Disusun Oleh:
NIM : B0118023
PRODI : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
1
SURAKARTA 2019 BAB I
PENDAHULUAN
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya,tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja
ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak
diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain
yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991). Namun
pengertian itu mengalami perubahan dimana para ahli gulma yang lain
mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau
tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan
kerugian yang lebih besar.
Tumbuhan yang biasa menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu
pertumbuhanya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan
faktor-faktor kebutuhan hidup, dan mempunyai toleransi yang besar terhadap
suasana lingkungan yang ekstrim. Selain itu gulma pada umumnya mempunyai
daya berkembang biak yang sangat baik secara generatif atau vegetatif maupun
kedua-duanya dengan alat perkembangbiakanya mudah tersebar melalui angin, air
maupun binatang. Gulma juga mempunyai biji sifat dormansi yang
memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Rumput teki (Cyperus iria L) adalah gulma yang paling berbahaya di
dunia pertanian. Keberadaan rumput teki ini selalu ada pada area tanaman pangan
seperti pada tanaman padi (Oryza sativa), tanaman jagung (Zea mays), tanaman
kedelai (Glicyne max.), tanaman ubi jalar (Ipoemea batatas), dan tanaman ubi
kayu (Manihot esculenta). Rumput teki ini juga ada di sekitar tanaman
holtikultura seperti Bawang merah (Allium ascalonicum), Bawang putih (Allium
sativum), wortel (Daucus carrota), dan kentang (Solanum tuberosum). Adapun
rumput teki ini tumbuh di sekitar tanaman perkebunan seperti kopi (Coffea
arabica), tebu (Saccharum officinarum), dan tembakau (Nicotiana tabacum).
Keberadaan rumput teki pada daerah tersebut selalu menimbulkan dampak negatif
yaitu berkurangnya hasil panen dan produksi.
2
Kerugian yang banyak dialami di sektor pertanian ini, mendorong adanya
upaya dalam pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada prinsipnya adalah
suatu usaha yang digunakan untuk mengubah keseimbangan ekologis sehingga
dapat menekan pertumbuhan gulma, namun tidak berpengaruh pada tanaman
budidaya. Berbagai usaha sudah banyak dilakukan untuk menekan pertumbuhan
gulma,diantaranya adalah dengan cara mekanik, kultur teknis dan kimiawi dengan
menggunakan herbisida.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kepahit-pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa
rumpun.
Di Indonesia sendiri, rumput teki (Cyperus iria L) di kenal dengan nama
yang berbeda-beda yaitu rumput teki, mota, koreha wai, rukut teki, rukut wuta.
Sedangkan di inggris di sebut Nut grass atau field sedge dan di China dikenal
dengan nama Xiang fu. Gulma ini termasuk yang cukup ganas dan penyebarannya
luas. Gulma ini hampir selalu ada di sekitar segala tanaman budidaya, karena
mempunyai kemampuan tinggi untuk beradaptasi pada jenis tanah yang beragam.
Bagian dalam tanah terdiri atas akar dan umbi. Umbi pertama dibentuk pertama
kali pada tiga minggu seteawal. Mempunyai umbi yang membentuk akar ramping
dan umbi lagi, demikian seterusnya (1 m2 sedalam 10 cm = 1600 umbi). Umbi
tidak tahan kering, selama 14 hari di bawah sinar matahari, daya tumbuhnya akan
hilang.
Mempunyai batang tumpul atau segi tiga.Mempunyai daun pada
pangkal batang terdiri dari 4 – 20 helai, pelepah daun tertutup tanah. Helai daun
bergaris dan berwarna hijau tau mengkilat Mempunyai bunga dengan benang sari
sebanyak tiga helai dan berwarna cokelat dapat tumbuh meluas terutama di daerah
tropis kering, berkisar pada ketinggian 1 – 1000 m dpl, dan curah hujan antara
1500 – 4000 mm/tahun dan 7 hari pada keadaan lembab, pada suhu 100 – 400˚C,
dengan suhu optimal 300 – 350˚C.
5
karbohidrat, seperti glukosa (41,7%), fruktosa (9,3%) dan gula tak mereduksi
(4%).
6
biaya produksi. Gulma pada saluran irigasi menghambat aliran air sehingga
pemberian air ke sawah terhambat. Gulma dapat menjadi inang bagi hama atau
patogen penyakit. Gulma harendong (Melastoma sp.) menjadi inang hama
teh Helopeltis antonii, gulma jajagoan (Erythrina crus-galli) menjadi inang
penggerek padi (Tryphoriza innotata), gulma babadotan (Ageratum conyzoides)
menjadi inang hama lalat bibit kedelai (Agromyza sp.), gulma Eupathorium
adenophorum menjadi inang penyakit pseudomozaik virus pada tembakau
Deli, gulma ceplukan (Physalis angulata) menjadi inang penyakit virus pada
kentang. Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi
parasit bagi tanaman budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga
asiatica) dapat menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang,
gulma Orobancha spp. pada padi, jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma
juga dapat menimbulkan alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan tanaman.
Kerugian dari rumput teki (Cyperus iria L) bukan pada factor keuntungan
atau manfaat rumput teki itu sendiri, namun kerugiannya ada pada jenis kegiatan
pertanian. Karena rumput teki (Cyprus iria L) pada lahan pertanian dianggap
sebagai gulma atau tumbuhan yang tidak diinginkan pada suatu populasi tanaman
budidayakarna dapat menghambat pertumbuhan tanaman bahkan dapat
menurunkan hasil produksi tanaman.
Karena rumput teki (cyperus iria L) mengeluarkan zat tertentu yang sering
juga di sebut zat alelopati yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan
gulma pada awal pertumbuhan akan menurunkan atau mangurangi kuantitas hasil,
sedangkan pada persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh
besar terhadap kualitas hasil. Perbedaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan
umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersedian unsure hara juga akan
menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman. Interaksi antara gulma
dengan tanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,
kecambah jadi abnormal, pertumbuhan akar terhambat, perubahan susunan sel-sel
akar dan lain sebagainya. Persaingan yang ditimbulkan akibat dikeluarkannya zat
yang meracuni tumbuhan lain di sebut alelopati, senyawa-senyawa kimia yang
7
mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan, antara
lain pada, daun, batang, akar, rhizome, buah, biji dan umbi serta bagian-bagian
yang tumbuhan yang membusuk.
Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Spesies
gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-
alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus iria L), Agropyron intermedium, Salvia
leucophylla, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus dan lainnya. Sehingga gulma
merupakan persaingna alami yang kuat dengan daya kecambah yang tinggi dan
lahan tahan terhadap gangguan tanah pertumbuhan cepat daya regenerasi kuat
(gulma tahunan). Tidak peka terhadap sinar matahari yang kurang akibat
penaungan tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air
yang besar, dan daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang
menimbulkan persaingan berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan
perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu berkecambah
dan pemunculan yang lebih awal dari tanaman yang dibudidayakan.
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman
baik yang bersifat positif maupun negatif. Beberapa gulma yang telah terbukti
bersifat alelopati adalah Agropyron repens, L., teki (Cyperus rotundus. L.),
tike (Cyperus esculentus, L.), Cynodon dactylon, L., dan alang-alang (Imperata
cylindrica, L.). Gulma-gulma tersebut diketahui sangat kompentitif dengan
tanaman dan menyebabkan penurunan produksi.
8
Sedangkan rumput teki berkembangbiak dengan umbi (stolon) itu artinya
rumput teki termasuk kedalam perkembangbiakan creeping perennial, namun
rumput teki (Cyperus iria L) memiliki bunga dan biji dan dengan biji yang
dimiliki rumput teki dapat berkembangbiak dengan biji (simple perennial). Berarti
rumput teki dapat berkembangbiak dengan Simple perennial (generatif)
dan creeping perennial (vegetatif).
F. Pengendalian Gulma
Ada beberapa cara untuk mengerndalikan gulma yaitu secara Mekanisme,
secara biologi (terpadu), secara kimiawi (herbisida).
a. Secara Mekanisme Terpadu
Secara meknisme atau pengolahan tanah. Secara tradisional petani
mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah konvensional dan penyiangan
dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional dilakukan dengan membajak,
menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga ternak dan mesin. Untuk
menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak mengolah tanah. Sebagian
petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan
mematikan gulma menggunakan herbisida. Pembajakan dan penggaruan dapat
secara berangsur dikurangi dan diganti dengan penggunaan herbisida atau
pengelolaan mulsa dari sisa tanaman dan gulma dalam sistem pengolahan tanah
konservasi. Ketersediaan herbisida juga memungkinkan pemanfaatan lahan
marjinal dan lahan miring yang bersifat sangat rapuh terhadap pengolahan tanah
konvensional.
b. Secara Biologis Terpadu
Kepedulian terhadap lingkungan melahirkan sistem pengelolaan terpadu
gulma yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pengelolaan
gulma harus dipadukan dengan aspek budidaya, termasuk pengelahan tanah,
pergiliran tanaman dan pengendalian gulma itu sendiri. Pengelolaan gulma secara
terpadu merupakan konsep yang mengutamakan pengendalian secara alami
dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
9
perkembangan gulma dan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Ada
beberapa yang perlu diperhatikan dalam pengendalian secara biologi (terpadu) :
· Pengendalian gulma secara langsung dilakukan dengan cara fisik,
kimia dan biologi, dan secara tidak langsung melalui daya saing
tanaman melalui teknik budidaya.
· Memadukan cara-cara pengendalian tersebut.
· Analisis ekonomi praktek pengendalian gulma.
c. Secara Kimiawi (Herbisida)
Secara kimiawi (herbisida) adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan bahan kimia atau herbisisida. Berdasarkan cara kerjanya herbisida
dibedakan menjadi dua jenis yaitu herbisida kontak mematikan begian tumbuhan
yang terkena herbisida saja, sedangkan herbisida sistemik mematikan gulma
setelah gulma menyerap dan ditranslokasikan keseluruh bagian gulma. Menurut
jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu
atau spektrum sempit. Dan herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis
gulma atau spektrum lebar atau luas. Herbisida berbahan aktif, paraquat dan 2,4-D
banyak digunakan petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan
aktif tersebut.
Namun sebaiknya penggunaan herbisida tidaklah digunaka kecuali
tindakan secara mekanisme atau biologis tidak dapat ditanggulangi lagi dan
sebaiknya penggunaan herbisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan karna jika
digunakan tidak sesuai dosis yang dianjurkan maka akan berdampak negatif bagi
lahan pertanian dan lingkungan
10
BAB III
KESIMPULAN
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
A
nonim1. 2009. Gulma. http://www.wikipedia.org.
A
nonim2.. 2009. Teki Ladang. http://www.wikipedia.org.
A
nonim3. 2009. Alelopati Teki Sebagai Bioherbisida. http://www.wikipedia.org.
A
nonim4. 2009. Cyperus rotundus, Rumput teki. http://obtrando.wordpress.com.
D
eden, Feri. 2014. Teki (Cyperus
rotundus). http://inpirasisahabat.blogspot.co.id/2014/03/teki-cyperus-
rotundus.html.
D
idik Gunawan dkk. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia. PPOT. UGM.
F
ikri, Ahmad Waisul dkk. 2009. Rumput Teki (Cyperus royundus) Sebagai
Alternatif penyembuhan Sariawan. www.haarr.wordprees.com
F
itriana. 2008. Pengaruh Teki. http://www.wikipedia.org.
K
ristanto B.A dkk. 2006. Alelopati Teki (Cyperus rotundus). http://www.chem-
is-try.org.
M
oenandir, Jody. 1988. Pengantar dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press.
Jakarta.
12
P
alapa, Tommy Martho. 2009. Alelopati Teki (Cyperus rotundus). http://chem-
is-try.org.
U
sman, Anif. 2009. Rumput Teki (Cyperusrotundus). http://www.wikipedia.org.
13