayah pengamatan.Tidak semua data hasil pengambilan sampel
wilayah pengamatan. Tidak semua data hasil pengambilan sampel dapat dalam bentuk kepadatan
populasi per unit permukaan tanah tetapi berupa cara pendekatan yang lain.
Sampai saat ini untuk studi ekologi dan pelaksanaan program PH dikenal ada 3 metode pokok
pengambilan sampel yaitu metode mutlak (absolut), metode nisbi (relative) dan indeks populasi.
a. Metode Mutlak
Metode pengambilan sampel mutlak menghasilkan angka pendugaan populasi dalam bentuk
jumlah individu per satuan unit permukaan tanah atau habitat serangga yang diamati.Dengan
angka kepadatan populasi yang diperoleh tersebut langsung dapat dilakukan pendugaan
kepadatan populasi pada suatu wilayah pengamatan tertentu.
Dalam pelaksanaan sampling terlebih dahulu ditetapkan unit sampel, dalam hal ini berupa satuan
luas permukaan tanah missal 1 x 1 m2.Semua individu serangga yang diamati dan berada pada
unit sampel kemudian dikumpulkan dan dihitung jumlahnya.Untuk suatu petak pengamatan
biasanya diambil beberapa unit sampel.Angka kepadatan yang terkumpul dari beberapa unit
sampel

dapat

untuk

menghitung

rata-rata

kepadatan

populasi

dari

suatu

petak

pengamatan.Apabila ingin menduga berapa jumlah populasi serangga dalam suatu wilayah yang
luasnya 1000 m2, dapat mengaikan angka rata-rata kepadatan populasi per m2 dengan kelipatan
1000.
Apabila perhitungan populasi dilaksankan pada pertanaman yang telah teratur dalam baris dan
kolom dengan menggunakan unit sampel berupa satu tanaman/pohon atau rumpun dapat
diperoleh jumlah populasi serangga untuk satu wilayah pengamatan.Unit sampel dalam bentuk
tanaman juga dimasukkan sebagai metode mutlak.Jumlah individu per tanaman dapat
dikonversikan pada unit luas permukaan tanah. Suatu contoh pada pertanaman padi yang telah

ditanam dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Dalam 1 m 2 luas tanah akan didapatkan 16 rumpun.
Apabila satu rumpun didapatkan 10 ekor wereng maka dalam 1 m2 luas permukaan tanah akan
diperoleh 160 wereng.
Metode absolut paling baik dibandingkan dengan 2 metode sampling lainnya karena memiliki
ketelitian yang tinggi.Metode ini sangat dianjurkan untuk penelitian ekologi dan penentuan
keputusan pengendalian.Dalam pelaksanaannya, metode absolut memerlukan biaya, waktu dan
tenaga yang cukupe banyak terutama ntuk ekstraksi serangga yang terkumpul.
b. Metode Nisbi
Metode pengambilan sampel nisbi menghasilkan angka penduga populasi yang sult
dikonversikan dalam unit permukaan tanah karena banyaknya faktor yang mempengaruhi angka
penduga tersebut.Cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat-ala perangkap serangga
seperti perangkap jebakan (pitfall trap) (Gambar 1) atau perangkap lampu (light trap) (Gambar
1). Data hasil penangkapan serangga akan sulit dikonversikan pada unit permukaan tanah.
Demikian juga cara pengambilan sampel dengan jarring ayun (sweep net) dapat dimasukkan
dalam metode nisbi.
Dbandingkan dengan metode mutlak, metode nisbi merupakan metode yang lebih mudah dan
lebih praktis karena umumnya dengan metode ini individu serangga lebih mudah tertangkap dan
dihitung.Tetapi dilihat dari segi ketelitian statistic metode ini termasuk rendah.Ada beberapa
usaha yang dilakuakn para peneliti untuk memperoleh model yang dapat digunakan
menkonversikan hasil tangkapan alat perangkap dengan unit permukaan tanah.Demikian juga
mereka mencoba mencari persamaan regresi antara hasil tangkapan alat perangka dengan unit
permukaan tanah.Demikian juga mereka mencoba mencari persamaan regresi antara hasil
tangkapan jala ayun dan angka unit permukaan tanah, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Hal ini
disebabkan karena hasil pengumpulan serangga dengan metode nisbi sangat dipengaruhi oleh
banyak factor antara lain keadaan lingkungan sekitar alat perangkap, keadaan dan kemampuan
petugas pengamat, waktu pengumpulan serrangga dilakukan dan lain-lainnya.
Dalam program PHT, metode pengambilan sampel dengan jala ayun telah dicoba untuk
penentuan keputusan pengendalian yaitu dengan adanya nilai Ambang Pengendalian dalam
bentuk jumlah serangga yang tertangkap dalam jala ayun selama beberapa ayunan tertentu.

Metode nisbi dapat dimanfaatkan untuk memperoleh gambaran atau indikasi tentang kapan
terjadi penerbangan maksimal serangga sehingga tindakan pengamatan dapat lebih intensif guna
upaya pengendalian.Metode nisbi tidak dianjurkan untuk studi ekologi serangg yang
memerlukan tingkat ketelitian tinggi.

3. Metode Indeks Populasi


Apabila pada meted mutlak dan metode nisbi untuk menduga sifat populasi masih dikumpulkan
dan dihitung individu serangga yang teramati tetapi pada metode indeks populasi pengamat
hanya mengukur dan menghiung apa yang ditinggalkan oelh serangga tersebut. Benda yang
ditinggalkan oleh serangga dapat berupa kotoran, kokn, sarang, dll. Misal, pada pengamatan
hama tikus yang dihitungadalah jumlah liang aktif atau liang mati. Indeks populasi yang saat ini
paling sering digunakan dalam program pengamatan rutin adalah besar kerusakan atau akibat
serangan hama yang terjadi pada tanaman yang terserang. Angka tersebut sering dalam bentuk
intensitas kerusakan berat serangan atau luas serangan hama.
Angka-angka yang dikumpulkan dengan metode ini bukan angka jumlah individu dari populasi
melainkan merupakan gambaran populasi dalam bentuk suatu indeks.Tentu saja indeks populasi
memiliki ketelitian sangat rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai penduga angka
populasi sesungguhnya. Namun, karena kepraktisannya indeks populasi masih dapat digunakan

terutama dalam proses penentuan keputusan dan dalammenaksir niali kerusakan tanaman yang
diderita.
4. Penyusunan program pengambilan sampel
Dalam menuyusun secara lengkap program pengambilan sampel pada suatu wilayah pengamatan
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan beberapa kriteria atau
ketentuan tentang pengembalian sampel. Ketentuan-ketentuan tersebut meliputi penetapan
tentang:

Unit sampel
Interval Pengambilan Sampel
Ukuran Sampel
Desain Pengambilan Sampel
Mekanik Pengambilan Sampel

Penentuan Unit Sampel


Unit sampel merupakan unit pengamatan yang terkecil. Pada unit tersebut diadakan
pengukuran dan penghitungan oleh pengamat terhadap individu serangga yang ada, dan apa yang
ditinggalkan oleh serangga yang menjadi obyek pengamatan atau variabel pengamatan. Beberapa
variabel pengamatan atau variabel pengamatan. Beberapa variabel pengamatan yang dapat
diperoleh dari unit sampel dapat berupa kepadatan atau populasi hama, populasi musuh alami,
intensitas kerusakan, dll.
Untuk menentukan unit sampel yang digunakan dalam suau program pengambilan sampel
diperlukan banyak pertimbangan statistic dan data pendukung yang cukup mewakili.Secara
teoritik unit sampel seharusnya tidak ditentukan begitu saja.Secara statistik sebelum ditetapkan
unit sampel perlu diketahui sifat sebaran spasial dan temporal serangga yang diamati, dan
sebaran serangga antar bagian tanaman. Morris (1955) dalam untung (2006) menetakan beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu unit sampel antara lain:
a. Setiap unit dan universum harus mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai
sampel
b. Ukurannya harus stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan habitat
c. Harus ada cara untuk mengubah unit sampel tersebut ke unit area permukaan tanah
d. Mudah dikerjakan di lapangan

e. Harus ada keseimbangan antara varians dan biaya pengambilan sampel.


Unit sampel juga ditentukan oleh tujuan pengamatan dan informasi apa yang diinginkan dari
lapangan. Apabila diinginkan informasi tentang suatu hama yang menyerang seluruh bagian
pohon, sebaiknya unit sampel adalah seluruh tanaman, sedangakan apabila yang dipelajari hany
serangg pemakan daun, maka unit sampel dapat dibatasi hanya pada daun saja. Metode
pengambilan sampel yang digunakan menentukan bentuk dan ukuran unit sampel yang akan
digunakan.
Ada berbagai jenis unit sampel yang saat ini digunakan dalam prktek pengamatan baik untuk
program penelitian atau untuk pengambilan keputusan pengendalian hama. Biasanya unit sampel
dikembangkan berdasarkan sifat biologi serangga dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Unit
sampel berupa:
a. Unit yang langsung berhubungan dengan suatu luas daerah misanya luas permukaan
tanah 1 x 1 m2, 1 x 2 m2, dll.
b. Unit berupa suatu volume misalnya volume tanah, satu ayunan jalan ayun, dll.
c. Unit sampel dalam bentuk bagian tanaman atau keseluruhan tanaman seperti rumpun,
batang, satu daun, satu peeah daun, 5 tanaman, dll.
d. Unit sampel dalam bentuk satuan waktu seperti jumlah serangga yang tertangkap oleh
alat pengisap D-vac selama 3 menit, jumlah serangga yang tertangkap oelh penghisap
farmcop selama 5 menit, jumlah ngengat tertangkap di perangkap lampu selama 10 jam,
dll.
e. Unit sampel dalam bentuk stadia hamanya sendiri. Unit tersebut sering digunakan untuk
mengadakan evaluasi terhadap musuh alami, misalnya berapa presentase larva hama yang
terparasit, jumlah larva parasite per larva inang, dst.

Penentuan Interval Pengambilan Sampel

Interval pengambilan sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu
pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam menetukan interval pengamatan antara lain tingkat tumbuh tanaman, daur
hidup serangga yang diamati, tujuan pengambilan sampel, factor cuaca, dll. Untuk serangga yang
mempunyai siklus pendek dan kapasitas reproduksi tinggi, interval pengamatan harus pendek
agar tidak kehilangan informasi dari lapangan. Demikian juga keadaan ini berlaku bagi
komoditas tanaman yang peka terhadap serangan hama seperti kapas, dan juga jenis hama yang
peningkatan kerusakannya berjalan cepat.
Faktor penting yang harus diperhatikan adalah tingkat ketelitian, ketersediaan tenaga dan
biaya pengamatan.Semakin banyak tenaga pengamat yang tersedia frekuensi pengamatan dapat
diperbanyak yang berarti interval pengamatan dapat ditentukan semakin pendek.Pada sebagian
besar tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan pengambilan sampel oleh pengamat
dilaksanakan satu minggu sekali. Interval pengamatan tersebut dapat diperpendek tergantung
pada keadaan populasi hama dilapangan. Apabila populasi hama mulai mendekati Ambang
Pengendalian sebaiknya interval pengamatan semakin dipendekkan.

Penentuan Ukuran Sampel

Dalam program pengambilan sampel dan pengamatan, penentuan ukuran sampel atau jumlah
unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu pengamatan sangat menentukan kualitas
pengamatan.Penentuan ukuran sampel optimal (optimum sample size) merupakan hal yang kritis
dan sulit sehingga perlu dilakukan secara hati-hati.Ukuran sampel optimal yaitu jumlah unit
sampel yang harus diambil pada setiap kali waktu pengamatan, sehingga diperoleh data yang
diperlukan guna mengmbil kesimpulan yang benar dan dapat dipercaya.
Ukuran sampel dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu varians (s 2) yang menjelaskan
distribusi data sampel, dan biaya pengambilan sampel.Secara umum dapat dikatakan semakin
besar ukuran sampel (n) semakin dapat dipercaya harga penduga parameter populasi.Tetapi
apabila ukuran sampel besar maka biaya pengambilan sampel juga semakin besar. Sebaliknya
bila unit sampel terlalu sedikit, analisa statistik akan menghasilkan keputusan yang memiliki
ketepatan dan ketelitian rendah, sehinga kualitas dan kegunaan hasil pengamatan diragukan.

Banyak ahli statistic dan ekologi yang memberikan rumus-rumus untuk menghitung besarnya
ukuran sampel (n) misalnya South Wood (1966), Elliot (1977) dan karandinos (1976).Ukuran
sampel sangat ditentukan oleh tingkat ketelitian yang diinginkan.Semakin tinggi ketelitian yang
diinginkan semakin besar harga n (ukuran sampel).Tingkat ketelitian dapat dinyatakan dalam
berapa besar derajat toleransi dalam membuat kesalahan.Para ahli ekologi sudah menyepakati
bahwa toleransi kesalahan untuk penelitian ekologi populasi seperti studi dinamika populasi
sebesr 10% (nisbah antara standard error dan rerata), sedangkan untuk tujuan-tujuan lain seperti
untuk pengambilan keputusan pengendalian kesalahan dapat ditoleransikan mencapai 20%.
Kecuali ditentukan oleh resiko kesalahan, ukuran sampel sangat dipengaruhi oleh bentuk
sebaran populasi hama atau kerusakan hama di lapangan. Ukuran sampel semakin sedikit apabila
sebaran spatial hama merata atau regular, tetapi ukuran sampel menjadi semakin besar apabila
sebaran hama atau kerusakan semakin mengelompok.
Kendala terpenting yang menentukan berapa banyak unit sampel yang dapat diamati yaitu
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya bagi program pengamatan.Semakin sedikit biaya dan
tenaga yang tersedia semakin kecil jumlah unit sampel yang mampu diamati.Pertimbangan
statistik dan ekonomi merupakan dua hal yang perlu diperhatikan dalm perancangan program
pengamatan dan pengembalian sampel. Untuk meningkatkan ketelitian sampling penambahan
tenaga pengamat hama perlu ditambah baik nsecar kuantitas mauun kualitas melalui pendidikan
dan pelatihan.
Karena keterbatasan anggran belanja Negara sampai tahun 2003 ini jumlah petugas pengamat
hama tidak bertambah malahan cenderung menurun karena pension. Usaha yang paling baik
dilakukan adalah menambah jumlah petani pengamat.Pemerintah harus meningkatkan program
pelatihan dan pendidikan petani unuk mampu mengamati lahannya sendiri dengan menggunakan
metode pengamatan yang benar.Karena tingkat pendidikan petani yang rendah metode
pengamatan perlu disederhanakan namun tetap dapat diandalkan ketelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai